Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Renata Rahma Nuriswara

KELAS : B2PSR

NIM : 2250410042

MATKUL : BAHASA INGGRIS

Integrating Short Conversation and English Conversation


Application to Improve Students’ Speaking English

ABSTRAK

Tujuan dari penilitian ini yaitu untuk mengimplementasikan penggunaan aplikasi percakapan
singkat dan dialog bahasa Inggris serta menggambarkan partisipasi siswa dalam memakai model
pembelajaran ini. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu metode Kualitatif. Terdapat 4
tahap yang membentuk setiap siklus yaitu perencanaan,pelaksanaan,pemantauan, dan pemebekalan. Pada
penelitian ada 39 mahasiswa semester tiga Jawa Tengah, Indonesia yang ikutr berpartisipan selama tahun
ajaran 2022/2023. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, pre-test serta post-test. Hasil
penelitian ini membagikan bahwa ada peningkatan pada setiap siklus kemampuan berbicara siswa dengan
memakai model pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kelas berbicara,mereka juga aktif,percaya diri dan
antusias untuk mengikutinya. Peneliti merekomendasi strategi ini untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
berbicara bahasa inggris.

PERKENALAN

Berbicara diklaim menjadi keterampilan bahasa yg paling spesifik. Berbicara termasuk keterampilan
produktif selain menulis. Namun. siswa seringkali menghadapi kesulitan dalam berbicara bahasa Inggris.
Menyadari permasalahan yang dihadapi peserta didik, pengajar harus menerapkan aneka macam metode
pembelajaran, strategi, serta media yg dibutuhkan pada kelas EFL. Maka dari itu guru harus mampu
membuat siswa berbicara bahasa inggris tanpa kecemasan.

Keterampilan komunuikasi lisan seseorang harus menjadi fokus utama pengajaran untuk
dikembangkan sekaligus belajar bahasa kedua. Faktor yang menunjang keberhasilan seorang pembelajar
baik di kampus maupun di kemudian hari yaitu salah satunya dapat berkomunikasi bahasa asing secara
efektif dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, instruktur bahasa dituntut untuk memberikan penekanan yg
signifikan pada pengajaran keterampilan berbicara. Alhasil,guru harus merancang berbagai kegiatan agar
mendorong siswa berbicara lebih banyak, serta ,mereka harus memotivasi siswa untuk mendapatkan lebih
banyak pengetahuan mengenai kemampuan berbicara (Sihite,Zulkarnain & Suri,2021;Wahyuni &
Maulizan,2021; Yiu & Chou,2021). Mendidik siswa untuk tujuan komunikasi merupakan tujuan akhir
dari setiap kelas berbicara yang mereka ambil. Maka dari itu, latihan yang kita lakukan pada kelas
berbicara wajib berpusat pada bagaimana bahasa digunakan secara eksklusif. Instruktur tidak hanya perlu
menumbuhkan lingkungan yg ramah dan manusiawi pada dalam kelas, namun mereka jua harus memberi
setiap peserta didik kesempatan buat mengekspresikan diri.
Dengan kata lain,faktor yang menjadi kunci utama keberhasilan sebuah diskusi yaitu diskusi..
Metode dan teknik pembelajaran sangat penting dan dibutuhkan di dalam kelas.Pendidik harus
menentukan model terbaik tergantung pada kesulitan yg mereka hadapi pada bidang pengajaran berbicara
sebab banyak persoalan dapat terjadi pada pengajaran berbicara.Hal tersebut menjadikan mereka tidak
bisa mengucapkan kata-kata ketika berbicara, dan takut berbicara karena dianggap salah pengucapan telah
menyebabkan peserta didik tidak pernah mencoba berbicara bahasa Inggris. Mereka diberi tantangan
untuk berkomunikasi dengan lancar satu sama lain.

