Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN POTENSI INDIVIDUAL DAN PENGAJARAN ANAK

MULTIPLE DISABILITY DALAM ACTIVITY DAILY LIVING

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bagi Anak
dengan Disabilitas Majemuk dosen pengampu Dr. Nia Sutisna, M.Si. dan
Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd.

oleh:
Kelompok 5
Elsa Nurkhopipah 1900422
Galih Gustiana W 1907815
Hanna Ayla Rahman 1903589
Mella Riska Julianti 1900425

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
PENGEMBANGAN POTENSI INDIVIDUAL DAN PENGAJARAN ANAK
MULTIPLE DISABILITY DALAM ACTIVITY DAILY LIVING

Elsa Nurkhopipah, Galih Gustiana W, Hanna Ayla Rahman, dan Mella Riska J
Mahasiswa Departemen Pendidikan Khusus
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, 2020

ABSTRAK
Anak-anak yang memiliki hambatan Multiple Disability memerlukan pendekatan
pendidikan yang unik untuk memastikan bahwa anak dengan Multiple Disability
ini memiliki kesempatan untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya. Maka dari
itu salah satu pengembangan untuk melatih potensinya dengan activity daily
living yang dapat melatih kemandirian dalam kegiatan sehari-hari bagi anak
Multiple Disability di masa yang akan datang dan anak dengan Multiple Disability
tidak akan bisa mencapai kemandirian pelatihan activity daily living nya jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak dan yang paling memiliki peran penting
adalah peran orang tua karena mereka akan bersama anak dalam waktu yang lama
dan juga sebagai pendamping dalam pelatihannya di area rumah sebagai tempat
mereka akan menerapkan hasil dari pelatihan activity daily living nya sendiri.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1. Latar Belakang .....................................................................................1
2. Rumusan Masalah ................................................................................2
3. Tujuan Penelitian .................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................3
1. Anak dengan Disabilitas Majemuk atau Multiple disability.................3
2. Potensi Individual.................................................................................3
3. Avtivity Daily Living............................................................................4
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................6
1. Potensi Individual Anak Multiple Disability yang Dapat Dikembangkan
untuk Bisa Melakukan Aktivitas Sehari-Hari.......................................6
2. Pengajaran Activity Daily Living Anak Multiple Disability.................10
3. Peran Penting Terhadap Pengajaran Activity Daily Living pada anak
Multiple Disability ...............................................................................12
BAB IV PENUTUP........................................................................................15
1. Kesimpulan ..........................................................................................15
2. Saran ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan mengurus diri atau menolong diri sejatinya bukanlah
kemampuan yang diwarisi oleh orang tua kepada anak, melainkan
kemampuan yang harus dipelajari terlebih dahulu. Bagi anak pada umumnya,
pembelajaran kemampuan mengurus diri ini mungkin dapat dipelajari dengan
relatif mudah, yaitu dengan mereka mengamati, mendengarkan ataupun
meniru orang lain. Namun, untuk anak berkebutuhan khusus mereka perlu
berusaha keras, mereka memerlukan program pembelajaran dan layanan yang
khusus.
Berdasarkan klasifikasi anak berkebutuhan khusus, terdapat beberapa anak
yang memiliki hambatan lebih dari satu, yang disebut anak dengan disabilitas
majemuk atau multiple disability. Sunanto (2013) mengemukakan bahwa
anak dengan disabilitas majemuk adalah “anak yang memiliki hambatan dan
kebutuhan belajar secara khusus yang disebabkan adanya kombinasi
hambatan antara hambatan fisik, sensoris, sosial, emosi, intelektual dan
lainnya”. Dalam menjalani aktivitas sehari-hari anak dengan hambatan
majemuk ini mengalami kesulitan. Sunanto (2013) menjelaskan bahwa
hambatan majemuk ini berdampak pada anak yang mengalaminya dalam tiga
area, yaitu komunikasi, pengembangan konsep, dan gerak. Maka dari itu,
pengembangan potensi individual bagi anak dengan disabilitas majemuk ini
menjadi hal yang sangat penting.
Selain agar dapat mengurus dirinya dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
pengembangan potensi individual bagi anak dengan disabilitas majemuk juga
dapat membantu anak untuk memperoleh keterampilan atau soft skill tertentu
yang akan menambah kesempatan bagi mereka untuk hidup mandiri dan
menjadi bekal bagi mereka untuk bertahan hidup kelak. Seperti dalam artikel
yang berjudul Biotechnology for young learners, para siswa di SLB G/A-B
Helen Keller Indonesia ini dibekali soft skill untuk menghasilkan suatu
produk yang bernilai ekonomi, yaitu membuat aksesoris dari manik-manik

1
plastik. Mereka tidak hanya mampu membuat aksesoris, tetapi sudah bisa
menghitung uang yang harus dibayar dan dikembalikan. Selain itu, dalam
pelatihan pembuatan produk bioteknologi sederhana, terdapat lima anak
dengan low vision – tuli yang berhasil membuat tempe dan yogurt dengan
baik (Sari, t.t).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apa saja potensi individual anak multiple disability yang dapat
dikembangkan untuk bisa melakukan aktivitas sehari-hari?
2. Bagaimana pengajaran activity daily living anak multiple disability?
3. Siapa saja yang berperan penting terhadap pengajaran activity daily living
anak multiple disability?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja potensi individual anak multiple disability
yang dapat dikembangkan untuk bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengajaran activity daily living anak
multiple disability.
3. Untuk mengetahui siapa saja yang berperan penting terhadap pengajaran
activity daily living anak multiple disability.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Anak dengan Disabilitas Majemuk atau Multiple disability


Menurut Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) ”Disabilitas
Majemuk atau Multiple Disability adalah gangguan yang terjadi secara
bersamaan, kombinasi yang menyebabkan kebutuhan pendidikan yang sangat
berat”. Kondisi kelainan yang dimiliki anak disabilitas majemuk ini adalah
deaf-blind, mental retardation-cerebral palsy, mental retardation-hearing
impaired, mental retardation-visually impaired. Kelainan yang mendominasi
adalah tunagrahita atau mental retardation tetapi Anak dengan tunagrahita
berat yang disertai dengan kelainan lain tidak disebut sebagai anak disabilitas
majemuk, namun disebut dengan severe and profound handicaps. Namun, di
Indonesia anak severe and profound handicaps lebih dikenal dengan kelainan
majemuk atau tuna ganda.(Hosn I; 1)
Menurut literatur dari buku terbitan luar anak disabilitas majemuk atau
multiple disability adalah anak yang memiliki kecerdasan atau intelegensi
sedikit dibawah rata-rata, kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata dan
menyandang lebih dari 1 kelainan. (Hosn I; 2)
B. Potensi Individual
Manusia merupakan makhluk yang istimewa di muka bumi ini. Semenjak
kelahirannya, manusia dianugerahi potensi untuk bekal hidupnya. Potensi
yang dimiliki setiap orang akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Menurut KBBI, potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan
untuk dikembangkan. Dengan mengenali diri dan potensi, manusia akan
terbantu dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti mengatasi masalah
dan manusia pun dapat hidup lebih berkembang dan maksimal dalam
mencapai hal-hal yang diinginkan.
Berkaitan dengan hal itu, Habsari (dalam Suseno, 2012) mengungkapkan
bahwa potensi diri adalah “kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh
seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik”. Wiyono

3
(2005)juga menjelaskan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar manusia
yang masih terpendam dan menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu
manfaat nyata dalam kehidupan dari manusia. Berdasarkan pendapat para
ahli, dapat disimpulkan bahwa potensi individu berarti kemampuan dan
kapasitas seseorang yang belum dipergunakan secara maksimal.
C. Activity Daily Living
Menurut Agung (2006, dalam Primadayanti (2011) ) activity daily living
(ADL) adalah setiap aktivitas yang dilakukan secara rutin oleh manusia.
Adapun aktivitas yang dilakukannya meliputi memasak, berbelanja,
mengurus rumah, mencuci, dan lain sebagainya. ADL terbagi kepada dua
bagian yaitu: ADL standar yang meliputi kemampuan merawat diri sendiri
seperti makan, berpakaian, mandi, dan buang air besar/kecil. ADL
instrumental yang meliputi aktivitas yang bersifat kompleks seperti memasak,
menggunakan uang, mencuci, menggunakan telepon.

Menurut Primadayanti (2011) kemampuan dan kemauan untuk melakukan


ADL tergantung kepada beberapa faktor sebagai berikut:

1. Umur dan Status Perkembangan


Umur dan status perkembangan seseorang dapat menunjukan tanda
dan kemampuan dalam melaksanakan ADL. Saat perkembangan dari
bayi sampai dewasa, dalam melakukan ADL dengan seiring waktu
secara perlahan seseorang akan berubah dari bergantung kepada orang
lain hingga menjadi mandiri.
2. Kesehatan Fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi seseorang dalam ADL. Contohnya seperti system nervous
yang berfungsi untuk mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah
informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal
mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat merespon
sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan, dan lain
sebagainya.

4
3. Fungsi Kognitif
Tingkatan kognitif seseorang sangatlah mempengaruhi kemampuan
dalam melakukan ADL. Fungsi kognitif menunjukan proses
menerima, mengkoordinasikan dan menginterpretasikan sensor
stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental
memberikan kontribusi pada kognitif dalam berpikir logis dan
menghambat kemandirian dalam melaksanakan ADL.
4. Fungsi Psikologikal
Fungsi psikologikal menunjukan kemampuan seseorang dalam dalam
mengingat segala sesuatu yang lampau dan menampilkan informasi
pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang
kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Adapun
contoh gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan
kestabilan emosi sehingga dapat mengganggu dalam tanggung jawab
keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal contohnya seperti
masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial yang dapat
mengganggu kepada kemampuan dan kemauan dalam melakukan
ADL.
5. Tingkat Stres
Tingkat stress sangat berpengaruh pada seseorang dalam melakukan
ADL karena stress merupakan respon fisik non spesifik terhadap
berbagai kebutuhan.
6. Ritme Biologi
Ritme biologi dapat membentuk makhluk hidup dalam mempengaruhi
dan mengatur lingkungan fisik di sekitarnya dan membantu
keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan. Salah satu dari ritme
biologi yaitu ritme sirkadian. Ritme ini berjalan pada siklus 24 jam
seperti pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan
hormon.

5
6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Potensi Individual Anak Multiple Disability yang Dapat


Dikembangkan untuk Bisa Melakukan Aktivitas Sehari-Hari
1. Pengembangan Kemampuan Motorik
Sebagian besar anak dengan disabilitas majemuk perkembangan motorik
dan fisiknya terlambat, dan mempunyai keterbatasan dalam mobilitas fisik.
Maka dari itu, untuk pengembangan keterampilan motorik anak disabilitas
majemuk ini diperlukan program pembelajaran kemampuan motorik yang
fungsional dengan terpenuhinya syarat-syarat kemampuan dasar
(keseimbangan, kecepatan, ketepatan dan lokomosi, kekuatan, dan
fleksibilitas) yang dimiliki seseorang untuk beraktivitas sehari-hari. Beberapa
keterampilan motorik dikembangkan untuk mencapai keharmonisan gerak,
diantaranya:
a. Keterampilan motorik kasar dan motorik halus
b. Keseimbangan (balance) dan perpindahan tempat (locomotion)
Apabila kemampuan dasar ini mengalami hambatan maka besar
kemungkinan individu tersebut akan mengalami berbagai kegagalan dalam
melakukan berbagai tugas, baik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
maupun tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah belajar. Sehingga
program belajar yang dibuat harus dimulai dari pengembangan kemampuan
motorik dasar.
Untuk pengembangan kemampuan motorik halus anak dengan disabilitas
majemuk dapat dilakukan melalui aktivitas melipat kertas/ membuat origami,
bermain plastisin, terapi occupational, dll. Terapi ini digunakan untuk
penanganan pada motorik halus dan diintegrasikan pada saat bermain atau
permainan. Tujuan khusus terapi occupational adalah untuk mengembangkan
persepsi visual, keterampilan kognitif adaptif, sensori integrasi, keterampilan
menolong diri, dan stabilitas dari bagian tubuh antara tangan dan bahu
(Kurniasari, 2015).

6
2. Pengembangan Kemampuan Kognitif
Pada dasarnya anak tunaganda memiliki dua atau lebih hambatan atau
kekurangan. Contohnya seperti tuna ganda yang memiliki hambatan
intelektual dan hambatan motorik. Perkembangan kognitif anak yang
memiliki hambatan intelektual mempunyai intelegensi yang kurang dengan
IQ dibawah rata-rata anak pada umumnya. Sedangkan sebagian besar anak
dengan hambatan motorik mempunyai kesulitan dalam belajar dan
perkembangan kognitif. Selain itu, anak dengan hambatan motorik acap kali
mengalami kesulitan dalam komunikasi, persepsi, maupun control geraknya.
Berdasarkan aspek perkembangan yang telah telah dijelaskan, maka anak
tunaganda dengan dengan hambatan intelektual dan motorik membutuhkan
pembelajaran kognitif yang fungsional seperti pra akademik, konsep
bilangan, membaca dan menulis permulaan yang fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari.
3. Pengembangan Kemampuan Komunikasi
Keterampilan komunikasi meliputi kemampuan berkomunikasi dengan
sesama manusia dan lain sebagainya. Untuk mengembangkan anak
keterampilan komunikasi anak tuna ganda maka melakukan tes dengan sesuai
dengan prosedur asesmen. Selanjutnya, melakukan strategi pembelajaran
sesuai dengan hasil asesmen diantaranya dengan pembelajaran individual,
pembelajaran kelompok, dan menjalin Kerjasama dengan keluarga, orang tua
untuk komitmen. Misalnya berkomunikasi dengan siswa yang tidak dapat
bicara dengan jelas.
Strategi yang digunakan untuk mengembangan keterampilan
komunikasi anak tuna ganda yaitu sebagai berikut:
1) Augmentative Communication
AC adalah komunikasi dengan orang lain tanpa bicara yaitu
melalui gerak tubuh, ekspresi muka, tulisan, gambar, dll. Untuk
menyampaikan pesan.
2) Alternative Augmentative Communication
a. Dengan alat bantu.
b. Tanpa alat bantu.

7
Adapun rencana pembelajaran komunikasi yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran terpadu
Pembelajaran ini melibatkan beberapa konsep baik dari satu
bidang studi maupun beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman bermakna pada anak. Memadukan materi beberapa
pelajaran dalam satu tema.
b. Model jaring laba-laba
Pembelajaran ini yaitu menggunakan pendekatan tematik.
4. Pengembangan Kemampuan Menolong Diri
Program bina diri mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan
kepentingan anak sehari-hari, seperti makan, minum, kebersihan diri, dan
kerapian diri. Dengan demikian, kemampuan mengurus diri sendiri
merupakan kecakapan atau keterampilan yang harus dikuasai anak dengan
disabilitas majemuk agar dapat mengurus dirinya sendiri dalam aktivitas
sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Materi pembelajaran bina diri meliputi :
● Kebersihan badan: cuci tangan, cuci muka, sikat gigi, mandi, cuci
rambut, cuci kaki, dan menggunakan toilet/wc.
● Makan dan minum: makan menggunakan tangan; sendok; sendok
dan garpu, minum menggunakan gelas; cangkir; dan sedotan.
● Berpakaian: baju kaos, celana/rok, kemeja, kaos kaki dan sepatu.
● Berhias: merapikan rambut dengan sisir atau menggunakan minyak
rambut, memakai bedak, dan memakai aksesoris.
● Keselamatan diri: menghindari bahaya dari benda tajam/ runcing,
menghindari bahaya api/ listrik, menghindari bahaya lalu lintas,
dan menghindari bahaya binatang.
● Adaptasi lingkungan: perorangan dan hidup bersama orang lain
(Kurniasari, 2015).
5. Pengembangan Kemampuan Sosial
Seringkali dikarenakan kekurangan anak berkebutuhan khusus di asingkan
oleh lingkungan sekitar, karena hal ini lah anak berkebutuhan khusus kurang
atau tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungannya. Maka dari

