Anda di halaman 1dari 19

Makalah Critical Jurnal Review Dasar-Dasar Pendidikan MIPA

CRITICAL JURNAL REVIEW


PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING
UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS IV SD

Disusun oleh:

Nama : Selly Aprilia Nisa


Nim : 4183131001
Kelas : Kimia Dik.D 2018
Dosen Pengampu : Drs. Ratu Evina, M.Si.
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Pendidikan MIPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah Saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmatnya kepada Saya (penulis) sehingga dengan nikmatnya
tersebut Saya dapat menyelesaikan tugas laporan Critical Jurnal Riview tentang
“Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Peningkatan Keaktifan Belajar Ipa
Pada Siswa Kelas IV SD”.
Kemudian dalam penulisan ini Saya telah banyak mendapatkan petunjuk
dari berbagai pihak sehingga tugas penelitian ini dapat diselesaikan. Mudah-
mudahan Critical Jurnal Riview ini dapat bermanfaat bagi Saya dan seluruh para
pembaca tugas ini. Saya menyadari dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan untuk itu Saya masih memerlukan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari teman-teman pembaca demi kesempurnaan tugas-tugas yang
berikutnya.
Ucapan terima kasih Saya ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan tugas ini sehingga tersusunnya tugas ini dari awal
hingga akhir sampai dengan selesai.

Medan, November 2018

Penulis
BAB I
RINGKASAN JURNAL UTAMA
I.I Pendahuluan
Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Peningkatan Keaktifan
Belajar IPA pada siswa kelas IV SD. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mendeskripsikan langkah-langkah penerapan metode inkuiri terbimbing pada
siswa kelas IV SDN 1 Kabekelan (2) meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa
kelas IV SD 1 Kabekelan dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Penelitian
ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaboratif yang dilaksanakan
dalam tiga siklus, masing-masing siklus mencakup tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV
SDN 1 Kabekelan yang berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) langkah-langkah penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa
kelas IV SDN 1 Kabekelan meliputi menyajikan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan, (2) penerapan
metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas
IV SDN 1 Kabekelan.
I.II Kajian Teori
Pembelajaran IPA tidak hanya memberikan bekal pengetahuan saja tetapi
keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai
kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut
dapat tercapai salah satu caranya dengan penggunaan metode atau model
pembelajaran yang tepat. Selain itu, seorang guru juga harus mampu mendorong
siswanya untuk aktif di dalam pembelajaran dan memberikan pengalaman
langsung sehingga pembelajaran bermakna. Guru juga hendaknya mendorong
siswanya melihat masalah, merumuskannya dan berupaya untuk memecahkan
masalah sesuai dengan kemampuannya sehingga siswa mengkontruksi
pemahamannya sendiri. Penanaman sikap dan nilai-nilai serta rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa juga harus ditanamkan kepada
siswa.
Pembelajaran IPA yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Kabekelan masih
terpusat pada guru (teacher centered learning). Hal ini terlihat dari proses
pembelajaran yang didominasi oleh metode ceramah, menyebabkan
pembelajaran IPA kurang bermakna. Pembelajaran IPA juga masih bersifat
hafalan. Siswa belum mendapatkan pengalaman langsung untuk melakukan suatu
aktivitas dalam mata pelajaran IPA. Hal tersebut menyebabkan tingkat keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPA masih kurang, masih banyak siswa yang pasif
dalam pembelajaran terbukti dari sedikitnya siswa yang mau bertanya, kurangnya
keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat, serta kurangnya keaktifan siswa
dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu, hasil belajar siswa masih rendah.
Hal tersebut terlihat dari hasil belajar siswa pratindakan yang menunjukkan
bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa baru mencapai 25% dan rata-rata
kelas sebesar 53.
Pembelajaran IPA yang masih rendah di SDN 1 Kabekelan dapat diatasi
dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Metode ini dapat mengarahkan
siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Gulo (2004) berpendapat,
“Metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri” (Ambarsari, 2012: 4). Demikian juga,
Nwagbo (2006) mengatakan bahwa, “Metode inkuiri terbimbing merupakan
strategi pengajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis aktivitas dimana guru
menggunakan berbagai bahan ajar untuk membantu siswa menemukan solusi
yang mungkin dan dapat diuji secara ilmiah” (Ozdilek dan Bulunuz, 2009: 26).
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang muncul yaitu (1)
bagaimana penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SDN 1
Kabekelan?, (2) apakah penerapan metode inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Kabekelan?.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan langkah-langkah
penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SDN 1 Kabekelan (2)
meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD 1 Kabekelan dengan
penerapan metode inkuiri terbimbing.
I.III Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Kabekelan, Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen. Jumlah subjek penelitian 17 siswa yang terdiri
dari 8 putra dan 9 putri. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan November
2012 sampai dengan bulan April 2013 pada semester dua tahun pelajaran
2012/2013.
Pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua yaitu instrumen tes
hasil belajar dan instrumen non tes berupa lembar observasi dan angket yang
digunakan sebagai alat pengumpul data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing sesuai dengan RPP dan skenario
pembelajaran yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru kelas
IV. Observer dalam penelitian ini adalah peneliti dan teman sejawat dari peneliti
sendiri.
Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
data. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif komparatif dengan membandingkan data kuantitatif dan
analisis kuantitatif yang mengacu pendapat Miles dan Hiberman (1984) meliputi
3 tahap yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta
penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2011: 246-252).
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) kolaboratif. Menurut Trianto, “PTK kolaboratif merupakan
penelitian tindakan yang melibatkan beberapa pihak yaitu guru, dosen LPTK,
dan orang lain yang terlibat dalam satu tim secara serentak melakukan
penelitian” (2011: 39). Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
kelas yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart yang meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
I.IV Hasil Dan Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing yang
dilakukan oleh guru pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut
terlihat dari rata-rata hasil observasi dan angket kinerja guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dari siklus I sampai siklus III,
yang dapat disajikan pada tabel berikut ini:
Siklus Persentase (%)
I 61%
II 76,6%
III 89,3%
Keterangan Meningkat

Tabel 1. Perbandingan Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I-Siklus III


Berdasarkan tabel 1, di atas terlihat adanya kenaikan hasil observasi
kinerja guru yaitu dari siklus I sampai dengan siklus III. Kenaikan hasil observasi
kinerja guru dari siklus I sebesar 61% meningkat pada siklus II menjadi 76,6%
sehingga hasil observasi kinerja guru meningkat sebesar 15,6%. Kenaikan hasil
observasi kinerja guru juga terjadi dari siklus II ke siklus III sebesar 12,7%, yang
semula siklus II hasil observasi kinerja guru 76,6% meningkat pada siklus III
menjadi 89,3%.
Penerapan metode inkuiri terbimbing yang telah diterapkan di kelas IV
SDN I Kabekelan pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar
IPA. Pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing membuat siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran IPA. Siswa yang tadinya hanya duduk
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi, setelah dilakukan
pembelajaran IPA dengan metode inkuiri terbimbing siswa menjadi aktif
menjawab pertanyaan guru, aktif dalam merespon suatu masalah, aktif
mengamati suatu hal, mendapatkan kesempatan untuk melakukan percobaan
sehingga rasa ingin tahunya dapat terpenuhi, siswa berpartisipasi aktif dalam
suatu diskusi kelompok, aktif dalam mencari pemecahan masalah, aktif membuat
kesimpulan, aktif bertanya, dan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu,
keterampilan proses dalam IPA dapat dilaksanakan oleh siswa.
Peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat
dilihat dari rata-rata hasil observasi dan angket keaktifan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dari siklus I sampai
siklus III, yang dapat disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Perbandingan Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I-Siklus III
Siklus Persentase (%)
I 60%
II 75,8%
III 90,3%
Keterangan Meningkat
Berdasarkan tabel 2, di atas terlihat adanya kenaikan hasil observasi
keaktifan siswa yaitu dari siklus I sampai dengan siklus III. Kenaikan hasil
observasi keaktifan siswa dari siklus I sebesar 60% meningkat pada siklus II
menjadi 75,8% sehingga hasil observasi keaktifan siswa meningkat sebesar
15,8%. Kenaikan hasil observasi keaktifan siswa juga terjadi dari siklus II ke
siklus III sebesar 14,5%, yang semula siklus II hasil observasi kinerja guru
75,8% meningkat pada siklus III menjadi 90,3%.

Tabel 3. Perbandingan Hasil Keaktifan Siswa Siklus I-Siklus III dengan Teknik
Angket
Siklus Persentase (%)
I 59%
II 75,4%
III 90,1%
Keterangan Meningkat

Berdasarkan tabel 3, di atas terlihat adanya kenaikan hasil keaktifan siswa


dengan teknik angket yaitu dari siklus I sampai dengan siklus III. Kenaikan hasil
keaktifan siswa dengan teknik angket dari siklus I sebesar 59% meningkat pada
siklus II menjadi 75,4% sehingga hasil keaktifan siswa dengan teknik angket
meningkat sebesar 16,4%. Kenaikan hasil keaktifan siswa dengan teknik angket
juga terjadi dari siklus II ke siklus III sebesar 14,7%, yang semula siklus II hasil
kinerja guru dengan teknik angket 75,4% meningkat pada siklus III menjadi
90,1%.
Peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA setelah
diterapkan metode inkuiri terbimbing berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil
belajar tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Perbandingan Nilai Hasil Belajar Pratindakan, Siklus I, Siklus II dan
Siklus III

Persentase
Rata-
Pencapaian KKM
Tindakan rata
Belum
Kelas Tuntas
Tuntas
Pratindakan 53 25% 76,5%
Siklus I 66,6 59% 41,2%
Siklus II 76,9 73,6% 26,5%
Siklus III 89 88,3% 11,8%

Berdasarkan tabel 4, di atas terlihat adanya kenaikan rata-rata kelas yaitu


dari pratindakan sampai dengan siklus III. Kenaikan rata-rata kelas dari
pratindakan sebesar 53 meningkat pada siklus I menjadi 66,6 sehingga nilai rata-
rata kelas meningkat sebesar 13,6. Kenaikan rata-rata kelas juga terjadi dari
siklus I ke siklus II sebesar 10, yang semula siklus I nilai rata-rata kelasnya 66,6
meningkat pada siklus II menjadi 76,9. Peningkatan nilai rata-rata kelas juga
terjadi dari siklus II ke siklus III sebesar 12,1, nilai rata-rata kelas siklus II yang
tadinya 76,9 meningkat pada siklus III menjadi 89.
Selain itu, terjadi peningkatan pada persentase ketuntasan hasil belajar
siswa dari pratindakan sampai dengan siklus III. Kenaikan persentase ketuntasan
hasil belajar dari pratindakan sebesar 25% meningkat pada siklus I menjadi 59%
sehingga persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebesar 13,6%.
Kenaikan persentase ketuntasan hasil belajar siswa juga terjadi dari siklus I ke
siklus II sebesar 14,6%, yang semula siklus I persentase ketuntasan hasil belajar
siswa 59% meningkat pada siklus II menjadi 73,6%. Peningkatan persentase
ketuntasan hasil belajar siswa juga terjadi dari siklus II ke siklus III sebesar
14,7%, persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus II yang tadinya 73,6%
meningkat pada siklus III menjadi 88,3%.
Pelaksanaan pembelajaran metode inkuiri terbimbing yang diterapkan di
kelas IV SDN 1 Kabekelan tidak terlepas dari adanya kendala-kendala baik dari
pihak guru maupun siswa. Kendala-kendala tersebut yaitu guru dan siswa belum
sepenuhnya memahami langkah-langkah metode inkuiri terbimbing, dibutuhkan
kesabaran yang lebih untuk memotivasi siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
sikap individualitas siswa dan kurangnya kerja sama dalam kelompok. Kendala-
kendala tersebut menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk
mengatasi kendala tersebut.
Adapun solusi untuk mengatasi adanya kendala tersebut yaitu guru lebih
memahami kembali langkah-langkah metode inkuiri terbimbing secara
mendalam sehingga dapat memberikan pengarahan langkah-langkah metode
inkuiri terbimbing secara lebih jelas dan sistematis kepada siswa. Guru harus
memiliki kesabaran untuk memberikan motivasi secara terus menerus sampai
siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, membangkitkan
motivasi dan rasa percaya diri siswa untuk menyampaikan pendapatnya maupun
bertanya. Mengkondisikan siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya dan
memberikan penghargaan, hadiah atau pujian kepada kelompok yang kerja
samanya baik.
I.V Simpulan Dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) langkah-
langkah penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SDN 1
Kabekelan meliputi menyajikan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, analisis data, dan membuat kesimpulan, (2) penerapan metode inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SDN 1
Kabekelan.
Saran yang diberikan peneliti kepada guru yaitu untuk melatih siswa
bersikap ilmiah, memancing respon siswa terhadap masalah, menjadi fasilitator
dalam presentasi dan memberikan bimbingan secara intensif pada saat
pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Peneliti juga
memberikan saran kepada siswa agar mengembangkan sikap ilmiah,
menumbuhkan motivasi dan terbiasa membaca dan memecahkan masalah yang
berhubungan dengan materi pembelajaran yang diberikan guru. Bagi lembaga
pendidikan hendaknya melengkapi sarana dan prasarana serta sumber belajar
untuk mendukug penerapan metode inkuiri terbimbing. Sedangkan, bagi peneliti
lain untuk mengkaji lebih dalam tentang metode inkuiri terbimbing sehingga
penerapan metode inkuiri terbimbing dapat terlaksana dengan lebih baik lagi.
RINGKASAN JURNAL PEMBANDING
JUDUL : Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Inkuiri
Terbimbing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa
SMA Laboratorium Malang Kelas X.
PENULIS : Oktavia Sulistina, I Wayan Dasna, Srini Murtinah Iskandar.
II.I Kajian Teori
Ilmu kimia merupakan ilmu yang memiliki karakteristik: a) ilmu yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam
yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan
energetika zat; b) ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembang
kan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan
selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).
Sastrawijaya (1988) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran kimia adalah
untuk memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal berbagai fakta,
kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, memiliki keterampilan dalam
menggunakan alat-alat dan bahan di laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah
yang dapat ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik
ilmu kimia tersebut, terdapat dua yang berkaitan dengan kimia yang tidak
terpisahkan, yaitu kimia se-konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan
dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan
penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia
sebagai proses dan produk. Berdasarkan karakteristik ilmu kimia tersebut, maka
metoda yang dapat digunakan guru kimia dalam pembelajarannya di kelas salah
satunya adalah metoda inkuiri. Menurut Sund & Trowbridge (1973) inkuiri
diartikan sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan
menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Krajcik, Mamlok, & Hug
(2001), memaparkan bahwa siswa dapat melakukan inkuiri melalui beberapa
tahap, yaitu: mengajukan pertanyaan yang sesuai, menemukan dan menyatukan
informasi, monitoring informasi ilmiah, perancangan penyelidikan dan me-bagai
produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, menarik kesimpulan.
II.II Metode
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen semu
dengan desain pretes dan postes dengan kelompok-kelompok yang diacak. Populasi
penelitian adalah siswa SMA Laboratorium Malang kelas X tahun ajaran 2007/2008.
Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling.
Pengambilan sampel terdiri dari 2 langkah, yaitu: 1) pemilihan sampel secara acak dari
kelompok-kelompok subjek populasi melalui teknik undian dan 2) mengambil
semua subjek yang tercakup dalam kelompok yang terpilih sebagai anggota sampel
(Lemlit, 1997). Dari hasil sampling, didapatkan 3 kelas sebagai sampel penelitian
yaitu kelas X.3 dengan jumlah siswa 28, kelas X. 6, dan kelas X.5 26 siswa. Untuk
menetapkan penerapan metode pembelajaran pada kelompok sampel dilakukan
undian. Berdasarkan hasil undian tersebut ditetapkan kelas X.3 sebagai kelompok
eksperimen (E1) yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbuka, kelas X.6 sebagai
kelompok eksperimen (E2) yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing dan
kelas X.5 sebagai kelompok kontrol (K) yang dibelajarkan dengan metode
konvensional.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan berupa RPP
(rencana pelaksanaan pembelajaran). Menurut silabus SMA Laboratorium Malang,
alokasi waktu untuk materi larutan elektrolit dan non elektrolit adalah 6 jam
pelajaran (6 x 45 menit) atau 3 kali pertemuan. Menyesuaikan dengan alokasi
waktu tersebut maka RPP yang digunakan sebagai instrumen perlakuan yaitu
RPP1 (inkuiri terbuka), RPP2 (inkuiri terbimbing) dan RPP3 (konvensional)
masing-masing untuk kriteria reliabilitas dengan tingkat tinggi sehingga da- pat
dipercaya sebagai instrumen penelitian.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh nilai kognitif siswa adalah
tes berbentuk tes uraian dan berjumlah 6 butir soal. Penilaian psikomotorik
meliputi penilaian unjuk kerja, penilaian diskusi dan penilaian poster. Instrumen
yang dikembangkan ber- bentuk lembar observasi yang berisi rubrik-rubrik
penilaian yang dijabarkan dalam kriteria penilaian. Instrumen yang dikembangkan
berbentuk lembar observasi yang berisi rubrik-rubrik penilaian yang dijabarkan
dalam kriteria penilaian (lengkapnya lihat di Lampiran). Kriteria yang diukur
dalam penilaian unjuk kerja meliputi: 1) kemampuan mengajukan pertanyaan; 2)
kemampuan merumuskan hipotesis; 3) kemampuan merancang percobaan; 4)
Keterampilan melakukan percobaan; 5) keterampilan menarik kesimpulan; dan 6)
keterampilan presentasi. Kriteria yang diukur dalam penilaian diskusi. Kriteria
yang diukur dalam penilaian diskusi meliputi: 1) keterlibatan dalam menyampaikan
gagasan/pertanyaan; 2) keterlibatan dalam menanggapi pertanyaan; 3) keterlibatan
menjadi tutor sebaya ketika mengerjakan LKS dan 4) keterampilan menjelaskan
jawaban. Kriteria yang diukur dalam penilaian poster adalah: 1) bentuk hu- ruf; 2)
cara penyajian; 3) tata letak dan urutan penulisan; 4) komponen dan kepadatan
isi; dan 5) gaya bahasa. Penilaian afektif digunakan untuk mengukur sikap dan
minat siswa terhadap pelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit. Instrumen yang dikembangkan berupa angket tertutup
dengan teknik skala Likert. Responden dalam hal ini siswa, diminta untuk
memberikan tanda cek (√) terhadap item pernyataan.
II.III Hasil Penelitian
Hasil uji statistik chi-square dan uji anava satu jalur menyatakan bahwa
kemampuan awal siswa adalah dalam keadaan setara. Langkah selanjutnya
dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis varian satu
jalur dan uji post hoc.
Berdasarkan hasil analisis tersebut nampak bahwa harga F adalah 11.995
pada sig 0.000 atau F hitung lebih besar dari F Tabel pada taraf uji 5% (F 1,995) >
Ftabel(3,115)), sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat perbedaan
hasil belajar kimia (kognitif) antara kelompok siswa yang menggunakan metode
pembelajaran inkuiri terbuka, metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan metode
pembelajaran ceramah-praktikum (konvensional). Untuk membandingkan antara
metode pembelajaran dilakunPost Hoc Test.
Berdasarkan hasil uji dinyatakan bahwa: 1) terdapat perbedaan antara
metode inkuiri terbuka dan ceramah praktikum karena nilai sig(0,035) < 0,05; 2)
terdapat perbedaan antara metode inkuiri terbimbing dan ceramah-praktikum
Karena nilai sig(0,000) < 0,05; 3) terdapat perbedaan antara metode inkuiri
terbuka dan inkuiri terbimbing karena nilai sig(0,040) < 0,05. Perbedaan
keefektifan dapat dilihat dari rata-rata nilai pos-tes siswa. Ratarata siswa dengan
metode inkuiri terbimbing (72,16) adalah tinggi daripada metode inkuiri terbuka
(63,39). Rata-rata terendah adalah siswa dengan metode ceramah-praktikum
(54,54).
II.IV kesimpulan
Metode pembelajaran inkuiri terbuka dan terbimbing terbukti efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa (kognitif, psikomotor, dan afektif) siswa
dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional (ceramah-praktikum).
Metode pembelajaran inkuiri yang berbasis laboratorium baik untuk diterapkan
pada pembelajaran bidang studi dalam rumpun ipa atau sains khususnya kimia,
karena pembelajaran ini dapat meningkatan hasil belajar siswa dan melibatkan siswa
secara aktif dalam perolehan pengetahuan, sehingga hasil belajar dan pemahaman
konsep siswa bisa menjadi lebih baik. Penggunaan metode inkuiri terbuka dalam
pembelajaran akan berhasil dengan baik jika dilakukan secara kontinu, sehingga
siswa terbiasa untuk bekerja secara mandiri dalam memperoleh pengetahuannya.
BAB II
KELEBIHAN JURNAL
Dari jurnal diatas yang sudah direview, pada jurnal utama dapat kita lihat
bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing yang
dilakukan oleh guru pada setiap siklus mengalami peningkatan. Setelah dilakukan
pembelajaran IPA dengan metode inkuiri terbimbing siswa menjadi aktif
menjawab pertanyaan guru, aktif dalam merespon suatu masalah, aktif mengamati
suatu hal, mendapatkan kesempatan untuk melakukan percobaan sehingga rasa
ingin tahunya dapat terpenuhi, siswa berpartisipasi aktif dalam suatu diskusi
kelompok, aktif dalam mencari pemecahan masalah, aktif membuat kesimpulan,
aktif bertanya, dan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, keterampilan proses
dalam IPA dapat dilaksanakan oleh siswa.
Pada jurnal pembanding menggunakan metode yang melibatkan 2
kelompok kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga hasil dari
penelitian pada jurnal pembanding lebih akurat dibandingkan hasil penelitian pada
jurnal utama.
BAB III
KEKURANGAN
Dari jurnal yang telah direview diatas dapat dijumpai kekurangan pada
metode ini yaitu seperti kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Kendala-
kendala tersebut yaitu guru dan siswa belum sepenuhnya memahami langkah-
langkah metode inkuiri terbimbing, dibutuhkan kesabaran yang lebih untuk
memotivasi siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sikap individualitas siswa
dan kurangnya kerja sama dalam kelompok. Kendala-kendala tersebut
menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan pembelajaran dengan metode
inkuiri terbimbing. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengatasi kendala
tersebut. Dibandingkan dengan jurnal pembanding, hasil pada jurnal pembanding
lebih akurat dibandinngkan jurnal utama yang hanya menggunakan variabel.
Pada jurnal kedua, dilihat dari metode yang dilakukkan sudah cukup baik.
Namun ditemukan sedikit kekurangan pada jurnal ini yang terdapat pada
penulisan dan peletakan grafik yang kurang rapi sehingga terdapat beberapa
tulisan yang tertimpa oleh grafik dan tidak bisa terbaca.
BAB IV
MANFAAT
Manfaat yang kita dapat dari meriview jurnal diatas yaitu diantaranya:
1. Meningkatkan sikap kritis dengan mengkritik sebuah jurnal.
2. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dengan membaca jurnal yang
dikritisi.
3. Mengetahui metode yang bagus dan tepat dalam pembelajaran IPA.
4. Mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat saat mengajar IPA.
BAB V
KESIMPULAN
Metode pembelajaran inkuiri terbuka dan terbimbing terbukti efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa (kognitif, psikomotor, dan afektif) siswa
dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional (ceramah-praktikum).
Metode pembelajaran inkuiri yang berbasis laboratorium baik untuk diterapkan
pada pembelajaran bidang studi dalam rumpun ipa atau sains khususnya kimia,
karena pembelajaran ini dapat meningkatan hasil belajar siswa dan melibatkan siswa
secara aktif dalam perolehan pengetahuan, sehingga hasil belajar dan pemahaman
konsep siswa bisa menjadi lebih baik. Penggunaan metode inkuiri terbuka dalam
pembelajaran akan berhasil dengan baik jika dilakukan secara kontinu, sehingga
siswa terbiasa untuk bekerja secara mandiri dalam memperoleh pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Megawati. R., Suripto, Suryandari. K.C. (2012). Penerapan Metode Inkuiri


Terbimbing Untuk Peningkatan Keaktifan Belajar Ipa Pada Siswa Kelas Iv
Sd. Jurnal Sebelas Maret. 1(1).1-7.

Sulistina. O., Dasna.I. W, Murtinah. S.(2010). Penggunaan Metode Pembelajaran


Inkuiri Terbuka Dan Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
Siswa SMA Laboratorium Malang Kelas X. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran. 17 (1). 82-89.

Anda mungkin juga menyukai