Enrichment
- Menurut buku pendidikan dan bimbingan anak berkebutuha khusus dari Jati Rinakri
Atmaja, M.Pd
Low vision merupakan mereka yang memiliki hambatan dalam pennglihatan, ttetapi
mereka masih dapat mengikuti program-progam pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
- Menurut buku psikologi anak luar biasa dari Dra. Hj. T. Sutjihati Somantri, M. Si., psi.
Low vision merupakan bila anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar
tetapi ketajamanya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headline
pada surat kabar.
- Menurut buku pendidikan dan bimbingan anak berkebutuha khusus dari Jati Rinakri
Atmaja, M.Pd
Partially sighted merupakan mereka yang kehilangan sebagia daya penglihatan, hanya
dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu
membaca tulisan yang bercetak miring.
- Menurut buku pendidikan dan bimbingan anak berkebutuha khusus dari Jati Rinakri
Atmaja, M.Pd
Totally blind yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
A. Pengertian tunanetra
Dapat di simpulkan bahwa tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi
sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Anak-
anak dengaan gaangguan penglihatan ini dapat di ketahui dalam kondisi sebagai berikut:
Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang di miliki orang awas.
Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
Posisi mata dikendalikan oleh syaraf otak
Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Kognitif merupakan presepsi individu tentang orang lain dan objek yag diorganisasikan
secara selektif. Anak tunanetra memiliki keterbatasan atau bahkan keterhambatan
dalam menerima rangsangan atau informasi dari luar dirinya melalui indera
penglihatannya. Penerimaan rangsangaan hanya dapat dilakukan melalui pemanfaatan
indera lain di luar indera penglihatannya. Namun karena dorongan dan kebutuhan anak
untuk tetap mengenal dunia sekitarnya, anak tunanetra biasanya menggantikannya
dengan inndera pendengaran sebagai saluran utama penemrima informasi. Sedangkan
indera pendengaran hanya mampu menerima informasi dari luar yang beurpa suara.
Dengan suara seseorang hanya mampu mendeteksi dan menggambarkan tentang arah,
sumber, jarak.
Jika aktivitas imitative pada anak normal diperoleh melalui stimulasi visual, maka pada
anaak tunanetra harus di rangsang melalui stimulasi pendengaran. Kecenderungan anak
tunanetra menggantikan indera penglihatan dengan indera pendengran sebagai saluran
utama penerima informasi dari luar mengkibatkan pembentukn pengertian atau konsep
hanya berdasarkan pada suara atau bahasa lisan. Akibatnya seringkali tidak
menguntungkan bagi anak, yaitu kecenderungan pada anak tunanetr untuk
menggunakan bahasa tanpa tahu makna yang sebenarnya.
Karena kurangnya stimulasi visual, perkembangan bahasa anak tunanetra juga tretinggal
disbanding anak awas. Pada anak tunanetra, kemampuan kosakata terbagi atas dua
golongan, yaitu kata-kaata yang berarti bagi dirinya berdasarkan pengalaman sendiri,
dan kata-kata verbalistis yang diperlehnya dari orang lain yang ia sendiri sering tidak
memahaminya. Komunikasi nonverbal pada tunanetra juga merupakann hal yang
kuurang di pahaminya karena kemampuan ini sangat tergantunng pada stimulasi visual
dari lingkungannya. Dalam hal pemahaman bahasa, berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan anak awas, kosakata anak tunanetra
cenderung bersifat definitive, anak awas cenderung lebih luas.