Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

REAKSI ADISI ELEKTROFILIK DAN NUKLEOFILIK

DISUSUN OLEH : (KELOMPOK 3)

SELLY APRILIA NISA 4183131001


SULISTIANI 4182131008

KELAS : PENDIDIKAN KIMIA D 2018


DOSEN PENGAMPUH : Drs. BAJOKA NAINGGOLAN, M. Si.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke khadirat Allah swt. Karena dengan bimbingan dan
petunjuk- Nya dapat diselesaikan tugas ini yang berjudul “Reaksi Adisi
Elektrofilik Dan Nukleofilik”. Yang bertujuan sebagai salah satu tugas
perkuliahan dari mata kuliah Reaksi-Reaksi Kimia Organik.
Penulis menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam tugas ini masih
banyak terdapat kekurangannya baik menyangkut isi maupun penulisan,
kekurangan- kekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan keterbatasan
pengetahuan maupun kemampuan penulis sendiri. Hanya dengan kearifan dan
bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan teguran, saran dan kritik yang
konstruktif kekurangan-kekurangan tersebut dapat diminimalisir sedemikian
mungkin sehingga tugas ini dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi
pembaca.
Dengan kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terimakasih
kepada dosen pembimbing. Selaku dosen pengampu pada mata kuliah reaksi-reaksi
kimia organik. Demikianlah, mudah-mudahan tugas ini memberikan manfaat
kepada kita dan diridhai-Nya. Aamiin.

Medan, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar Ii
Daftar Isi Iii
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 1
Bab II Materi 2
2.1 Kompetensi Inti 2
2.2 Kompetensi Dasar 2
2.3 Indikator Pencapaian Kompetensi 2
2.4 Materi Pembelajaran 3
Bab III Soal Dan Kunci Jawaban 6
3.1 Pilihan Berganda 6
3.2 Essay 8
Bab IV Critical Book Report 10
4.1 Latar Belakang 10
4.2 Ringkasan Isi Buku 10
4.3 Keunggulan Buku 26
4.4 Keterkaitan Antar Bab 26
4.5 Kemutahiran Buku 26
4.6 Kelemahan Buku 27
4.7 Implikasi 27
4.8 Kesimpulan Dan Saran 27
Bab V Critical Jurnal Review 29
4.1 Latar Belakang Penulisan Cjr 29
4.2 Tujuan Penulisan Cjr 29
4.3 Manfaat Penulisan Cjr 29
4.4 Identitas Artikel Dan Jurnal Yang Direview 29
4.5 Ringkasan Isi Jurnal 29
4.6 Keunggulan Penelitian 33
4.7 Kelemahan Jurnal 34
4.8 Implikasi Jurnal 35
4.1 Kesimpulan Dan Saran 35

Daftar Pustaka 37

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa organik tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari makanan
yang dimakan sampai pakaian mengandung senyawa organik. Pada umumnya senyawa
organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon (c), selain itu juga terdapat
hidrogen (h), oksigen (o), nitrogen (n), sulfur (s), dan posfor (p). Senyawa organik dapat
diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Senyawa organik
banyak terkandung dalam jasad hidup. Banyak di antara senyawa organik seperti protein,
lemak, dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam kehidupan.
Sifat fisik senyawa organik seperti titik leleh, titik didih kelarutan tergantung pada
struktur, gugus fungsi dan berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul organik sangat
menentukan sifat reaksinya. Dalam senyawa organik ada beberapa reaksi yang terjadi
yaitu reaksi adisi, reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi, reaksi reduksi dan
reaksi polimerisasi dan reaksi lainnya. Reaksi-reaksi tersebut sangat mempengaruhi
struktur dari senyawa organik. Akibat dari adanya reaksi suaru senyawa dapat
membentuk endapan, gas, perubahan suhu, dan perubahan warna. Prakikum ini penting
agar praktikan dapat menentukan reaksi senyawa organik.

1.2 TUJUAN
2. Untuk menyelesaikan tugas makalah, critical book report.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang reaksi adisi elektrofilik dan nukleofilik.
1.3 MANFAAT
1. Dapat menyelesaikan tugas rutin.
2. Dapat menambah pengetahuan tentang reaksi adisi elektrofilik dan nukleofilik.

1
BAB II
MATERI
2.1 Kompetensi Inti
1. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
2.2 Kompetensi Dasar
3.1. Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan pemahaman
kekkhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya.
4.1. Menemukan berbagai struktur molekul hidrokarbon dari rumus molekul yang
sama dan memvisualisasikannya
2.3 Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1. Mengelompokkan senyawa hidrokarbon berdasarkan jenis ikatan yang terdapat
pada rantai karbonnya.
3.1.2. Menuliskan rumus umum alkuna berdasarkan analisis rumus struktur dan rumus
molekul.
3.1.3. Menentukan nama senyawa alkuna sesuai dengan aturan IUPAC.
3.1.4. Menjelaskan konsep isomer struktur (kerangka, posisi, fungsi) dan penerapannya
pada sifat senyawa alkuna.
3.1.5. Menjelaskan sifat fisis dan kimia pada alkuna.
2
3.1.6. Menuliskan reaksi sederhana senyawa alkuna.
3.1.7. Menjelaskan kegunaan senyawa alkuna.
4.1.1. Mempresentasikan hasil diskusi mengenai isomer dari alkuna.
2.4 MATERI PEMBELAJARAN
Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan senyawa hidrokarbon yang berikatan
rangkap (tak jenuh) menjadi senyawa hidrokarbon yang berikatan tunggal (jenuh) dengan
cara menambahkan atom dari senyawa lain.

Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan rangkap
seperti alkena dan alkuna. Alkena dan alkuna dapat mengalami reaksi adisi dengan
hidrogen, halogen maupun asam halida (HX).
Reaksi adisi dengan halogen
Reaksi adisi dengan brom digunakan untuk membedakan senyawa alkena (C =
C) dengan sikloalkana. Hal ini karena kedua senyawa mempunyai isomer fungsional
(rumus molekul sama, tetapi gugus fungsi berbeda). Pengamatan reaksinya dengan
membedakan warna dari brom yaitu merah coklat. Alkena dapat bereaksi dengan brom
sehingga warna merah coklat dari brom hilang menjadi tidak berwarna. Akan tetapi,
sikloalkana tidak bereaksi dan warna merah coklat dari brom tetap.
Alkena + brom → bereaksi, warna merah coklat dari brom hilang
Sikloalkana + brom tidak bereaksi, warna merah coklat dari brom tetap.
Contoh :

Adisi dengan asam halida (HX)

3
Dalam adisi ini atom X terikat pada C rangkap dikiri atau dikanan akan menghasilkan
senyawa yang berbeda, kecuali kalau R dengan R’ sama. Untuk itu, ada aturan yang
(padat) menetapkan hasil utama dari reaksi adisi tersebut yang dikemukakan oleh
Vlademir Markovnikov. Aturan Markovnikov :
ikatan rangkap merupakan kumpulan electron gugus alkil merupakan gugus
pendorong elektron. Alkil makin besar, daya dorong makin kuat. Urutan kekuatan alkil :
– CH3 < – C2H5 < – C3H7 gugus elektronegatif merupakan gugus penarik elektron.
Makin elektronegatif, daya tarik elektron makin kuat
contoh :

Adisi artinya penambahan atau penangkapan. Dalam reaksi adisi, suatu zat
ditambahkan ke dalam senyawa C yang mempunyai ikatan rangkap, sehingga ikatan
rangkap itu berubah menjadi ikatan tunggal. Reaksi adisi dibedakan atas (a) reaksi adisi
elektrofilik dan (b) reaksi adisi nukleofilik.
Reaksi Adisi Elektrofilik
Reaksi adisi elektrofilik terjadi apabila gugus yang pertama menyerang suatu
ikatan rangkap pereaksi elektrofil. Reaksi adisi elektrofilik ditemukan pada senyawa C
yang mengandung ikatan rangkap antara dua atom C seperti alkena dan alkuna. Contoh
reaksi adisi elektrofilik adalah reaksi antara etena dengan asam klorida menghasilkan
etil-klorida.

4
Mekanisme Reaksi Adisi Elektrofilik
Pada senyawa alkena terdapat elektron π yang letaknya lebih jauh dari inti
dibanding elektron pada ikatan σ, sehingga lebih mudah diserang oleh suatu elektrofil.
Elektron pi adalah suatu nukleofil lemah.
Mekanisme reaksi adisi dari air terhadap etilen, suatu alkena sederhana

Tahapan reaksi
Serangan elektrofil terhadap ikatan π membentuk suatu karbokation Serangan
nukleofil terhadap karbokation.
Reaksi Adisi Nukleofilik
Reaksi adisi nukleofilik terjadi apabila gugus yang pertama kali menyerang suatu
ikatan rangkap merupakan pereaksi nukleofil. Reaksi adisi nukleofilik ditemukan pada
senyawa C yang mengandung ikatan rangkap antara dua atom C dengan atom lain, seperti
senyawa yang mengandung gugus karbonil dan senyawa yang mempunyai gugus sianida.
Contoh reaksi adisi nukleofilik adalar reaksi antara dimetil-keton dengan asam sianida
menghasilkan 2-siano-2-propanol.