Menurut penelitian, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah dalam
keterampilan berbicara. Guru lebih banyak memberikan latihan tertulis di kelas yang menjadikan siswa
tidak tertarik untuk belajar bahasa inggris. Kemudian siswa menganggap bahwa bahasa inggris bahasa
yang sulit untuk dipelajari. Namun, dengan demikian banyak guru yang memilih untuk mengajar dengan
menggunakan berbagai metode atau teknik pembelajaran. Sehingga, banyak mahasiswa yang
mendapatkan nilai yang baik mengenai tugas yang diberikan guru, namun mereka masih kurang berlatih
dalam komunikasi bahasa inggris

Terdapat beberapa teknik yang dapat membantu guru untuk membuat siswa aktif dalam belajar
bahasa inggris. Dengan demikian, peneliti memilih percakapan singkat yang dipadukan melalui aplikasi
percakapan bahasa inggrisdalam keterampilan berbicara siswa , sebab peneliti yakin teknik yang dipilih
dan akan diterapkan efektif untuk menarik minat siswa. Bagaimanapun, siswa harus mampu
menggunakan pendapat,mengekspresika, dan membuat mereka lebih tertarik untuk berbicara bahasa
inggris saat berkomunikasi.

Percakapan singkat merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membantu pelajar bahasa
Inggris pemula mendapatkan pengetahuan dasar tentang bahasa tersebut. Percakapan yang terdiri dari
enam sampai dua belas kalimat dan dibuat antara dua orang. Latihan ini dapat menjadikan siswa lebih
banyak kesempatan untuk mengekspresikan diri secara lisan. Keterlibatan komunikasi gratis adalah nama
lain untuk jenis kontak ini. Hal ini menunjukkan bahwa siswa diperbolehkan untuk berbicara dengan
istilah mereka sendiri dan mendiskusikan topik dengan cara mereka sendiri. Diskusi merupakan salah satu
metode untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa yang menjadi fokus penelitian ini selama siswa
merasa lebih termotivasi, maka peneliti mengkombinasikan metode ini dengan media digital.

pada proses belajar mengajar, media adalah hal yg paling utama. Media merupakan komponen
untuk menyampaikan pesan atau berita berasal satu daerah ke tempat lain. Oleh karena itu, agar proses
belajar mengajar menyenangkan, guru diperbolehkan menggunakan media di dalam kelas. Sehingga
dapat membentuk proses belajar mengajar menjadi lebih efektif serta signifikan. Guru dapat
menggunakan banyak sekali media yaitu melalui visual, suara, bau, dan rasa. Sehingga, guru dapat
mengetahui media yang cocok untuk diapliasikan di dalam kelas. Pada penelitian ini, peneliti memilih
media digital yaitu aplikasi percakapan bahasa Inggris. Aplikasi ini dapat membantu untuk melatih
percakapan bahasa Inggris untuk seluruh orang, dengan sejumlah besar dialog bahasa Inggris yg
dikelompokkan pada banyak sekali tingkatan sehingga pelajar bahasa Inggris bisa menyempurnakan
kemampuan mendengar serta berbicara mereka pada bahasa Inggris yg sangat baik.

Selain itu, penggunaan dialog singkat yang dikaitkan menggunakan aplikasi latihan percakapan
bahasa Inggris diperlukan untuk mendorong peserta didik untuk berbicara bahasa Inggris dengan penuh
rasa percaya diri. Penelitian ini bertujuan pertama untuk menjelaskan penerapan mengintegrasikan dialog
singkat dan aplikasi dialog bahasa Inggris untuk menaikkan keterampilan berbicara siswa. kedua,
bertujuan untuk menggambarkan partisipasi siswa dalam mengikuti kelas berbicara yg diajarkan melalui
contoh pembelajaran ini.
Alat pengajaran digital dapat digunakan dalam pelajaran berbicara. Teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) membawa fleksibilitas dan pilihan untuk pendidikan. Oleh sebab itu, pengajaran bahasa Inggris
memerlukan suatu metode untuk mengaktifkan dan meningkatkan empat keterampilan berbahasa siswa.
Teknologi dapat memberikan siswa kesempatan untuk bertindak secara mandiri. Pendidik harus
mengikuti era digital yang dimungkinkan oleh internet. Penggunaan aplikasi dengan keunggulan
usability dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Mereka membuat belajar bahasa Inggris
terkesan bermakna dan menyenangkan. Melalui media digital pembelajaran bahasa Inggris mampu
meningkatkan minat siswa Siswa tidak harus duduk di kelas ketika mereka ingin belajar bahasa
Inggris,namun mereka dapat belajar setiap hari dan di mana saja. Kerangka konseptual digambarkan
sebagai berikut

