Anda di halaman 1dari 13

ISSN: 2303-288X Vol. 3, No.

1, April 2014

PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAY DENGAN BANTUAN VIDEO


PADA MATA KULIAH SPEAKING 2 UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNDIKSHA TAHUN AJARAN
2011/2012
L.D.S. Adnyani1, P.E. Dambayana2
1,2
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: luh_diah@yahoo.com, dambayana_eka@yahoo.com

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan
teknik role play berbantuan video mampu meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Inggris mahasiswa kelas 2C Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang
mengambil mata kuliah Speaking 2 tahun ajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini
terdapat tiga siklus dan empat tahapan dalam tiap siklusnya, yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan, yaitu
pembahasan materi dan bermain peran, menonton video yang disiapkan di rumah
dan berdiskusi, serta pelaksanakan tes akhir dan kuesioner. Dari 16 (67%) pada
pre tes, nilai rata-rata mahasiswa meningkat menjadi 16,93 (70,55%) pada post tes
I, 18,52 (77,16%) pada post tes II, dan 19,21 (80,03%) pada post tes III. Hal ini
berarti penggunaan teknik role play berbantuan video mampu meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa dengan mencapai standar
ketuntasan (80%). Peningkatan tersebut selaras dengan data yang diperoleh dari
hasil kuesioner dan jurnal kegiatan.

Kata kunci: keterampilan berbicara, role play, video.

Abstract
This classroom action research was aimed at finding whether role play combined
with video recorded task could improve the speaking skill of 2C students of English
Education Department who took Speaking 2 subject in academic year 2011/2012.
There were three cycles with four steps applied in this study; planning, action,
observation, and reflection. Each cycle was conducted in three meetings, one for
discussing the topic dan playing a role play, one for watching video and discussing,
and the last for giving post test and questionnaire. From 16 (67%) on pre test,
students‟ mean score is improved to 16,93 (70,55%) on post test I, 18,52 (77,16%)
on post test II, and 19,21 (80,03%) on post test III. It means that role play
combined with video recorded task can improve students‟ speaking skill and it is
supported by the result of questionnaire and the journal.

Key words: role play, speaking skill, video.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 313


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

PENDAHULUAN kaidah bahasa. Dalam hal kefasihan,


Keterampilan berbicara dalam masalah mahasiswa berawal dari
bahasa Inggris perlu dikuasai dengan kurangnya rasa percaya diri dalam
baik karena keterampilan ini merupakan berbicara untuk mengungkapkan ide-ide
suatu indikator bagi keberhasilan yang ingin disampaikan. Hal ini
seseorang dalam belajar bahasa kemudian berimplikasi pada keragu-
Inggris. Berhubungan dengan deskripsi raguan mereka yang terwujud pada
tersebut, Ur (1996) mengungkapkan kurang lancar dan seringnya mereka
bahwa jika seseorang menguasai suatu terdiam ketika diminta berbicara di
bahasa, secara intuitif ia dikatakan depan kelas. Permasalahan ini secara
mampu berbicara dalam bahasa keseluruhan menyebabkan suatu
tersebut. Ungkapan ini jelas atmosfir belajar yang kurang kondusif
mengidentifikasikan bahwa keterampilan bagi kemajuan mahasiswa dalam
berbicara menunjukkan suatu indikasi belajar bahasa Inggris. Hal tersebut
bahwa seseorang mengetahui suatu tercermin pada hasil Ujian Akhir
bahasa. Semester mata kuliah Speaking 1, yaitu
Berdasarkan hasil pengamatan hasil evaluasi akhir menunjukkan, dari
yang dilakukan pada semester 38 mahasiswa di kelas IC, hanya 10
sebelumnya terhadap mahasiswa kelas mahasiswa atau 26,32% mendapat skor
2C yang mengambil mata kuliah A, 8 mahasiswa atau 21,05% mendapat
Speaking 1 tahun ajaran 2011/2012 di B, 11 mahasiswa atau 28,95%
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, mendapat C, dan 9 mahasiswa atau
ditemukan bahwa mahasiswa masih 23,68% tidak lulus mata kuliah Speaking
memiliki keterampilan berbicara yang 1.
rendah. Permasalahan utama yang Berdasarkan analisis dan refleksi
ditemukan adalah dalam kompetensi yang dilakukan dalam proses
linguistik dan diskursus, yaitu meliputi pembelajaran Speaking 1, peneliti, yang
isi, ketepatan, dan kefasihan bahasa. merupakan dosen pengajar mata kuliah
Dalam masalah isi, mahasiswa kurang Speaking 1, menemukan bahwa
mampu mengungkapkan informasi yang permasalahan yang ada cenderung
berhubungan dengan topik yang disebabkan oleh kurang efektifnya
dibicarakan karena kurang persiapan pendekatan yang dipakai selama proses
dalam berbicara. Mereka belum mampu pembelajaran. Dalam pembelajaran
mengatur diri untuk mempersiapkan diri Speaking 1, pengajar cenderung
dengan menghimpun informasi tentang berorientasi pada pendekatan berbasis
topik terkait dari berbagai sumber topik, yaitu pengajar biasanya
walaupun sumber dan link website menyiapkan sebuah topik untuk setiap
tentang topik tersebut telah diberikan pertemuan lengkap dengan link website
kepada mereka. Dalam masalah tentang topik tersebut serta ekspresi-
ketepatan bahasa, mahasiswa sering ekspresi bahasa yang menunjang, dan
melakukan kesalahan dalam pemilihan mahasiswa diharapkan banyak
kosa kata dan penggunaan gramatika membaca dan mempersiapkan diri
yang sifatnya masih sangat sederhana dalam berbicara dan berdiskusi
dengan tidak mengindahkan kaidah- mengenai topik tersebut di dalam kelas.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 314