5
BAB III
SOAL DAN KUNCI JAWABAN
3.1 PILIHAN BERGANDA
Jawablah soal-soal dibawah dengan petunjuk:
A. (1, 2 dan 3 benar)
B. (1 dan 3 benar)
C. (2 dan 4 benar)
D. (4 saja benar)
1. Pernyataan yang benar adalah
1. Nukleofil merupakan ion atau molekul yang memiliki muatan yang sangat negative
subtitusi
2. nukleofilik pada alkil halide primer bisa mengikuti sn2 atau sn1
3. Subtitusi nukleofilik pada alkil halide sekunder bisa mengikuti sn2 bila reaksi
dilakukan dalam pelarut non polar
4. Subtitusi nukleofilik pada alkil halide sekunder hamper selalu mengikuti reaksi
SN1
Jawaban: B. (1 dan 3 benar)
2. Pasangan nukleofil dan perkiraan produk yang salah adalah
1. NH3 dan Amina
2. R’-NH3 dan Amina
3. SH dan Thiol
4. R’O dan Ester
Jawaban: D. (4 saja benar)
3. Nukleofil dapat bermuatan negative atau netral. Nuklefil yang bermuatan netral antara
lain ;
1. Suatu Alkohol
2. Ion Sianida
3. Ammonia
4. Ion alkoksida
Jawaban : B (1 dan 3 benar)
4. Gugus yang berperan dalam pembentukan asetal dan hemiasetal dari suatu senyawa
keton antara lain ;
1. Air
2. Alkohol
6
3. Senyawa organometalik
4. Asam (H2SO4)
Jawaban : C ( 2 dan 4 benar)
5. Macam-macam reaksi substitusi elektrofilik pada benzene, kecuali:
1. Reaksi Nitrasi
2. Reaksi Halogenasi
3. Reaksi Friedel-Craft
4. Reaksi Hidrasi
Jawab: D (4 saja benar)
6. Pada reaksi nitrasi, elektrofilnya adalah NO2 (ion nitronium), yang dihasilkan dari
reaksi antara ... dan ... +
1. HNO3
2. HNO2
3. H2SO4
4. NH3
jawab: B (1 dan 3 benar)
7. Senyawa alkena apa yang sebaiknya digunakan untuk sintesis 3-bromoheksana?
1. 2-heksena
2. 3-heksana
3. 3-heksena
4. 2-heksana
jawaban: B. (1 dan 3 benar)
8. perhatikan reaksi-reaksi dibawah ini :
1. Intermediet karbokation lebih stabil
2. hydrogen dari asam (H) akan terikat pada karbon yang memiliki hidrogen paling
banyak
3. dihasilkan produk mayor
4. energy aktivasi lebih tinggi
Yang benar mengenai reaksi yang mengikuti aturan markovnikov, kecuali
Jawaban : D. (4 saja yang benar)
9. Pereaksi yang digunakan pada analisis retrosintesis II adalah ….
1. Litiumdifenilkuprat
2. Grignard
3. Epoksida
7
4. Adehida
Jawaban :C. (2 dan 4)
10. Di bawah strategi dan perencanaan analisi retrosintesis yang benar adalah
1. Memilih rute sintesis konvergen dari pada rute linier.
2. Tidak menggunakan gugus pelindung.
3. Lakukan diskoneksi di tengah atau di percabangan.
4. Memilih rute sintesis linier dari pada rute konvergen.
Jawaban : B. (1 dan3)

3.2 ESSAY
1. Bagaimanakah mekanisme adisi elektrofil senyawa HX dari 1-butena?
Jawaban :
1. Hidrogen akan terikat pada ujung CH2 dari ikatan rangkap, karena atom
karbon tersebut memiliki lebih banyak hidrogen dibanding ujung CH.
2. Skema reaksinya sebagai berikut :

3. Karbokation sekunder yang terbentuk dalam reaksi ini lebih stabil dan energi
aktivasi yang diperlukan lebih sedikit.
2. jelaskanlah reaksi adisi elektrofilik berdasarkan Postulat Hammond (1955) :
Jawaban :
Adisi elektrofilik pada alkena asimetris akan menghasilkan karbokation yang
lebih tersubstitusi yang kemudian dengan cepat bereaksi dengan nukleofil
menghasilkan produk akhir. Karbokation yang lebih stabil dibentuk lebih cepat karena
kestabilannya direfleksikan dalam transition state yang membentuknya. Urutan
stabilitas karbokation adalah: karbokation tersier > sekunder > primer > metil.
Pembentukan karbokation oleh protonasi adalah tahap reaksi endergonik.
3. Yang termasuk strategi perencanaan dari retrosintesis adalah...
Jawaban :
1. Lebih diutamakan sintesi konvergen dibandingkan dengan sintesis linier
2. Cobalah berbagai cara diskoneksi dengan intervensi gugus fungsi

8
3. Manfaatkan simetri yang ada pada molekul target
4. Penambahan gugus fungsi pada posisi yang diperlukan untuk mempermudah
pembentukan ikatan
4. Reaksi substitusi elektrofilik memiliki kemiripan dengan reaksi eleminasi 1, yaitu
karbokation alkil membuang proton untuk membentuk suatu alkena. Karbokation alkil
juga bereaksi dengan suatu nukleofil dalam suatu reaksi SN1. Mengapa hal itu tidak
terjadi pada substitusi elektrofilik pada senyawa romatis?
Jawaban :
Pada senyawa aromatik, senyawa stabil, menyebabkan pemutusan ikatan
rangkap menjadi tunggal pada reaksi suatu aromatis sangatlah sulit. Jika hal ini
terjadi akan merusak kestabilan dari cincin senyawa aromatis tersebut.
4. Jelaskan proses mekanisme aturan markonikov...
Jawaban :
1. Reaksi radikal memerlukan langkah inisiasi.
2. Pembalikan dari penambahan regiochemistry adalah hasil dari pembalikan urutan
yang dua komponen menambah alkena.
3. Selain radikal mengarah pada pembentukan radikal lebih stabil, yang bereaksi
dengan HBr untuk memberikan produk dan bromo baru yang radikal.
5. Reaksi apakah yang terdapat pada gambar?

Jawaban : reaksi substitusi nuklefilik

9
BAB IV
CRITICAL BOOK REPORT
(CBR)
4.1 LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya jaman, kita tahu bahwa teknologi juga semakin
berkembang pesat terutama dalam bidang pendidikan. Kehiidupan digital semakin
mendominasi dalam proses belajar mengajar, sehingga semakin berkurangnya minat
belajar pesertadidik melalui buku. Sehingga diperlukan upaya-upaya khusus untuk dapat
meningkatkan minat membaca buku. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
critical book report yang sangat bermanfaat untuk dapat meningkatkan kemampuan
mengkritisi isi buku dan juga membantu dalam peningkatan minat membaca buku. Selain
itu melalui criitical book report ini juga dapat membantu peserta didik dalam mengetahui
dan memilih buku yang tepat untuk reveresi belajar.
4.1.1 Identitas Buku:
1. Judul Buku : Kimia Organik I
2. Jilid :1
3. Penulis : Stefanus Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
4. Penerbit : Yayasan Pharmasi
5. Tahun :2018
6. Alamat :Yogyakarta

4.2 RINGKASAN ISI BUKU


4.2.1 BAB 1 STRUKTUR DAN IKATAN
A. Struktur Atom
Atom terdiri dari nukleus dengan muatan positif yang dikelilingi muatan negatif
dari elektron pada jarak yang relatif jauh. Nukleus terdiri atas partikel subatomik yang
disebut neutron, bermuatan netral, danproton, bermuatan positif. Meskipun memiliki
diameter yang sangat kecil – sekitar 10-14 hingga 10-15 meter (m) – nukleus berperan
penting terhadap semua massa dari atom. Elektron memiliki massa yang dapat diabaikan
dan mengelilingi nukleus pada jarak sekitar 10-10 m. Dengan demikian, diameter dari
suatu atom kira-kira 2 x 10-10 m atau 200 picometers (pm).
B. Orbital Atom
Berdasarkan model mekanika kuantum atom, perilaku spesifik dari suatu atom
dapat dijelaskan menggunakan persamaan gelombang. Terdapat empat macam orbital
10
yang berbeda, dilambangkan dengan orbital s, p, d, dan f. Dari keempat orbital tersebut,
kita hanya akan mempelajari secara mendalam orbital s dan p, karena kedua orbital
tersebut paling penting dalam kimia organik. Orbital s berbentuk sferis (bola), dengan
inti berada di pusat. Orbital p berbentuk halter. Empat dari lima orbital d berbentuk daun
semanggi, seperti yang tampak pada gambar 1. orbital d kelima berbentuk halter yang
diperpanjang dengan bentuk donat mengelilingi pada bagian tengahnya.
C. Konfigurasi Elektron dalam Atom
Konfigurasi elektron menggambarkan penataan energi terendah dari suatu atom.
Dengan kata lain, konfigurasi elektron memperlihatkan bagaimana pengisian elektron
dalam orbital. Elektron yang tersedia diisikan ke dalam orbital dengan mengikuti tiga
aturan:
1. Orbital dengan energi paling rendah diisi pertama kali (prinsip Aufbau)
2. Hanya ada dua elektron yang dapat mengisi orbital yang sama, dan keduanya harus
memiliki spin yang berlawanan (larangan Pauli)
3. Jika ada dua atau lebih orbital pada tingkat energi yang sama, satu elektron mengisi
masing masing orbital secara paralel hingga semua orbital setengah penuh (aturan Hund)
D. Perkembangan Teori Ikatan Kimia
Pada pertengahan abad 18, ilmu kimia berkembang dengan pesat. Para ahli kimia
mulai menyelidiki tentang kekuatan dalam molekul. Pada tahun 1858, August Kekule
dan Archibald Couper secara terpisah mengusulkan bahwa di dalam senyawa organik,
atom karbon selalu memiliki empat unit afinitas. Dengan demikian, atom karbon adalah
tetravalen; selalu membentuk empat ikatan ketika berinteraksi dengan unsur lain
membentuk senyawa.
Lebih dari itu, Kekule menyatakan bahwa atom karbon dapat berikatan satu dengan
lainnya membentuk rantai panjang. Teori Kekule-Couper kemudian diperluas karena
adamya kemungkinan suatu atom membentuk ikatan rangkap. Emil Erlenmeyer
mengusulkan ikatan rangkap tiga pada ikatan karbon-karbon pada senyawa asetilen, dan
Alexander Crum Brown mengusulkan ikatan karbon-karbon rangkap dua pada senyawa
etilen. Pada tahun 1865, Kekule menjelaskan bahwa rantai karbon dapat membentuk
double back membentuk cincin.
E. Ikatan kimia
Atom membentuk ikatan karena senyawa yang dihasilkan lebih stabil
dibandingkan atom tunggal. Energi selalu dilepaskan ketika dibentuk suatu ikatan kimia.

11
Jawaban pertanyaan “bagaimana” lebih sulit. Oleh karenanya, kita membutuhkan
pengetahuan lebih mengenai sifat-sifat atom.
F. Ikatan Kovalen
atom karbon berikatan bukan melalui pemberian atau pelapasan elektron, tetapi
dengan sharing elektron satu sama lain yang disebut dengan ikatan kovalen. Ikatan
kovalen terbentuk dari overlap dua buah orbital yang masing-masing berisi satu elektron
(setengah penuh). Ikatan kovalen diusulkan pertama kali oleh G. N. Lewis pada tahun
1916. Gabungan atom-atom netral yang berikatan kovalen disebut dengan molekul.
Cara sederhana menggambarkan ikatan kovalen dapat dilakukan dengan menggambar
struktur Lewis, di mana elektronelektron pada orbital terluar digambarkan sebagai titik.
Dengan demikian, atom hidrogen memiliki 1 titik, karbon memiliki 4 titik, oksigen 6
titik, dan sebagainya. Molekul stabil menghasilkan konfigurasi gas mulia pada masing-
masing atomnya.
Dari pembahasan di atas, dabat ditarik kesimpulan sebagai berkut: 1. Ikatan ion
dihasilkan dari perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain.
2. Ikatan kovalen dihasilkan dari pemakaian bersama-sama sepasang eletron oleh dua
atom.
3. Atom memindahkan atau membuat pasangan elektron untuk mencapai konfigurasi
gas mulia. Konfigurasi ini biasanya adalah delapan elekron dalam kulit terluar, sesuai
dengan konfigurasi dari neon dan argon. Teri ini disebut aturan oktet.
G. Teori Orbital Molekul
Teori orbital molekul mengkombinasikan kecenderungan atom untuk mencapai
keadaan oktet dengan sifat-sifat geombangnya, menempatkan elektron-elektron pada
suatu tempat yang disebut orbital. Menurut teori orbital molekul, ikatan kovalen dibentuk
dari kombinasi orbital-orbital atom membentuk orbital molekuler; yaitu orbital yang
dimiliki oleh molekul secara keseluruhan. Seperti orbital atom, yang menjelaskan
volume ruang di sekeliling inti atom di mana elektron mungkin ditemukan, orbital
molekuler menjelaskan volume ruang di sekeliling molekul di mana elektron mungkin
ditemukan. Orbital molekuler juga memiliki bentuk ukuran dan energi yang spesifik.
4.2.2 BAB 2 IKATAN KOVALEN POLAR; ASAM-BASA
A. Polarisasi dan Elektronegativitas
Polaritas ikatan ditentukan oleh elektronegativitas atom-atom yang terlibat.
Unsur-unsur yang berada pada bagian kanan dalam tabel periodik, seperti oksigen,
fluorin, dan klorin memiliki kemampuan menarik elektron (elektronegativitas) lebih
12
besar dibandingkan dengan karbon. Dengan demikian, ketika atom karbon berikatan
dengan salah satu dari atom tersebut maka terbentuk ikatan yang terpolarisasi. Elektron
akan cenderung tertarik ke atom yang lebih elektronegatif. Dalam molekul tersebut, atom
karbon bermuatan parsial positif dan atom yang lebih elektronegatif bermuatan parsial
negatif.
Contohnya, ikatan C-Cl adalah ikatan polar.
B. Momen Dipol
Ketika terjadi ikatan polar maka molekul yang terbentuk juga bersifat polar.
Ukuran kuantitas dari polaritas suatu molekul disebut momen dipol. Momen dipol (μ),
didefinisikan sebagai besarnya muatan (e) dikali jarak antar pusat (d), dan diberi satuan
debye (D).
μ = e x d x 1018
di mana e = muatan elektrik dalam unit elektrostatik (esu)
d = jarak dalam sentimeter (cm)
Sebagi contoh, jika satu proton dan satu elektron (muatan e = 4.8 x 10-10 esu) sedangkan
jarak keduanya adalah 1 A, sehingga momen dipolnya sebesar:
μ = e x d x 1018
μ = (4.8 x 10-10) x (1.0 x 10-8 cm) x 1018
μ = 4.8 D
C. Muatan Formal
Dalam beberapa molekul, beberapa unsur memperlihatkan ikatan kovalen dengan
jumlah yang tidak lazim. Dan menggambarkan struktur Lewis dengan benar dari
senyawa-senyawa ini ternyata tidak dimungkinkan, kecuali bila kita memberikan muatan
elektrostatik yang disebut muatan formal kepada beberapa unsur dalam molekul tersebut.
Muatan formal dapat dihitung menggunakan rumus:
Muatan formal = jumlah e- valensi atom netral – ½ (jumlah e- ikatan) – (jumlah e- bebas)
D. Asam dan Basa: Bronsted-Lowry
Konsep penting yang berhubungan dengan elektronegativitas dan polaritas adalah
konsep asam dan basa. Sifat-sifat kimia dari suatu senyawa dapat dijelaskan oleh sifat
asam basa dari senyawa yang bersangkutan.
Menurut definisi Bronsted-Lowry, suatu senyawa bersifat asam jika dapat
menyumbangkan proton (H+), sedangkan basa berarti senyawa yang dapat menerima
proton (H+). Contohnya, asam klorida (HCl) dilarutkan dalam air maka akan terjadi

13
reaksi asam-basa. Asam klorida akan memberikan proton kepada molekul air. Hasilnya
adalah H3O+ dan Cl- yang disebut asam konjugat dan basa konjugat.
E. Asam dan Basa: Lewis
Asam Lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai akseptor/ penerima
pasangan elektron, sedangkan basa Lewis berarti senyawa yang dapat bertindak sebagai
donor/ pemberi pasangan elektron.
F. Asam dan Basa Organik
a. Asam Organik
Asam organik dicirikan oleh adanya atom hidrogen yang terpolarisasi positif.
Terdapat dua macam asam organik, yang pertama adanya atom hidrogen yang terikat
dengan atom oksigen, seperti pada metil alkohol dan asam asetat. Kedua, adanya atom
hidrogen yang terikat pada atom karbon di mana atom karbon tersebut berikatan langsung
dengan gugus karbonil (C=O), seperti pada aseton.
b. Basa Organik
Basa organik dicirikan dengan adanya atom dengan pasangan elektron bebas
yang dapat mengikat proton. Senyawa-senyawa yang mengandung atom nitrogen adalah
salah satu contoh basa organik, tetapi senyawa yang mengandung oksigen dapat pula
bertindak sebagai basa ketika direaksikan dengan asam yang cukup kuat.
Misalnya aseton dan metil alkohol dapat bertindak sebagai asam ketika menyumbangkan
proton, tetapi sebagai basa ketika atom oksigennya menerima proton.
G. Resonansi
Kebanyakan struktur kimia dapat digambarkan dengan mudah menggunakan
struktur Lewis maupun Kekule, akan tetapi masalah menarik akan muncul berhubungan
dengan penggambaran struktur resonansi.
Untuk menggambarkan bentuk resonansi dengan benar, kita harus mematuhi
beberapa aturan berikut ini:
a. Masing-masing bentuk resonan adalah imajiner, tidak nyata. Bentuk yang nyata
adalah bentuk hibrid.
b. Bentuk resonan hanya berbeda pada posisi ikatan π dan pasangan elektron bebas.
c. Bentuk resonan yang berbeda dari satu senyawa tidak memiliki ekivalensi
d. Bentuk resonansi harus valid berdasarkan struktur Lewis, dan mematuhi aturan
valensi normal
e. Bentuk hibrida resonan lebih stabil dibandingkan bentuk resonan secara individual