Meningkatkan aspek keterampilan berbicara

Media digital

Strategi Intervensi Percakapan singkat dan percakapan bahasa

inggris praktik aplikasi

Hasil pemanfaatan latihan percakapan

bahasa inggris aplikasi untuk meningkatkan


keterampilan berbicara siswa

Gambar 1. Kerangka Koseptual

METODE

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Metodologi penelitian terdiri dari dua siklus
penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian tindakan kelas diungkapkan melalui penelitian tindakan, dan
penelitian ini dilakukan di ruang kelas. Rancangan strategi penelitian ini berfokus pada masalah yang
dihadapi siswa dalam pendidikannya. Siklus yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas memiliki
ciri-ciri tersebut. Tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi diulangi pada setiap siklus. Hal
ini sejalan dengan (Arikunto, 2007; Burns, 2010; Efron, Ravid, 2013; McIntosh, 2010; Mettetal, 2001;
Phillips & Car, 2014; Somekh, 2006). Dalam hal ini, penelitian tindakan kelas digunakan untuk menguji
materi pembelajaran digital untuk membantu siswa berbicara. Tujuannya adalah untuk memecahkan
masalah keterampilan berbicara siswa.
Masalah Perencanaan 1 Akting 1

Merefleksikan 1 Mengamati 1
Masalah baru dari
refleksii Merefleksikan
Perencanan 2 Akting 2

Kesimpulan dan Refleksi 2 Pengamatan 2


Hasil

Jika ada masalah baru Melanjutkan ke siklus berikutnya

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas

Kajian tahun ajaran 2022/2023 melibatkan 39 mahasiswa semester tiga di Jurusan Pendidikan
Bahasa Arab Universitas Islam Jawa Tengah, Indonesia. Teknik pengumpulan data dengan observasi,
wawancara, pre-test dan post-test. Bagan observasi, instruksi wawancara dan pedoan penilaian berbicara.

Prosedur Penelitian

Dalam Prosedur Penelitian sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pre-test terhadap
mahasiswa. Tujuannya yaitu untuk mengetahui seberapa tinggi level siswa dapat berbicara bahasa
Inggris dengan menganalisis percakapan mereka di depan kelas melalui topik "Talking About Kids”. Pada
tahap ini, para siswa melakukan permainan peran percakapan topik tertentu. Mereka berbicara
berdasarkan kemampuan berbicara mereka sebelum perlakuan pada sesi 1. Peneliti membatasi percakapan
maksimal tiga menit untuk setiap pasangan. Namun, ketika siswa diminta untuk berbicara di depan kelas,
mereka terlihat gugup dan juga bingung karena mungkin kurang percaya diri. Guru-peneliti dan staf
menetapkan 20 kelompok. Pada tahap ini model yang digunakan yaitu pembelajaran model role play.
Masing-masing kelompok diperbolehkan untuk membahas topik tersebut secara singkat. Pada tahap awal,
mitra penelitian mendampingi guru dalam merekam percakapan siswa.

a. Siklus 1

Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti memilih materi pembelajaran: Sekolah. Mereka merancang RPP
berdasarkan materi pembelajaran. Mereka mempersiapkan data hasil pengamatan. Para Staf bersedia
untuk mengamati aktivitas dan sikap siswa terhadap suatu pembelajaran.
Akting

Pada tahap ini Guru memberikan terapi wicara kepada siswa. Mereka menggunakan siklus belajar
mengajar. Konstruksi Pengetahuan di Lapangan (BKOF), Modelling of Text (MOT), Joint Construction
of Text (JCOT) dan Independent Construction of Text (ICOT) adalah akronim yang digunakan untuk
menggambarkan proses-proses tersebut, sebagaimana diuraikan dalam (Spycher, 2017). di dalam dan di
luar tanda kurung (Andrews et al., 2021). Percakapan role play digunakan dalam treatment untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