8
itu untuk meningkatkan keterampilan sosial anak tuna ganda yaitu sebagai
berikut:
● Mengusahakan agar masyarakat disekitar anak agar dapat
menerima kekurangan anak, supaya anak dapat bersosialisasi
dengan baik dan agar anak dapat menghadapi kenyataan secara
objektif.
● Memberikan anak pengobatan atau terapi semaksimal mungkin
dengan tujuan aspek-aspek perkembangan dan keterampilannya
berkembang secara optimal.
● Mencari alat bantu yang bisa membantu meringankan hambatan
ketunagandaannya, sehingga anak lebih percaya diri berada di
lingkungan sosialnya.
● Berupaya memberikan bimbingan penyuluhan untuk masyarakat
dalam penerimaan anak tunaganda di lingkungan sekitar.
6. Pengembangan Kemampuan Vokasional
Keterampilan merupakan kemampuan khusus yang diselenggarakan agar
anak didik memiliki keahlian yang berguna untuknya sebagai hidupnya di
masyarakat. Sedangkan vokasional bisa diartikan dengan pekerjaan atau
keterampilan untuk mencari nafkah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan keterampilan vokasional untuk anak tunaganda adalah suatu
usaha khusus untuk anak tunaganda supaya anak dapat mengembangkan
keahlian agar mendapat keterampilan untuk mencari nafkah yang bertujuan
untuk mengantarkan anak untuk mencapai kemandirian. Maka munculah
pernyataan Pendidikan pra vokasional. Menurut Suzana A. R., dkk. (2015)
dijelaskan bahwa ada beberapa Langkah yang dapat dilakukan untuk
melakukan optimalisasi Pendidikan pra vokasional menuju kemandirian anak
tunaganda. Adapun Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

● Diagnosis dan asesmen anak berkebutuhan khusus.


● Pemantapan dan pematangan kemampuan dasar anak
● Penempatan anak sesuai dengan bakat potensinya.
● Keseriusan pelayanan sesuai dengan bakat potensi yang terfokus
dengan dukungan yang memadai.

9
● Pembinaan mental dan motivasinya
● Evaluasi yang berkelanjutan.

7. Pengembangan Kemampuan Mengisi Waktu Luang


Kegiatan mengisi waktu luang merupakan kegiatan/aktivitas yang
dilakukan pada waktu luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan,
hiburan, dan dapat mengalihkan perhatian pasien. Dalam mengisi waktu
luang dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan kerja produktif,
seperti membuat telur asin, membuat sebuah karya seni, bercocok tanam, dan
lain sebagainya. Adapun contoh kegiatan yang dapat meningkatkan
keterampilan anak tuna ganda yaitu sebagai berikut:

a. Bermain puzzle
b. Lempar bola
c. Membuat boneka
d. Merawat binatang
e. Bernyanyi Bersama

Dengan bermain anak dapat belajar mengenai sosialisasi dengan orang


lain, belajar mengenai makhluk hidup serta belajar melatih konsentrasi anak
dan melatih motorik halusnya.

B. Pengajaran Activity Daily Living Anak Multiple Disability


Terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh anak dengan disabilitas
majemuk ini berdampak pada beberapa aspek perkembangan anak.
Pembelajaran yang dapat mencakup semua perkembangan anak dalam
kecakapan hidupnya untuk masa mendatang adalah Activity Daily Living
(ADL). Activity Daily Living ini dikenal juga sebagai kegiatan “Bina Diri”.
Menurut Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida (2013: 53, dalam Annisa Istiqomah,
(2019)) dina diri yang dimaksud adalah kemampuan dalam kehidupan sehari-
hari atau kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai tidur kembali.
ADL ini terbagi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. (Istiqomah
A., 2019).

10
Tujuan dari pembelajaran keterampilan ADL ini untuk menuntun anak
agar lebih mandiri dan memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Annisa Istiqomah kegiatan pembelajaran ADL ini dapat diuraikan
seperti berikut:
a) Persiapan Pembelajaran
Persiapan adalah hal yang penting dilakukan ketika akan
mengerjakan sesuatu mulai dari apa saja yang akan dilakukan dan
dibutuhkan. Perencanaan pembelajaran ADL ini dapat dilakukan
ketika guru sudah mengumpulkan informasi dari siswanya berupa apa
yang dibutuhkan dan kemampuan apa yang dimiliki yang akan
menjadi sebuah acuan untuk perencanaan pembelajaran ADL tersebut.
Dalam perencanaan guru menggunakan PPI (Program
Pembelajaran Individu) sebagai acuan. Hal ini dikarenakan
karakteristik anak dengan disabilitas majemuk berbeda di setiap
individunya. Karakteristik anak dengan disabilitas majemuk
tergantung pada keadaan atau kelainan mereka. (Frieda Mangunsong,
2011: 77)
b) Proses Pembelajaran
Dalam proses biasanya terdapat langkah-langkah, sumber bahan
ajar, metode, dan pendekatan. Langkah-langkah dimulai dari murid
datang ke sekolah, apel, berdoa, dan kegiatan inti yang dilakukan
sesuai dengan PPI. Kegiatan pembelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dengan harapan anak akan melakukan hal yang sama di
lingkungan rumahnya dan dijadikan kebiasaan. (Annisa Istiqomah,
2019)
Dalam memilih sumber bahan ajar sebagian besar guru memilih
untuk menerapkan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan
anak. Selain itu, materi juga disesuaikan dengan kenyataan dan
kebiasaan anak yang dilakukan di luar sekolah. Seperti disebutkan
oleh Frieda Mangunsong (2011: 88, dalam Annisa I; 2019) “Anak
dengan hambatan majemuk sebaiknya disediakan program-rogram

11
sederhana dan praktis yang langsung berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari”.
Disebutkan juga oleh Sri Widanti (2011: 7, dalam Annisa I; 2019),
“dalam pembelajaran ADL terdapat metode yang digunakan, yaitu:
metode demonstrasi, pemberian tugas, simulasi, dan karyawisata.

c) Evaluasi Pembelajaran
Menurut Widati (2011: 7) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran ADL penilaiannya berbentuk perbuatan karena yang
dinilai adalah kemampuan dalam praktek melakukan kegiatan
menolong diri sendiri, dan lisan karena sebelum praktek anak perlu
mengenal alat, bahan, dan tempat yang digunakan. Selain itu guru
juga perlu melakukan evaluasi dalam bentuk pengulangan. Hal ini
bertujuan agar anak mengingat kembali apa yang telah dilakukan
dalam pembelajaran hari itu. Kesulitan pada evaluasi dalam bentuk
pengulangan ini adalah terkadang anak sulit fokus saat kegiatan telah
berakhir.

C. Peran Penting Terhadap Pengajaran Activity Daily Living pada anak


Multiple Disability
1. Peran Orang Tua
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang,
apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya makan orang yang bersangkutan menjalankan suatu
peranan. Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah
dan ibu, yang berasal dari sebuah perkawinan yang sah sehingga dapat
membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu mengasuh dan yang telah membimbing anak-anaknya
dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.

12
Ngalim Purwanto (2006 : 80) dalam Apsari, Ela Y. (2015 : 20)
menyatakan orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya.
Oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah
kasih sayang yang sejati pula, yang berarti pendidik atau orang tua
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan
mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.
Peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan activity daily
living anak Multiple Disability :
a. Orangtua sebagai pendidik (educator), artinya orang tua dalam
proses pendidikan anak dapat memberikan peran dalam
pembentukan meletakkan dasar dasar dalam kecakapan hidup.
b. Orangtua sebagai guru, artinya bahwa orangtua dalam kehidupan
sehari-hari dapat memainkan peran untuk melakukan kegiatan
belajar yaitu kegiatan membaca, menulis, maupun berhitung, serta
keterampilan sehari-hari sehingga anak siap dalam proses belajar di
sekolah.
c. Orangtua sebagai motivator, artinya bahwa orangtua dapat
memotivasi anak dan mendorongnya baik langsung maupun tidak
langsung, sehingga membuat anak bersemangat untuk melakukan
kegiatan belajar atau melakukan pekerjaan sehari-hari.
d. Orangtua sebagai supporter, artinya bahwa orangtua seharusnya
mampu memberikan dukungan baik moril maupun materil yang
sangat diperlukan anak untuk melakukan kegiatan belajar baik di
rumah maupun di sekolah, namun harus memiliki mendukung
untuk perkembangan dalam kehidupan anak
e. Orangtua sebagai fasilitator, artinya bahwa orangtua
memberikan fasilitas dalam segala kegiatan anak dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya, seperti; mampu menyisihkan
waktu, tenaga, dan kemampuannya untuk anak.
f. Orang Tua sebagai model, artinya bahwa orang tua menjadi
contoh dan teladan di rumah dalam berbagai aspek kecakapan dan
perilaku hidupnya, sehingga anak anak dapat belajar sesuatu yang

13
baik di rumah, sebelum anak-anak memasuki kehidupan di tengah-
tengah masyarakat .
2. Peran guru
Sudah pasti bahwa guru memiliki peran penting karena guru melanjutkan
pembelajaran yang sudah diberikan oleh orang tua yang hanya berupa
dasar agar anak dapat memahami mengenai Activity Daily Living yang
akan disampikan oleh guru sebagai pelatihan dan harus bisa oleh orang tua
ikuti dalam penerapan nya di rumah. Berikut beberapa peran guru dalam
pembelajaran Activity Daily Living :
a. Mendidik
b. Mengajar
c. Melatih
d. Membimbing
e. Merawat
f. Menumbuh kembangkan

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak dengan hambatan Multiple Disability adalah anak yang memiliki
hambatan pada dua area atau lebih yang menyebabkan gerak motorik sederhana
nya harus terganggu dan mengharuskan diberikan latihan yang lebih untuk dapat
melatih gerak motorik sederhana yang dinamakan ADL atau Activity Daily Living
atau pelatihan mengenai gerakan-gerakan yang biasa dilakukan setiap hari seperti,
memakai baju kaos, memakai celana, mencuci tangan, minum, makan, dan buang
air besar ataupun kecil, ADL sendiri di berikan itu bertujuan agar menyiapkan
anak Multiple Disability agar dapat mandiri setidaknya untuk menjaga atau
mengurus kebutuhan dirinya sendiri.
Peran penting berada di tangan keluarga atau orang tua yg mengharuskan
anak memiliki pemahaman konsep diri terlebih dahulu, karena saat di sekolah
nanti anak akan dibimbing untuk seperti apa cara menyampaikan kepada anak
mengenai menggunakan kaos itu karena praktek membuat anak nantinya akan
kebanyakan dilakukan di rumah maka tugas orang tua itu menjadi lebih mudah
dalam menjadikan anak mandiri karena sudah ada bekal tata caranya dari sekolah.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah harus memperbanyak sumber kajian agar dapat
memperluas pemahaman mengenai activity daily living bagi anak multiple
disability dan juga mencari gambar yang mungkin dapat sedikit menggambarkan
bagaimana tata cara memberikan arahan activity daily living.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasari, Y. dkk. (2015). Pengembangan Keterampilan Anak Tunaganda


(Tunagrahita dan Cerebral Palsy). Makalah.
Sari, W. (t.t). Biotechnology for Young Learners: Pelatihan Bioteknologi
Sederhana Untuk Siswa Tunaganda di SLB G/A-B Helen Keller Indonesia,
Wirobrajan. [Daring]. Tersedia di:
http://core.ac.uk/download/pdf/127701457.pdf. [Diakses 12 September
2020].
Sunanto, J. (2013). Konsep Dasar Individu dengan Hambatan Majemuk. Jassi
Anakku, 12(1), 73-85.
Suseno, A. (2012). Konsep Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri Dalam
Film The Miracle Worker. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Wiyono, S. (2005). Manajemen Potensi Diri. Jakarta: PT Grasindo.
Suzana R. A., dkk. (2015) pengembangan keterampilan anak tuna ganda.
Fakultas ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Primadayanti S., (2011) Perbedaan Tingkat Kemandirian activity of daily living


(ADL) pada lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti posyandu di
wilayah kerja puskesmas sumbersari kabupaten jember. Program studi
Ilmu Keperawatan. Universitas Jember.

Apsari, E. Y. (2015). Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Activity Of Daily


Living Anak Autis Kelas IV SD di SLB Citra Mulia Mandiri. 49(23–6).

16

Anda mungkin juga menyukai