Anda di halaman 1dari 20

KEPEMIMPINAN DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN KHUSUS

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan Khusus dosen pengampu Dr. Nia Sutisna, M.Si. dan Drs.
Zulkifli Sidiq, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 5
Arieq Aliyyudien 1908041
Citra Rahayu W 1904657
Hasna Niswah Al Azmi 1904073
Isma Afina Salsabila 1901860
Muhammad Rofiudin 1910033
Rica 1906152
Sarah Nurfajrin Buana 1904475
Salma Dieny Izzatie 1907984

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

i
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB IPENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................................2

1.4 Manfaat..............................................................................................................2

1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................................2

BAB IIKAJIAN PUSTAKA...........................................................................................3

2.1 Kepemimpinan..................................................................................................3

2.2 Pengelolaan Pendidikan...................................................................................4

2.3 Pengertian Sekolah Luar Biasa.......................................................................5

BAB IIIPEMBAHASAN.................................................................................................6

3.1 Pengertian Kepemimpinan..............................................................................6

3.2 Gaya Kepemimpinan........................................................................................7

3.3 Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja dalam Satuan Pendidikan


Sekolah Luar Biasa....................................................................................................10

3.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif dalam Satuan Pendidikan


Sekolah Luar Biasa....................................................................................................12

BAB IVPENUTUP.........................................................................................................16

4.1. Kesimpulan..........................................................................................................16

4.2 Saran.....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinan merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga
mau bekerja sungguh-sungguh untuk meraih tujuan bersama atau tujuan kelompok
(Kootz & O’donnel, 1984). Proses mempengaruhi yang berarti seorang pemimpin
harus mampu merangkul serta mengayomi individu-individu yang ada di dalamnya
secara terorganisasi. Begitu pun sama halnya dalam lingkungan sekolah luar biasa
(SLB), perlu adanya yang memimpin dalam satuan pendidikan tersebut.
Seorang yang mampu menjadi pemimpin berarti ia mampu menuntun,
membimbing, mebangun, memberi motivasi serta tentunya memiliki komunikasi
yang baik dengan semua orang. Peran dari pemimpin adalah pemberi arah serta agen
perubahan bagi kelompok yang dipimpinnya tentunya untuk mencapai tujuannya
bersama. Tidak sembarang orang yang mampu menjadi seorang pemimpin,
dibutuhkan jiwa-jiwa yang mampu untuk mengemban tanggung jawab yang besar
ini. Terutama dalam sektor pendidikan dan khususnya pendidikan sekolah luar
biasa, harus dipimpin oleh seseorang yang benar dan mampu mengembangkan
sekolahnya menjadi lebih baik. Gaya kepemimpinan yang dimiliki mampu
membantu berjalannya kegiatan yang diadakan sekolah, mampu memimpin serta
menjadi contoh teladan bagi kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin dalam sektor
pendidikan merupakan kepala sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?


2. Bagaimana tipe-tipe atau gaya kepemimpinan?
3. Bagaimana kepemimpinan dalam peningkatan kinerja dalam satuan pendidikan
sekolah luar biasa (SLB)?
4. Bagaimana gaya kepemimpinan yang efektif untuk diterapkan dalam satuan
pendidikan khususnya di SLB?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat diperoleh tujuan
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan,


2. Untuk mengetahui tipe dan gaya kepemimpinan,
3. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam peningkatan kinerja dalam satuan
pendidikan sekolah luar biasa (SLB),
4. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang efektif untuk diterapkan dalam
satuan pendidikan khususnya di SLB.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah menambah wawasan
mengenai teori kepemimpinan, gaya serta tipe kepemimpinan, dan tentunya untuk
mengetahui gaya kepemimpinan yang cocok dengan sekolah luar biasa yang
berguna untuk memperbaiki serta mencapai tujuan bersama dengan efektif.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah terdiri dari empat bab, BAB I yaitu Pendahuluan yang
mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat serta
sistematika penulisan. BAB II yang berisikan kajian teori secara umum mengenai
materi yang diberikan. BAB III yang merupakan pembahasan dari rumusan masalah.
Kemudian BAB IV berupa kesimpulan dan saran.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga
menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik
secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang
dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang
mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam
istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola,
interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan
administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain- lain tentang legitimasi pengaruh.
Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi
perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan
maupun kelompok. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan
suatuorganisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan
adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Berdasakan beberapa pendapat para ahli mengenai Pemimpin, maka dapat kita
simpulkan bahwa pemimpin merupakan seseorang yang memiliki kemampuan
untuk mengatur, mendorong, mengkoordinasi dan mempengaruhi orang lain dalam
rangka melakukan kerjasama kearah pencapaian tujuan bersama yang telah
ditentukan.
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung
jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan
perusahaan. Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan

3
dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara
sederhana pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan
orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh
terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu
bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
2.2 Pengelolaan Pendidikan
Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang berarti
mengusahakan; menyelenggarakan; dan mengurus. Kata ini mendapat imbuhan pe-
an maka menjadi pengelolaan yang berarti penyelenggaraan atau pengusahaan.
Sedangkan pengertian pendidikan, Marimba mengatakan pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Pengelolaan pendidikan menurut Sukirman (1998) adalah penataan, pengaturan dan
kegiatan-kegiatan lain sejenisnya yang berkenaan dengan lembaga pendidikan
beserta segala komponennya, dan dalam kaitannya dengan pranata dan lembaga lain.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pendidikan adalah
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi,
mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan
mendayagunakan sumber manusia,sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sementara fungsi pengelolaan pendidikan, yakni: fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, dan pengawasan.

4
2.3 Pengertian Sekolah Luar Biasa
Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1991 tentang
Pendidikan luar Biasa Pasal 4 Ayat 1 menyatakan “Sekolah Dasar Luar Biasa adalah
bentuk satuan pendidikan bagi penyandang kelainan yang menyiapkan siswanya
untuk dapat mengikuti program Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa atau
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama”. Ayat 2 menyatakan “Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Luar Biasa adalah bentuk satuan pendidikan bagi penyandang kelainan
yang menyiapkan siswanya dalam kehidupan bermasyarakat dan memberi
kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya”. Ayat 3
menyatakan “Sekolah Menengah Luar Biasa adalah bentuk satuan pendidikan bagi
penyandang kelainan yang menyiapkan siswanya agar memiliki keterampilan yang
dapat menjadi bekal sumber mata pencaharian sehingga dapat mandiri di masyarakat
atau untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi”.
Pendidikan Luar Biasa atau Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan pendidikan
bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tetapi memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa (suparno, 2007: 97).
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan
khusus. Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus), ABK ialah anak yang memiliki grafik perkembangan yang
berbeda dengan anak normal. SLB biasanya memiliki fasilitas-fasilitas yang tidak
biasa dimiliki oleh sekolah pada umumnya, dikarenakan fungsinya dari sekolah itu
sendiri yang memang hanya akan memberikan pengajaran sesuai dengan
kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin yang berarti
mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun serta menunjukkan ataupun
mempengaruhi. Marifield dan Hamzah mendefinisikan Kepemimpinan sebagai
suatu yang menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan,
mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam usaha
bersama.
Wahjosumidjo (2005: 17) menerjemahkan kepemimpinan kedalam istilah sifat-
sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola, interaksi, hubungan
kerjasama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan
persepsi dari lain- lain tentang legitimasi pengaruh.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan
merupakan aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya dapat diarahkan
untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola
anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan
bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa
kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Sedangkan menurut Miftah Thoha (2010: 9)
kepemimpinan adalah kegiatan untuk mepengaruhi perilaku orang lain, atau seni
mepengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Dari berbagai definisi mengenai kepemimpinan menurut beberapa ahli diatas,
maka kepemimpinan dapat diartikan sebagai cara/seni seseorang dalam
mempengaruhi seseorang ataupun kelompok dengan karakteristik tertentu sehingga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin
salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam

6
menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul
kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif
atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam
mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan
kondisi organisasi tersebut.
3.2 Gaya Kepemimpinan
Rivai (2014) memaparkan bahwa gaya kepemimpinan (style of leadership)
adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mepengaruhi bawahan agar
sasaran atau tujuan organisasi tercapai. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan
merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi anggotanya untuk mencapai suatu tujuan.
Gaya kepemimpinan merupakan ringkasan dari bagaimana seorang pemimpin
melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang
berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Saul.
W. Gellerman, 2003). Miftah Thoha (1995) juga berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan mencakup tentang bagaimana seseorang bertindak dalam konteks
organisasi tersebut, maka cara termudah untuk membahas berbagai jenis gaya ialah
dengan menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang
cocok bagi satu gaya tertentu.
Gaya kepemimpinan seseorang dapat dinilai berdasarkan beberapa indikator
sebagai berikut (kartono, 2008):
1. Kemampuan Mengambil Keputusan. Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat. 
2. Kemampuan Memotivasi. Kemampuan Memotivasi adalah Daya pendorong
yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk
menggerakkan kemampuannya (dalam bentuk keahlian atau keterampilan)
tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. 

7
3. Kemampuan Komunikasi. Kemampuan Komunikasi Adalah kecakapan atau
kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang lain
dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang dimaksudkan dengan
baik, secara langsung lisan atau tidak langsung.
4. Kemampuan Mengendalikan Bawahan. Seorang Pemimpin harus memiliki
keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan
menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada
tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk di dalamnya
memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang
bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta atau bahkan mengancam.
Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik.
5. Tanggung Jawab. Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab kepada
bawahannya. Tanggung jawab bisa diartikan sebagai kewajiban yang wajib
menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan
jawab dan menanggung akibatnya. 
6. Kemampuan Mengendalikan Emosional. Kemampuan Mengendalikan
Emosional adalah hal yang sangat penting bagi keberhasilan hidup. Semakin
baik kemampuan mengendalikan emosi semakin mudah akan meraih
kebahagiaan.

Robert Albanese dan David D. Van Fleet (1994) menjelaskan bahwa dalam
setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan
(directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Sedangkan
berdasarkan kepribadian, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi (Hasibuan, 2014):
1. Gaya Kepemimpinan Kharismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik
atensi banyak orang dan memiliki kemampuan berbicara (public speaking) yang
membangkitkan semangat. Seseorang dengan gaya kepemimpinan
kharismatikpada umumnya adalah visioner. Mereka sangat menyenangi
perubahan dan tantangan.
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin dimana pemimpin
tersebut yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari

8
dirinya sendiri secara penuh dan merasa bahwa kepemimpinan adalah hak
pribadinya (pemimpin), sehingga merasa tidak perlu berkonsultasi dengan orang
lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Dalam gaya
kepemimpinan otoriter, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan.
Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk
mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya.
Pemimpin yang menjalankan gaya kepemimpinan ini juga berperan sebagai
pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila
anggota mengalami masalah.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis,
dan terarah selalu memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan.
Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim
yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya, selalu
bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasihat dari staf
dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat.
Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung
jawab. Pada gaya kepemimpinan demokratis, anggota memiliki peranan yang
lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan
sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut,
anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kelebihan gaya kepemimpinan
demokratis ini ada di penempatan perspektifnya.
4. Gaya Kepemimpinan Moralis
Gaya kepemimpinan moralis merupakan gaya kepemimpinan yang
paling menghargai bawahannya. Dimana kepribadian dasar pemimpin bergaya
moralis memiliki sifat hangat dan sopan kepada semua orang, termasuk
anggotanya. Pemimpin bergaya moralis pada dasarnya memiliki empati yang
tinggi terhadap permasalahan para bawahannya sehingga sangat emosional dan
kurang tegas atau tidak stabil dalam mengambil keputusan. Gaya kepemimpinan
moralis ini efektif apabila Keberhasilan seorang pemimpin moralis dalam

9
mengatasi kelabilan emosionalnya seringkali menjadi perjuangan seumur
hidupnya dan belajar mempercayai orang lain atau membiarkan melakukan
dengan cara mereka, bukan dengan cara satu orang saja.
5. Gaya kepemimpinan Pseudo-demokratik
Gaya kepemimpinan pseudo-demokratik sering disebut juga dengan
kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik dikarenakan pemimpin dengan
gaya ini menjadikan demokrasi sebagai selubung untuk memperoleh
kemenangan tertentu. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratik menjadikan
sikap demokratis sebagai topeng dari sifatnya yang otokratis. Pemimpin ini
menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang
otoriter dalam bentuk yang halus dan samar-samar.
6. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire) 
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan
otokratik. Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan
perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab. Seorang
pemimpin yang kendali bebas cenderung memilih peran yang pasif dan
membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri. Disini seorang
pemimpin mempunyai keyakinan bebas dengan memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
3.3 Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja dalam Satuan Pendidikan Sekolah
Luar Biasa
Dalam sebuah lembaga pendidikan diperlukan kinerja yang baik dari pegawai
atau pengelola lembaga satu sama lain. Kinerja yang baik dapat didorong oleh
kepemimpinan seorang pemimpin lembaga bersangkutan. Dalam satuan pendidikan
sekolah luar biasa kepemimpinan dari kepala sekolah diharapkan dapat mendorong
kinerja para guru dan staf serta semua orang yang berperan serta dalam pengelolaan
sekolah luar biasa untuk mencapai tujuan yang ada.
Martinis Yamin & Maisah (2010:87) mengemukakan bahwa kinerja guru
menyangkut seluruh aktivitas yang ditunjukkan oleh tenaga pengajar dalam
tanggung jawabnya sebagai seorang yang mengemban suatu amanah dan tanggung
jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan memandu peserta
didik dalam rangka menggiring perkembangan peserta didik ke arah kedewasaan