 Informasi lapangan bangunan (BKOF) Fase ini memiliki beberapa fungsi. Pertama, peneliti
mengungkapkan beberapa hal tentang keadaan sekolah dengan mengajukan beberapa
pertanyaan, misalnya. Gambar kegiatan sekolah Kedua, sesi brainstorming dilakukan dengan
para siswa. Apakah Anda suka pergi ke perpustakaan sekolah? Seberapa sering Anda pergi ke
kantin sekolah? Ada kegiatan apa saja selama liburan sekolah? Apakah Anda suka bermain
dengan teman-teman Anda selama liburan sekolah? Apakah Anda mendiskusikan pekerjaan
rumah dengan teman sekelas Anda selama liburan sekolah? Apakah anda aktif dalam
organisasi sekolah? Akhirnya, guru berbicara tentang kegiatan sekolah.
 Text Modeling (MOT) Guru meminta siswa mengunduh aplikasi untuk berlatih percakapan
bahasa Inggris dari Play Store. Aplikasi ini berisi banyak contoh kegiatan dan diskusi
sekolah. Siswa mulai memilih percakapan singkat. Terakhir, ia menominasikan dua siswa
sebagai model pidato bermain peran tentang kegiatan sekolah.
 Joint Text Construction (JCOT) Guru membuat 20 kelompok di kelas ini. Setiap kelompok
diminta untuk membahas secara singkat kegiatan sekolah. Siswa dapat mengambil dari
aplikasi atau membuat sendiri. Sebelum ujian, siswa berlatih berbicara dengan pasangannya.
 Independent Text Construction (ICOT) Setelah persiapan, mereka beraksi di depan kelas.
Guru mengevaluasi diskusi role play yang dilakukan siswa. Beberapa kriteria
dipertimbangkan dalam evaluasi, seperti kompetensi bahasa, tata bahasa, pengucapan dan
kosa kata. Dalam post-test, keterampilan berbicara siswa diukur. Siswa membuat dialog
sendiri.

Mengamati

Pada fase ini, Peneliti dan staf peneliti memantau aktivitas siswa menggunakan panduan observasi dan
daftar periksa, mengumpulkan informasi dan melacak pengajaran bahasa. Pengamatan terdiri dari
penggunaan percakapan singkat yang dikombinasikan dengan aplikasi Percakapan Bahasa Inggris dan
reaksi siswa terhadap model pembelajaran ini.

Mencerminkan

Para Peneliti dan kolaborator menganalisis dan mengevaluasi perlakuan pada Siklus 1. Mereka
mendiskusikan dari hasil post test yang sudah dilakukan oleh siswa. Terdapat titik kesalahan yang
banyak dilakukan siswa dalam bermain peran ini yaitu kesalahan dalam pengucapan, kurang percaya diri,
tata bahasa yang salah, dan ucapan tidak langsung. Akhirnya pihak peneliti memutuskan untuk
melanjutkan ke siklus berikutnya untuk mencapai kemampuan berbicara yang baik pada siswa.

b. Siklus 2

Perencanaan

Pihak Peneliti merancang RPP yang dilaksanakan pada Siklus 2. Topiknya masih sama dengan Siklus 1
yaitu membicarakan tentang kegiatan sekolah. Mereka juga menciptakan kontrol pengamatan dan
evaluasi siswa. Pada setiap siklus dilakukan penilaian autentik yang mencakup aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif siswa secara komprehensif.

Akting

Pada tahap ini, peneliti melanjutkan pengajaran berbicara dengan menggunakan teknik BKOF, MOT,
JCOT dan ICOT. Mereka mencontohkan role playing dialog untuk menghilangkan kesalahan siswa.
Selanjutnya, mereka menunjuk dua mahasiswi untuk menjadi model pada teknik yng diterapkan ini. Para
peneliti berbicara dengan siswa tentang bermain peran di alam dan bagaimana mengucapkan beberapa
kata asing dengan baik. Terakhir, siswa diminta untuk mempersiapkan dialognya untuk dipresentasikan di
depan kelas agar peneliti mengetahui tingkat keberhasilan dalam penerapan teknik ini.

Mengamati

Siswa bersiap untuk melakukan role play secara berkelompok. Satu kelompok yaitu terdiri dari dua siswa.
Para peneliti memberikan penilaian atas kinerja mereka. Kolaborator mengamati perilaku siswa terkait
model pembelajaran ini. Mereka juga mengambil beberapa foto kegiatan pembelajaran.

Mencerminkan

Tahapan terakhir adalah mengevaluasi hasil kinerja yang dilakukan oleh siswa. Bukan hanya peneliti
yang membahas namun, kolaborator juga ikut serta membahas pencapaian keterampilan berbicara siswa.
Mereka menyimpulkan bahwa kinerja siswa meningkat secara signifikan. Artinya satu siklus lagi sudah
cukup.

Hasil

Sebuah pre-test dilakukan untuk setiap peserta. Tujuannya adalah untuk mengetahui level pengalaman
komunikasi lisan siswa. Nilai rata-rata siswa pada pre-test adalah 51. Hal ini dapat dimaklumi karena
sebagian besar siswa tidak lancar berbicara, yang tercermin dari jeda yang panjang dan ucapan yang tidak
lengkap. Selain itu, siswa sering salah mengucapkan kata-kata.

1. Analisis siklus 1
Perencanaan

Guru dan staf peneliti mulai membuat Siklus 1. Pada tahap ini mereka menyiapkan semua perangkat
perawatan, seperti RPP, lembar observasi, dan post test ini juga ditujukan untuk mahasiswa dan peneliti.

Akting

Dia memberikan perawatan pertama. Berdasarkan pemeriksaan, semua operasi dapat berjalan dengan
baik. Semua siswa sangat mementingkan penjelasan subjek. Mereka tidak terlihat gugup. Anda senang
menggunakan media digital, terutama latihan percakapan bahasa Inggris. Siswa berpartisipasi dalam
pelajaran kuliah dengan memilih dialog. Mereka juga sangat antusias. Guru juga melakukan evaluasi
dengan melakukan post-test setelah perlakuan. Rata-rata siklus 1 setelah tes adalah 65,25. Keterampilan
berbicara siswa meningkat dibandingkan dengan

Mengamati

Peneliti memeriksa partisipasi siswa pada Siklus 1 berikut ini. Mereka mengamati siswa secara individu
dengan menggunakan media digital. Para siswa berbicara dengan pasangannya untuk memilih dialog dari
aplikasi. Begitu mereka memutuskan untuk berdialog, mereka berlatih berbicara bersama dengan
pasangannya.
Mencerminkan

Pada fase ini, peneliti mengevaluasi hasil perlakuan pada siklus pertama. Meski sudah meraih prestasi,
peningkatannya masih di bawah passing grade. Sebagian besar siswa memiliki masalah tata bahasa dan
pengucapan. Memahami kondisi siswa tersebut, peneliti dan mitra sepakat untuk melanjutkan ke Siklus 2

2. Analisis siklus 2
Perencanaan

Pada fase ini, peneliti menyiapkan RPP sebagai skenario pembelajaran, formulir penilaian dan pedoman
observasi.

Akting

Langkah ini dilakukan dengan berhadapan dengan siswa. Plotnya hampir sama dengan episode
sebelumnya. Dalam pertemuan ini siswa juga melakukan role play. Pada fase BKOF, peneliti
menjelaskan tata bahasa dan pengucapan kata-kata sulit dan tidak dikenal secara lebih rinci. Beberapa
kata dipraktikkan berulang kali

Mengamati

Mitra penelitian melakukan observasi terhadap permainan peran siswa. Para siswa tampak melakukan
yang terbaik. Mereka memainkan permainan peran. Peneliti menawarkan penilaian dan evaluasi kinerja
siswa. Sebagai bagian dari tes berbicara untuk siswa setiap siklus.

Students' speaking achievement

90
80
70
60
50
Silklus 2
40 Siklus 1
77,1
Pra siklus
30 65,25
51
20
10 prap
Gambar 3. Hasil tes berbicara

Berdasarkan data tersebut, kinerja siswa pada semester kedua merupakan indikator penguasaan
tata bahasa yang baik. Siswa mampu berbicara dengan lancar, kosa kata yang beragam dengan
pengucapan yang akurat. Kinerja pada jam konsultasi 2 adalah 77,1 di atas nilai yang diakui.
Selain mengevaluasi aspek kognitif dan psikomotorik, mitra juga mengevaluasi perilaku siswa selama
mengikuti pembelajaran.

3. Hasil observasi kegiatan berbicara siswa

• Berdasarkan lembar observasi, semua siswa hadir (100%).

• Sepuluh siswa (25%) aktif bertanya.

-Semua siswa (100%) memperhatikan penjelasan peneliti.

-Semua siswa (100%) antusias mengikuti kelas berbicara.

-Semua siswa (100%) memiliki tanggung jawab dalam kerja kelompok.

• Semua siswa (100%) antusias melakukan kegiatan berbicara.

-Lima siswa (12,5%) membuat gaduh di dalam kelas.

4. Hasil kegiatan peneliti

Penilaian tidak hanya untuk siswa, tetapi juga perlakuan peneliti dinilai oleh semua siswa dari sudut
pandang siswa. Kolaborator penelitian melakukan ini dengan mewawancarai siswa.

- Para peneliti sangat baik dalam melakukan motivasi berprestasi siswa

Para peneliti pandai mengatur manajemen kelas. Para peneliti pandai memberikan tugas.

• Para peneliti pandai mendukung kerja kelompok.

• Peneliti pandai memberikan umpan balik terhadap pertanyaan siswa.

• Para peneliti pandai menilai prestasi siswa.

• Para peneliti pandai memberikan penilaian.

• Para peneliti pandai mendorong presentasi siswa.

Diskusi

Berbicara merupakan keterampilan bahasa yang luar biasa. Karena biasanya semua bertanya, “kamu bisa
bahasa inggris?” atau “bisakah anda berbicara bahasa inggris?” bukannya “apakah anda bisa membaca
bahasa inggris?”, “apakah anda mendengarkan bahasa inggris?”, “apakah anda menulis bahasa inggris?”.
Dengan hal tersebut, percakapan bahasa inggris harus kita pelajari dan diterapkan dalam diri kita, dan
guru harus mampu berpikir kreatif untuk menciptakan metode terbaru. Melalui, variasi model
pembelajaran dapat membangkitkan ketertarikan siswa untuk memotivasi dan mendorong agar berani
berbicar di depan kelas.

Faktor yang menjadi tantangan utama dalam menjadi tenaga pengajar bahasa inggris kepada
siswa bahasa lain adalah membawa mereka ke titik dimana mereka mampu berkomunikasi secara efektif.
Namun, biasanya banyak guru bahasa inggris yang takut berbicara bahasa inggris. Alasan mereka sangat
beragam seperti kurangnya kompetensi tata bahasa,kosa kata, dan pengucapan yang buruk. Guru
sebaiknya menerapkan strategi pembelajran bahasa dan media pembelajaran. Dengan hal ini, permainan
peran dipilih sebagai strategi dalam pembelajaran ini. Hal ini membawa situasi kehidupan nyata di dalam
kelas. Siswa dapat memilih karakter dalam peran berdasarkan topik. Hal ini didukung oleh beberapa
penelitian yang dilakukan oleh (Ahmada & Munawaroh, 2022, Hamsia,2018, Leong et al,2017). Guru
seharusnya menggabungkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar. Penggunaan aplikasi bercakapan bahasa inggris dalam penelitian ini di akui sangat membantu
kompetensi linguistik siswa.

Dengan pembelajaran media digital memberikan dampak bagi siswa yaitu membuat siswa
menikmati diri mereka sendiri dan menjadi gembira. Sulit dipercaya bahwa internet telah mengubah
pendidikan secara dramatis dalam 20 tahun terakhir. Hal ini, memberi sumber utama setiap kelas dan
memungkinkan komunikasi yang lebih banyak antara Guru dan siswa. Melalui media digital, sistem
pendidikan di dalam negeri mengalami perubahan secara drastis. Terdapat beberapa tantangan yang harus
dihadapi oleh Guru dan siswa untuk mampu beradaptasi secara cepat metode pengajaran ,pembelajaran,
dan penilaian. Guru dan siswa harus mampu menggunakan media digital yang cepat berubah ini secara
konsisten dan bijak. Hal ini didukung oleh (Almarshadi et al., 2019; Baron, 2020; Chotimah & Partiwi,
2022).

Kesimpulan

Tingkat keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat bergantung pada Guru. Dengan pemikiran ini, tugas
guru adalah menginspirasi dan memotivasi siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam
berbicara secara teratur. Oleh sebab itu, guru mengambil banyak tanggung jawab di kelas EFL. Salah satu
tugas utama dalam kategori ini adalah menciptakan situasi yang memfasilitasi komunikasi lisan. Program
percakapan digital yang digunakan oleh siswa untuk melatih percakapan bahasa inggris sangat
memberikan manfaat bagi keterampilan berbicara siswa. Hal ini, terutama menyangkut keterampilan
komunikasi lisan. Mereka mampu dengan percaya diri memerankan permainan peran yang terdiri dari
percakapan singkat. Sangat disarankan agar pengguna memanfaatkan alat digital ini untuk meningkatkan
keterampilan berbicara mereka.

Pengakuan

Ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada Bapak Catur Kepirianto atas kerja kerasnya
sebagai penulis kedua dalam menyelesaikan makalah ini. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Raharjo dan Ibu Nadiah Ma'mun atas bantuannya dalam penelitian saya. Saya kewalahan
dengan rasa syukur memiliki sekelompok orang seperti Anda semua.

Refrensi

Ahmada, A., Munawaroh, L. (2022). The use of role play method to improve speaking skills.

Darussallam English Journal, 2(1). https://doi.org/https://doi.org/10.30739/dej.v2i1.1506

Almarshadi, A.N.B., Alenazi, S.R., Bidin, A.B., Abdulkarim, A.B., Nasir, M. K. B. . (2019). The

application of M-learning in improving speaking skills among EFL learners. Global Journal

of Engineeting Science and Research Management, 6(8).

https://doi.org/10.5281/zenodo.3372503

Andrews, M., Kezilas, D., Kontos, L., Sambell, J. (2021). Using the teaching and learning cycle

effectively for text building with international students: A Monash student and teacher

presentation and discussion. Literacy Learning: The Middle Years, 29(1).


https://search.informit.org/doi/abs/10.3316/informit.668476495485635

Arikunto, S. (2007). Penelitian tindakan kelas. Universitas Negeri Yogyakarta.

http://library.fis.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=1284

Baron, R. (2020). Students’ perception on online application in speaking skill. VOLES, Voices

of English Language Education Society, 4(2). https://doi.org/10.29408/veles.v4i2.2543

Burns, A. (2010). Doing Action Research in English Language Teaching A guide for

practitioners. Routledge. https://www.routledge.com/Doing-Action-Research-in-English-

Language-Teaching-A-Guide-for-Practitioners/Burns/p/book/9780415991452

Chotimah,C., Pratiwi, S. . (2022). The use of Cake application on students’ speaking skill in

English for specific purposes (ESP). LINGUA: Jurnal Pendidikan Bahasa.

https://doi.org/10.34005/lingua.v%vi%i.1851

Efron, S.E., Ravid, R. (2013). Action research in education. A practical guide. The Guilford

Press. https://www.daneshnamehicsa.ir/userfiles/files/1/9- Action Research in

Education_ A Practical Guide.pdf

Hamsia, W. (2018). Developing students’ speaking ability through story completion. Journal

of English Language Teaching, 5(1).

https://media.neliti.com/media/publications/273879-developing-students-speaking-

ability-thr-33d6b1fe.pdf

Leong, L.M., Ahmadi, S. . (2017). An Analysis of factors influencing learners’ English

speaking skill. IJREE, 2(1).

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18869/acadpub.ijree.2.1.34

Mclntosh, P. (2010). Action research and reflective practice. Creative and visual methods to

facilitate reflection and learning. Routledge. https://www.routledge.com/Action-Research-

and-Reflective-Practice-Creative-and-Visual-Methods-

to/McIntosh/p/book/9780415469029

Mettetal, G. (2001). The what, why and how of classroom action research. Journal of the

Scholarship of Teaching and Learning, 2(1).

https://www.researchgate.net/publication/242179106_The_What_Why_and_How_of_Cla

ssroom_Action_Research
Phillips, D.K., Car, K. (2014). Becoming a Teacher through Action Research. Process, Context,

and Self-Study. Routledge. https://www.routledge.com/Becoming-a-Teacher-through-

Action-Research-Process-Context-and-Self-Study/Phillips-Carr/p/book/9780415660495

Sihite, M.R., Zulkarnain, I., Suri, A. (2021). Improving students’ speaking skill through two stay

two stray strategy. Pedagogy, Journal Ilmiah Pendidikan, 7(2).

https://doi.org/https://doi.org/10.47662/pedagogi.v7i2.83

Somekh, B. (2006). Action Research: a Methodology for Change and Development. Open

University Press, McGraw-Hill Education. https://eric.ed.gov/?id=ED493196

Spycher, P. (2017). Scaffolding Writing through the “Teaching and Learning Cycle.” WestEd.

https://www.wested.org/resources/scaffolding-writing-through-the-teaching-and-

learning-cycle/

Wahyuni, S., Maulizan., Y. (2021). The use of animation movie towards students speaking

ability through e-learning. Jurnal Ilmiah Teunuleh, 2(2).

https://doi.org/https://doi.org/10.51612/teunuleh.v2i2.61

Yiu, E.T., Chou, P. (2021). Improving students’ speaking skill through the picture and picture

cooperative learning model. JELITA: Journal of English Language Teaching and Literature,

2(2). https://jurnal.stkipmb.ac.id/index.php/jelita/article/view/90

Anda mungkin juga menyukai