Anda di halaman 1dari 7

1.

ALAT BANTU ORIENTASI

Alat bantu orientasi adalah alat-alat yang dipergunakan oleh para tunanetra untuk
mengembangkan atau meningkatkan pemahaman mereka tentang dasar-dasar hubungan ruang,
memudahkan pemahaman mereka terhadap lingkungan berpergian yang spesifik. menyegarkan
ingatan mereka tentang rute-rute dan daerah, meningkatkan keterampilan mereka dalam
merencanakan rute perjalanan, membuat mereka mampu bepergian mandiri dalam lingkungan
yang tidak dikenal, dan menambahkan kepada pengetahuan dan kenyamanan mereka tentang
ruang fisik.

Ahli O&M hendaknya banyak memberikan informasi ruang kepada siswa atau klien
mereka melalui penjelasan dan deskripsi lisan selama pelajaran berlangsung, dan dengan
mempergunakan pengenalan langsung. Dalam beberapa situasi belajar, untuk beberapa anak
tunanetra, teknik-teknik tersebut tidak sesuai atau tidak efisien dan anak tunanetra tidak
mendapatkan konsep dan peta kognitif dari lingkungan yang memungkinkan untuk dipakai
bepergian mandiri. Leonard dan Newman (1970) menemukan bahwa subjek tunanetra yang
mempergunakan satu dari tiga tipe rute yang portable berjalan melalui suatu rute baru dengan
sedikit kesalahan orientasi dibandingkan dengan grup kontrol yang hanya mengandalkan pada
ingatan instruksi verbaL

Tiga macam peta rute tersebut adalah berupa piringan dengan kode braille, peta
pendengaran, dan peta grafik. Instruksi yang dipergunakan dalam penggunaan ketiga peta
mempertimbangkan sedikit waktu daripada yang diperlukan untuk grup kontrol untuk
meyakinkan pemahaman mereka dan agar mereka dapat mengerti instruksi verbal.

Berikut adalah beberapa contoh situasi di mana teknik-teknik pengenalan langsung dan
penjelasan lisan mungkin tidak cukup atau tidak efisien:

a. Siswa telah memiliki sedikit pengalaman kongkrit dengan objek-objek yang ada di ling-
kungannya. Meskipun dia mempergunakan peristilahan-peristilahan ruang dan posisi, dia
kekurangan dalam banyak konsep penting untuk membuat keputusan cerdik dalam perjalanan.
b. Siswa mempunyai kesulitan dalam mengingat deskripsi dan instruksi apakah ketika dalam pe-
lajaran atau selama melakukan perjalanan rnandiri.

c. Siswa rnempunyai kesulitan memahami hubungan ruang yang komplek seperti penempatan
jalan, trotoar, dan bangunan-bangunan dalam kampus yang tidak beraturan. Dia tidak dapat
merencanakan rute-rute yang baru dalam lingkungan seperti ini. Hal itu mungkin apakah tidak
menarik atau tidak praktis bagi mereka untuk mempelajari rute yang mungkin ingin mereka
lalui sebagai sebuah rute,

d. Siswa mempunyai kesulitan sebab masalah pendengaran, persepsL atau bahasa dalam mem-
proses informasi lisan. Dia mempunyai keterbatasan dalam memahami penjelasan, deskripsi,
dan instruksi lisan.

e. Siswa mempunyai hanya sedikit waktu dengan ahli O&M dalam mendapatkan informasi
ten-tang suatu daerah yang harus dia lalui secara mendiri.

f. Siswa yang mempunyai program padat dalam pelajaran orientasi dan mobilitas di sekolah
atau pusat rahabilitasi yang jauh dari masyarakat sekitarnya, dan tidak ada kesempatan bagi
ahli O&M untuk menolong mendapatkan informasi yang relevan dan akurat untuk berpergian
mandiri dalam lingkungan tempat tinggalnya.

2. PENGGOLONGAN

Dalam situasi tertentu, alat bantu orientasi dapat menolong memperjelas konsep.
menolong merecall, mengorganisir informasi ruang, menambah melengkapi informasi lisan atau
informsai baru yang tidak diberikan secara langsung oleh seorang instruktur.

Ada tiga golongan alat bantu yang mungkin dapat dipergunakan secara terpisah-pisah atau
bersamaan.

a. Model : Tiga dimensi yang mewakili benda yang sebenarnya atau kelompok benda-benda
yang didapatkan dalam suatu lingkungan.

b. Alat bantu grafik : Perabaan, penglihatan, dan diagram atau peta perabaan dan penglihatan
yang dapat memberikan informasi berupa perabaan, penglihatan, atau kedua-duanya.
c. Alat bantu lisan : Tipe khusus deskripsi lingkungan (peta suatu daerah) dan/atau cara untuk
bepergian dalam suatu lingkungan (peta rute) berbentuk lisan atau tulisan.

Alat bantu orientasi sesuai untuk berbagai situasi belajar dan siswa. Bagaimanapun alat
bantu bukanlah. obat mujarab dan hendaknya tidak dipergunakan sebagai penutup semua itu.
Keputusan untuk mempergunakan suatu alat bantu harus didasarkan pada pengetahuan aktual
seorang ahli, apakah membutuhkannya dan apakah dia dapat mempergunakan alat tersebut?.
Kebutuhan akan alat bantu akan ditentukan oleh seorang ahli ketika seorang siswa gagal
mendapatkan kemajuan dengan mempergunakan metode mengajar yang umum, seperti
penjelasan lisan, deskripsi, dan pengenalan langsung. Seorang ahli harus, bagaimanapun
mengetahui siswanya cukup bagus dalam mengantisipasi masalah mereka dan penggunaan alat
bantu yang cocok sebelum mendapatkan kegagalan lebih lanjut.

Semua jenis alat bantu di atas mempunyai beberapa karakteristik umum, tetapi di antaranya
juga mempunyai karakteristik khusus. Berikut adalah beberapa situasi belajar dan alat bantu
yang disarankan :

Situasi Alat Bantu

- Klien tidak dapat memahami hubungan antara lantai di


sekolah/bangunan. Model

- Tidak dapat memahami benda-benda yang permanen dan dapat


dipindah dalam suatu ruangan.

- Mempunyai kesulitan dalam memaharrii di mana dia, kapan dia


jalannya melenceng waktu menyebrang jalan.
- Tidak dapat memahami gambaran dari suatu persimpangan yang
Grafik (perabaan) dan/atau
kompleks.
visual), dan/atau model.
- lngin melalui ruter yang berbeda-beda secara Inandiri.
- lngin mengenal daerah metropolitan yang sebelumnya . belum
dikenal.Tidak dapat . mengingat lebih dari satu kali intstruksi.
- Tidak dapat memahami instruksi rute lisan dalam pelajaran.

- Tidak dapat mengingat lebih dari rumah ke ruang kerja. Verbal (pendengaran)

- Tidak dapat menceritakan rute kepada instruktur sebelum


Grafik (perabaan) dan/atau
melaluinya, memerlukan bantuan dengan mengajak instruktur
visual).
untuk mengetahui ke mana dia akan pergi.
- Klien dengan hilang pendengaran yang berat memerlukan penge-
nalan ke rumah perawat yang baru.

- Sebab kelainan dalam sensitivitas perabaan (palsy atau peripheral


neuroppathy) klien memerlukan alat bantu ingatan untuk mendiri
dan dapat dipakai berulang-ulang.
- Memerlukan alar bantu rute ingatan portable yang berguna pada Verbal (pendengaran)
cuaca dingin.

3. Alat Bantu Mobilitas.

Banyak cara alat yang telah dipergunakan oleh para tunanetra untuk memenuhi keinginannya
melakukan mobilitas. Dari sejak dulu, binatang, orang awas dan alat-alat bantu (seperti tongkat dan
kayu), telah dipergunakan untuk meningkatkan berbagai kemampuan mobilitas. Sekarang ini, secara
mendasar ada tiga (mungkin empat, jika alat bantu elektronik termasuk di dalamnya) cara umum yang
dipergunakan untuk mobilitas. Yang pertama adalah metode yang banyak diterima dan dibuktikan yaitu
bepergian mempergunakan tong kat dengan panjang yang bervariasi dan anjing penuntun (guide dog).

Lebih lanjut penjelasan mengenal alat bantu tersebut di atas akan dijelaskan dalam bahasan
berikut :

Secara umum ada empat jenis alat bantu O&M yang biasa dipergunakan yaitu pendamping
awas, tongkat panjang, anjing penuntun, dan alat bantu elektronik. Alat-alat bantu tersebut tidak ada
yang secara khusus lebih baik. Banyak tunanetra yang mempergunakannya lebih dari satu jenis alat
bantu atau menggabungkan alat-alat bantu tersebut. Dalam beberapa hal, alat bantu penglihatan
seperti pembesa, teropong dan sebagainya, juga dipertimbangkan sebagai suatu sistem alat bantu
mobilitas.

a. Pendamping Awas.
Keterampilan yang membuat siswa tunanetra mampu bepergian dengan orang awas disebut
teknik pendamping awas. Teknik pendamping awas dapat juga dipergunakan dengan
mengkombinasikan dengan alat mobilitas lainnya seperti tong kat dan anjing penuntun.
Dalam pendamping awas, tunanetra memegang lengan pendamping di atas sikutnya. Lengan atas
dan lengan bawah tunanetra membentuk sudut kira-kira 90% dengan posisi berjalan setengah
langkah di belakang pendamping. Ada juga beberapa teknik pendamping awas khusus untuk
dipergunakan dalam situasi lingkungan yang berheda-beda seperti melewati pintu. naik turun
tanggan, dan sebagainya.
Keuntungan
1) Apabila teknik pendamping awas dipergunakan dengan benar dan dengan pendamping yang
berpengalaman, berjalan sangat aman dan efisien.
2) Pendamping dapat menjadi sumber informasi yang tepat mengenai lingkungan sekitar.
3) Keterampilan pendampi ng awas dapat dipergunakan untuk mengembangkan dan memperkuat
keterampilan tertentu seperti kesadaran kinestetik, konsep orientasi. dan sebagainya.
Kerugian:
1) Banyak orang awas yang tidak mengetahui bagaimana menjadi pendamping orang tnnanetra.
2) Pendamping awas dipergunakan hanya sebagai sistem mobilitas yang dapat menimbulkan
ketergantungan dari pada kemandirian.
3) Beberapa pejalan tunanetra mungkin tidak Inemberikan perhatian kepada informasi lingkungan
dan orientasi ketika berjalan dengan pendamping awas.

b. Tongkat Panjang.
Ada beberapa jenis tongkat yang tersedia bagi pejalan tunanetra. Ada bermacam-macam
tongkat ortopedik, tongkat lipat, dan tongkat panjang. Tongkat-tongkat tersebut dibuat dari berbagai
bahan seperti kayu, bermacam-macam logam. fiberglass, dan plastik. Sebelum perkembangan
keterampilan teknik tongkat banyak tunanetra mempergunakan tongkat kayu yang, pendek. Sering
sekali, tongkat pendek tersebut dipergunakan hanya untuk tujuan identifikasi. Informasi dan
perlindungan yang diberikan oleh tongkat semacam ini sangat terbatas karena kepanjangannya
tersebut. Jenis tongkat panjang yang ada sekarang awalnya dipergunakan oleh Richard Hoover di
Valley Forge Army Hospital pada tahun 1940-an. Pada tahun 1964. the Veteran Administration
mengeluarkan spesifikasi untuk tongkat panjang yang membantu dikeluarkannya standarisasi untuk
suatu model tongkat panjang. Kebanyakan tongkat panjang yang dipakai dewasa ini terbuat dari
aluminiun, mempunyai pegangan dari karet, tip (ujung tongkat) dari nilan, dan sebuah kruk. Tongkat
tersebut hendaknya kaku, tahan lama, penghantar getaran. ringan, dan relatif menarik dan tidak
mahal. Panjang tongkat akan bervariasi sesuai dengan tinggi, langkah dan kecepatan waktu bereaksi
dari si pemakai.
Keuntungan :
1) Memberikan informasi yang menguntungkan tentang benda-benda dan permukaan jalan.
2) Mempunyai gerakan yang tinggi.
3) Tidak mahal dan memerlukan sedikit perawatn
4) Menandakan sipemakai sebagai seorang tunanetra (hal Inl mungkin juga menjadikan suatu
kerugian).
Kerugian :
1) Bagian atas badan tidak terlindungi, khususnya terhadap benda-benda yang menggantungkan
seperti ranting pohon.
2) Tidak dapat dilipat dan dapat menyulitkan untuk disimpan.
3) Sulit dipergunakan pada saat angin kencang.
4) Menandakan bahwa sipemakai adalah sebagai seorang tunanetra.

c. Anjing Penuntun
Menurut Whitstock (1980), latihan secara sistematis penggunaan anjing penuntun untuk
tunanetra dimulai pada abad 18. Selama Perang Dunia 1, sekolah anjing penuntun pertama didirikan
di Jerman untuk melatih para veteran tentara Jerman yang tunanetra. The Seeing Eye, Inc. adalah
sekolah anjing penuntun pertama di Amerika, didirikan pada tahun 1929 di Nashville, Tennessee.
Kemudian pada tahun yang sama, the Seeing Eye, Inc. dipindahkan ke Morristown, New Jersey
sampai sekarang. Meskipun anjing penuntun sebagai suatu metoda mobilitas telah dipublikasikan,
kurang dari 2% orang tunanetra yang mempergunakannya dengan alasan kebanyakan orang
tunanetra mempunyai sisa penglihatan untuk berjalan dengan baik; kedua, kebanyakan anjing
penuntun berjalan antara tiga sampai empat mil per jam; ketiga, kebanyakan sekolah latihan anjing
penuntun mengharuskan bahwa pelarnar hendaknya sekurang-kurangnya berumur 16 tahun sebab
mempunyai tanggung jawab untuk membawa seekor anjing; terakhir, beberapa orang tunanetra
tidak suka anjing atau merasa lebih simpel untuk mempergunakan alat mobilitas yang lainnya.
Keuntungan :
1) Anjing penuntun yang terlatih baik akan menghindari benda-benda yang berada di tempat pejalan
kaki, termasuk juga di dalamnya benda-benda yang tergantung sejajar kepala, dengan demikian
kontak fisik dapat dihindari.
2) Anjing penuntun akan mematuhi tuannya jika tuannya membuat keputusan yang salah pada saat
bepergian, misalnya menyebrang melawan arus kendaraan.
3) Anjing berjalan 3-4 mil per jam, dan banyak orang tunanetra pengguna anjing penuntun
menikmati berjalan pada kecepatan yang cukup cepat.
4) Banyak pengguna anjing penuntun yang melaporkan, mereka lebih mudah untuk masuk ke
daerah yang belum dikenal karena mereka mampu untuk konsentrasi pada orientasi dari pada
mempertimbangkan tentang keselamatannya.
5) Kehadiran anjing penuntun dapat memudahkan kontak sosial dan interaksi.
Kerugian :
1) Perlu waktu untuk mengurus, merawat, dan memberi makan anjing penuntun.
2) Anjing penuntun sangat tidak dapat dilipat.·· Dalam situasi sosial tertentu. ruangan yang kecil dan
sebagainya, mungkin sulit atau tidak mungkin untuk mempergunakan anjing penuntun.
3) Kadang-kadang, anjing penuntun banyak merarik perhatian daripada tuannya dalam suatu situasi
sosial tertentu.
4) Landmar dan clue lingkungan tertentu, seperti persimpangan trotoar tidak tersedia bagi pengguna
anjing penuntun.

d. Alat Bantu Elektronik.


Alat bantu elektronik merupakan alat bantu mobilitas yang relatif baru dibandingkan dengan
tongkat atau anjing penuntun. Pada tahun 1970-an alat bantu elektronik mendapat perhatian yang
cukup besar sebagai suatu tambahan alat bantu orientasi dan mobilitas bagi pejalan tunanetra
dewasa. Pejalan yang mempergunakan tongkat sebagai contoh, dapat mempergunakan alat bantu
elektronik untuk mengetahui adanya rintangan pada trotoar dengan tidak membuat kontak fisik
dengan rintangan tersebut. Selain mampu menditeksi rintangan, beberapa alat bantu elektronik,
seperti halnya Sonicquide diklasifikasikan sebagai alat bantu pengenal lingkungan, sebab alat bantu
tersebut memberikan informasi tentang bentuk permukaan benda-benda yang ada dalam suatu
lingkungan. Oleh karena itu. beberapa tahun terakhir ini, perhatian telah difokuskan pada
penggunaan alat bantu elektronik untuk mengajarkan lingkungan dan konsep ruang pada anak-anak
tunanetra yang kebutaannya dibawa sejak lahir. Meskipun contoh alat bantu elektronik telah dapat
ditemukan pada awal tahun 1897, tetapi sangat sedikit dari 30 rnacam alat bantu yang tetap ada.
Alat bantu yang dibahas dalam bab ini' (Pathsounder, Mowat Sensor, Sonicquide dan Lader Cane)
adalah yang paling banyak: dipergunakan dan yang mewakili hasil karya teknologi bagi para
tunanetra.

Anda mungkin juga menyukai