Anda di halaman 1dari 5

JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print)

February 2019, II (1): 7 – 11 ISSN 2615 – 3262 (Online)


Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN


METODE BERCERITA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Sri Rezki Maulina Azmi


STMIK Royal Kisaran
e-mail: srirezki.maulina@yahoo.com

Abstract: This Classroom Action Research (CAR) aims to improving the speaking ability of
fifth grade students of SD Negeri 010145 Labuhan Ruku in the 2018/2019 school year in
particular. This classroom action research was carried out in two cycles, in the fifth grade
students of Public Elementary School 010145 Labuhan Ruku 2018/2019 academic year, which
amounted to 16 people as the research subjects. Data collection methods used in this study are:
1) tests, 2) observations, and 3) documentation. Descriptive statistical data analysis techniques
are used to analyze quantitative data, namely mean values, while the qualitative data analysis is
used as a groove model. The results of the study indicate that the use of storytelling methods can
enhance learning activities and speaking skills.

Keywords: speaking skills, storytelling methods

Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa kelas V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku tahun pelajaran 2018/2019
khususnya. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, pada siswa kelas V SD
Negeri 010145 Labuhan Ruku tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 16 orang sebagai
subjek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
tes, (2) observasi, dan (3) dokumentasi. Teknik analisis data statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis data kuantitaif yaitu nilai rerata, sedangkan untuk analisis data kualitatif
digunakan model alur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode bercerita dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan keterampilan berbicara.

Kata kunci: keterampilan berbicara, metode bercerita

PENDAHULUAN berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara,


membaca, dan menulis. Keempat aspek
Pada hakikatnya belajar bahasa tersebut merupakan aspek yang terintegrasi
adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena dalam pembelajaran walaupun pada
tu, pembelajaran bahasa Indonesia penyajiannya dalam silabus keempatnya
hendaknya diarahkan untuk meningkatkan masih dapat dipisahkan.
kemampuan dan keterampilan peserta didik Dari keempat aspek keterampilan
dalam berkomunikasi dengan bahasa berbahasa tersebut di atas, keterampilan
Indonesia yang baik dan benar, secara lisan berbicara merupakan keterampilan "aktif
maupun tertulis. produktif', yaitu berkenaan dengan kegiatan
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa menggunakan bahasa. Keterampilan
Indonesia meliputi empat aspek keterampilan berbicara sama halnya dengan ketiga aspek
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print)
February 2019, II (1): 7 – 11 ISSN 2615 – 3262 (Online)
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR

keterampilan berbahasa yang lain tidaklah Research). Pemilihan jenis penelitian ini
datang secara otomatis melainkan harus merupakan upaya dalam meningkatkan
melalui latihan dan praktik yang banyak dan efektifitas pembelajaran yang berlangsung
teratur. Keterampilan berbahasa hanya dapat dalam tahapan/siklus. Melalui penelitian
diraih dengan melakukan kegiatan berbahasa tindakan kelas (PTK) ini, diharapkan
terus-menerus. Siswa perlu dibawa ke permasalahan pendidikan dan pembelajaran
pengalaman melakukan kegiatan berbahasa dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan,
dalam konteks yang sesungguhnya (1997). sehingga proses pendidikan dan
Siswa perlu dilatih, dibina, dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar
diberikan kesempatan sebanyak-banyaknya yang lebih baik, dapat diwujudkan secara
untuk memproduksi ujaran di depan umum sistematis.
dengan topik yang menarik minat dan Analisis data yang digunakan dalam
dikuasainya. Aktivitas berbicara seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,
bertanya, menyampaikan pesan, menyam- menggunakan deskriptif kuantitatif dan
paikan laporan, mengemukakan pendapat, kualitatif. Analisis data kuantitatif dengan
menyanggah pendapat orang lain, berpidato, statistik deskriptif untuk mencari nilai rerata.
bercerita, dan lain-lain yang sejenis itu perlu Menurut Sutrisno Hadi (2004: 41) rumus
dilatihkan. mencari rerata adalah sebagai berikut.
Selama ini terkait proses Rumus :
pembelajaran berbicara, guru belum Mean = (∑X)/N
menggunakan metode yang sesuai. Salah satu Keterangan :
upaya untuk meningkatkan keterampilan Mean = nilai rata-rata
berbicara yaitu menggunakan metode yang ∑x = jumlah seluruh nilai
tepat. Metode yang dirasa tepat adalah N = jumlah siswa
metode bercerita. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh (2005) mengemukakan metode Dalam penelitian ini, antara peneliti
bercerita dapat memacu kecerdasan dan guru kelas V SD Negeri 010145
linguistik. Metode ini akan mendorong siswa Labuhan Ruku mengadakan kolaborasi untuk
memiliki kemampuan verbal yang sangat menentukan kriteria yang digunakan dalam
esensial dalam kehidupan manusia. Tidak keberhasilan suatu pembelajaran.
hanya itu, dari bercerita, siswa akan belajar Kriteria yang yang digunakan adalah sebagai
tata cara berdialog dan bernarasi. Metode ini berikut.
mendorong siswa untuk senang bercerita atau 1. Untuk memberikan makna terhadap
berbicara. Setelah memperoleh pengalaman keberhasilan setelah pelaksanaan, maka
bercerita, siswa akan berpikir untuk digunakan kriteria evaluasi yang bersifat
menunjukkan eksistensi diri. Hal ini memacu absolut yaitu suatu tindakan
siswa untuk belajar berbicara lebih baik lagi. dibandingkan dengan standar minimal
Berdasarkan latar belakang masalah yang ditentukan. Jika telah ditentukan
tersebut, diketahui bahwa Metode bercerita tersebut, tindakan dinyatakan berhasil
dapat meningkatkan keterampilan berbicara. (Syaiful Bahri Djamarah dan Zain
Oleh karenanya peneliti tertarik untuk Aswan, 2006: 107).
mengadakan penelitian dengan judul 2. Untuk memberikan makna terhadap
“(meningkatkan keterampilan berbicara peningkatan kualitas yang normatif
menggunakan metode bercerita).” yaitu jika keadaan setelah dilakukan
tindakan lebih baik dari kondisi awal,
maka tindakan dinyatakan berhasil baik,
METODE tetapi jika perilaku lebih buruk dari
sebelumnya dinyatakan tidak berhasil.
Jenis penelitian ini termasuk jenis
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print)
February 2019, II (1): 7 – 11 ISSN 2615 – 3262 (Online)
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR

HASIL DAN PEMBAHASAN kelas. Beberapa siswa masih malu, ragu-


ragu, dan kurang percaya diri. Pembelajaran
Penelitian ini diawali dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas V
kegiatan observasi yaitu mengamati SD Negeri 010145 Labuhan Ruku
pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa menunjukkan peningkatan melalui
kelas V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku. penggunaan metode bercerita. Dalam menilai
Hampir seluruh siswa mengalami kesulitan keterampilan berbicara siswa digunakan
untuk berbicara. Hal tersebut mengakibatkan penilaian per aspek. Masing-masing aspek
nilai rata-rata keterampilan berbicara kelas V dinilai dengan memberikan skor. Pemberian
SD Negeri 010145 Labuhan Ruku hanya skor tersebut mengacu pada instrumen
65,18 dan belum memenuhi nilai KKM yaitu penilaian yang telah disediakan. Peningkatan
75. Rendahnya keterampilan berbicara aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I
disebabkan karena penggunaan metode sebesar 69%. Hal ini meningkat sebesar 19
ceramah dalam menjelaskan materi dari kondisi awal yaitu 50%. Dapat diketahui
menjadikan tidak ada rangsangan dari guru juga bahwa nilai siswa mengalami
untuk mengembangkan imajinasi siswa. peningkatan pada siklus I dibandingkan
Keberhasilan proses ditunjukkan dengan kondisi awal. Peningkatan
dengan peningkatan aktivitas siswa. keterampilan siswa dalam berbicara sebesar
Peningkatan aktivitas siswa ditunjukkan 7,28 dari kondisi awal 65,18 meningkat pada
dengan beberapa aspek, yaitu siswa siklus I menjadi 72,46. Siswa yang tuntas
bersemangat untuk membaca cerita yang pada kondisi awal adalah 31,25% yaitu
dipilihkan oleh guru. Siswa memperhatikan hanya 5 siswa. Nilai rata-rata keterampilan
contoh guru bercerita. Siswa berani bertanya berbicara adalah 65,18. Nilai tertinggi 76 dan
jawab yang berhubungan dengan cerita. nilai terendah adalah 41.
Siswa menuliskan unsur-unsur cerita dan Pada tahapan siklus II, aktivitas
membacakannya di depan kelas. Siswa siswa mengalami peningkatan. Siswa tampak
berlatih bercerita dengan kelompoknya, antusias untuk mengikuti pembelajaran.
membaca dua sampai tiga kali cerita untuk Siswa menyimak saat guru memberikan
memahami karakter setiap tokoh. Hal itu contoh bercerita. Siswa semangat berlatih
berakibat pada ketidakaktifan siswa dalam bercerita dengan kelompoknya. Dan saat
pembelajaran, karena yang terjadi adalah bercerita di depan kelas, siswa bercerita
komunikasi satu arah. Selain itu, siswa dengan penuh kesungguhan. Peningkatan
kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya. aktivitas siswa dapat dilihat dari masing-
Akibatnya, siswa pasif saat pelajaran, tidak masing pertemuan pada masing-masing
mau bertanya, diam saja dan jika guru siklus. Pembelajaran keterampilan berbicara
meminta berbicara, siswa masih terbata-bata, pada siswa kelas V SD Negeri 010145
malu, dan ragu-ragu untuk menjelaskan atau Labuhan Ruku , menunjukkan peningkatan
menceritakan materi yang sedang diajarkan melalui penggunaan metode bercerita. Dalam
Pada tahapan siklus I, dari kegiatan siswa menilai keterampilan berbicara siswa
yang diamati, terlihat masih ada beberapa digunakan penilaian per aspek. Masing-
siswa yang tidak mempunyai motivasi untuk masing aspek dinilai dengan memberikan
mengikuti pembelajaran. Hal itu tampak dari skor. Pemberian skor tersebut mengacu pada
sikap siswa yang tidak bersemangat dan tidak instrumen penilaian yang telah disediakan.
memperhatikan penjelasan guru. Beberapa Peningkatan aktivitas siswa yang diperoleh
siswa tidak berani bertanya terkait cerita pada siklus II sebesar 85%.
yang belum dipahami. Beberapa siswa tidak Dalam hal ini, siswa yang belum
menyimak saat guru memberikan contoh tuntas tersebut dapat disebabkan karena
bercerita dan saat siswa lain bercerita. Siswa faktor keluarga yaitu pola asuh dan kasih
juga kurang memanfaatkan waktunya untuk sayang orang tua. Orang tua merupakan area
berlatih bercerita dan saat bercerita di depan terdekat pada individu. Orang tua merupakan
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print)
February 2019, II (1): 7 – 11 ISSN 2615 – 3262 (Online)
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR

area terdekat pada individu. Bagaimana membaca dua sampai tiga kali cerita
individu terbentuk tentunya didapat dari untuk memahami karakter setiap tokoh.
pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada Siswa menggunakan barang-barang
situasi rumah. Orang tua memiliki peran pelengkap saat bercerita. Siswa
yang penting agar anak memiliki bersemangat berlatih bercerita dengan
kemampuan berbicara dan berbahasa. kelompoknya. Siswa antusias untuk maju
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa bercerita. Siswa menyimak teman yang
cara berkomunikasi dapat membuat anak lain saat bercerita. Siswa berani bercerita
tidak memiliki banyak perbendaharaan kata- di depan kelas dengan penuh kesung-
kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, guhan. Siswa menyimpulkan cerita yang
analisa, dan membuat kesimpulan. Orang tua telah disampaikan. Siswa berani
yang mengasuh anak dengan kasih sayang mengekspresikan perasaan mereka setelah
yang cukup, selalu mengajak anak bercerita. Peningkatan aktivitas siswa
berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, siklus I sebesar 19 pada kondisi awal 50%
seringkali orang tua mengajak malas meningkat menjadi 69% dan pada siklus
mengajak anaknya bicara dan hanya bicara II meningkat sebesar 35 pada kondisi
satu dua patah kata saja yang isinya instruksi awal 50% meningkat menjadi 85%.
atau jawaban sangat singkat. Selain itu, anak 2. Peningkatan Keterampilan Berbicara
tidak pernah diberi kesempatan untuk Siswa Hasil penelitian yang dilaksanakan
mengekspresikan diri sejak dini (lebih di kelas V SD Negeri 010145 Labuhan
banyak menjadi pendengar pasif) karena Ruku menggunakan metode bercerita
orang tua selalu memaksakan segala instruksi dapat meningkatkan keterampilan
kepada anak tanpa memberi kesempatan berbicara. Peningkatan keterampilan
anak untuk memberikan umpan balik. Hal ini berbicara pada siklus I sebesar 7,28 pada
menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi awal 65,18 meningkat menjadi
kemampuan bicara anak. 72,46 dan pada siklus II meningkat
sebesar 14,84 pada kondisi awal 65,18
meningkat menjadi 80,02. Jumlah siswa
SIMPULAN yang memenuhi nilai KKM mengalami
peningkatan. Jumlah siswa yang tuntas
Pembelajaran berbicara dengan siklus I sebanyak 7 siswa atau sebesar
menggunakan metode bercerita dapat 43,75%. Jumlah siswa yang tuntas pada
meningkatkan aktivitas dan keterampilan siklus II sebanyak 14 siswa atau sebesar
berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 87,5%. Peningkatan aktivitas dan
010145 Labuhan Ruku. keterampilan berbicara karena beberapa
1. Peningkatan Aktivitas Siswa Proses hal yaitu:
pembelajaran berbicara siswa kelas V SD a) pemilihan tema cerita yang menarik
Negeri 010145 Labuhan Ruku meng- dan berbeda,
gunakan metode bercerita mengalami b) siswa berpartisipasi dan aktif selama
peningkatan. Metode bercerita dapat pembelajaran, dan
meningkatkan aktivitas pembelajaran c) guru membimbing siswa selama
yang ditunjukkan dengan beberapa aspek, pembelajaran. Hal tersebut menjadikan
yaitu siswa bersemangat untuk membaca aktivitas siswa meningkat dan tentu
cerita yang dipilihkan oleh guru. Siswa saja keterampilan berbicara siswa juga
memperhatikan contoh guru bercerita. meningkat. Siswa telah melaksanakan
Siswa berani bertanya jawab yang langkah-langkah pembelajaran
berhubungan dengan cerita. Siswa menggunakan metode bercerita,
menuliskan unsur-unsur cerita dan menggunakan aspek kebahasaan dan
membacakannya di depan kelas. Siswa non kebahasaan saat bercerita. Aspek
berlatih bercerita dengan kelompoknya, kebahasaan yang tersebut adalah
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print)
February 2019, II (1): 7 – 11 ISSN 2615 – 3262 (Online)
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR

tekanan, ucapan, kosakata/diksi, dan keberanian, pengungkapan materi


struktur kalimat. Aspek wicara, dan sikap.
nonkebahasaan kelancaran,

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. 2006. Pembelajaran Bahasa Masnur Muslich, M. 2012. Pelaksanaan PTK


Indonesia yang Efektif di SD. Itu Mudah (Classroom Action
Yogyakarta: Depdiknas. Research) Pedoman Praktis bagi
Cox, C.1998. Teaching language arts (a Guru Profesional. Jakarta: Bumi
student-and response-centered Aksara
classroom). New York: A Viacom Nurgiyantoro, B. 1995. Penilaian dalam
Company. Pengajaran Bahasa dan Sastra
Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar) Indonesia. Yogyakarta: BPFE
Diktat Perkuliahan: IKIP Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa
Yogyakarta. Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud
Hopkins, D. 2011. Panduan Guru Penelitian Tompkins, Gail E & Hosskisson. 1993.
Tindakan Kelas, ATeacher’s Guide Language arts: content and teaching
To Classroom Research. Yogyakarta: strategies. New York: Macmillan
Pustaka Pelajar College Publishing Company.
Izzaty, R.E. 2008. Perkembangan Peserta Widyasari, K. 2010. Hypnotic Story Telling,
Disik. Yogyakarta: UNY Trik Menghipnosis Anak Melalui
Press.Sudijono, A. 2012. Pengantar Bahasa Dongeng. Surabaya: Media
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Sugesti.
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai