Abstract: This Classroom Action Research (CAR) aims to improving the speaking ability of
fifth grade students of SD Negeri 010145 Labuhan Ruku in the 2018/2019 school year in
particular. This classroom action research was carried out in two cycles, in the fifth grade
students of Public Elementary School 010145 Labuhan Ruku 2018/2019 academic year, which
amounted to 16 people as the research subjects. Data collection methods used in this study are:
1) tests, 2) observations, and 3) documentation. Descriptive statistical data analysis techniques
are used to analyze quantitative data, namely mean values, while the qualitative data analysis is
used as a groove model. The results of the study indicate that the use of storytelling methods can
enhance learning activities and speaking skills.
Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa kelas V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku tahun pelajaran 2018/2019
khususnya. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, pada siswa kelas V SD
Negeri 010145 Labuhan Ruku tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 16 orang sebagai
subjek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
tes, (2) observasi, dan (3) dokumentasi. Teknik analisis data statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis data kuantitaif yaitu nilai rerata, sedangkan untuk analisis data kualitatif
digunakan model alur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode bercerita dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan keterampilan berbicara.
keterampilan berbahasa yang lain tidaklah Research). Pemilihan jenis penelitian ini
datang secara otomatis melainkan harus merupakan upaya dalam meningkatkan
melalui latihan dan praktik yang banyak dan efektifitas pembelajaran yang berlangsung
teratur. Keterampilan berbahasa hanya dapat dalam tahapan/siklus. Melalui penelitian
diraih dengan melakukan kegiatan berbahasa tindakan kelas (PTK) ini, diharapkan
terus-menerus. Siswa perlu dibawa ke permasalahan pendidikan dan pembelajaran
pengalaman melakukan kegiatan berbahasa dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan,
dalam konteks yang sesungguhnya (1997). sehingga proses pendidikan dan
Siswa perlu dilatih, dibina, dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar
diberikan kesempatan sebanyak-banyaknya yang lebih baik, dapat diwujudkan secara
untuk memproduksi ujaran di depan umum sistematis.
dengan topik yang menarik minat dan Analisis data yang digunakan dalam
dikuasainya. Aktivitas berbicara seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,
bertanya, menyampaikan pesan, menyam- menggunakan deskriptif kuantitatif dan
paikan laporan, mengemukakan pendapat, kualitatif. Analisis data kuantitatif dengan
menyanggah pendapat orang lain, berpidato, statistik deskriptif untuk mencari nilai rerata.
bercerita, dan lain-lain yang sejenis itu perlu Menurut Sutrisno Hadi (2004: 41) rumus
dilatihkan. mencari rerata adalah sebagai berikut.
Selama ini terkait proses Rumus :
pembelajaran berbicara, guru belum Mean = (∑X)/N
menggunakan metode yang sesuai. Salah satu Keterangan :
upaya untuk meningkatkan keterampilan Mean = nilai rata-rata
berbicara yaitu menggunakan metode yang ∑x = jumlah seluruh nilai
tepat. Metode yang dirasa tepat adalah N = jumlah siswa
metode bercerita. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh (2005) mengemukakan metode Dalam penelitian ini, antara peneliti
bercerita dapat memacu kecerdasan dan guru kelas V SD Negeri 010145
linguistik. Metode ini akan mendorong siswa Labuhan Ruku mengadakan kolaborasi untuk
memiliki kemampuan verbal yang sangat menentukan kriteria yang digunakan dalam
esensial dalam kehidupan manusia. Tidak keberhasilan suatu pembelajaran.
hanya itu, dari bercerita, siswa akan belajar Kriteria yang yang digunakan adalah sebagai
tata cara berdialog dan bernarasi. Metode ini berikut.
mendorong siswa untuk senang bercerita atau 1. Untuk memberikan makna terhadap
berbicara. Setelah memperoleh pengalaman keberhasilan setelah pelaksanaan, maka
bercerita, siswa akan berpikir untuk digunakan kriteria evaluasi yang bersifat
menunjukkan eksistensi diri. Hal ini memacu absolut yaitu suatu tindakan
siswa untuk belajar berbicara lebih baik lagi. dibandingkan dengan standar minimal
Berdasarkan latar belakang masalah yang ditentukan. Jika telah ditentukan
tersebut, diketahui bahwa Metode bercerita tersebut, tindakan dinyatakan berhasil
dapat meningkatkan keterampilan berbicara. (Syaiful Bahri Djamarah dan Zain
Oleh karenanya peneliti tertarik untuk Aswan, 2006: 107).
mengadakan penelitian dengan judul 2. Untuk memberikan makna terhadap
“(meningkatkan keterampilan berbicara peningkatan kualitas yang normatif
menggunakan metode bercerita).” yaitu jika keadaan setelah dilakukan
tindakan lebih baik dari kondisi awal,
maka tindakan dinyatakan berhasil baik,
METODE tetapi jika perilaku lebih buruk dari
sebelumnya dinyatakan tidak berhasil.