14
H. Menggambar Struktur Kimia
Kekule memberikan cara penggambaran struktur molekul menggunakan garis
antara atom. Satu garis merepresentasikan sepasang elektron dalam ikatan.
Penggambaran menggunakan struktur Kekule memiliki kelemahan dalam
menggambarkan struktur yang sangat besar. Oleh karena itu, dibuat suatu model
penggambaran struktur yang baru:
a. Atom karbon tidak diperlihatkan. Atom karbon secara tersembunyi berada pada tiap
sudut dari dua garis (ikatan) dan di akhir masing-masing garis. Atom karbon pada
gugus fungsi diperlihatkan.
b. Ikatan karbon-hidrogen umumnya tidak diperlihatkan.
c. Atom-atom lain selain karbon dan hidrogen diperlihatkan.
4.2.3 BAB 3 SENYAWA ORGANIK ALKANA DAN SIKLOALKANA
A. Gugus Fungsi Gugus
fungsi ialah atom atau kelompok atom dalam molekul yang memiliki sifat-sifat
kimia yang khas. Gugus fungsi yang sama dalam molekul yang berbeda dapat
memperlihatkan perilaku kimia yang sama. Gugus fungsi senyawa organik dapat berupa
ikatan karbonkarbon rangkap dua atau rangkap tiga. Contoh gugus fungsi yang lain
misalnya atom-atom halogen, oksigen, nitrogen, sulfur.
B. Alkana
1. Penamaan Alkana
Kita telah mempelajari bahwa ikatan tunggal yang terbentuk pada molekul etana
adalah karena adanya overlap elektron sigma pada orbital karbon sp3. Alkana biasa
disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut hidrokarbon karena di dalamnya
hanya terkandung atom karbon dan hidrogen. Disebut jenuh karena hanya memiliki
ikatan tunggal C-H dan C-C saja.
Alkana memiliki rumus umu CnH2n+2, di mana n adalah bilangan asli yang
menyatakan jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa alifatik
(Yunani = aleiphas yang berarti lemak). Hal ini dikarenakan lemak-lemak hewani
mengandung karbon rantai panjang yang mirip dengan alkana.
Ada beberapa tahap dalam penamaan alkana:
Tahap satu: Temukan rantai utama hidrokarbon
a. Rantai utama adalah rantai hidrokarbon terpanjang yang ada dalam molekul.
b. Jika ada dua rantai yang sama panjang, pilih salah satu yang memiliki substituen
lebih banyak
15
Tahap dua: Nomori atom-atom dalam rantai utama
a. Mulailah dari ujung rantai yang paling dekat dengan rantai samping untuk memberi
nonor urut pada rantai utama.
b. Jika ada rantai samping dengan urutan yang sama dari kedua ujung, pilih salah satu
ujung yang memiliki rantai samping kedua yang lebih dekat.
Tahap tiga: Identifikasi tiap substituen
a. Beri nama rantai samping berdasarkan nomor urut dalam rantai utama CH2
b. Jika ada dua substituen terikat pada satu karbon, keduanya diberi nomor yang sama.
2. Sifat-sifat Alkana
Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin; prum affinis) yang berarti
memiliki afinitas rendah. Alkana memperlihatkan peningkatan titik didih dan titik lebur
sesuai dengan peningkatan bobot molekulnya. Hal tersebut terjadi karena adanya energi
dispersi yang lemah antar molekul. Energi dispersi meningkat sesuai dengan peningkatan
ukuran molekul. Akibatnya titik didih dan titik lebur meningkat dengan semakin
panjangnya rantai alkana.
3. Gugus Alkil
Jika satu atom hidrogen dibebaskan dari sutau alkana maka diperoleh struktur
yang disebut alkil. Perlu dicatat bahwa gugus alkitl tidak stabil jika berdiri sendiri, alkil
merupakan bagian dari molekul yang besar. Gugus alkil diberi nama sesuai dengan rantai
alkananya dengan mengganti akhiran –ana menjadi –il.
C. Sikloalkana: Isomer Cis-Trans
Dalam Sikloalkana Selain alkana dengan rantai terbuka, di alam juga terdapat
alkana dalam bentuk cincin. Senyawa tersebut dinamakan sikloalkana atau senyawa
alisiklik (alifatik siklik). Apabila cincin sikloalkana adalah –CH2- maka senyawa
tersebut memiliki rumus umum (CH2)n atau CnH2n.
1. Penamaan sikloalkana
a. Temukan rantai utama Hitung jumlah atom karbon penyusun cincin dan jumlah
karbon dalam substituennya.
b. Jumlah substituen dan beri nama Sikloalkana tersubstitusi alkil atau halogen,
mulailah penomoran dari atom karbon yang mengikat substituen tersebut.
2. Isomer cis-trans dalam sikloalkana
Dalam beberapa hal, sifat kimia sikloalkana mirip dengan alkana asikloik (rantai
terbuka). Oleh karena strukturnya yang siklik, sikloalkana memiliki dua sisi yaitu sisi
atas dan bawah. Hal ini memungkinakn sikloheksana memiliki kemungkinan isomerisme
16
berdasarkan letak substituennya. 1,2-dimetilsiklopropana merupakan salah satu contoh
stereoisomer yang disebut isomer cis-trans. Awalan cis- berarti terletak pada sisi yang
sama, sedangkan trans- untuk menyatakan posisi yang berlawanan.
4.2.4 BAB 4 ALKENA dan ALKUNA
A. Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap
karbon-karbon. Alkena terdapat dalm jumlah berlebih di alam. Etilena, sebagai
contohnya, adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan α-pinen adalah
senyawa terbanyak dalam turpentin.
1. Penghitungan Derajat Kejenuhan
Adanya ikatan rangkap dua membuat alkena memiliki hidrogen lebih sedikit
dibandingkan alkana pada jumlah karbon sama, dan hal ini membuat alkena disebut
senyawa tidak jenuh.
2. Penamaan Alkena
Alkena dinamai menggunakan aturan yang mirip dengan aturan dalam penamaan
alkana, perbedaannya adalah akhiran ana pada alkana diganti dengan -ena pada alkena.
3. Struktur Elektronik Alkena
Ikatan rangkap dua karbon-karbon dapat dijelaskan dengan dua jalan. Pertama,
dengan bahasa ikatan valensi, atom karbon terhibridisasi sp2 dan memiliki tiga orbital
hibrid yang ekuivalen. Sudut ikatan yang terbentuk adalah 1200 satu terhadap yang
lainnya. Kedua, dengan bahasa orbital molekul, interaksi antara orbital p memicu
pembentukan satu orbital ikatan dan satu orbital antiikatan pi.
4. Isomer Cis-Trans dari Alkena
Ikatan rangkap yang tidak dapat berputar memberikan pengaruh kimia secara
struktural. Misalnya pada alkena dengan dua substituen seperti 2-butena. Dua substituen
ini artinya terdapat dua substituen selain hidrogen yang terikat pada karbon ikatan
rangkap. Dua buah gugus metil pada 2-butena dapat memiliki posisi yang sama atau
berlawanan. Oleh karena perputaran ikatan tidak dapat terjadi, kedua bentuk 2-butena
tidak dapat secara spontan mengalami interkonversi; keduanya berbeda, dan dapat
dipisahkan. Kedua bentuk struktur tersebut disebut isomer cis-trans.
5. Aturan Penandaan E dan Z
Urutan prioritas kita butuhkan untuk mengurutkan penomoran pada substituen.
Jika substituen dengan prioritas yang sama berposisi sama maka diberi tanda Z
(Zussamen) sedangkan jika posisinya berlawanan diberi tanda E (Entgegen).
17
6. Stabilitas Alkena
Stabilitas alkena merupakan hasil gabungan dua faktor. Pertama adalah
hiperkonjugasi, menyetabilkan interaksi antara orbital ikatan C=C π (pi) antiikatan
dengan orbital ikatan C-H σ (sigma) pada substituen tetangganya.
Lebih banyak substituen yang ada maka akan lebih banyak kesempatan untuk
hiperkonjugasi, sehingga alkena menjadi semakin stabil. Kedua, kekuatan ikatan juga
merupakan faktor penting dalam stabilitas alkena. Ikatan antara karbon sp2 dengan
karbon sp3 lebih kuat dari pada ikatan antara karbon-karbon sp3.
7. Adisi Elektrofilik HX pada Alkena
Dasar untuk memahami reaksi adisi alektrofilik HX (halida asam) pada alkena
adalah: alkena dapat bertindak sebagai nukleofil dalam reaksi polar. Ikatan rangkap
karbon-karbon kaya akan elektron dan dapat disumbangkan kepada spesies elektrofilik.
8. Orientasi Adisi Elektrofilik: Aturan Markovnikov
Seorang ahli kimia Rusia, Vladimir Markovnikov, pada tahun 1969 mengusulkan
suatu aturan yang kemudian dikenal dengan aturan Markovnikov, yaitu:
Pada reaksi adisi HX pada alkena, hidrogen menyerang karbon yang kurang tersubstitusi,
sedangkan X menyerang karbon yang lebih tersubstitusi.
9. Struktur dan Stabilitas Karbokation
Karbokation memiliki struktur trivalen dengan karbon tersubstitusi sp2. Selain
itu, karbokation memiliki orbital p kosong yang tegak lurus terhadap ketiga
substituennya.
karbokation yang lebih tersubstitusi lebih stabil karena Ada dua alasan mendasar untuk
menjawab pertanyaan tersebut, yaitu adanya efek induksi dari substituen dan
hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma
yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga. Gugus alkil merupakan
gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation,
sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian,
semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut
menjadi semakin stabil.
10. Postulat Hammond
Materi penting dalam memahami reaksi adisi elektrofilik pada bab ini adalah:
a. Adisi elektrofilik pada alkena asimetris akan menghasilkan karbokation yang lebih
tersubstitusi yang kemudian dengan cepat bereaksi dengan nukleofil menghasilkan
produk akhir.
18
b. Urutan stabilitas karbokation adalah: karbokation tersier > sekunder > primer > metil.
Umumnya, karbokation yang lebih stabil akan menghasilkan produk akhir dengan lebih
cepat dibandingkan karbokation yang kurang stabil. Penjelasan tentang hubungan antara
stabilitas karbokation dengan kecepatan reaksi pertama kali dijelaskan oleh Hammond
pada tahun 1955. Lebih lanjut, penjelasan tersebut dikenal dengan insitah Postulat
Hammond. Postulat ini menjelaskan hubungan antara stabilitas karbokation dengan
kecepatan reaksi dengan cara melihat tingkat energi dan struktur transition state.
11. Penataan Ulang Karbokation
Frank. C. Whitmore pada tahun 1930 menemukan adanya reaksi penataan ulang
yang terjadi selama reaksi adisi HX pada alkena. Whitmore menjelaskan bahwa
intermediet karbokationlah yang mengalami penataan ulang. Intermediet karbokation
sekunder, yang dihasilkan dari protonasi 3-metil-1butena, menata kembali strukturnya
menjadi karbokation tersier yang lebih stabil melalui hidrida shift. Hidrida shift yaitu
perpindahan hidrogen bersama pasangan elektronnya (H:) dari atom karbon ke karbon
tetangganya dalam satu molekul.
12. Reaksi dan Sintesis Alkena
a. Preparasi Alkena; Review Reaksi Eliminasi
Sifat kimia dari alkena didominasi oleh reaksi adisi, sedangkan pembuatan alkena
didominasi oleh reaksi eliminasi.
b. Adisi Halogen pada Alkena
Bromin dan klorin dapat mengadisi alkena dan menghasilkan 1,2-dihalida.
Penjelasan lengkap mengenai reaksi antistereokimia dijelaskan oleh George Kimball dan
Irving Roberts, mereka menyatakan bahwa intermediet yang terbentuk bukanlah
karbokation, tetapi ion bromonium (R2Br+). Ion tersebut dibentuk dalam satu tahap
melalui interaksi alkena dengan Br2 dan secara bersamaan melepas Br-.
c. Pembentukan Halohidrin
Beberapa macam reaksi adisi alkena dapat terjadi dengan senyawa lain. Misalnya,
alkena bereaksi dengan HO-Cl atau HOBr di bawah kondisi yang sesuai menghasilkan
1,2-dihaloalkohol, yang kemudian disebut halohidrin. Pembentukan halohidrin tidak
terjadi secara langsung antara alkena dengan HO-Br atau HO-Cl.
d. Adisi Air pada Alkena: Oksimerkurasi
Air mengadisi alkena menghasilkan alkohol, prosesnya disebut hidrasi.
Reaksinya terjadi ketika alkena direaksikan dengan air dengan katalis asam kuat (HA),
mekanisme reaksinya mirip dengan adisi HX.
19
e. Hidroborasi
Satu dari banyak metode pembuatan alkohol adalah mereaksikan alkena dengan
boran. Reaksinya dinamakan hidroborasi, melibatkan adisi ikatan B-H dari boran (BH3)
pada alkena dan membentuk intermediet organoboran (RBH2).
g. Oksidasi Alkena: Hidroksilasi dan Pemutusan Ikatan
1. Hidroksilasi Alkena
Merupakan peristiwa adisi gugus –OH pada kedua karbon ikatan rangkap. Dapat
terjadi dengan mereaksikan alkena dengan osmium tetroksida. Reaksi terjadi secara syn
stereokimia dan menghasilkan 1,2-dialkohol, atau disebut diol.
2. Pemutusan Ikatan pada alkena
reaksi adisi pada alkena akan menghasilkan pemutusan salah satu ikatan rangkap
pada alkena menghasilkan produk dengan karbon yang semula berikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal.
h. Adisi Radikal pada Alkena: Polimerisasi
Polimer dibentuk melalui penggabungan berulang dari molekul-molekul kecil
yang disebut monomer. Di alam banyak sekali terdapat polimer, misalnya selulosa yang
merupakan penggabungan molekul-molekul gula. Protein yang terdiri atas satuan-satuan
monomer asam amino.
B. Alkuna
Alkuna adalah senyawa jidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga
karbon-karbon. Asetilena, adalah alkuna paling sederhana yang digunakan secara
industrial sebagai bahan awal pembuatan asetaldehida, asam asetat, dan vinil klorida.
Asetilena dibuat dari dekomposisi metana dalam suhu tinggi.
1. Struktur Elektronik
Alkuna Ikatan rangkap tiga dihasilkan dari interaksi karbon-karbon yang
terhibridisasi sp. Ketika dua atom karbon yang terhibridisasi sp saling berinteraksi maka
akan terbentuk satu ikatan σ dan dua ikatan π.
2. Penamaan Alkuna
Penamaan alkuna mengikuti aturan umum penamaan senyawa hidrokarbon.
Digunakan akhiran –una, dan posisi ikatan rangkap ditandai dengan pemberian nomor di
depan nama induk.
3. Sintesis Alkuna: Reaksi Eliminasi Dihalida
Alkuna dapat diperoleh melalui reaksi aliminasi HX dari alkil halida dengan cara
yang sama dengan pembuatan alkena. Perlakuan 1,2-dihaloalkana (vicinal dihalida)
20
dengan basa kuat seperti KOH atau NaNH2 menghasilkan dua kali reaksi eliminasi HX
dan membentuk alkuna.
4. Reaksi-Reaksi Alkuna
Berdasarkan kemiripan sifat elektroniknya, alkuna dan alkena memiliki sifat yang
mirip pula, sehingga reaktivitas kedua gugus fungsi tersebut juga mirip. Meskipun
demikian, terdapat juga perbedaan yang signifikan.
a. Adisi HX dan X2
Secara umum, elektrofil akan lebih banyak bereaksi dengan alkuna dibandingkan
dengan alkena. Contohnya reaksi adisi HX pada alkuna. Pada kondisi di mana HX
berlebih, reaksi alkuna dengan HX akan memberikan hasil akhir berupa dihalida. Jadi,
satu mol alkuna membutuhkan dua mol HX.
b. Hidrasi Alkuna
Seperti alkena, alkuna dapat juga mengalami reaksi hidrasi dengan dua cara.
Adisi air secara langsung dengan katalis ion merkuri (II) menghasilkan produk
Markovnikov, adisi air secara tak langsung melalui reaksi hidroborasi/oksidasi
menghasilkan produk non-Markovnikov
4.2.5 BAB 5 OVERVIEW REAKSI ORGANIK
A. Macam-Macam Reaksi Organik
Reaksi kimia organik dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu macam
reaksinya dan bagaimana reaksi dapat terjadi. Terdapat empat tipe reaksi organik, yaitu
reaksi adisi, eliminasi, substitusi, dan penataan ulang.
1. Reaksi adisi
Terjadi ketika dua reaktan bergabung satu sama lain menghasilkan produk baru
tanpa adanya atom yang pergi
2. Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasi merupakan kebalikan dari reaksi adisi, terjadi ketika reaktan
tunggal menghasilkan dua produk pecahan.
3. Reaksi substitusi
Terjadi ketika dua reaktan bereaksi menghasilkan dua produk baru.
4. Reaksi penataan ulang
Terjadi ketika satu reaktan mengalami penataan ikatan dan atom-atomnya
menghasilkan produk isomer.

21
B. Mekanisme Reaksi Organik
Penjelasan dan penggambaran menyeluruh mengenai bagaimana suatu reaksi
dapat terjadi disebut mekanisme reaksi. Mekanisme menjelaskan secara detail dan eksak
apa yang terjadi pada tiap-tiap tahap dalam perubahan kimia, ikatan mana yang terputus
dan mana yang tidak, ikatan mana yang terbentuk dan mana yang tidak, serta bagaimana
kecepatan reaksi relatif tiap tahapnya. Mekanisme reaksi secara lengkap juga menghitung
jumlah reaktan yang digunakan, produk-produk yang terbentuk, dan jumlah
masingmasing produk.
C. Mekanisme Reaksi Radikal
Reaksi radikal bukanlah reaksi yang biasa seperti reaksi polar, tetapi juga penting
dalam kimia organik, antara lain dalam beberapa proses industri dan dalam proses
biologis. Radikal memiliki reaktivitas yang tinggi karena sangat tidak stabil yang
disebabkan oleh adanya elektron tak berpasangan (biasanya ada tujuh elektron pada kulit
terluarnya).
Spesies radikal dapat menjadi stabil melalui beberapa jalan, yaitu menangkap
elektron ikatan molekul lain menghasilkan senyawa stabil dan radikal baru. Reaksinya
dinamakan reaksi substitusi radikal.
D. Mekanisme Reaksi Polar
Reaksi polar terjadi karena adanya interaksi antara muatan positif dan negatif dari
dua gugus fungsi yang berbeda.
Kebanyakan senyawa organik bersifat netral secara elektronik, mereka tidak memiliki
muatan bersih, yaitu negatif atau positif. Akana tetapi ikatan yang terbentuk pada suatu
gugus fungsi bersifat polar. Polaritas ikatan disebabkan oleh adanya distribusi elektron
yang tidak simetris dalam ikatan yang dikarenakan adanya perbedaan elektronegativitas
atom-atom yang berikatan.
E. Contoh Reaksi Polar: Adisi HBr pada Alkena
Ketika etilena direaksikan dengan HBr pada suhu kamar akan terbentuk
bromoetana. etilena mengandung ikatan rangkap dua yang dihasilkan dari overlap dua
orbital sp2 dari atom karbon. Bagian ikatan sigma dalam ikatan rangkap dihasilkan dari
overlap orbital sp2-sp2, sedangkan ikatan π dari overlap orbital p-p.
F. Penjelasan Reaksi: Penggunaan Tanda Panah dalam Mekanisme Reaksi Polar
Tanda panah digunakan dalam menggambarkan mekanisme reaksi. Terdapat
beberapa aturan penggunaan tanda panah yang dapat digunakan untuk mempermudah
kita dalam memahami mekanisme reaksi.
22
G. Kesetimbangan, Kecepatan, dan Perubahan Energi dalam Reksi
Setiap reaksi kimia dapat berlangsung secara bolak-balik. Reaktan akan diubah
menjadi produk, dan produk dapat kembali reaktan. Reposisi tersebut akan menghasilkan
kesetimbangan kimia yang dapat diekspresikan menggunakan persamaan Keq, konstanta
kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan diperoleh dari hasil kali konsentrasi produk
dibagi dengan hasil kali konsentrasi reaktan. Di mana tiap konsentrasi dipangkatkan
dengan nilai koefisien masingmasing. Perubahan energi yang terjadi selama reaksi kimia
disebut dengan perubahan energi bebas Gibbs (ΔG).
H. Energi Disosiasi Ikatan
Kita telah tahu bahwa panas akan dilepaskan (ΔH negatif) pada saat pembentukan
ikatan, dan panas akan diserap (ΔH positif) ketika ikatan diputuskan. Ukuran perubahan
panas yang terjadi pada pemutusan ikatan disebut energi disosiasi ikatan (D), yang
didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk memecah ikatan dan
menghasilkan dua fragmen radikal ketika molekul dalam bentuk gas pada suhu 250 C.
I. Diagram Energi dan Transition State
Selama berlangsungnya reaksi, molekul reaktan harus saling bertumbukan dan
atom-atom ditata kembali. Untuk menggambarkan perubahan energi selama
berlangsungnya reaksi, ahli kimia menggunakan diagram energi reaksi.
J. Intermediet
Karbokation hanya bentuk sementara dalam reaksi yang berlangsung dalam
banyak tahap, suatu intermediet reaksi. Intermediet terbentuk pada tahap pertama reaksi
antara etilenadengan H+ yang kemudian bereaksi lebih lanjut dengan ion bromida pada
tahap kedua menghasilkan produk akhir, bromoetana. Tahap kedua ini memiliki energi
aktivasi (ΔG‡) dan perubahan energi (ΔH0) sendiri. Kita dapat menggambarkan
transition state kedua sebagai kompleks teraktivasi antara karbokation (elektrofil) dengan
ion bromida (nukleofil). Di mana ion bromida menyumbangkan sepasang elektron pada
karbokation sehingga terbentuk ikatan C-Br.
4.2.6 BAB 6 STEREOKIMIA
A. Enantiomer dan Karbon Tetrahedral
Cobalah untuk memperhatikan senyawa CH3X, CH2XY, dan CHXYZ. Pada sisi
kiri adalah 3 molekul dan sebelah kanannya adalah bayangan cermin dari 3 senyawa
tersebut. Senyawa CH3X, dan CH2XY adalah identik dengan bayangan cerminnya. Jika
Anda membuat model molekul dari setiap molekul dan molekul bayangan cerminnya,

23
maka akan didapatkan bahwa Anda dapat menghimpitkan suatu molekul dengan
bayangan cerminnya (superimposed).
B. Kiralitas
Jika suatu molekul tidak dapat dihimpitkan dengan bayangan cerminnya berarti
kedua senyawa enantiomer disebut kiral/chiral (ky-ral dalam bahasa Yunani cheir, berarti
“tangan”). Sisi simetri yang dimaksud adalah sisi datar yang dipotong melewati tengah-
tengah dari molekul. Sebagai contoh tabung Erlenmeyer mempunyai sisi semetri. Jika
kita memotong tabung Erlenmeyer secara vertikal, akan nampak sisi satu akan
merupakan bayangan cermin sisi yang lain. Salah satu tangan kita tidak mempunyai sisi
simetri karena sisi setengahnya bukan merupakan bayangan cermin. Kebanyakan, walau
tidak semua, penyebab adanya kiralitas pada suatu senyawa dikarenakan adanya atom
karbon yang mengikat 4 gugus berbeda. Atom karbon tersebut diistilahkan sebagai pusat
kiralitas (chirality centers). Catatan, kiralitas merupakan sifat dari keseluruhan molekul,
dimana pusat kiralitas adalah ciri struktur yang menyebabkan kiralitas.
C. Aktivitas Optikal
Di samping mengenai kiralitas, struktur-struktur pasangan enantiomer adalah
sama. Oleh karena itu, hampir semua sifat fisika kimianya juga sama. Misalnya, tiap
enantiomer murni mempunyai titik lebur dan titik didih yang sama dengan pasangannya.
D. Aturan Konfigurasi Spesifik
Aturan Cahn Ingold Prelog
Aturan 1: Perhatikan 4 atom yang menempel langsung pada pusat kiralitas dan
buatlah prioritas berdasarkan penurunan nomer atom. Atom yang memiliki nomer atom
tertinggi menduduki prioritas pertama, sedangkan atom yang memiliki nomer atom
terendah (biasanya hidrogen) menduduki prioritas keempat.
Aturan 2: Jika pembuatan prioritas tidak bisa menggunakan aturan 1, bandingkan
nomor atom pada atom kedua masing-masing substituen, dilanjutkan pada atom ketiga
dan seterusnya sampai ditemukan perbedaan nomer atomnya sehingga bisa dibuat
prioritas.
Aturan 3: Multibonding atom adalah sama dengan nomer atom dengan ikatan
tunggal.
E. Diastereomer
Diastereomer adalah stereoisomer yang bukan bayangan cerminnya.
Diastereomer kiral mempunyai konfigurasi yang berlawanan pada beberapa pusat kiral
namun mempunyai konfigurasi yang sama dengan yang lainnya. Sebagai
24
pembandingnya, enantiomer yang mempunyai konfigurasi berlawanan pada semua pusat
kiral.
F. Senyawa Meso
Struktur bayangan cermin 2R,3R dan 2S,3S adalah tidak identik namun
merupakan pasangan enantiomer. Jika diperhatikan benar-benar, struktur 2R,3R dan
2S,3S adalah identik jika salah satu strukturnya diputar 180o.
G. Molekul yang memiliki lebih dari dua
Pusat Kiral
Ternyata sebuah pusat kiral dalam satu molekul memberikan 2 stereoisomer
(sepasang enantiomer) dan 2 pusat kiral dalam satu molekul memberikan maksimum 4
stereoisomer atau 2 pasang enantiomer. Secara umum, sebuah molekul dengan n pusat
kiral mempunyai maksimum 2n stereoisomer atau 2n-1 pasang enantiomer, walaupun
mungkin bisa kurang karena mungkin beberapa stereoisomer adalah senyawa meso.
H. Sifat Fisika Stereoisomer
Adanya kesamaan pada titik didih, titik leleh, kelarutan, dan bobot jenis. Sifat
yang berbeda hanyalah rotasi terhadap cahaya terpolarisasi bidang. Di sisi lain, isomer
meso dari asam tartrat ternyata memiliki sifat fisika yang berbeda
I. Campuran Rasemat
Campuran rasemat adalah campuran yang terdiri jumlah yang sama enantiomer
(+) dan (-) dari substansi kiral. Oleh sebab itu, campuran rasemat menunjukkan zero
optical rotation karena rotasi (+) dari satu enantiomer dilawan oleh rotasi (-) dari
enantiomer yang lain.
J. Review Isomerisme
Isomerisme adalah senyawa yang mempunyai rumus kimia yang sama namun
berbeda strukturnya.
K. Reaksi Stereokimia: Adisi HBr pada Alkena
Kebanyakan reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh sama seperti reaksi
organik yang terjadi di laboratorium menghasilkan produk yang mengandung pusat kiral.
L. Reaksi Stereokimia: Adisi Br2 pada Alkena
Adisi Br2 pada 2-butena akan menghasilkan 2,3dibromobutana dan memiliki dua
pusat kiral.
M. Reaksi Stereokimia: Adisi HBr pada Alkena Kiral

25
Reaksi antara reaktan kiral dengan reaktan akiral akan menghasilkan produk-
produk diastereoisomer dengan jumlah yang tidak sama (bukan campuran rasemat).
Dengan demikian hasil reaksinya masih memiliki sifat optis aktif.
N. Kiralitas Selain Pada Atom Karbon
Sejak ditemukan penyebab kiralitas, yaitu karena adanya 4 substituen yang
berikatan pada atom tetrahedral, atom tetrahedral selain karbon dapat juga menjadi pusat
kiralitas. Silikon, nitrogen, fosforus dan sulfur dapat menjadi pusat kiralitas.
O. Kiralitas Senyawa Alam
Walau enantiomer yang berbeda dari molekul kiral mempunyai sifat fisik yang
sama, biasanya molekul-molekul tersebut mempunyai sifat biologis yang berbeda.
Contohnya enantiomer (+) dari limonen mempunyai bau seperti jeruk namun enantiomer
(-) mempunyai bau seperti lemon.
P. Prokiralitas
Prokiralitas adalah molekul akiral yang dapat diubah menjadi molekul kiral
dengan reaksi kimia sederhana. Contohnya adalah 2-butanon merupakan prokiral karena
dapat diubah menjadi kiral alkohol 2-butanol dengan adisi hidrogen.
Atom karbon yang terhibridisasi sp3 juga dapat bertindak sebagai prokiral. Atom yang
terhibridisasi sp3 dikatakan sebagai pusat prokiralitas, dengan perubahan satu gugusnya
maka akan terbentuk pusat kiral.
4.3 KEUNGGULAN BUKU
Pada buku kimia organik yang sedang kritisi, terdapat beberapa kelebihan-
kelebihan yang menjadi keunggulan buku itu. Didalamnya menggunakan kata-kata yang
sangat mudah dipahami sehingga dapat memudahkan para pembaca dalam memahami
isi bacaan dalam buku. Selain itu materi yang dibahas antar bab saling berketerkaitan dan
sinkron berurutan dari materi dasar sampai materi mendalam sehingga sangat
memudahkan dalam proses pemahaman materi kimia organik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa buku ini sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan ajar untuk
mahasiswa diperguruan tinggi.
4.4 KETERKAITAN ANTAR BAB
Pada buku ini, materi dari bab yang astu dengan bab yang lain saling
berketerkaitan. Materi diurutkan dari materi yang termudah ke materi yang tersulit.
Sehingga ada hubungan kesinambangan antar bab. Hal ini akan memudahkan pembaca
dalam proses pemahaman materi kimia organik. Pada buku ini sususan materi dimulai

26
dari struktur dan ikatan yang kemudian disambung dengan jenis-jenis ikatan pada
asam-basa hingga sampai sesi mendalaman kimia organik yaitu stereokimia.
4.5 KEMUTAKHIRAN BUKU
Pada buku yang ini dinilai memiliki kemutahiran atau hubungan yang erat,
terlihat dari setiap materi bab yang dibahas memiliki hubungan saling berkaitan dan
materi-materi yang dibahas sepenuhnya dapat dipercaya karena melalui teori-teori dan
keakuratan yang jelas.
4.6 KELEMAHAN BUKU
Selain kelebihan yang telah dibahas sebelumnya, ternyata pada buku ini juga
amasih memiliki beberapa kekurangan yang sekiranya perlu dilakukan revisi kembali
untuk penyempurnaan buku ini. Kelemahan yang ditemukan seperti materi yang dibahas
pada buku kurang luas cakupannya, jadi masih terdapat beberapa materi yang tidak
dibahas dalam buku ini. Selain dari isi materi dalam buku ini, cover atau sampul buku
terlihat kurang menarik, sehingga dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan tujuan
untuk meningkatkan minat dalam membaca buku. Karena seperti kita ketahui kesan
pertama dalam suatu situasi adalah yang paling pentng, sehingga kesan pertama pembaca
pada buku harus menarik jika dilihat dari sampul buku itu sendiri.
4.7 IMPLIKASI
Implikasi yang dapat diambil pada kegiatan critical book report buku kimia
organik ini adalah sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan
pengetahuan dalam materi kimia organik dan juga dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam mengkritisi buku. Selain itu kegiatan ini juga sangat membantu
mahasiswa dalam mengetahui isi buku yang dapat digunakan sebagai referensi belajar
mahasiswa.
4.8 KESIMPULAN DAN SARAN
4.8.1 kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan mengkritisi buku ini adalah didapat
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk meningkatkan minat membaca dan
dengan membaca dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang kimia organik.
Keterampilan dalam mengkritisi juga didapatkan disini.
Dari buku ini didapat bahwa Atom terdiri dari nukleus dengan muatan positif
yang dikelilingi muatan negatif dari elektron pada jarak yang relatif jauh. Berdasarkan
model mekanika kuantum atom, perilaku spesifik dari suatu atom dapat dijelaskan
menggunakan persamaan gelombang. Atom membentuk ikatan karena senyawa yang
27
dihasilkan lebih stabil dibandingkan atom tunggal. ketika atom karbon berikatan dengan
salah satu dari atom tersebut maka terbentuk ikatan yang terpolarisasi.
4.8.2 Saran
Pada buku ini masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan, alangkah
lebih baiknya jika penulis melakukan revisi kepada buku ini untuk menyempurnakan isi
buku ini. Selain itu, makalah yang telah dibuat ini juga masih terdapat banyak
kekurangan, diharapkan kepada pembaca untuk lebih kritis dalam membaca makalah ini.

28
BAB V
CRITICAL JOURNAL REVIEW
(CJR)
5.1 LATAR BELAKANG PENULISAN CJR
Sering kali kita bingung memilih jurnal referensi untuk kita baca dan fahami .
terkadang kita memilih satu jurnal, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya,dari
segi anlaisis bahasa,pembahasan tentang hakikat pendidikan. Oleh karena itu, penulis
membuat critical jurnal review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih jurnal
referensi.
5.2 TUJUAN PENULISAN CJR
1. Untuk menyelesaian tugas CJR mata kuliah reaksi reaksi kimia organik.
2. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kreatifitas serta menguatkan
daya ingat , kemudian mengkritisi sebuah jurnal.
5.3 MANFAAT CJR
1. Dapat menyelesaian tugas CJR mata kuliah reaksi reaksi kimia organik.
2. Dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kreatifitas serta menguatkan
daya ingat , kemudian mengkritisi sebuah jurnal.
5.4 IDENTITAS ARTIKEL DAN JURNAL YANG DI REVIEW
1. Judul artikel : Sintesis Dan Karekterisasi Senyawa Kiral Hasil Reaksi
Antara Metileugenol Kasar Dengan Asam Asetat.
2. Edisi terbit : volume 2 no 3 halaman :39-48
3. Pengarang artikel : Muh. Hajir S. Lasapo1, Erwin Abdul Rahim, Ruslan,
Indriani
4. ISSN : 2477-5398
5.5 RINGKASAN ISI JURNAL
6.5.1 Landasan Teori
Penelitian mengenai senyawa eugenol banyak dilakukan karena sering
dimanfaatkan dalam berbagai industri sehingga diharapkan dalam penelitian ini agar
didapatkan manfaat metil eugenol yang lebih optimal sehingga dapat diubah menjadi
bahan dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa yang lebih berdaya guna salah satunya
senyawa 1-(3,4 Dimetoksi Fenil)-2-Propanon yang merupakan bahan dasar dalam
pembuatan α-metil DOPA. Didalam dunia kedokteran senyawa α-metil DOPA
digunakan sebagai obat anti Parkinson (Widowati, 2011).

29
Senyawa enyawa yang analog dengan 1-(3,4dimetoksifenil)-2-propanon yaitu 1-
(3,4metilendioksifenil)-2-propanon telah dapat buat dari safrol melalui adisi dengan
asam format diikuti dengan hidrolisis dan oksidasi dengan piridinium klorokromat, PCC.
Metode adisi asam format ini sangat sederhana untuk dikerjakan dan telah dicoba untuk
metileugenol dalam pembuatan senyawa dasar 1-(3,4dimetoksifenil)-2-propanon yang
dari bahan dasar ini dapat dibuat senyawa analog L-alfa- metil DOPA (Sohilait dkk,
2005).
Eugenol mempunyai gugus alil dan hidroksil. Gugus hidroksi dapat digantikan
dengan gugus metil sehingga menghasilkan metil eugenol. Gugus alil yang dapat diadisi
dengan asam asetat menghasilkan senyawa ester kiral (Rahim, 2015).
Dalam penelitian ini belum dilakukan proses sintesis dengan menggunakan sampel
metileugenol kasar dan karakterisasi untuk menghasilkan senyawa kiral yang lebih
mudah untuk diperoleh dan tentunya sangat bermanfaat bagi manusia terutama dalam
pembuatan obat-obatan dengan bahan dasar senyawa kiral maupun pembuatan katalis
kiral sehingga dapat menjadi dasar bagi para peneliti yang ingin mengembangkan
senyawa tersebut menjadi produk obatobatan yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat dan juga meningkatkan nilai ekonomis dari minyak cengkeh tersebut.
6.5.2 Metode Penelitian
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, metileugenol kasar, silika gel
60 G, asam asetat glasial, etil asetat, NaHCO3 10%, Kalium Hidroksida 0,002 M, asam
sulfat pekat, n-heksana, etanol, dietil eter, natrium sulfat anhidrat, plat KLT, tisu dan
aquades.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi satu set alat kromatografi kolom,
labu alas bulat, Corong pisah, satu set alat refluks, satu set alat destilasi, lampu Uv merk
Camag (254 nm dan 366 nm), lemari asam, satu set alat evaporator, alat GC, GC-MS dan
FT-IR, Alat-alat gelas laboratorium, pH meter, corong pisah, magnet stirer, statif dan
klem, timbangan analitik digital, penangas minyak dan batang pengaduk serta
thermometer.
5.5.3 Prosedur Penelitian
Karakterisasi Metileugenol Kasar
Proses identifikasi sifat fisik metil eugenol yang terapat dalam sampel petrogenol
akan digunakan dalam penelitian dan untuk mengetahui tingkat kemurnian metileugenol
dilakukan proses analisis dengan menggunakan FT-IR dan GC.
30
Reaksi Adisi Metileugenol kasar dengan Asam Asetat (Rahim, 2015)
Ke dalam labu alas bulat kapasitas 250 mL dimasukan 10 mL metil eugenol,
ditambahkan 100 mL asam asetat yang telah diberikan H2SO4 beberapa tetes. Kemudian
dilakukan refluks selama 5 jam pada suhu 180 oC. Setelah refluks selesai campuran
didinginkan kemudian didistilasi dengan suhu 115-118 oC untuk memisahkan asam
asetat glasial yang tersisa. Residu ditambahkan dengan 100 mL dietil eter sehingga
terbentuk dua lapisan. Kemudian dinetralkan dengan NaHCO3 10%, lapisan bawah
dibuang. Lapisan atas dicuci dengan aquades dan kemudian dikeringkan dengan
Na2SO4 anhidrous, selanjutnya didekantir. Pelarut dietil eter dipisahkan dengan
menggunakan evaporator.
Pemisahan Hasil Sintesis dengan Kromatografi Kolom.
a. Penyiapan kolom
Bubur dari 20 g silika gel 60 G (230400 mesh ASTM, E Merck) dalam 500 mL n-
heksana : etil asetat dimasukkan ke dalam tabung kolom kaca panjang 50 cm diameter 2
cm. Setelah silika gelnya mampat, kelebihan pelarut dikeluarkan hingga batas atas
(Muchalal dan Rahayu, 2002)
b. Pemisahan sampel
Hasil sintesis digunakan dalam proses pemisahan. Eluen yang digunakan adalah
campuran n-heksana-etil asetat (Muchalal dan Rahayu, 2002). Eluat ditampung dalam
tabung reaksi. Penampungan eluat dimulai setelah eluen yang diperkirakan terjebak
dalam fasa diam telah keluar. Berdasarkan penampakan fisik hasil yang diperoleh
dikelompokkan menjadi beberapa fraksi. Fraksi-fraksi dianalisis dengan KLT untuk
mengetahui penampakan noda, penampakan noda yang sama di campur menjadi 1 bagian
dan di pekatkan menggunakan rotary evavorator untuk menghilangkan pelarutnya dan
dianalisis dengan FT-IR dan GC-MS. Perbandingan pelarut yang digunakan dalam
kromatografi kolom ditentukan dari hasil uji kromatografi lapis tipis (TLC)
menggunakan pelat silika gel 60 F254 (E Merck).
5.5.4 Hasil dan Pembahasan
Sifat Fisik Metileugenol Kasar
Hasil tidak sesuai dengan literatur, Menurut Widowati (2011) yang menjelaskan
bahwa wujud metileugenol berbentuk cair dan berbau minyak cengkeh. Namun, ada
perbedaan warna metil eugenol dari hasil yang diperoleh berwarna kuning muda,
sedangkan hasil literatur menyebutkan metileugenol berwarna jernih. Perbedaan sifat
fisik warna metileugenol ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat kemurnian yang
31
berbeda. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kemurnian metileugenol dilakukan
proses analisis lebih lanjut.
Hasil analisis metileugenol kasar dengan spektrofotometer infra merah
Dari hasil analisis dengan FT-IR diatas dapat dinyatakan senyawa yang dianalisis
mengandung gugus propenil, metoksi, dan cincin aromatis serta hidroksil. Dengan
adanya gugus hidroksil yang terdapat pada hasil spektrum IR tersebut ini menandakan
bahwa sampel yang digunakan masi mengandung senyawa eugenol dan ketiga gugus
selain gugus hidroksil tersebut dimiliki senyawa metil eugenol, sehingga dimungkinkan
bahwa senyawa yang dianalisis merupakan campuran eugenol dan metil eugenol.
Hasil analisis metileugenol kasar dengan Gas Cromatografi (GC).
Dari hasil analisis dengan menggunakan gas cromatografi (GC) terlihat dengan
jelas pada kromatogram pada tingkat persentasi pada puncak 2 merupakan senyawa
eugenol dengan persentase 27,71%. Sedangkan pada puncak 3 merupakan senyawa metil
eugenol dengan persentase tertinggi yaitu 71,89%. Sampel yang digunakan tidak murni
metileugenol yang disebabkan adanya kandungan senyawa eugenol yang teridentifikasi
pada saat analisis. Hal ini dibuktikan dengan adanya gugus hidroksil yang teridentifikasi
pada hasil analisis FT-IR yang menandakan adanya senyawa eugenol. Dari hasil analisis
sampel metil eugenol (petrogenol) dengan menggunakan FT-IR dan GC dapat
disimpulkan bahwa sampel yang digunakan merupakan campuran senyawa eugenol dan
metil eugenol. Jadi, sampel yang digunakan pada penelitian ini bukan merupakan sampel
murni metileugenol.
Reaksi Adisi Metileugenol Kasar dengan Asam Asetat
Pada reaksi adisi yang dilakukan pada suhu ruang, senyawa asam asetat mengalami
disosiasi yang selanjutnya terjadi reaksi adisi terhadap metil eugenol. Senyawa metil
eugenol merupakan sebuah alkena tak-simetris (yakni gugusgugus yang terikat pada
kedua karbon sp2 tidak sama), sehingga ada dua kemungkinan produk isomerik yang
akan dihasilkan, namun satu isomerik lebih melimpah (Fesssenden & Fesssenden, 1982).
Hasil Pemisahan dengan FT-IR
diketahui bahwa pada spektrum IR yang diperoleh memperlihatkan adanya :
1. Gugus karbonil berada pada serapan bilangan gelombang 1735,93 cm-1.
2. Cincin aromatis berada pada serapan bilangan gelombang 1597,06 cm-1.
3. Gugus propenil yang ditunjukkan oleh serapan pada 3055,24 cm-1 dari gugus CH
(rentangan), dan serapan pada 1458,18 cm-1 dari gugus CH2 (bengkokan).

32
4. Gugus metoksi pada serapan 1242,16 cm-1 (rentangan asimetris) dan 1149,57
cm-1 (rentangan simetris) dari C-O. 5. Gugus hidroksil pada serapan bilangan
gelombang 3448,72 cm-1.
Untuk mengetahui lebih jelasnya senyawa yang terbentuk dilakukan proses analisis
dengan menggunakan GC-MS.
Hasil Pemisahan dengan GC-MS
Dari analisis FT-IR diperoleh gugus propanil yang ditunjukkan oleh serapan pada
3055,24 cm-1 dari gugus CH (rentangan), dan serapan pada 1458,18 cm-1 dari gugus
CH2 (bengkokan), cincin aromatis pada bilangan gelombang 1597,06 cm-1 dan gugus
metoksi pada bilangan gelombang 1242,16 cm-1.
Dari analisis FT-IR diperoleh gugus hidroksil (OH) pada bilangan gelombang
3448,72 cm-1, cincin aromatis pada bilangan gelombang 1597,06 cm-1 dan gugus
propanil yang ditunjukkan oleh serapan pada 3055,24 cm-1 . Untuk tingkat kadar yang
diperoleh yaitu 9,86%. Bila dibandingkan dengan hasil analisis pada sampel, kandungan
eugenol pada sampel yaitu 27,71%. Berkuranganya produksi eugenol pada tahap
pemisahan dengan kromatografi kolom menandakan senyawa eugenol bereaksi dengan
asam asetat
Sifat Fisik Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kolom
Identifikasi fisik pemisahani sampel hasil sintesis dengan kromatografi kolom
dalam bentuk wujud, warna, dan bau.
5.6 KEUNGGULAN PENELITIAN
5.6.1 Kegayutan Antar Elemen
Kegayutan atau keterpatuan antar elemen dikatakan baik apabila dari seiap paragraf
dan setiap sub materi yang disajikan merupakan materi yang berkaitan satu sama
lain.kegayutan pada jurnal ini sudah baik karena materi setiap paragrafnya saling
berkaitan .contohnya padaa pendahuluan jurnal ini membahas tentang senyawa eugnol
dari berbagai sumber lalu bagaimana reaksi reaksi yang bisa terjadi padanya.
5.6.2 Originalitas Temuan
Sebuah karya tulis dikatakan original apabila tidak ada elemen dari karya tulis
tersebut yang memiliki kesamaaan persis dengan karya tulis lainnya.Begitu pula sebuah
jurnal,dikatan original apabila semua elemen yang ada didalamnya terbukti.salah satu
tolok ukur dalam keaslian sebuah jurnal dapat dilihat dari kutipandan daftar rujukannnya.

33
Jurnal ini merupakan jurnal yang asli /original karena setiap kutipan yang ada didalamnya
tertulis pada lembar rujukan.keaslian itu juga dapat dilihat dari definisi definiso dan
metode penelitian yang terdapat dalam jurnal.
5.6.3 Kemutakhiran Masalah
Sebuah karya tulis dikatakan mutakhir apabila materi sesuia dengan perkembangan
ilmu,penggunaan contoh contoh didalamnya terkini/teraktual,dan menggunakan rujukan
baru.jurnal ini dikatakan mutakhir karena jurnal ini merupakan jurnal buatan tahun 2016
yang waktunya kurang dari kurun waktu lima tahun.selain itu jurnal ini juga sesuai
dengan perkembangan ilmu,yaitu ilmu pendidikan dikalangan mahasiswa.
5.6.4 Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian
Kohesi disebut juga keterpaduan bentuk ,sedangkan koherensi disebut juga
keterpaduan makna.jurnal ini adalah jurnal yang kohesi di setiap pembahasannya.hal ini
karena bentuk tulisan pada setiap paragraf yaitu kalimat dan kata katanya sudah berkaitan
satu sama lain. Koherensi atau keterpaduan makna dalam jurnal ini juga sudah baik.hal
ini karena di setiap paragraf dan kalimatnya sudah terpadu.yakni penjelasan yang ada
pada poin poin metode penelitian berdasarkan masaalah.
5.7 KELEMAHAN JURNAL
5.7.1 Kegayutan antar Elemen
Pada dasarnya pembahasan dari jurnal ini sudah terkait.
5.7.2 Originalitas Temuan
Saya tidak menemukan kekurangan tentang originalitas temuan jurnal ini.
5.7.3 Kemutakhiran Masalah
Sebuah karya tulis dikatakan mutakhir apabila materi sesuai dengan
perkembangan ilmu, penggunaan contoh contoh di dalamnya terkini/aktual, dan
menggunakan rujukan baru. Kelemahan kemutakhiran dalam jurnal ini terdapat pada
bagian rujukan jurnal. hal tersebut saya katakan demikian karena jurnal ini menggunakan
buku yang lam sebagi rujukannnya.
5.7.4 Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian
Kohesi dan koherensi di dalam jurnal ini cukup baik. Kalimat pada paragraf
cukup kohesi dan koherensi. Pada kalimat kalimatnya penulis menjelaskan atau
menuliskan penjelasan mengenai istilah asing di dalam kurung dan memiringkan istilah
asing tersebut, sehingga pembaca mengerti dengan jelas apa yang dituliskan oleh penulis
jurnal, begitu pula secara keseluruhan jurnal. Pada jurnal kegayutan antar elemen jurnal

34
ini sudah baik, namun hal yang menjadi kelemahan adalah pada banyaknya pengunaan
kata kalimat yang hendak diutarakan penulis.
5.8 IMPLIKASI JURNAL
5.8.1 Implikasi terhadap Teori Atau konsep
Berdasarkan teori teori yang ada dalam jurnal ini seorang pembaca atau reviewer
akan mendapatkan ilmu dan penegtahuan yang lebih luas mengenai senyawa akiral dan
reaksi adoisi.pemahan yang diberikan juga menggunakan penelitian sehingga dapat lebih
membuktikan penelitian yang dilkaukan.
5.8.2 Implikasi Terhadap Program Pembangunan Di Indonesia
Jurnal ini membahas tentang bagaimana tentang senyawa eugnol dan yang
berkaitan padanya.penelitian senyawa eugnol sendiri sangat berguna karena sering
dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri yang otomatis akan bermanfaat terhadap
program pembangunan industri yang ada di Indonesia.
5.8.3 Analisis
Jurnal ini dapat menjadi rujukan untuk mahasiswa,dan penelitian
lainnya.berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan dalam penelitian ini.sehingga
jurnal ini layak di gunakan oleh mahasiswa dan penelitian lainnya sebagai referensi
dalam penelitian yang lebih baik lagi.
Secara tidak langsung dengan kritikal jurnal ini mahasiswa telah meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam pengetahuan dan menganalisis suatu
permasalaahan.selain itu dengan memahami poin poin yang ada pegangan dalam menulis
karya ilmiah yang nantinya diharapkan agar mahasiswa dapat membuat jurnal penelitian
yang sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku.
5.9 KESIMPULAN DAN SARAN
5.9.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada kritik jurnal Sintesis Dan Karekterisasi Senyawa Kiral
Hasil Reaksi Antara Metileugenol Kasar Dengan Asam Asetat pada mata kulia reaksi
reaksi kimia organik adalah Jurnal ini sangat membantu dalam menambah wawasan
mahasisiwa akan materi adisi karena dalam penelitian ini digunakan cara adisi dalam
langkah reaksi adisi dalam metodenya.
Dan dari jurnal ini pula diketahui bahwa berdasarkan analisis dengan FT-IR dan
GC-MS teridentifikasi kemungkinan adanya senyawa 1-(3,4-dimetoksifenil)-2propanil
asetat dengan kadar persentase sebesar 45,87% sedangkan berat molekulnya yaitu 238.

35
5.9.2 Saran
Jurnal tersebut juga mencantumkan prosedur yang akan dilakukan. Namun tidak
dibuat dalam bentuk poin-poin atau tahap demi tahap, namun dalam bentuk kalimat.
Sebaiknya dalam pembuatan prosedur sebaiknya dibuat dalam bentuk tahap demi tahap
agar pembaca mudah mengerti dan tidak kesulitan dalam melaksanakannya.

36
DAFTAR PUSTAKA
Lasopo, Muh H,S., Rahim,Erwin A., Ruslan.Dan Indriani.2016. Sintesis Dan
Karekterisasi Senyawa Kiral Hasil Reaksi Antara Metileugenol Kasar Dengan
Asam Asetat. Jurnal Riset Kimia. 2(3): 39-48.
Prasojo, Stefanus L. (2018). Kimia Organik I. Yogyakarta : Yayasan Pharmasi.

37

Anda mungkin juga menyukai