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

Kegiatan di kelas diwarnai dengan 30 mahasiswa hanya untuk berbicara,


bercakap-cakap, berdiskusi, baik secara dan itu merupakan pengelolaan waktu
kelompok maupun individu, dan setiap yang kurang efektif. Ketiga, umpan balik
mahasiswa diharapkan untuk berbicara, yang diberikan bersifat tidak efektif
mengungkapkan informasi, pendapat karena cenderung melebar, sesuai
ataupun argumen tentang topik yang dengan kesalahan mahasiswa dan
dibicarakan menggunakan language kurang memberi kesempatan untuk
function dan language expression yang terjadinya suatu grammar exercise.
menunjang. Sebelum perkuliahan Ada beberapa metode yang
berakhir, pengajar memberikan umpan tepat untuk digunakan untuk membantu
balik berupa analisis kesalahan peningkatan keterampilan mahasiswa
gramatika dan diksi (kosa kata) yang dalam berbicara. Salah satu senior di
digunakan oleh mahasiswa. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Berdasarkan evaluasi dengan pernah menggunakan task-based
melakukan wawancara terhadap activities dan task-based activities
mahasiswa di akhir semester, diperoleh berbantuan AVA pada perkuliahan
kesimpulan bahwa model pembelajaran Speaking1 dan Speaking 2. Pada
yang dijalankan mengandung beberapa penelitian tersebut disimpulkan bahwa
kekurangan. Pertama, model strategi tersebut ternyata cukup efektif
pembelajaran tersebut membuat untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa sangat terbebani, karena mahasiswa dalam berbicara (Ramendra
mahasiswa yang mengambil Speaking dan Barustyawati, 2007). Akan tetapi,
1, yang merupakan mahasiswa setelah melalui diskusi dan kajian yang
semester pertama di jurusan pendidikan cukup mendalam tentang karakteristik
Bahasa Inggris, masih dalam tahap dari permasalahan yang ada, kombinasi
adaptasi, belum terbiasa dengan sistem penggunaan roleplay dan video
pembelajaran di universitas yang disepakati sebagai teknik yang paling
menuntut mereka untuk bisa belajar tepat untuk meningkatkan keterampilan
mandiri tanpa harus selalu disuapi mahasiswa dalam bicara. Roleplay
materi seperti yang biasa mereka alami merupakan suatu teknik pembelajaran
di SMA. Dalam hal ini, di kampus dengan memberikan peran-peran atau
mahasiswa diharapkan mampu situasi-situasi tertentu untuk diperankan.
berbicara bahasa inggris di depan kelas, Dalam konteks kampanye politik
di depan banyak orang, dengan misalnya, beberapa mahasiswa bisa
persiapan yang matang melalui berperan sebagai calon legislatif yang
membaca, menganalisis, sedang memaparkan program-program
menghubungkan dengan kehidupan politiknya pada mahasiswa lainnya yang
sehari-hari, dan mengemukakan berperan sebagai pendukung. Dalam
argumen tentang suatu topik. Kedua, konteks di pasar, ada mahasiswa yang
kesempatan mahasiswa dalam berperan sebagai pedagang dan yang
berbicara selama proses pembelajaran lainnya sebagai pembeli.
sangatlah terbatas. Jika per-mahasiswa Menurut Ur (1996), roleplay
diberi kesempatan berbicara selama 5 merupakan teknik pembelajaran yang
menit, maka diperlukan 150 menit bagi tepat untuk meningkatkan rasa percaya

Jurnal Pendidikan Indonesia | 315


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

diri dan kerjasama antar mahasiswa jika makna dan mood pembicara bisa
diterapkan dengan efektif. Dengan disampaikan baik itu melalui ekspresi
berpartisipasi pada peran-peran bahasa, intonasi, dan/atau gerak tubuh.
tertentu, secara perlahan-lahan Selain itu, penggunaan video juga
mahasiswa akan melihat bahwa dirinya memiliki sifat yang sangat memotivasi.
bisa, sehingga pada gilirannya akan Kirkgoz (2011) menyarankan
merasa percaya diri untuk berbicara. penggunaan video karena sesuai hasil
Selain itu, Ur juga mengungkapkan penelitian yang dilakukannya di Turki,
bahwa roleplay juga memberikan penggunaan video dalam pembelajaran
kesempatan pada mahasiswa untuk berbicara bahasa Inggris mampu
melatih real life spoken language yang menumbuhkan sikap kritis mahasiswa
sesungguhnya di kelas. Pernyataan ini dalam mengevaluasi keterampilan yang
jelas menunjukkan sifat kebermaknaan dimiliki olehnya maupun oleh teman
dari teknik roleplay yang mampu sekelasnya.
menghubungkan dunia sehari-hari dan Mengacu pada paparan
situasi di kelas. sebelumnya, peneliti tertarik untuk
Ide yang sama juga diungkapkan mengimplementasikan teknik roleplay
oleh Harmer (2002) yang menyatakan yang berbantuan video untuk
bahwa roleplay menyenangkan dan meningkatkan keterampilan berbicara
memotivasi, meningkatkan rasa percaya mahasiswa kelas 2C yang mengambil
diri, dan memberikan kesempatan pada mata kuliah Speaking 2 tahun ajaran
mahasiswa untuk menggunakan ragam 2011/2012. Peneliti ingin mengetahui
bahasa yang lebih luas dengan apakah teknik ini mampu meningkatkan
memasukkan “dunia luar” ke dalam kemampuan berbicara Bahasa Inggris
kelas. Hal ini didukung oleh hasil mahasiswa. Sehingga, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Shen dan latar belakang tersebut, masalah yang
Suwanteph (2011) di Thailand, yang ingin diselesaikan dalam penelitian ini
menggunakan role play dan e-learning adalah „apakah Role Play yang
dalam meningkatkan kemampuan berbantuan video mampu meningkatkan
berbicara mahasiswa. Hasil penelitian kemampuan berbicara mahasiswa kelas
menunjukkan bahwa role play dan 2C jurusan Pendidikan bahasa Inggris
learning memberikan pengaruh positif e- yang mengambil mata kuliah Speaking
terhadap peningkatan keterampilan 2.‟
mahasiswa dalam berbicara, terutama
dalam hal kualitas dan produksi bahasa. METODE
Terkait dengan teknik roleplay, Penelitian tentang peningkatan
penggunaan video dapat memberi suatu kualitas pembelajaran ini tergolong
nilai tambah dan inovasi yang lebih penelitian tindakan kelas. Permasalahan
dalam proses pembelajaran. Menurut yang diidentifikasi yaitu tentang
Harmer (2002), penggunaan video rendahnya kemampuan berbicara
memungkinkan mahasiswa melihat mahasiswa kelas 2C Jurusan
penggunaan bahasa dalam realitas Pendidikan Bahasa Inggris, diberikan
yang sebenarnya. Dalam hal ini, tindakan yaitu penggunaan teknik role
mahasiswa bisa memahami bagaimana

Jurnal Pendidikan Indonesia | 316


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

play dibantu dengan video, sehingga instruksi sesuai topik. (4) Menentukan
permasalahan tersebut dapat diperbaiki. jadwal dan waktu pelaksanaan. (5)
Sesuai dengan sifat penelitian Menyiapkan jurnal kegiatan, dan (6)
tindakan kelas, yaitu bersifat siklik menyiapkan post test, rubrik, dan
(berupa siklus), maka penelitian ini kuesioner akhir yang berisi penilaian diri
dilaksanakan dalam bentuk siklus. tentang kemampuan berbicara dan
Tahap awal dari penelitian ini adalah implementasi teknik role play
melakukan observasi dan refleksi awal, berbantuan video.
yang dipergunakan sebagai informasi Setelah kegiatan perencanaan di
awal untuk membuat perencanaan atas, segala rencana diimplementasikan
dalam setiap siklus. Berdasarkan pada tahap pelaksanaan tindakan. Pada
refleksi awal, terlihat bahwa tahap ini, dilakukan pula 2 tahap
kemampuan berbicara mahasiswa observasi, yaitu pada saat mahasiswa
masih rendah dan perlu diupayakan melaksanakan pembelajaran dan
suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi setelah mahasiswa selesai melakukan
mahasiswa untuk tidak merasa pembelajaran. Selain observasi,
terbebani, dapat berbicara dengan dilaksanakan pula evaluasi terhadap
lancar, tidak berbelit-belit, tidak keberhasilan teknik yang digunakan.
menimbulkan interpretasi berbeda, Hasil observasi dan evaluasi
berbicara menggunakan kosakata dan yang telah dilakukan digunakan untuk
tata bahasa yang sesuai, dan tampil melakukan refleksi untuk mencermati
dengan lebih percaya diri. fenomena dan hubungan antar
Berdasarkan observasi dan fenomena yang terjadi pada saat
refleksi awal di atas, maka secara berlangsungnya pembelajaran,
kolaboratif tim peneliti mendesain sehingga akan dapat ditemukan dampak
pembelajaran speaking 2 dengan positif dan negatif dari tindakan yang
menggunakan teknik role play, yang diberikan sebagai bahan perencanaan
kemudian dikombinasikan dengan tugas tindakan selanjutnya.
speaking yang direkam dalam bentuk Data dalam penelitian
video, dan merancang tes dan dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner. Secara lebih rinci, kegiatan- kuesioner, jurnal kegiatan, dan tes.
kegiatan yang dilakukan dalam tahap Kuesioner dipergunakan untuk
perencanaan siklus adalah sebagai mengambil data tentang respon
berikut. (1) Membuat skenario mahasiswa terhadap pelaksanaan role
pembelajaran berdasarkan silabus play berbantuan video, yaitu apakah
speaking 2. (2) Mendesain materi teknik ini dapat membantu
lengkap dengan language function dan meningkatkan kemampuan berbicara
language expression yang digunakan mahasiswa. Kuesioner diisi oleh
untuk topik tertentu, disertai dengan mahasiswa pada pertemuan ketiga pada
latihan berupa skenario role play yang setiap siklusnya, setelah pelaksanaan
dilakukan di kelas setelah membahas post tes. Jurnal kegiatan digunakan
materi. (3) Menentukan pemberian untuk mengambil data tentang
tugas yaitu membuat video percakapan pelaksanaan pembelajaran di kelas.
dengan bermain peran berdasarkan Jurnal ini diisi oleh peneliti setelah

Jurnal Pendidikan Indonesia | 317


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

proses pembelajaran, dengan tingkat penguasaan keterampilan.


meringkas aktivitas serta permasalahan Kriteria ini dipergunakan sebagai
yang timbul di dalam kelas. Sedangkan indikator karena sebagai mahasiswa
tes digunakan sebagai alat untuk Jurusan Bahasa Inggris, keterampilan
mengumpulkan data hasil belajar berbicara merupakan keterampilan yang
mahasiswa dalam keterampilan paling mampu menunjukkan
berbicara. Tes yang diberikan adalah kemampuan mahasiswa tersebut dalam
tes keterampilan berbicara yang menguasai bahasa asing.
dilaksanakan di dalam kelas
menggunakan acuan rubrik HASIL PENELITIAN DAN
keterampilan berbicara. Teknis PEMBAHASAN
pelaksanaan tes adalah dua mahasiswa Hasil evaluasi awal menunjukkan
diminta ke depan, mengambil lotere bahwa keterampilan berbicara
yang berisi peran sesuai dengan topik, mahasiswa kelas 2C Jurusan
mempersiapkan diri selama 5 menit, dan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha
kemudian tampil bercakap-cakap yang mengambil mata kuliah Speaking 2
memerankan peran sesuai dengan yang tergolong masih rendah yaitu dengan
tertera di lotre. Percakapan mereka rerata 16 (67%) dari 29 mahasiswa, dari
direkam dalam bentuk audio. nilai maksimal 100%. Hal ini disebabkan
Teknik analisa yang digunakan karena mahasiswa belum mampu
dalam penelitian ini adalah analisa berbicara dengan mengulas lebih dalam
kuantitatif, yaitu respon-respon topik yang dibicarakan, belum mampu
mahasiswa dalam kuesioner berbicara dengan lancar tanpa berhenti
dideskripsikan dan hasil belajar mereka lama saat ingin mengungkapkan
melalui tes keterampilan berbicara di sesuatu, berbicara berbelit-belit dan
tiap akhir siklus dianalisis intensitas dan membingungkan karena kurangnya
tingkat keberhasilannya dengan pengetahuan tentang kosa kata,
membandingkan perkembangan dari pre tentang bagaimana pelafalan kata yang
tes, post tes I, pist tes II, dan post tes III, tepat, dan kurangnya pengetahuan
untuk kemudian dideskripsikan, tentang tata bahasa.
diargumentasikan dan diinterpretasikan Berdasarkan hasil evaluasi awal,
sesuai dengan konteksnya. Untuk pembelajaran speaking 2 dilaksanakan
mendukung proses analisis tersebut, dengan menerapkan teknik role play
dilakukan pula analisis kualitatif dengan yang berbantuan video, yaitu dengan
memberikan pemaknaan secara bermain peran sesuai topik. Topik yang
kontekstual dan mendalam mengenai dibicarakan pada siklus pertama adalah
proses pembelajaran dalam penelitian talking about future. Diakhir pertemuan
dengan mengacu pada catatan dalam pertama, sebagai bahan persiapan
jurnal kegiatan yang memuat kegiatan untuk pertemuan selanjutnya,
dan permasalahan yang timbul selama mahasiswa diminta untuk menyiapkan
proses pembelajaran menggunakan role sebuah video tentang talking about
play berbantuan video. future, satu orang menjadi peramal dan
Penelitian ini dianggap berhasil 2-3 lainnya menjadi orang yang ingin
bila 80 % mahasiswa dapat mencapai diramal. Pertemuan kedua diisi dengan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 318


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

kegiatan menonton video yang telah berpikir apa yang akan diucapkannya.
dibuat dan membahas kesalahan- Pelafalan kata-kata tertentu yang
kesalahan dalam hal penyelesaian sebenarnya umum dan sering
tugas, penyampaian pesan, kefasihan, digunakan mahasiswa masih belum
pelafalan, kosa kata, dan tata bahasa. dapat dilafalkan dengan baik oleh
Sedangkan pertemuan ketiga diisi beberapa mahasiswa. Dalam hal kosa
dengan pemberian post test dan kata, mahasiswa sudah lebih mampu
kuesioner pasca implementasi teknik. berbicara dengan kosa kata yang
Nilai rata-rata mahasiswa dalam bervariasi, namun masih terdapat
keterampilan berbicara bahasa Inggris kesalahan pemakaian kosa kata
pada Post test I adalah 16,93 (70,55%) sehingga menimbulkan makna yang
dan berada pada kategori baik, berbeda dan membingungkan. Yang
meningkat sedikit dari pre tes yaitu 16 terakhir, masih terdapat kesalahan
(67%) dengan kategori cukup. Dari 29 dalam hal grammar atau tata bahasa.
mahasiswa yang mengikuti Post test I, 3 Dalam implementasi role play
orang (10, 34%) mendapat nilai yang berbantuan video pada siklus I, peneliti
sangat baik, 14 orang (42,28%) mengalami beberapa kendala, yaitu
mendapat nilai baik, 12 orang (41,38%) pada pertemuan pertama, saat
mendapat nilai cukup, dan tidak ada mahasiswa diperkenalkan dengan topik
yang mendapat nilai kurang. Hal ini yang dibahas dan diminta menyiapkan
menunjukkan kemampuan berbicara percakapan, mahasiswa cenderung
mahasiswa sudah meningkat namun menulis percakapan yang akan
masih dibawah standar ketuntasan ditampilkan. Hal tersebut membuat
(80%). mahasiswa memerlukan waktu yang
Pada siklus I, kemampuan cukup banyak untuk menyatukan
mahasiswa setelah implementasi role persepsi mengenai percakapan yang
play yang berbantuan video telah mereka buat, apalagi satu kelompok
berada pada kategori baik. Mahasiswa terdiri dari 4 orang. Hal ini menunjukkan
mampu berbicara sesuai peran dengan mahasiswa belum mampu untuk
baik, namun tidak disertai penjelasan memberi respon langsung dalam
yang lebih dalam tentang prediksinya percakapan menggunakan bahasa
mengenai masa depan. Mahasiswa Inggris, mereka memerlukan persiapan
mengetahui teknik membuka dan yang cukup lama. Saat mahasiswa
menutup percakapan, namun masih menampilkan percakapannya,
bermasalah dalam penyampaian pesan, mahasiswa lain banyak yang tidak
menggunakan kalimat berbelit-belit, memperhatikan, mereka sibuk
tidak nyambung dalam segi sebab menyiapkan diri untuk maju ke depan,
akibat, menggunakan kalimat yang sehingga mereka tidak benar-benar
rancu sehingga membingungkan menyimak masukan yang diberikan
pendengar dan menimbulkan untuk memperbaiki kesalahan-
interpretasi yang berbeda. Mahasiswa kesalahan yang dilakukan. Kendala lain,
belum mampu berbicara tanpa berhenti pada pertemuan kedua, saat menonton
dan terdiam atau mengulang kata-kata video yang dibuat mahasiswa, pengeras
tertentu sambil mengingat-ingat dan suara yang dipergunakan tidak dapat

Jurnal Pendidikan Indonesia | 319


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

bersuara dengan keras sehingga kerap adalah giving opinions, agreeing and
kali peneliti menekan pause dan disagreeing, and discussing, yaitu
meminta mahasiswa untuk tenang dan mereka berperan sebagai dua orang
mendengarkan dengan seksama. teman yang membicarakan mitos yang
Berdasarkan refleksi diatas, mereka percayai dan menanyakan
ditarik kesimpulan bahwa siklus II perlu pendapat temannya, apakah setuju atau
dilakukan untuk lebih meningkatkan tidak dengan mitos yang disebutkan dan
kemampuan mahasiswa dalam memberi alasan untuk mendukung
berbicara sampai mencapai standar pendapat tersebut.
ketuntasan belajar. Hal-hal perbaikan Setelah diadakan post test II,
yang perlu dilakukan pada siklus kedua diperoleh data bahwa nilai rata-rata
adalah mahasiswa diminta untuk mahasiswa dalam keterampilan
mengulas lebih dalam mengenai topik berbicara bahasa Inggris pada Post test
yang dibicarakan, tidak menggunakan II adalah 18,52 (77,16%) dan berada
kalimat yang berbelit-belit, rancu, yang pada kategori baik, meningkat dari post
membingungkan pendengar, melatih tes I yaitu 16,93 (70,55%) dengan
kemampuannya di rumah dalam kategori baik pula. Dari 29 mahasiswa
memberi respon terhadap pertanyaan yang mengikuti Post test II, 5 orang
yang diberikan dengan bercakap-cakap (17,24%) mendapat nilai yang sangat
menggunakan bahasa Inggris di rumah, baik, 18 orang (62,07%) mendapat nilai
dan melatih kemampuannya dalam hal baik, dan 6 orang (20,69%) mendapat
pelafalan kata dengan membaca nilai cukup. Hal ini menunjukkan
bacaan bahasa Inggris, dan kemampuan berbicara mahasiswa
mempelajari lagi tata bahasa. semakin meningkat namun masih
Sementara itu, dalam hal implementasi dibawah standar ketuntasan (80%).
teknik, peneliti perlu menyiapkan Kemampuan mahasiswa dalam
ekspresi-ekspresi bahasa yang lebih berbicara menggunakan bahasa Inggris
bervariasi yang sesuai dengan topik setelah implementasi role play yang
yang dibahas, menyiapkan situasi yang berbantuan video pada Siklus II tetap
lebih rinci yang memudahkan berada pada kategori baik. Mahasiswa
mahasiswa berbicara dalam bermain mampu bercakap-cakap dengan
peran tanpa perlu waktu yang lama menanyakan dan menyatakan pendapat
untuk menyatukan persepsi, tentang mitos yang beredar di
memperhatikan dan melibatkan masyarakat, apakah mereka
mahasiswa agar lebih aktif dalam sesi sependapat atau tidak dengan mitos-
diskusi untuk menghindari kesalahan mitos tersebut, dan memberikan alasan
yang sama terulang kembali, dan yang untuk memperkuat pendapat mereka.
terakhir mempersiapkan pengeras suara Mahasiswa mampu menyampaikan
yang lebih baik demi kelancaran pesan dengan baik dan merespon
pembelajaran. pertanyaan yang diberikan tanpa
Kegiatan yang dilakukan pada menimbulkan interpretasi yang berbeda,
silkus II sama dengan kegiatan pada namun dalam penyampaian pendapat,
siklus sebelumnya, namun dengan topik beberapa mahasiswa terkesan
yang berbeda. Topik pada siklus II memaksakan pendapatnya agar

Jurnal Pendidikan Indonesia | 320


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

temannya mempercayai dan melakukan pengulangan kata dan berpikir lebih


seperti apa yang disebutkan dalam cepat mengenai kata yang akan
mitos yang dia percaya. Dalam hal ini, diucapkan sehingga tidak terdapat jeda
pendidikan karakter yang perlu yang cukup lama dalam berbicara, serta
ditanamkan adalah menghargai mempelajari lagi tata bahasa.
pendapat orang lain, yaitu mereka Topik pada siklus III adalah
diharapkan untuk mampu menghormati offering to do something. Sama seperti
pendapat orang lain walaupun tidak dua siklus sebelumnya, mahasiswa
sejalan dengan pendapat mereka. diminta bermain peran di kelas dan
Dalam hal kefasihan berbicara, tidak kemudian mempersiapkan video yang
ada peningkatan dari siklus ditonton pada pertemuan berikutnya.
sebelumnya, mahasiswa masih belum Pada pertemuan ketiga mahasiswa
mampu berbicara tanpa berhenti dan diberikan tes dan kuesioner.
terdiam atau mengulang kata-kata Berdasarkan hasil post test III, nilai rata-
tertentu sambil mengingat-ingat dan rata mahasiswa dalam keterampilan
berpikir apa yang akan diucapkannya. berbicara bahasa Inggris adalah 19,21
Pelafalan kata-kata tertentu yang (80,03%) masih berada pada kategori
sebenarnya umum dan sering baik, meningkat dari post tes I yaitu
digunakan mahasiswa masih belum 16,93 (70,55%) kategori baik dan post
dapat dilafalkan dengan baik oleh test II 18,52 (77,16%) dengan kategori
beberapa mahasiswa, namun hal baik baik pula. Dari 29 mahasiswa yang
yang ditunjukkan adalah mahasiswa mengikuti Post test III, 6 orang
berusaha memperbaiki kesalahan (20,69%) mendapat nilai yang sangat
pengucapannya ketika mereka baik, 19 orang (65,52%) mendapat nilai
melakukan kesalahan. Hal tersebut baik, dan 4 orang (13,79%) mendapat
menunjukkan ada usaha untuk nilai cukup. Hal ini menunjukkan
memperbaiki dan mereka setidaknya kemampuan berbicara mahasiswa
tahu telah melakukan kesalahan dan semakin baik dan telah mencapai
berusaha untuk memperbaikinya. Dalam standar ketuntasan (80%), sehingga
hal kosa kata, masih terdapat kesalahan siklus berikutnya tidak perlu
pemakaian kosa kata sehingga dilaksanakan lagi, dapat berakhir
menimbulkan makna yang berbeda dan sampai siklus III saja.
membingungkan. Yang terakhir, masih Kemampuan mahasiswa dalam
terdapat banyak kesalahan dalam hal berbicara menggunakan bahasa Inggris
grammar atau tata bahasa. Berdasarkan setelah implementasi role play yang
refleksi diatas, ditarik kesimpulan bahwa berbantuan video pada Siklus III berada
Siklus III perlu dilakukan karena pada kategori baik. Mahasiswa mampu
ketuntasan belajar mahasiswa masih bercakap-cakap sebagai seorang
dibawah 80%. Hal-hal perbaikan yang pegawai dan pelanggan dengan
perlu dilakukan pada siklus ketiga ekspresi bahasa offering to do
adalah mahasiswa diminta untuk lebih something (menawarkan bantuan),
melatih kemampuannya di rumah untuk accepting, and refusing an offer
meningkatkan kefasihan berbicara dan (menerima dan menolak tawaran).
pelafalan kata, menghindari Mahasiswa mampu menyampaikan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 321


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

pesan dengan baik dan merespon mahasiswa dalam mengevaluasi


pertanyaan yang diberikan tanpa keterampilan yang dimilikinya maupun
menimbulkan interpretasi yang berbeda. teman sekelasnya. Dalam penelitian ini,
Dalam hal kefasihan berbicara, terdapat penggunaan role play yang berbantuan
sedikit perbaikan namun mahasiswa video mampu memberikan pengaruh
masih belum mampu berbicara tanpa positif terhadap peningkatan nilai rata-
berhenti dan terdiam atau mengulang rata mahasiswa dan mampu
kata-kata tertentu sambil mengingat- menumbuhkan sikap kritis mahasiswa
ingat dan berpikir apa yang akan dalam berdiskusi, menilai keterampilan
diucapkannya. Dalam melafalkan suatu mereka sediri dan teman sekelasnya.
kata, mahasiswa berusaha memperbaiki Hasil post test didukung oleh
kesalahan pengucapannya ketika data yang didapat dari hasil kuesioner
mereka melakukan kesalahan. Hal yang diisi oleh mahasiswa. Berdasarkan
tersebut menunjukkan mereka persentase hasil kuesioner, dapat ditarik
setidaknya tahu telah melakukan kesimpulan bahwa hampir seluruh
kesalahan dan berusaha untuk mahasiswa mengatakan menyukai
memperbaikinya. Dalam hal kosa kata, teknik role play berbantuan video yang
masih terdapat beberapa kesalahan digunakan dalam pembelajaran. Teknik
pemakaian kosa kata sehingga tersebut membantu mereka dalam
menimbulkan makna yang berbeda dan berbicara bahasa Inggris dan
membingungkan. Yang terakhir, masih memotivasi mereka untuk berbicara.
terdapat banyak kesalahan dalam hal Dalam bermain peran, lebih dari
grammar atau tata bahasa. separuh mahasiswa mengatakan
Peningkatan nilai rata-rata mampu memberi respon yang baik
keterampilan berbicara dari siklus terhadap pertanyaan yang diberikan,
pertama sampai ketiga dalam penelitian yakin apa yang diucapkannya dapat
ini mendukung hasil penelitian yang dimengerti oleh rekannya dan mereka
dilakukan oleh Shen dan Suwanteph merasa mampu melakukan percakapan
(2011) di Thailand, yang menggunakan yang baik, serta tidak mengalami
role play dan e-learning dalam kesulitan mengenai topik yang dibahas.
meningkatkan kemampuan berbicara Mengenai video yang mahasiswa
mahasiswa dan Kirkgoz (2001) di Turki, tonton, sebagian besar dari mereka
yang menggunakan video dalam menyukai saat menonton videonya di
pembelajaran berbicara Bahasa Inggris. kelas, dan seluruh mahasiswa mengaku
Hasil penelitian Shen dan Suwanteph menyukai saat mereka menonton video
menunjukkan bahwa role play dan e- temannya. Mengenai sesi diskusi yang
learning memberikan pengaruh positif dilakukan setelah menonton video
terhadap peningkatan keterampilan mereka sendiri, hampir seluruhnya
mahasiswa dalam berbicara, terutama merasa mendapat banyak masukan
dalam hal kualitas dan produksi bahasa. mengenai kelebihan dan kekurangan
Sedangkan Hasil penelitian Kirkgoz mereka dan dapat belajar dari kelebihan
menunjukkan penggunaan video dalam dan kesalahan-kesalahan teman-
pembelajaran berbicara bahasa Inggris temannya dalam berbicara.
mampu menumbuhkan sikap kritis

Jurnal Pendidikan Indonesia | 322


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

Hasil kuesioner tersebut sesuai bahasa yang lebih luas dengan


dengan prinsip-prinsip yang memasukkan “dunia luar” ke dalam
dikemukakan oleh Brown (2001), yaitu kelas
teknik role play dikatakan sangat Penggunaan video sebagai
mengutamakan kebutuhan pebelajar media pembelajaran memiliki andil yang
untuk berbicara dari yang berfokus pada cukup besar dalam peningkatan
ketepatan sampai pada yang berfokus keterampilan berbicara mahasiswa
pada pesan, interaksi, makna dan dalam penelitian ini. Hal ini sesuai
kefasihan. Selain itu, teknik ini juga dengan apa yang ditegaskan oleh
dapat memotivasi pebelajar dari dalam Rowntree (dalam Tegeh, 2005) yaitu
diri mereka, mendorong penggunaan video sebagai media pembelajaran
bahasa yang otentik dalam konteks mampu membangkitkan motivasi belajar
yang bermakna, mampu memfasilitasi mahasiswa, memungkinkan untuk
pemberian balikan dan koreksi yang mengulang apa yang telah ditonton,
tepat, menekankan keterhubungan dibahas, atau dipelajari, mampu
alami antara berbicara dan menyediakan stimulus belajar,
mendengarkan, memberikan mengaktifkan respon pebelajar, dan
kesempatan pada pebelajar untuk mampu memberikan balikan belajar
memulai komunikasi lisan dan dengan segera atau setelah
mendorong pertumbuhan strategi pengulangan beberapa kali.
berbicara. Berdasarkan refleksi dan
Selain itu, sesuai juga dengan pembahasan diatas, hasil penelitian ini
apa yang dipaparkan Ur (1996), yaitu sesuai dengan kajian teori dan bukti
roleplay merupakan teknik pembelajaran empiris yang berhubungan dengan
yang tepat untuk meningkatkan rasa penggunaan role play dan video untuk
percaya diri dan kerjasama antar meningkatkan keterampilan berbicara
mahasiswa jika diterapkan dengan bahasa Inggris. Namun, untuk lebih
efektif. Dengan berpartisipasi pada meningkatkan keterampilan berbicara
peran-peran tertentu, secara perlahan- mahasiswa kelas IIC Jurusan
lahan mahasiswa akan melihat bahwa Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha,
dirinya bisa, sehingga pada gilirannya ada beberapa hal yang harus
akan merasa percaya diri untuk ditingkatkan kedepannya, yaitu
bebicara. Selain itu, Ur juga mahasiswa harus lebih melatih
mengungkapkan bahwa roleplay juga kemampuannya di rumah untuk
memberikan kesempatan pada meningkatkan kefasihan berbicara dan
mahasiswa untuk melatih real life pelafalan kata, menghindari
spoken language yang sesungguhnya di pengulangan kata dan berpikir lebih
kelas. Ide yang sama juga diungkapkan cepat mengenai kata yang akan
oleh Harmer (2002) yang menyatakan diucapkan sehingga tidak terdapat jeda
bahwa roleplay adalah kegiatan yang yang cukup lama dalam berbicara,
menyenangkan dan memotivasi, banyak membaca untuk meningkatkan
meningkatkan rasa percaya diri, dan pengetahuan tentang kosa kata,
memberikan kesempatan pada mempelajari lagi tata bahasa, serta
mahasiswa untuk menggunakan ragam melatih kemampuan bicara di depan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 323


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

teman untuk meredam rasa grogi dalam adalah grammar karena mahasiswa
berbicara. masih belum mampu berbicara dengan
tata bahasa Inggris yang baik dan
SIMPULAN DAN SARAN benar.
Berdasarkan hasil penelitian dan Penelitian ini merupakan suatu
pembahasan, peneliti menyimpulkan upaya inovatif dalam pembelajaran
bahwa implementasi teknik role play keterampilan berbicara yang diterapkan
yang berbantuan video terbukti mampu di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
meningkatkan keterampilan berbicara Untuk itu, hasil-hasil penelitian yang
mahasiswa kelas 2C jurusan Pendidikan diperoleh diharapkan dapat
Bahasa Inggris Undiksha yang berkontribusi optimal terhadap
mengambil mata kuliah Speaking 2 mahasiswa, mahasiswa dapat
tahun ajaran 2011/2012. Terjadi meningkatkan keterampilannya dalam
peningkatan nilai rata-rata mahasiswa berbicara dengan menggunakan teknik
mulai dari pre test, post test I, post test yang menyenangkan yaitu bermain
II, dan post test III. Pada post test III, peran sesuai topik yang dipelajari dan
nilai rata-rata mahasiswa telah menuangkan kreatifitasnya dalam
mencapai standar ketuntasan, sehingga bentuk rekaman video yang nantinya
penelitian dapat diakhiri sampai pada ditonton bersama-sama di dalam kelas.
siklus III saja. Peningkatan nilai rata-rata Mahasiswa dapat belajar dari kesalahan
mahasiswa terjadi secara bertahap dan sendiri dan juga kesalahan teman-
disertai dengan kesan mahasiswa temannya, dan menjadikannya acuan
terhadap teknik role play berbantuan untuk tampil lebih baik dikemudian hari.
video yang digunakan. Semakin hari Dalam berbicara, mahasiswa harus
mahasiswa merasa semakin menyukai mampu mengatasi rasa grogi,
teknik yang digunakan dan merasa memperhatikan dan menghargai
terbantu dan termotivasi dalam pendapat orang lain, dan meningkatkan
berbicara. Mereka suka menonton video kemampuannya dalam hal kefasihan,
mereka, apalagi menonton hasil karya kosa-kata, dan tata bahasa. Bagi dosen,
teman-temannya. Diskusi yang dosen dapat menggunakan teknik role
dilaksanakan untuk membahas play yang berbantuan video karena
penampilan mahasiswa dalam video teknik ini terbukti mampu meningkatkan
dinilai sangat berkontribusi terhadap keterampilan berbicara mahasiswa
pengetahuan dan pemahaman mereka kelas 2C yang diobservasi paling
dalam berbicara. Hal-hal yang masih bermasalah pada saat perkuliahan
perlu ditingkatkan oleh mahasiswa Speaking 1 pada semester sebelumnya.
adalah melatih mental agar tidak grogi Teknik role play berbantuan video ini
saat berbicara di depan kelas dan dapat dijadikan alternatif dalam
meningkatkan kemampuan dalam hal merancang kegiatan belajar mengajar
pelafalan kata dan keragaman kosa kata mata kuliah Speaking 2. Hal-hal yang
dengan banyak membaca, baik perlu disiapkan untuk memperlancar
membaca dengan keras maupun jalannya kegiatan di kelas adalah
membaca pemahaman. Selain itu, hal rencana pembelajaran, materi, alat
yang harus mendapat perhatian serius perekam, laptop, LCD, dan pengeras

Jurnal Pendidikan Indonesia | 324


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 1, April 2014

suara. Selain itu, melalui pembicaraan Ramendra, D. P. dan Barustyawati a. A.


informal, seminar, dan karya tulis, hasil- 2007. Meningkatkan Keterampilan
hasil penelitian ini dapat diketahui oleh Berbicara Mahasiswa Semester II
dosen lainnya, dan dapat dimanfaatkan Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
sebagai bahan perbaikan kinerja dan S1 Universitas Pendidikan Ganesha
berguna untuk menambah wawasan Dalam Mata Kuliah Speaking 2
para pendidik, menambah khasanah Dengan Menggunakan Teknik
ilmu pengetahuan utamanya ilmu Task-Based Activity Berbantuan
pendidikan dan pengajaran. AVR. (Laporan Penelitian Yang
Tidak Dipublikasikan). Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
DAFTAR PUSTAKA
Shen, L.,dan Suwanteph, J. 2011. E-
Brown, D. H. 2001. Teaching by
learning Constructive Role Plays for
Principles: An Interactive Approach
EFL Learners in China‟s Tertiary
to Language Pedagogy. New York:
Education. Asian EFL Journal.
Addison Wesley Longman, Inc.
Professional Teaching Articles. Vol.
Harmer, J. 2002. The Practice of English 49 January 2011. Diunduh 15
Language Teaching (3rd ed). New Februari 2012 di http://www.asian-
York: Addison Wesley Longman efl-
Limited. journal.com/PTA/January_2011.pdf
Kirkgoz, Y. 2011. A Blended Learning Tegeh, I Made. 2005. Media
Study on Implementing Video Pembelajaran. (Modul). Singaraja:
Recorded Speaking Tasks In Task- IKIP Negeri Singaraja.
Based Classroom Instruction.
Ur, P. 1996. A Course in language
TOJET: The Turkish Online Journal
teaching: Practice and Theory.
of Educational Technology.
Cambridge: Cambridge University
October 2011, volume 10 Issue 4.
Press.
Diunduh 15 Februari 2012 di
http://www.tojet.net/articles/v10i4/1
041.pdf

Jurnal Pendidikan Indonesia | 325

Anda mungkin juga menyukai