Jenis penelitian ini termasuk jenis
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print)
February 2019, II (1): 7 – 11 ISSN 2615 – 3262 (Online)
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR
area terdekat pada individu. Bagaimana membaca dua sampai tiga kali cerita
individu terbentuk tentunya didapat dari untuk memahami karakter setiap tokoh.
pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada Siswa menggunakan barang-barang
situasi rumah. Orang tua memiliki peran pelengkap saat bercerita. Siswa
yang penting agar anak memiliki bersemangat berlatih bercerita dengan
kemampuan berbicara dan berbahasa. kelompoknya. Siswa antusias untuk maju
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa bercerita. Siswa menyimak teman yang
cara berkomunikasi dapat membuat anak lain saat bercerita. Siswa berani bercerita
tidak memiliki banyak perbendaharaan kata- di depan kelas dengan penuh kesung-
kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, guhan. Siswa menyimpulkan cerita yang
analisa, dan membuat kesimpulan. Orang tua telah disampaikan. Siswa berani
yang mengasuh anak dengan kasih sayang mengekspresikan perasaan mereka setelah
yang cukup, selalu mengajak anak bercerita. Peningkatan aktivitas siswa
berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, siklus I sebesar 19 pada kondisi awal 50%
seringkali orang tua mengajak malas meningkat menjadi 69% dan pada siklus
mengajak anaknya bicara dan hanya bicara II meningkat sebesar 35 pada kondisi
satu dua patah kata saja yang isinya instruksi awal 50% meningkat menjadi 85%.
atau jawaban sangat singkat. Selain itu, anak 2. Peningkatan Keterampilan Berbicara
tidak pernah diberi kesempatan untuk Siswa Hasil penelitian yang dilaksanakan
mengekspresikan diri sejak dini (lebih di kelas V SD Negeri 010145 Labuhan
banyak menjadi pendengar pasif) karena Ruku menggunakan metode bercerita
orang tua selalu memaksakan segala instruksi dapat meningkatkan keterampilan
kepada anak tanpa memberi kesempatan berbicara. Peningkatan keterampilan
anak untuk memberikan umpan balik. Hal ini berbicara pada siklus I sebesar 7,28 pada
menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi awal 65,18 meningkat menjadi
kemampuan bicara anak. 72,46 dan pada siklus II meningkat
sebesar 14,84 pada kondisi awal 65,18
meningkat menjadi 80,02. Jumlah siswa
SIMPULAN yang memenuhi nilai KKM mengalami
peningkatan. Jumlah siswa yang tuntas
Pembelajaran berbicara dengan siklus I sebanyak 7 siswa atau sebesar
menggunakan metode bercerita dapat 43,75%. Jumlah siswa yang tuntas pada
meningkatkan aktivitas dan keterampilan siklus II sebanyak 14 siswa atau sebesar
berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 87,5%. Peningkatan aktivitas dan
010145 Labuhan Ruku. keterampilan berbicara karena beberapa
1. Peningkatan Aktivitas Siswa Proses hal yaitu:
pembelajaran berbicara siswa kelas V SD a) pemilihan tema cerita yang menarik
Negeri 010145 Labuhan Ruku meng- dan berbeda,
gunakan metode bercerita mengalami b) siswa berpartisipasi dan aktif selama
peningkatan. Metode bercerita dapat pembelajaran, dan
meningkatkan aktivitas pembelajaran c) guru membimbing siswa selama
yang ditunjukkan dengan beberapa aspek, pembelajaran. Hal tersebut menjadikan
yaitu siswa bersemangat untuk membaca aktivitas siswa meningkat dan tentu
cerita yang dipilihkan oleh guru. Siswa saja keterampilan berbicara siswa juga
memperhatikan contoh guru bercerita. meningkat. Siswa telah melaksanakan
Siswa berani bertanya jawab yang langkah-langkah pembelajaran
berhubungan dengan cerita. Siswa menggunakan metode bercerita,
menuliskan unsur-unsur cerita dan menggunakan aspek kebahasaan dan
membacakannya di depan kelas. Siswa non kebahasaan saat bercerita. Aspek
berlatih bercerita dengan kelompoknya, kebahasaan yang tersebut adalah
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print)
February 2019, II (1): 7 – 11 ISSN 2615 – 3262 (Online)
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR
DAFTAR PUSTAKA