10
mental-spiritual maupun fisik-biologis. Maka dari itu, guru memiliki peranan
penting dalam proses sekolah mewujudkan tujuannya. Untuk mendukung kinerja
guru diperlukan seorang pemimpin atau kepala sekolah yang mampu mengelola
sekolah dengan baik dan memiliki motivasi kerja tinggi, serta mampu menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif dapat mendukung kinerja guru yang berakhir
pada peningkatan prestasi siswa.
Menurut Iskandar, kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat
mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan
tenaga kependidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai kepribadian
atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga
pendidikan.
Yaslis Ilyas (2002: 129) mengemukakan motivasi kerja adalah sesuatu hal yang
berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk
bekerja keras. Winardi (2002:6) memaparkan motivasi kerja adalah suatu kekuatan
potensial yang ada dalam diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh
sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan
imbalan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerja secara positif atau
secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang
yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi kerja adalah
sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja individu atau
kelompok terhadap pekerjaan guna mencapai tujuan. Motivasi kerja guru adalah
kondisi yang membuat guru mempunyai kemauan atau kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas. Guru yang memiliki motivasi kerja
yang tinggi untuk terus belajar akan dapat meningkatkan kinerja guru karena akan
bertambah semangatnya dalam melaksanakan tugas.
Dalam rangka meningkatkan kinerja guru, usaha-usaha kepemimpinan yang
dapat dilakukan oleh kepala sekolah di antaranya sebagai berikut.
1. Kepala sekolah harus dapat meningkatkan motivasi kerja guru
2. Kepala sekolah melakukan proses pengaturan sumber daya yang tersedia dengan
kegiatan pelayanan pendidikan.
3. Kepala sekolah terus menerus memperbaiki manajemen untuk mengantisipasi
tuntutan perkembangan.

11
4. Kepala sekolah perlu meningkatkan kemampuan manajerial
Kemampuan manajerial terdiri dari tiga bidang keterampilan:
a. Keterampilan konseptual menurut Wahjosumidjo, yang perlu dimiliki oleh
kepala sekolah meliputi kemampuan analisis, kemampuan berpikir rasional,
cakap dalam berbagai macam konsepsi, mampu menganalisis kejadian, mampu
memahami berbagai kecenderungan, mampu mengantisipasi perintah, dan
mampu menganalisis macam-macam kesempatan dan masalah-masalah sosial.
b. Keterampilan teknik menurut Wahjosumidjo, yang perlu dimiliki oleh kepala
sekolah meliputi menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan
teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus, dan kemampuan untuk
memanfaatkan serta mendayagunakan sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus.
c. Keterampilan manusiawi menurut Wahjosumidjo, yang perlu dimiliki oleh
kepala sekolah meliputi kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan
proses kerja sama, kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang
lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku, kemampuan untuk
berkomunikasi secara jelas dan efektif, kemampuan menciptakan kerja sama
yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis, dan mampu berperilaku yang
dapat diterima.
3.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif dalam Satuan Pendidikan
Sekolah Luar Biasa
Sebuah lembaga pendidikan yang berjalan efektif bergantung pada sumber daya
pengelola lembaga yang berjalan dengan baik. Kepala sekolah sebagai pemimpin
dari lembaga pendidikan sekolah luar biasa perlu memiliki gaya kepemimpinan
yang efektif untuk mengelola sekolah dan sumber daya di dalamnya. Keefektifan
kepemimpinan yang diperankan dengan baik oleh kepala sekolah mampu
memotivasi guru dan para pengelola sekolah untuk bekerja lebih baik.
Menurut Iskandar kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat
berdasarkan kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Kepala sekolah dapat menjelaskan
tugas dan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, mampu

