Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pemdidikan luar biasa (PLB) terkait erat dengan perkembangan

penyelenggaran pendidikan bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus . pendidikan

formal pertama bagi anak tunanerta didirikan di Bandung pada tahun 1901. dan berdirinya

sekolah khusus bagi anak-anak belanda yang tergolog tunarungu pada tahun 1927. Beberapa

waktu kemudian disusul dengan berdirinya layanan pendidikan bagi anak tungrahita pada tahun

1930.

Penyelenggaran pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus diperlukan pendekatan

multidisipliner dari berbagai disiplin ilmu yang saling terkait . oleh Karen itu pendidikan luar

biasa dapat muncul eksistensinya tidk hanya di sekolah luar biasa tetapi juga disekolah regular,

didalam keluarga , dan di pendidikan luar sekolah .

Pendidikan luar biasa (PLB ) pada hakekat adalah pembelajaran yang dirancang untuk

siswa yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus . pada prakteknya PLB selalui

mempertimbangan 4 komponn utama, yaitu : physical environment, teaching procedures,

teaching content/materials dan use of adoprtive Equipment. Dengan demikian salah satu

komponen dalam pembealajaran adalahmenggunakan alat bantu yang disesuaikan ( adaptive

equipment dengan kebutuhan anak.

Alat (equiepment) yang dimaksud adalah segalah sesuatu hasil teknologi mulai dari yang

sederhana sampai yang canggih yang digunakan untuk membantu kepentingan anak

2
berkebutuhan khusus . adanya fenomena memprihatikan dari pelaksana pendidikan inklusif yang

masih jauh dari harapan, melahirkan banyak pemasalah yang memerlukan kajian teknologi asistif

bagi anak berkebutuhan khusus dalam seting pendidikan inklusif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pengertian anak berkebutuhan khusus tunarungu

2. Apa saja permasalahan yang sering diharap anak tunarungu

3. Apa pengertian teknologi asistif untuk tunarungu

4. Apa Pentingnya teknologi asistif untuk tunarungu

5. Apa Contoh dan kegunakan teknologi asistif untuk tunarungu

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus tunarungu

2. Untuk mengetahui permasalahan yang sering diharap anak tunarungu

3. Untuk mengetahui pengertian teknologi asistif untuk tunarungu

4. Untuk mengetahui pentingnya teknologi asistif untuk tunarungu

5. Untuk mengetahui contoh dan kegunakan teknologi asitif untuk tunarungu

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Anak Berkebuuhan Khusus Tunarungu


Tunarungu adalah peristilah secara umum untuk anak yang mengalami kehilangan atau
kekurangmampuan mendengar, sehingga ia mengalami gangguan dalam melaksanakan
kehidupannya sehari-hari . secara garis besa tunarungu dapat dibedakan menjadi dua yaitu tuli
dan kurang dengar.

Istilah tunarungu berasal dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu
artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mamapu mendengar atau
kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik , anak tunarungu tidak berbeda
dengan anak dengar pada pada umumnya , teteap ketika dia berkomunikasi barulah diketahui
bahwa mereka tunarungu.

Untuk mengentahui lebih lanjut hakikat tunarungu dibawah ini akan dikemukakan beberapa
pendapat ,antara lain van uden (1977) dalam murni winarsih (2010;6 ) sebagai berikut :

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa seseorang dikatakan tuli jika kehilanga
mamapu mendengar pada tingkat 70 iso db, atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti
pembicaraan orang lain melalui melalui pendengarannya sendiri , tanpa atau menggunakan alat
bantu mendengar. Sedangkan seseorang dikatakan kurang dengar apabila kehilangan
kemampuan mendengar pada tingkat 35 db, sampai 69 db iso, sehingga ia mengalami kesulitan
untuk mengerti pembicara orang lain melalui pendengarannya sendiri , tanpa atau dengan alat
bantu mendengar (ABM).

Donald f. mores (1978;5 ) dalam permanariaran somad dan tati hernawati (1996;27,
mendefinisikan tunarungu sebagai berikut :

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa tunarungu adalah suatu istilah umum yang

4
menunjukkan kesulitan mendengar kurang dengar. Orang tuli adalah yang kehilangan
kemamapuan mendengar sehilangga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengarkan
yang dikatakan kurang dengar adalah mereka yang apabila menggunakan alat bantu mendengar
sisa proses memperoleh informasi bahasa melalui pendengarannya.

Donal F. Moores (1975:5 dalam permanarian somad dan tati hernawati (1996:27) ,
mengemukakan sebagai berikut:

Menurut Donal F. Moors, orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemamapuan
mendengar pada tingkat 70 db iso atau lebih sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang
lain melalui pendengarannya sendiri tanpa atau menggunakan alat bantu mendengar. Orang
kurang dengar adalah seseorangkan yang kehilangan kemamapuan mendengar pada tingkat 35
db sampai 69 db iso sehingga ia mengalami kesulitan untuk mengerti pembicaraan orang lain
melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau dengan alat bantu mendengar: “tunarungu dapat
diartikan sebagai suatu keadan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak
dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indara pendengaran.

Dari beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli tenteng pengertian tunarungu
dapat disimpulkan bahwa kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya
yang di akibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia
tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa
dampak dalam kehidupan secara komplek.

B. Permasalahan Yang Sering Dihadapi Anak Tunarungu


Ketika anak telah terdiagnos menderita kehilangan pendengaran, anak akan kesulitan
memunculkan emosi dalam perilaku seperti perilaku cemas, takut, marah atau self–eseem
mereka akan rendah karena berkurangnya komunikasi dan kemamapuan bahasa mereka dan
tingkat kepaercayaan diri mereka juga ikut terpengaruh.

5
Dalam segi komunikasi dan bahasa ,anak akan belajar untuk membangun komunikasi
dalam bentuk lain, seperti bahasa tubuh , gerak tubuh, atau ekspresi wajah, yang akan mewakil
tentang apa yang diinginkan seseorang dan apa yang dirasakan.

C. Pengertian Teknologi Asistif

Memberikan pendididkan berkualitas kepada siswa di zaman informasi ini meruntut


guru untuk senantiasa keterampila teknologi yang dibutuhkan agar dapat memanfaatkan
kekuatan computer dan teknologi yang terkait dengannya untuk pengaran yang efektif.
Teknologi dalam bentuk computer, jaringan informasi dan multimedia akan memberikan akses
kepada setiap orang di masyarakat untuk belajar.

Menurut technology-relates assistance for persons with disabilities act ( 1988) amerika
serikat. “ assistive terhnology devices.. are any item, place of equipment or product system
,whether acquired commercially of the shlf modifred, or customized, that is used to increase,
maintain, or improve functional capabilities of individuals with disabilities.”

Sementara itu wobschall dan lakin at.al ( McBroyer, 2002 mendenfiniskan “ assistive
technology is just a subset of tools used by human being, providing in ways and places that are
needed by relatively few people with significant impairment in normal’ physical, sensory ,or
cognitive abilities.”dengan demikian pada hakikatnya adalah segala macam benda atau alat yang
dengan cara dimodifikasi atau langsung digunakan untuk meningkatkan atau merawat
kemamapuan disabled person.

Assistive technologis (teknologi asistif) adalah alat yang dapat membantu siswa–siswa
dengan kebutuhan khusus untuk mengerjakan aktivitas yang terkait dengan belajar atau
kehidupan sehari-hari.

6
Di antara teknologi komunikasi modern lain kepada siswa-siswa dengan disabilitas.
Keyboard-nya dapat dimodifikasi, sehingga dapat digunakan misalnya untuk orang yang hanya
memiliki satu tangan atausatu jari untuk mengetik. Program-program pergenalan suara memiliki
satu tangan berbagai disabilitas fisik untuk memasukkan teks ke dalam computer dengan
berbicara. Joysticks telah dikembangkan untuk memungkinkan individu-individu mengontrol
computer dengan menujuk dengan dagu atau kepalanya.

Dewasa ini ada berbagai macam perangkat asistif yang dapat menyediakan berbagai
kesempatan pendidikan. Sebagai contoh, tulisan besar dan translasi braile dengan bantuan
computer dapat membantu komunikasi untuk siswa-siswa yang mengalami hambatan
penglihatan . sofltware translasi braille dapat mengonversikan teks menjadi formal braille yang
tepat. Sofltware pembesar-layar memperbeasr ukuran teks dn grafik , mirip dengan captioning
dan tampilan real-time graphics di televisi, yang menyiarkan dialog dan tindakan di acara atau
film televisi melalui teks tercetak.

Computer speech synthesizers dapat menghasilkan kata-kata lisan secara artifisial.


Speech recognition sofltware ( sofltware untuk mengenali suara ) dapat membantu siswa-siswa
yang hanya dapat mengucapkan beberapa bunyi untuk mengerjakan berbagai tugas. Individu
diajari beberapa bunyi “tiken” yang dapat direspons oleh computer yang deprogram secara
khusus. Komputer mengali suara dan mengerjakan berbagai fungsi sehari-hari dan fungsi-fungsi
berasis-sekolah , seperti menyalakan TV, memainkan rekaman video, atau mengakses kurikulum
sekolah CD-ROM. Peralatan-peralatan canggih lainya bereaksi terhadap sinyalsiyal otak yang
kemudiah mentranslasiannya menjadi perintah dan tindakan digital.

Teknologi-teknologi lain, misalnya peralatan adaptif dan tombol-tombol khusus,


memungkinkan siswa dengan disabilitas fisik untuk meningkatkan mobilitas fungsionalnya
dengan menghidupkan berbagai peralatan dan mengontrol alat-alat lain seperti lampu atau redio.
Computerized “gait trainers “ dapat membantu individu –individu dengankeseimbangan yang
buruk atau mereka yang memiliki pengendalian tubuh yang kurang untuk belajar berjalan.
Peralatan-peralatan yang dikenadalikan redio dapat membuka pintu dan mengoperasikan mesin
penjawab di telepon.

7
Teknologi yang sangat menarik direncang untuk siswa –siswa yang sakit harus dirawatdi
rumah sakit. PC Pal, peralatan ini menyediakan gemas computer memberikan dan akses internet
dan memungkinkan siswa yang dirawat di rumah sakit bantuan berharga untuk terus mengikuti
pekerjaan-rumah (PR) dan untuk tetap berhubungan dengan teman teaman kebutuhan khusus.

Situs-situs web khusus telah diciptakan untuk memudakan siswa-siswa dengan disabilitas
.yang paling menonjol adalah yang dikembangkan dan dipromosikan oleh center for applied
special technology ( CAST), sebuah organisasi yang misinya adalah memperluas kesempatan
bagian orang-orang dengan disabilitas melalui penggunakan computer dan berbagai teknologi
asistif. CAST menawarkan sebuah situs Web ( yang disebut “Bobby”) dan alat-alat basis-Web
yang menganlisis berbagai halaman web.

Karena semakin banyak siswa dengan disabilitas yang menikuti pendidikan di kelas-kelas
regular, kemungkin beasr akan terdapat siswa-siswa yang membutuhkan penggunaan teknologi
asistif . akan tetapi, hal ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh guru di sekolah dibutuhan khusus
dalam pengembangan teknologi asistif .

Sekolah diharuskan mengupayakan untuk membantu peserta didik berkebutuhan khusus


untuk mengidentikasi, memperoleh , dan mempelajari cara penggunaan peralatan asistif yang
tepat. peralatan–peralatan ini diidentikasi selama pengembangan individualized education
program (IEP) atau program pengajaran individual. Para guru diharapkan untuk bekerja sama
dengan personel yang tepat disekolah untuk megembangakan IEP.setelah perserta didik diberi
peralatan asistif , para guru dan personel lain diharapkan untuk membantu siswa yang
bersangkuatan menggunakannya dengan cara yang semestinya.

8
D. Pentingnya Teknolongi Asistif Untuk Tunarungu

Anak tunarungu termasuk ke dalam kelompok anak yang mengalami gangguan


komunikasi dan bahasa karena ke tidakmamapuannya dalam memperoleh suara. Walaupunnya
dengan kekurangan itu, mereka tetap memiliki potensi untuk belajar berbicara dan berbahasa
(azhariani, 2015). Dengan adanya teknologi asistif dapat membantu mereka untuk belajar
berbicara dan berbahasa.

Seperti yang dikemukakan oleh Ludwig wittgenstein “the limits of my language stand for
the limits of my world”. “Batas bahasaku adalah batas duniaku “.

Bahasa merupakan alat komunikasi antara individu dengan individu yang lain
(indah,2011). Anak tunarungu menggunakan isyarat untuk berinteraksi, bentuk isyaratnya sangat
bervariasi sebagaimana isyarat local yang dikenal. Adapun orang-orang pada umumnya
menggunakan penuturan lisan ketika berkomunikasi dengan orang lin. Anak tunarungu
menggunakan caranya sendiri dalam berkomunikasi tidak mudah dipaksakan menggunakan
bahasa lisan, begitu pula orang normal dalam berkomunikasi tidak mudah dipaksakan mengikuti
komunikasi isyarat yang digunakan oleh anak tunarungu. Dengan demikian antara keduanya
perlu adanya kesadaran untuk saling memahami cara berkomunikasi mereka .

Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana keduanya bisa saling memahami cara


berkomunikasi mereka, bagaimana anak tunarungu bisa belajar tentang komunikasi lisn dan
orang dengan pendegaran normal bisa belajar komunikasi isyarat. Mengenai cara komuniksi
yang digunakan oleh anak tunarungu , barangkali orang pendengaran normal tidak begitu banyak
mempermasalahkan , karena sudah tersedih banyak media yang ada,namun sangat bebeda
dengan anak-anak tunarungu yang akan mempelajari cara komunikasi dengan lisan atau oral
seperti yang digunakan orang pada umumnya.

9
Kecanggihan teknologi saat ini, membuat penggunaan media semakin digunakan di
berbagai bidang, termasuk dalam proses pembelajaran, dengan tujuan meningkatkan mutu
pendidikan. Kepemilikan perangat bergerak (mobile device semakin meningkat, dalam beberapa
waktu terakhir. Tidak lain disebabkan karena semakin terjangkaunya harga dari perangkat-
perangkat ini oleh masyarakat. Berdasarkan data pada akhir juni 2018 perangkat bergerak
( mobile device mencapai 70.13% pangsa pasarnya, dan 64.05% platform perangkat bergerak
yang digunakan di Indonesia dikuasai oleh android (globalstats, 2018 ]) dengan semakin
meningkatnya pengunaan perangkat bergerak di Indonesia , seharusnya dapat meningkatkan
pengembangan sarananpenunjang bagi pengguna tunarungu agar bisa merasakan manfaatnya dan
juga bisa sebagai media pembelajaran.

Sebagai contoh salah satu teknologi sekarang yaitu google yang menawarkan terbosan
terbaru dalam proses pengolahan suara masukan pengguna , teknologi ini disebut dengan google
speech. Teknologi ini diharapkan dapat digunakan oleh tunarungu dalam berlatih bahasa dan
berbicara ,agar nantinya dapat diolah dan dapat menujukkan perkembangan kemampuan bahasa
tunarungu .kelebihan google speech ini, adalah praktis dan mudah untuk digunakan sehingga
pengembang aplikasi dan peneliti bisa menggunakannya.

Untuk menyelesaikan masalah inti yaitu terciptanya interaksi dua arah antara pengguna
dalam hal ini anak tunarungu dengan aplikasi untuk melatih kemamapuan bahasa mereka .
maka perlu dilakukan kajian tentang bagaimana metode pelatihan ,reancangan dan implementasi
aplikasi yang di gunakan dalam pelatihan bahasa pada anak tunarungu . setelah itu perlu
dilakukan pengujian validasi dan usability untuk melihat apakah aplikasi yang dibuat sudah
bener sesuai dengan yang dibutuhkan , dan mudah untuk digunakan. jika aplikasi ini berhasil di
implemetasikan diharapkan bisa membantu tunarungu sebagai media pembelajaran dan pelatihan
bahasa, memanfaatkan teknologi perangkat bergerak (mobile device ) dan google speech.

10
E. Contoh Dan Kegunaan Tekngologi Asistif Untuk Tunarungu

Tim mahasiswi kebanggan UM menorehkan karya terbaiknya dalam bidang edukasi ,


teknologi ,dan disabilitas , khususnya bagi penyandang tunarungu. Berangkat dari kenyataan
tentang pentingnya bahasa inggris, keterbatasan anak tunarungu dan tuntutan revolusi industry
4.0, mahasiswi kreatif ini menciptakan aplikasi berbasis android bernama KABITARU
.KABITARU (kamus bahasa inggris tunarungu ) adalah sebuah aplikasi kamus Indonesia –
inggris yang dipadukan dengan bahasa isyarat untuk memahami pengejaan (spelling ) bahasa
inggris.

Keunggulan dari aplikasi ini adalah adanya fitur berupa video isyarat asli dari kosakata
dan video cara pelafalan bahasa inggris yang telah disederhanakan. Selain itu, terdapat menu
kuis yang dapat memebantu siswa tunarungu untuk memahami lebih jauh pembendaharaan kata
yang mereka pelajari. Didukung dengan tampilan aplikasi yang membuat siswa–siswa tunarungu
tidak bosan saat belajar kosakata bahasa inggris di kamus ttersebut.

Aplikasi ini telah diperkenalkan ke SMPLB yayasan pendidikan tunas bangsa ( YPTB )
kota malang. Guru dan kepala sekolah SMPLB YPTB sangat berharap media pembelajaran ini
dapat diaskes oleh siswa dan guru di sekolah, “sedikit banyak pasti membantu, apalagi di sini
ada videonya,” ujar Alma, s.pd selaku pengajar kelas VII di sekolah tersebut .

Menurutnya, visualisasi dari isyarat kosa kata bahasa inggris yang ada di kamus
elektronik tersebut mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran bahasa inggris dengan
lebih baik.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus pendidikan inklusif adalah rangkaian yang tidak terpisahkan
meskipun pendidikan inklusif tidak hanya diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus , akan
tetapi bagi seluruh warga belajar dari berbagai latar belakang . keterbatasan karena hambatan
tertentu yang dialaminya , anak berkebutuhan khusus membutuhkan alat bantu khusus termasuk
dalam teknologi informasi. Melauli teknologi asistif ( assusstive technology ) mereka diharapkan
dapat mengikuti pembelajaran sebagaimana anak lainnya di kelas inklusi.

Istilah assistive technology merujuk secara luas pada teknologi apapun yang dapat
mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus yang menghadapi hambatan belajar
agar mereka dapat mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, beragam materi , pelayanan , sistem
dan peralatan dpat dianggap sebagai assistive technology, jika membantu anak berkebutuhan
khusus dalam belajar. Contohnya materi seperti buku yang direkam dikaset, pelayanan seperti
pencatcat dan tutor,sistem seperti braille, dan peralatan seperti kaikulator bertombol besar
dianggap sebagai tekonlogi yang membantu ( assistive technology ) .

B. SARAN

Untuk memahami kebutuhan dan hambatan belajar setiap anak, dilakukan melalui sebuah
proses yang disebut asesmen. Dalam konteks pendidikan kebutuhan khusus, asesmen menjadi
kompetensi dasar seorang guru khususnya bagi para guru yang menyelenggerakan pendidikan
inklusif. Manusia diyakini diciptakan untuk satu masyarakat , sehingga sebuah masyarakat
normal ditandi oleh adanya keragaman. Dengan demikian keragaman diantar manusia tersebut
adalah normal dan berbaga katagori individual dengan hambatan atau lainnan fisik, mental
intelektual , social , emosi dan sebagainya seyogyanya dipandang sebagai hal biasa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Drektorat P2TK dan KPT. (2003). Pola Pembina sistem pendidikan tenaga kependidikan
pendidikan luar biasa. Jakrta: Dikti depdiknas.

Hernawan, Budi. (2003). Pedoman Implementasi Pendidikan Inklusif. Bandung: Dinas


Pendidikan Nasional Jawa Barat.

Badan pekerja panitia tujuh (2002 ) : kamu sistem isyarat bahasa Indonesia , depdikbud, Jakarta

Lani bunawan (1997 ) : total komunikasi, depdikbud, Jakarta.

Price, Mayfeld, Mc Fadden, and Marsh (2001). Management of Special Equipment and
Adaptivces devices. New You: Parrot Pubblishing LIC

13

Anda mungkin juga menyukai