12
membangun hubungan harmonis dengan guru dan masyarakat dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah.
Sri Setiyati mengungkapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin agar berhasil dalam memimpin organisasi secara efektif, ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi kepala sekolah agar kepemimpinannya dapat efektif
untuk memimpin sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. Mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan mencari
penyesuaian setiap persoalan yang timbul secara tepat dan bijaksana
b. Mempunyai emosi yang stabil atau tidak mudah terombang-ambing oleh
berbagai perubahan suasana serta dapat memisahkan antara persoalan pribadi,
persoalan rumah tangga, dengan persoalan organisasi atau persoalan sekolah
c. Mempunyai kepandaian dalam menghadapi orang lain dan mampu membuat
bawahan merasa betah, senang, dan puas dalam pekerjaannya
d. Mempunyai keahlian untuk mengorganisir dan menggerakkan bawahan secara
bijaksana dalam mewujudkan tujuan organisasi (sekolah) serta mengetahui
dengan tepat kapan dan kepada siapa tanggungjawab dan wewenang akan
didelegasikan.
Kepala sekolah yang efektif memiliki beragam kemampuan yang
memadai.Menurut Duignan ada lima kemampuan dasar kepala sekolah yang
sifatnya saling bergantungan yaitu Kemampuan di bidang pendidikan (educational
capabilities) merupakan kemampuan utama dalam memelihara fokus perhatian
kepala sekolah terhadap proses pengajaran dan pembelajaran. Sementara itu,
kemampuan personal (personal capabilities) dan relasional (relational capabilities)
mendasari orientasi kepemimpinan kepala sekolah terhadap peran penting dari
orang-orang di sekitarnya (people orientation) (pendidik, tenaga kependidikan,
peserta didik, dan stakeholders). Di lain pihak, kemampuan intelektual (intellectual
capabilities) dan organisasi (organizational capabilities) mendasari bentuk orientasi
pencapaian (achievement orientation) (efektivitas, efisiensi dari proses, hasil dan
lingkungan belajar) dari kepemimpinan kepala sekolah (Sudarya & Suratno, 2002).
Menurut Sudarya & Suratno Untuk membentuk kelima keterampilan dasar
kepala sekolah perlu mengembangkan framework sebagai pemandu prosedur dan

13
praktik dari kepemimpinan kepala sekolah. Berikut framework dari tiap
keterampilan dasar kepala sekolah efektif:
1. Kepemimpinan pendidikan, kemampuan terkait dengan pendidikan mencakup
pengetahuan profesional dan pemahaman mengenai proses pengajaran dan
pembelajaran yang menginspirasi komitmen dan pencapaian hasil belajar yang
berkualitas bagi peserta didik. Terdapat dua karakteristik terkait dengan
kepemimpinan pendidikan ini. Pertama, kepala sekolah berusaha
membangkitkan gairah belajar dan meyakini bahwa setiap anak adalah penting
dan memiliki potensi. Kedua, kepala sekolah sangat menyadari aspek-aspek
penting yang diperlukan oleh peserta didik.
2. Kepemimpinan Personal, merupakan kekuatan dan kualitas internal yang
mendasari tindakan etis dan profesional seorang pemimpin. Terdapat dua
karakteristik terkait dengan kemampuan personal. Pertama, kepala sekolah
memiliki integritas dan komitmen yang ditunjukkan melalui perilaku etis,
moralis dan profesional. Kedua, kepala sekolah menerima tanggungjawab
terhadap tindakan yang dilakukannya terhadap orang lain.
3. Kepemimpinan Relasional, merupakan keterampilan interpersonal yang
diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kualitas hubungan dengan
beragam orang. Dalam hal ini, kepemimpinan relasional dapat diartikan
kemampuan kepala sekolah dalam menghargai orang lain. Lalu, kepala sekolah
memahami dapat kemampuan mereka dalam meyakinkan dan mempengaruhi
orang lain sehingga terbentuk kualitas hubungan yang saling ketergantungan
satu sama lain
4. Kepemimpinan Intelektual, berkaitan dengan kemampuan berpikir, melakukan
penilaian rasional dan pengambilan keputusan secara bijak. Kemampuan ini
mendasari peran utama kepala sekolah sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan
dan pencapaian misi pendidikan. Oleh karena itu, karakteristik pertama dari
kemampuan intelektual adalah memahami dan mempengaruhi agenda strategic
serta memahami perubahan baik dari lingkup lokal, nasional maupun
internasional. Kedua, kepala sekolah selalu mempertimbangkan asumsi dan
inovasi pendidikan untuk menciptakan proses pengajaran dan pembelajaran yang
berkualitas bagi peserta didik.

14
5. Kepemimpinan Organisasi, berkaitan dengan daya dukung terhadap peningkatan
proses yang terjadi di sekolah melalui manajemen sumber daya manusia,
keuangan dan sumber daya lainnya secara efektif. Karakteristik utama dari
kemampuan ini adalah kepala sekolah dapat menjalankan proses dan struktur
sekolah secara efektif dan efisien dalam memimpin dan mengelola kinerja
optimal komunitas sekolah. Kedua, kepala sekolah mengelola sumber daya
untuk membangun kapasitas sekolah.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah cara atau seni mempengaruhi seseorang ataupun
kelompok dengan karakteristik tertentu sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Gaya kepemimpinan adalah salah satu cara seseorang untuk
mempengaruhi bawahannya agar tujuannya tercapai. Gaya kepemimpinan ada
enam yaitu gaya kepemimpinan kharismatik,tipe kepemimpinan ini sangat
menyenangi perubahan dan tantangan. Gaya kepemimpinan otoriter, tipe
kepemimpinan ini dalam memutuskan segala sesuatu ditentukan oleh dirinya
sendiri tidak melibatkan oranglain. Gaya kepemimpinan demokratis, tipe
kepemimpinan ini selalu melibatkan orang lain dalam mengambil keputusan. Gaya
kepemimpinan moralis yaitu tipe kepemimpinan yang paling menghargai
bawahannya. Gaya kepemimpinan pseudo-demokratik, kepemimpinan ini
menjadikan sikap demokratis sebagai topeng dari sifatnya yang otokratis. Tipe
kendali bebas atau masa bodo yaitu sang pemimpin menunjukkan perilaku yang
pasif dan sering menghindar dari tanggung jawab.
Dalam satuan pendidikan sekolah luar biasa kepemimpinan dari kepala
sekolah diharapkan dapat mendorong kinerja para guru dan staf serta semua orang
yang berperan serta dalam pengelolaan sekolah luar biasa untuk mencapai tujuan
yang ada. Keefektifan kepemimpinan yang diperankan dengan baik oleh kepala
sekolah mampu memotivasi guru dan para pengelola sekolah untuk bekerja lebih
baik.
4.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Bagi kepala
sekolah diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang paling baik bagi kebaikan
bersama. Sehingga dapat menjadi pedoman jika menjadi pemimpin harus memilih
yang mana.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budaya, D. A. N., Terhadap, S., Guru, K., Negeri, S. M. K., & Gunungkidul, W. (n.d.).
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH , MOTIVASI. 200–207.

Maemonah, S. (2016). Analisis peran kepemimpinan dalam upaya kebangkitan kembali


di KSPS BMT Ben Taqwa Purwodadi (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).

Paramita, P. D. (2011). Gaya kepemimpinan (style of leadership) yang efektif dalam


suatu organisasi. Dinamika Sains, 9(21).

Rusdiana, A.H. Pengelolaan Pendidikan. Diterbitkan CV PUSTAKA SETIA. Wawasan


Dasar Pengelolaan Pendidikan. 2015. Diakses dari
http://digilib.uinsgd.ac.id/29405/1/20-Pegel%20Pendidkn-2015.pdf

Solikin, Asep, dkk. PEMIMPIN YANG MELAYANI DALAM MEMBANGUN


BANGSA YANG MANDIRI (A Serving Leader In Developing Independent
Nation). Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Jl. RTA Milono Km.1,5
Palangka Raya, Kalimantan Tengah 73111. Diakses dari
file:///C:/Users/USER/Downloads/393-2922-1-PB.pdf

Subang, D. I. K., & Karweti, O. E. (2010). Pengaruh kemampuan manajerial kepala


sekolah dan faktor yang mempengaruhi motivasi kerja terhadap kinerja guru
slb di kabupaten subang. 11(2), 77–89.

Sudarya, Y., Suratno, T., & Indonesia, U. P. (2002). Dimensi kepemimpinan kepala
sekolah.

Visi, J., & Pendidikan, I. (n.d.). Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas.
1018–1027.

Zulfa, Estitika Rochmatu. PENGEMBANGAN KAPASITAS SEKOLAH LUAR


BIASA UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus di SDLBN

17
Kedungkandang Malang). Tinjauan Pustaka. Diakses dari
file:///C:/Users/USER/Downloads/393-2922-1-PB.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai