Anda di halaman 1dari 85

BAHAN AJAR ABK

BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK KHUSUS ANAK BERKELAINAN


FISIK(TUNANETRA, TUNARUNGU DAN TUNADAKSA)

A. PENGERTIAN ANAK KELAINAN FISIK


Menurut para ahli (Kirk, 1970 ; Heward dan Orlansky, 1988 ) anak berkelainan di
artikan sebagai anak yang memilki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak
normal umumnya dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik prilaku sosialnya, atau
menurat ahli lainnya ( Hallahan dan Kauffman 1991 ) anak berkelainan di defenisikan
sebagai anak yang berbeda dari rata-rata umumnya,dikarenakan ada permasalahan dalam
kemampuan berfikir, \penglihatan, pendengaran, sosialisasi, dan bergerak.
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu.
Akhibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak dapat
menjalankan tugasnya secara normal. Yang termasuk dalam kelainan ini adalah tunanetra
(kelainan pada indra penglihatan), tunarungu (kelainan pada pendengaran), dan Tunadaksa
(cacat tubuh).

B. KLASIFIKASI KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK


1. Tunanetra
Tunanetra tidak saja mereka yang buta tetapi mencakup juga mereka yang mampu
melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat di manfaatkan untuk kepentingan hidup
sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi anak-anak dengan kondisi penglihatan yang
termasuk “ setengah melihat” ‘low vision’ atau rabun adalah bagian dari anak
tunanetra.
Dari uraian di atas pengertian anak tunanetra adalah individu yang indra
penglihatanya(kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dlam
kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awam. (Somantri.2007:65)
2. Tunarungu
Tunarungu dapat diartiakn sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagi rangsangan terutama melalui
indra pendengaran.
Andreas dwidjosumarto (1990:1) dalam somantri (2007:93) mengemukakan bahwa
seseorang yang tidak mampu atau kurang mendengar suara dikatakan tunarungu.
Kekurangan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli dan kurang dengar. Tuli adalah
mereka yang memiliki kerusakan pada indra pendengaran berat. Sedangkan kurang
dengar adalah mereka yang indra pendengarannyamengalami kerusakan tetapi masih
bisa untuk mendengar baik dengan maupun tanpa alat bantu pendengar.
Mufti Salim (1984:8) dalam Somantri (2007:93) menyimpulkan anak tunarungu adalah
anak yang mengalami kekurangna atau kehilangan kemampuan mendengar disebabkan
oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan pendengaran
sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya.ia memerlukan
bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir dan batin yang
layak.
Disimpulkan bahwa anak yang mengalami tunarungu adalah mereka yang keilangan
pendengaran baik sebagian maupun keseluruhan yang mengakibatkan pendengaran
tidak memiliki nilai fungsional didalam kehidupan sehari-hari.

3. Tunadaksa
Tunadaksa berarti suatu keadaan yang tergangu sebagai akibat ganguan bentuk atau
hambatan pada tulang,otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh penyakit, kecelekaan atau dpat juga disebabkan oleh bawaan sejak
lahir(white housse confence,1931 dalam Somantri.2007:hal 121)
Tunadaksa sering diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu
sebagai akibat kerusakan atau ganguan pada tulang dan otot sehingga mengurangi
kapasitas normal individu untuk mengikutu pendidikan dan untuk berdiri sendiri.

C. CIRI-CIRI UMUM KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK


1. Keadaan tubuh tidak normal
2. Kehidupanya tergantung kepada orang lain
3. Membutuhkan perhatian secara khusus.

D. CIRI-CIRI KELOMPOK MENURUT KLASIFIKASI ANAK KELAINAN FISIK


1.1 ANAK TUNANETRA
1. CIRI-CIRI
a) ciri-ciri anak tunanetra secara umum.
a. Ketejaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
dewasa.
b. Terjadi kekeruhan pada lensa mataatau terdapat cairan tertentu.
c. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
d. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan. Somantri, 2007:65
b) Ciri-ciri anak Tunanetra total
Fisik
Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.
Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya.
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya:
a. Mata juling
b. Sering berkedip
c. Menyipitkan (kelopak) mata
d. Mata merah
e. Mata infeksi
f. Gerakan mata tak beraturan dan cepat
g. Mata selalu berair (mengeluarkan air mata.
h. Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
Perilaku
Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam
mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini:
a. Menggosok mata secara berlebihan.
b. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau
mencondongkan kepala ke depan.
c. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat
memerlukan penggunaan mata.
d. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila
mengerjakan suatu pekerjaan.
e. Membawa bukunya ke dekat mata.
f. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
g. Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
h. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas
yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
i. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.
j. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan
penglihatan jarak jauh.
Psikis
Secara psikhis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mental/intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh
dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada
batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup
pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni
memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka
juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa
benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.
b. Sosial
Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan
dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan
keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap
menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah
di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk
menerima perlakuan orang lain terhadap dirinya.

2. KLASIFIKASI ANAK TUNANETRA


1) Menurut Lowenfeld, (1955) dalam Prasetyo, 2013. Tunanetra,(online),
(http://pandek29.blogspot.co.id/2013/09/tuna-netra.html, diakses 17 september
2013)
klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan,
ciri-cirinya yaitu :
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak
memiliki pengalaman penglihatan.
b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-
kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki
kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap
proses perkembangan pribadi.
d. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala
kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-
latihan penyesuaian diri.
2) Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)
Klasifikasi anak tuna netra berdasarkan kemampuan daya penglihatan,yaitu :
a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki
hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti
program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan
yang menggunakan fungsi penglihatan.
b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan
sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar
mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang
bercetak tebal.
c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat
melihat.
3) Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu:
d. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau
memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
e. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai
dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi pendidikan, yaitu :
f. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau kurang setelah
memperoleh pelayanan medik.
g. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan
menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan
fasilitas pendidikan yang khusus.
4) Menurut Kirk (1962) mengutip klasifikasi ketunanetraan, yaitu :
h. Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai dengan
2/2000, ia tidak dapat melihat gerak tangan pada jarak 3 kaki di depan
wajahnya.
i. Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia tidak
dapat menghitung jari pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.
j. Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang
memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 10/200, ia tidak dapat
membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran.
k. Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang
memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 20/200, akan tetapi ia tidak
dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang lebih kecil.
l. Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan 20/200
atau lebih, akan tetapi ia tidak memiliki penglihatan cukup untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak ini tidak dapat
membaca huruf 10 point.

1.2 ANAK TUNARUNGU


1. CIRI-CIRI
Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran:
a. Tidak mampu mendengar,
b. Terlambat perkembangan bahasa
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh/monoton,
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran,
i. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga.
2. KLASIFIKASI
Tuli dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
a) Tuli/Gangguan Dengar Konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan
kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf
pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga
tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
b) Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat
kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian
luar atau tengah.
c) Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran
kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga
bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf
pendengaran.Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian dapat diperiksa
dengan audiometri.

1.3 ANAK TUNADAKSA


1. CIRI-CIRI ( bawaan dan kecelakaan )
a. Tangan dan kaki sangat lentur dan berbeda dibandingkan anak lain
b. Anak memiliki bentuk wajah yang tidaklazim dengan mata miring, lidah
tebal,leher mungkin juga pendek
c. Mata mendekat pada hidung atau menjauh dari sudut normal . Mata anak juga
terlihat berbeda dari berbagai arah
d. Mata selalu terbuka (melotot) atau malah selalu tertutup
e. Anak sulit untuk menghisap, tidak mau minum atau memiliki masalah dengan
mulut dan tidak mampu menghisap melalui botol susu atau puting susu ibunya
f. Bagian ata bibir atau langit-langit mulut terbuka atau seperti terpotong
g. Kepala anak terlalu besar dibandingkan tubuhnya dan berkembang lebih cepat
dari bagian-bagian lain tubuhnya.
h. Satu tangan lemah dan lambat dan terlihat dalam posisi aneh. Kaki anak pada
sisi yang sama juga terlihat lambat
i. Satu atau kedua kaki atau tangan selalu berputar menghadap atau berbalik ke
belakang
j. Ditemukan benjolan dipunggung anak. Kedua kaki anak juga dapat terlihat
aneh posisinya dan tidak dapat digerakkan, anak tidak merasa jika kakinya
disentuh.
k. Pada anak ditemukan juga benjolan sekitar pusar khususnya pada saat anak
menangis
l. Testis anak laki-laki membesar dan bengkak

2. KLASIFIKASI
menurut Frances G. Keoning, dalam Somantri 2007:123. Tuna daksa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan,
meliputi:
1) Club-foot (kaki seperti tongkat)
2) Club-hand (tangan seperti tongkat)
3) Polydactylism (jari yang lebig dari lima pada masing-masing tangan atau
kaki)
4) Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan yang
lainnya)
5) Torticolis (ganggun pada leher sehingga kepala terkulai ke muka)
6) Spina-bivida (sebagian dari sumsum tulang belakang tidak tertutup)
7) Cretinism (kerdil/katai)
8) Mycrocephalus (kepala yang besar berisi cairan)
9) Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)
10) Herelip (gangguan pada bibir dan mulut)
11) Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha)
12) Congenital amputation (bayi lahir tanpa anggota tubuh tertentu)
13) Fredresich ataxia (gangguan pada sumsum tulang belakang)
14) Coxa valfa (gangguan pada sendi paha terlalu besar)
15) Syphilis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis)
b. Kerusakan pada waktu kelahiran:
1) Erb’s palsy (kerusakan pada saraf lengan akibat tertekan atau tertarik waktu
kelahiran)
2) Frangilitas osium (turang yang rapuh dan mudah patah)

c. Infeksi:
1) Tuberkulosis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku)
2) Osteomyelitis (radang didalam dan di sekeliling sumsum tulang karena
bakteri)
3) Poliomyelitis (infeksi firus yang mungkin menyebabkan kelumpuhan)
4) Pott‘s disease (tuberkolosis tulang belakang)
5) Still’s disease (radang pada tulang yang mengakibatkan kerusakan
permanen pada tulang)
d. Kondisi traumatik atau kerusakan traumatik:
1) Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan)
2) Kecelakaan akibat luka bakar
3) Patah tulang
e. Kondisi-kondisi lainnya:
1) Belakang yang cekung)
2) Flatfeet (telapak kaki yang rata tidak berbentuk)
3) Kyphosis (bagian sum-sum tulang belakang yang cekung)

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK


1. Tunanetra
Keunggulan anak tunanetra
yaitu kepekaan terhadap suara, perabaan, ingatan yang tinggi, ketrampilan dalam
memainkan alat musik, serta ketertarikan tinggi terhadap nilai-nilai dan norma dan
agama.
Kelemahan anak tunanetra
a. Perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat.
b. Memiliki keterbatasan atau ketidak mampuan dalam menerima rangsangan atau
informasi dari luar dirinya melalui indra penglihatanya. Tetapi penerima rangsangan
hanya dapat dilakukan lewat pemanfaatan indra-indra lain.(somantri,2007:68)
c. Dalam hal rangsangan yang berada dari luar dirinya tidak diperoleh secara utuh.
Krtidak tahuan tersebut disebabkan anak tidak memiliki kesan,presepsi, pengertian,
ingatan dan pemahaman yang bersivat visual terhadap objek yang diamati.
(somantri,2007:68)
d. Beberapa konsep mungkin tidak dikenalnya: konsep warna, arah, jarak, dan waktu
adalah contoh-contoh konsep yang dikuasai tunanetra secara verbal saja, hanya
berdasarkan pada apa yang dikatakan orang lain kepadanya.(somantri,2007:69)
e. Komunikasi nonverbal pada tunanetra juga merupakan hal yang kurang dipahami
karena kemampuan ini sangat tergantung pada stimulus visual dari
lingkungannya.(somantri,2007:69)

2. Tunarungu
Keunggulan anak tunarungu, mereka memiliki kekurangan dalam indra pendengaran,
tetapi mereka bisa mengembangkan dalam bidang lain, contohnya ada seorang anak
Fajar Malik, Crosser Tuna Rungu di Kejurnas Motocross sukses dalam bidang olah
raga.

Kelemahan anak tunarungu,


a. Hanya bisa menggunakan media tulis dan bacaan sebagi sarana penerimaannya.
b. Menggunakan isyarat sebagai media.
c. Hanya bisa memahami secara nonverbal dan secara verbal tidak bisa.

3. Tunadaksa
Keunggulan anak tunadaksa, mereka memiliki kekurangan yaitu cacat tubuh tetapi
mereka mempunyai keunggulan dalam bidang lain seperti, seni, musik,dll.
Kelemahan anak tunadaksa,
a. Tidak dapat melakukan aktivitas seperti manusia normal.
b. Memiliki kekurangan dalam melakukan aktifitas yang menggunakan bagian tubuh
yang cacat.

F. MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK


1. Masalah Anak Tunanetra
a. Masalah pendidikan
Contoh:
Masalah yang berkaitan dengan bagaimana kesadaran ruang (batasan wilayah ruang
gerak) pada anak tunanetra sejak lahir.
Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa
benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya secara brlebihan.
Masalah intelegensi (IQ) anak tunanetra lebih rendah karena hanya dapat memahami
dari segi verbalnya saja.
b. Masalah sosial
Contoh:
Jika di lingkungan sosial memiliki perasaan rendah diri ,malu sikap-siakp masyrakat
yang sering kali yang tidak menguntungkan seprti menolak, menghina sikap tak
acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial.
Kesulitan lain dalam melaksanakan tugas.perkembangan sosial ialah keterbatasan
anak tunanetra untuk dapat belajar sosial melalui proses identifikasi dan imitasi.
c. Masalah emosi
Contoh:
Kemempuan untuk memberi respon secara emosional suda dijumpai sejak
lahir.mula-mula tak deferiansi/ random dan cendrung ditampilkan dalam bentuk
perilaku atau respon motori menuju ke arah terdeferensiasi dan dinyatakan dalam
respon yang bersifat verbal.

2. Masalah Anak tunarungu


1. Bagi diri sendiri
Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung kiasan dan memehami kata-kata
yang abstrak.
2. Masalah sosial
sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3. perkembangan anak
ketidakmampuan dalam menerima rangsangan pendengaran, kemiskinan berbahasa,
ketidaktepatan emosi, dan keterbatasan intelegensi, dihubungkan dengan sifat
lingkungan terhadapnya menghambat perkembangan kepribadiannya

3. Masalah anak tunadaksa


1. Fisik
Tidak dapat melakukan aktifitas secara umum seperti biasanya karna memiliki cacat
tubuh
2. kognitif
Bila ketunadaksaan terjadi pada anak yang usuianya masih musa menunjukan
pengaruh yang berarti terhadap kemepuaan individu.
Memiliki hambatan dalam perkembangan individu sehingga ia mengalami kesulitan
dalam berkembang dari satu tahap ke tahap yang berikutnya..

G. PENYEBAB TERJADINYA KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK


1. Penyebab Terjadinya Tunanetra
Secara ilmiah ketunanetraan anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang erat hubungannya dengan keadaan
bayi selam masih dalam kandungan. Kemungkinanya karna faktor gen, kondisi psikis
ibu kekurangan gizi, keracuanan obat dll.Faktor eksternalnya adalah saat bayi sudah
dilahirkan misalnya kecelakaan , terkena penyakit sipilis yang mengenai mata saat
diklahirkan, pengaruh alat bantu medis saat dilahirkansehingga sistem syarafnya rusak ,
kurang gizi , terkena racun bakteri ataupun virus.

2. Penyebeb Terjadinya Tunarungu


Untuk lebih jelasnya faktor-faktor penyebab ketunarunguan dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a) Faktor dalam diri anak
a. Disebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtuanya yang
mengalami ketunarunguan,
b. Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit Campak Jerman (Rubella),
c. Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah atau Toxaminia.
b) Faktor luar diri anak
a. Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran. Misal, anak
terserang Herpes Implex,
b. Meningitis atau radang selaput otak,
c. Otitis media (radang telinga bagian tengah),
d. Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat
pendengaran bagian tengah dan dalam.

3. Penyebab Terjadinya Tunadaksa


Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga
menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebuta da yang terletak di jaringan otak, jaringan
sumsum tulang belakang, pada sistem musculus skeletal. Adanya keragaman jenis
tunadaksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat
terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah
lahir.

Sebab-sebab SebelumLahir (Fase Prenatal)


a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang
otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus
abdominolis.
b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan,
sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem
syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat
mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh
dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu
kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal)
a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi
mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya
sistem metabolism dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami
kerusakan.
b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan
sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
c. Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi
dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem syaraf
otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.

Sebab-sebab setelah Proses kelahiran (fase post natal)


Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan
otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan
kecacatan setelah bayi lahir adalah:Kecelakaan/trauma kepala, amputasiInfeksi
penyakit yang menyerang otak.

H. DAMPAK JIKA MASALAH KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK TIDAK


DITANGANI
1. Dampak Jika Masalah Tunanetra Tidak Ditangani
Di samping itu, dampak ketunanetraan dapat terjadi pada beberapa aspek, seperti aspek
psikologis, aspek fisik atau aspek emosi dan sosial. Berikut ini akan dibahas dampak
ketunanetraan terhadap perkembangan dan pertumbuhan berbagai aspek.
Dampak terhadap Perkembangan Motorik
a. Ketunanetraan itu sendiri tidak mempengaruhi secara langsung terhadap
perkembangan dan pertumbuhan fisik yang menyebabkan anak tunanetra
mengalami hambatan atau keterlambatan. Perkembangan motorik anak tunanetra
pada bulan-bulan awal tidak berbeda dengan anak awas (Scholl, 1986: 73). Tetapi
perkembangan selanjutnya perkembangan motorik anak tunanetra tampak berbeda.
Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya stimulasi visual, ketidakmampuan menirukan
orang lain, dan pengaruh faktor lingkungan.
b. Dampak terhadap Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah persepsi individu tentang orang lain dan obyek-obyek yang
diorganisasikannya secara selektif. Respon individu terhadap orang dan obyek
tergantung pada bagaimana orang dan obyek tersebut tampak dalam dunia
kognitifnya, dan dunia setiap orang itu bersifat individual. karena tunanetra harus
menggantikan fungsi indera penglihatan dengan inderaindera lainnya untuk
mempersepsi lingkungannya dan banyak di antara mereka tidak pernah mempunyai
pengalaman visual, sehingga konsep tentang dunia ini mungkin berbeda dari
konsep orang awas pada umumnya.
c. Dampak terhadap Keterampilan Sosial
Orang tua mempunyai peran penting dalam perkembangan sosial anak. Perlakuan
orang tua terhadap anaknya yang tunanetra sangat ditentukan oleh sikapnya
terhadap ketunanetraan itu, dan emosi merupakan satu komponen dari sikap di
samping dua komponen lainnya yaitu kognisi dan kecenderungan tindakan.
Ketunanetraan yang terjadi pada seorang anak selalu menimbulkan masalah
emosional pada orang tuanya. Ayah dan ibunya akan merasa kecewa, sedih, malu
dan berbagai bentuk emosi lainnya. Mereka mungkin akan merasa bersalah atau
saling menyalahkan, mungkin akan diliputi oleh rasa marah yang dapat meledak
dalam berbagai cara. Persoalan seperti ini terjadi pada banyak keluarga yang
mempunyai anak cacat. Pada umumnya orang tua akan mengalami masa duka
karena anaknya yang cacat itu dalam tiga tahap; tahap penolakan, tahap
penyesalan, dan akhirnya tahap penerimaan, meskipun untuk orang tua tertentu
penerimaan itu mungkin akan tercapai setelah bertahun-tahun. Proses dukacita ini
merupakan proses yang umum terjadi pada orang tua anak cacat. Sikap orang tua
tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan di antara mereka (ayah dan ibu) dan
hubungan mereka dengan anak itu, dan hubungan tersebut pada gilirannya akan
mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak.
2. Dampak Jika Masalah Tunarungu Tidak Ditangani
a. Bagi anak tunarungu sendiri
Sehubungan dengan karakteristik tunarungu yaitu miskin dalam kosakata, sulit
memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata- kata yang mengandung kiasan,
adanya gangguan bicara, maka hal- hal itu merupakan sumber masalah pokok bagi
anak tersebut.

b. Bagi keluarga
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat
terhadap perkembangan anak terutama anak luar biasa. Anak ini mengalami
hambatan sehingga mereka akan sulit menerima norma lingkunggannya. Berhasil
tidaknya anak tunarungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada bimbingan
dan pengaruh keluarga. Tidaklah mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan
bahwa anaknya menderita kelainan/ cacat. Reaksi pertama orang tua mengetahui
bahwa anaknya menderita tunarungu adalah merasa terpukul dan bingung. Reaksi ini
kemudian diikuti dengan reaksi lain.
c. Bagi masyarakat
Pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak tuna rungu tidak dapat berbuat
apapun. Pandangan yang semacam ini sangat merugikan anak tunarungu. Karena
adanya pandangan ini biasanya dapat kita lihat sulitya anak tunarungu untuk
memperoleh lapangan pekerjaan. Disamping pandangan karena ketidakmampuannya
tadi, ia sulit bersaing dengan orang normal.
Kesulitan memeperoleh pekerjaan di masyarakat mengakibatkan timbulya
kecemasan, baik dari anak itu sendiri maupun dari keluarganya, sehingga lembaga
pendidikan dianggap tidak dapat berbuat sesuatu karena anak tidak dapt bekerja
sebagaimana bisanya. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya dapat memerhatikan
kemampuan yang dimilki anak tunarungu walaupun hanya merupakan sebagian
kecil dari pekerjaan yang telah lazim dilakukan oleh orang normal.

3. Dampak Jika Masalah Tunadaksa Tidak Ditangani


a. Dampak yang dialamioleh anak tunadaksa yaitu dalam proses perkembangan
fisiknya akan mengalami gangguan karena ia tidak dapat melakukan aktifitas seperti
anak pada umumnya, jika di tangani dengan baik maka anak yang mengalami
tunadaksa yaitu kerusakan bagian tubuh tertentu dapat dikompensasikan atau
digantikan dengan bagian tubuh lainnya.
b. Dampak bagi perkembangan koknitif anak tunadaksa yaitu gangguan dan hambatan
dalam kemampuan motorik, jika ditangani dengan baik anak tunadaksa maka kadaan
psikologisnya tidak akan mengalami pengaruh yang besar.

I. UPAYA UNTUK MENANGANI KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK


Sekolah Khusus / Sekolah Luar Biasa (SLB)
Sekolah Luar Biasa ialah satuan pendidikan yang menyelenggagarakan pendidikan bagi
Anak Berkebutuhan Khusus. Jenis ketunaan yang dilayani adalah semua jenis ketunaan,
yang proses pembelajarannya dikelompokkan berdasarkan masing-masing jenis ketunaan.
Misalnya dalam sekolah tersebut ada anak tunanetra, tunarungu dan ketunaan lainnya,
maka anak tunanetra belajar dengan tunanetra lainya dan terpisah dengan dengan anak
tunarungu atau ketunaan lainnya.
Dalam SLB satu atap menyelenggarakan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
mulai jenjang:
TKLB selama 2-3 tahun
SDLB selama 6 tahun
SMPLB selama 3 tahun
SMALB selama 3 tahun
Pada kurikulum SLB selain pendidikan akademis dan ketrampilan ada juga program
khusus. Program Khusus ini diberikan berdasarkan jenis ketunaan. Adapun program
khusus untuk anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:

1. Orientasi dan Mobilitas : untuk tunanetra


2. Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama : untuk tunarungu
3. Kemampuan Merawat Diri/Bina Diri : untuk tunagrahita
4. Bina Gerak : untuk tunadaksa
5. Bina Pribadi dan Sosial : untuk anak tunalaras

J. BK UNTUK MENANGANI KELOMPOK ANAK KELAINAN FISIK


1. Ancangan Konseling Yang Sesuai Untuk Menangani Kelompok Anak Kelainan Fisik
Ancangan konseling yang diambil yaitu untuk menangani anak-anak berkelainan di
defenisikan sebagai anak yang berbeda dari rata-rata umumnya,dikarenakan ada
permasalahan dalam kemampuan berfikir, emoso, penglihatan, pendengaran,
sosialisasi, dan bergerak.
Proses konseling dapat dilakukan dengan kolaborasi guru SLB kusus Tunarungu dan
Tunanetra.

2. Konsep Dasar
a. REFRAMING
Setiap orang mempunyai perspektif-perspektif yang berbeda, dan cara orang lain
memandang segala sesuatu mungkin berbeda dengan cara kita memandang segala
sesuatu. Sebuah frame dapat merujuk kepada suatu keyakinan, apa yang membatasi
pandangan meraka tentang dunia. Mereka mengeinterpretasikan peristiwa-peristiwa
saat mereka melihatnya, akan tetapi yang sering terjadi adalah mereka melihatnya
dari posisi mereka yang sedang mengalami depresi atau harga diri rendah. Terkait
dengan hal tersebut, konselor dapat mengubah cara konseli memandang peristiwa-
peristiwa atau situasi dengan megubah kerangka pandang (reframing) gambaran
yang dijelaskan konseli. Reframing merupakan salah satu metode dari pendekatan
konseling kogntif bahavior yang bertujuan mereorganisair content emosi yang
dipikirkannya dan mengarahkan/membingkai kembali ke arah pikiran yang rasional,
sehingga kita dapat mengerti berbagai sudut pandang dalam konsep diri/konsep
kognitif dalam berbagai situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa reframing adalah suatu pendekatan yang mengubah
atau menyusun kembali persepsi atau cara pandang konseli terhadap masalah atau
tingkah laku dan untuk membantu konseli membentuk atau mengembangkan pikiran
lain yang berbeda tentang dirinya.
b. POSITIVE REINFORCEMENT
Reinforcement Theory ini merupakan suatu pendekatan psikologi yang sangat
penting bagi manusia.Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang itu dapat
menentukan, memilih dan mengambil keputusan dalam dinamika kehidupan. Teori
ini bisa digunakan pada berbagai macam situasi yang seringkali dihadapi manusia.
Reinforcement Theory ini mengatakan bahwa tingkah laku manusia itu adalah hasil
kompilasi dari pengalaman-pengalaman yang ia temui sebelumnya, yang paling
mudah yang bisa saya gambarkan disini adalah bagaimana sikap yang diambil oleh
seorang siswa di dalam kelas. Asumsikan bahwa sang guru sudah menjelaskan
seperangkap aturan yang harus ditaati oleh siswa di dalam kelas. Suatu ketika,
seorang siswa berteriak di dalam kelas. Maka sang guru langsung memberikan
hukuman kepada siswa tersebut. Dari hukuman itu, siswa tadi akan merubah
sikapnya untuk tidak berteriak lagi. Juga demikian, kepada siswa yang tekun
mengikuti pelajaran di dalam kelas, maka sang guru memberikan kepada mereka
semacam hadiah atau penghargaan. Jika sistem ini berjalan dalam jangka waktu
tertentu, maka keadaan siswa tadi pasti akan konvergen untuk mengambil sikap yang
baik di dalam kelas.
Adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku tertentu dapat
menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi.

3. Tujuan Konseling
a. REFRAMING
1) Reframing dimaksudkan untuk memperluas gambaran konseli tentang dunianya
dan untuk memungkinkannya mempersepsi situasinya secara berbeda dengan
cara yang lebih konstruktif.
2) Memberi cara pandang terhadap konseli dengan cara pandang yang baru dan
positif.
3) Mengubah keyakinan/pikiran/cara pandang konseli dari negatif irasional
menjadi positive rasional.
4) Membingkai ulang cara pandang konseli, dari:
5) Sebuah masalah sebagai peluang
6) Sebuah kelemahan sebagai kekuatan
7) Sebuah kemustahilan sebagai kemungkinan yang jauh
8) Kemungkinan jauh sebagai kemungkinan dekat
9) Penindasan ('terhadap saya') sebagai netral ('tidak peduli tentang saya')
10) Perbuatan buruk karena kurangnya pemahaman.

b. POSITIVE REINFORCEMENT
Adapun tujuan dari teknik renforcement dengan teknik kontrak prilaku ini antara
lain adalah:
1) Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya
2) Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan
3) Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan
terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan

4. Teknik Konseling yang Relevan


a. REFRAMING
Meaning reframing, yaitu mengubah cara pandang secara maknawi dengan cara
mencari arti/ makna lain (meganton & tarmizi, 2001:54)
b. POSITIVE REINFORCEMENT
Positive reinforcement, yaitu bisa dilakukan dengan teknik Kontrak prilaku.

5. Deskripsikan Langkah-langkah Pelaksanaan


a. REFRAMING
Tahapan/ langkah-langkah strategi reframing adalah meliputi:
1) rasional yang memperkenalkan strategi reframing kepada konseli dan
menjelaskan maksud dari penggunaannya,
2) Identifikasi masalah, prilaku, respon yang akan dimulai.
3) Membangun komunikasi pada bagian yang bertanggung jawab untuk prilaku
masa atau respon.
4) Menanyakan kepada diri, apakah bisa diterima atau tidak jika dilakukan
pengubahan prspekstif terhadap suatu hal yang menyebabkan masalah, prilaku
respon tersebut.
5) Meminta orang lain untuk memberikan berbagai macam alternatif perspektif.
6) Menanyakan kepada diri sendiri apakah diri setuju atau sepakat jika menerapkan
alternatif perspektif lain terhadap suatu hal.
7) Memeriksa kembali apakah ada bagian diri yang keberatan dengan menerapkan
alternatif perspektif lain.
8) Ciptakan komitmen dan mencoba proses.

b. POSITIVE REINFORCEMENT
Langkah-langkah lewat teknik kontrak prilaku yaitu:
1) Pilih tingkah laku yang akan di ubah lewat analisis ABC
2) Tentukan data awal yang akan di ubah atau tingkah laku yang akan diubah
3) Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan
4) Berikan reisforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan
sesuai jadwal kontrak
5) Berikan penguatan setiap tingkah laku yang ditampilkan menetap.

Langkah-langkah lebih rinci:


1) Pilih prilaku yang dikehendaki.
2) Menjelaskan prilaku tersebut.
3) Identivikasi ganjaran yang akan mendorong klien untuk melakukan prilaku
yang dikehendaki dengan menyediakan menu penguatan reward diberikan
dengan sengaja, memiliki daya prediktif hasil/ganjaran harus berfrekuensi.
4) Tetapkan orang yang dapat memberikan reward/membantu konselor menjaga
berjalannya prilaku yang akan dikehendaki
5) Tulis kontrak secara sistematis dan jelas sehingga pihak yang terlibat dapat
memahami isi serta tujuannya.
6) Pengumpulan data.
7) Adanya cara jika data yang dikumpulkan/ prilaku yang dikehendaki tidak
muncul.
8) Tulis kembali kontrak ketika tujuan tidak tercapai.
9) Pilihlah prilaku laian yang mungkin dapat dilakukan klien mencapai tujuan.

A. Pengertian
Menurut Kaufimam dan Hallahan (1986), mengatakan bahwa tunagrahita
“keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual dibawa rata-rata secara
jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada
masa perkembangan. Anak tunagrahita anak yang diidentifikasi memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal)sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, terutama di
dalamnya kebutuhan program pendidikan dan bimbingannya.
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Somantri,2006:103). Istilah
lain untuk siswa (anak) tunagrahita dengan sebutan anak dengan hendaya
perkembangan. Diambil dari kata Children with developmental impairment. Kata
impairment diartikan sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya
kemampauan dalam segi kekuatan,nilai,kualitas, dan kuantitas (American Heritage
Dictionary,1982: 644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113).
Sedangkan pengertian tunalaras menurut Depertemen Pendidikan Kebudayaan
(1977: 13) yaitu “ Anak yang berumur antara 6-17 tahun dengan karakteristik bahwa
anak tersebut mengalami gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah
laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
keluarga,sekolah dan masyarakat”.
Kauffman (1977)Mengemukakan batasan anak yang mengalami gangguan
perilaku sebagai anak yang secara nyata dan menahan merespon lingkungan tanpa ada
kepuasaan pribadi namun masih dapat diajakkan perilaku-perilaku yang dapat
diterima oleh masyarakat dan dapat memuaskan pribadinya.
Anak tunalaras juga dapat diartikan sebagai anak-anak yang mengalami
gangguan perilaku,yang ditunjukkan dalam aktifitas kehidupan sehari-hari,baik di
sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah anak berkebutuhan khusus
yang memiliki keterbatasan dalam aspek fisik ,aspek intelektual dan aspek
keterbatasan dalam hal penyesuaian diri yang menghambat proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti yang semestinya pada anak lainnya atau anak yang normal.
Sedangkan tunalaras adalah anak berkebutuhan khusus yang tidak mengalami
keterbatasan pada aspek fisik namun mengalami keterbatasan dalam hal perilaku yang
sejumlah gangguan perilaku yang menyebabkan kurangnya kemampuan dalam
menyesuaikan diri baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

B. Klasifikasi Kelompok Khusus Anak Berkelainan Mental Emosional (Tunagrahita


Dan Tunalaras)
1. Klasifikasi anak tunagrahita
Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokan tunagrahita berdasarkan berbagai
tinjauannnya :
1) Berdasarkan kapasitas intelektual (sekor IQ)
1. Tunagrahita ringan IQ 50-70
2. Tugrahita sedang IQ 35-50
3. Tugarahita berat IQ 20-35
4. Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20
2) Berdasarkan kemampuan akademik
1. Tunagrahita mampu didik
2. Tunagrahita mampu latih
3. Tunagrahita perlu rawat
3) Berdasarkan tipe klini pada fisik
1. Down’s syndrome (mongolism )
2. Macro cephalic (hidro cephalic)
3. Micro cephalic

2. Klasifikasi anak tunalaras


Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang
mengalami kelainan perilaku social ini adalah :
1) Berdasarkan perilakunya :
1. Beresiko tinggi: hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang,
merusak diri sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak
mau bekerja sama dll.
2. Beresiko rendah :kuatir,cemas,ketakutan,merasa tetekan,tidak mau
bergaul dll.
3. Kurang dewasa :suka berfantasi,berangan-angan,mudah di pengaruhi,
kaku, suka mengantuk,mudah bosan dan sebagainya.
4. Agresif : memiliki gang jahat, suka mencuri dengan
kelompoknya,loyal terhadap teman jahatnya,sering bolos
sekolah,sering pulang larut malam,dan terbiasa minggat dari rumah.
2) Berdasarkan kepribadiannya :
1. Kekacauan perilaku
2. Menarik diri (withdrawll)
3. Ketidak matangan (immaturity)
4. Agresi sosial
C. Ciri-ciri Umum Kelompok (Tunagrahita dan Tunalaras)
Karakteristik Penderita Tunagrahita

1. Intelektual
Dalam pencapaian tingkat kecredasan bagi tunagrahita selalu dibawah rata-rata
dengan anak yang seusia, demikian juga perkembangan kecerdasan sangat
terbatas. Mereka hanya mampu mencapai tingkat usia mental setingkat mental
usia anak sekolah dasar.
2. Segi sosial
Dalam kemampuan bidang sosial juga mengalami kelambatan dibandingkan
dengan anak normal sebaya.hal ini di tunjukkan dengan pergaulan mereka tidak
dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri. Waktu kanak-kanak mereka
harus dibantu treus menerus, disuapi makanan, dipasangkan dan ditanggalkan
pakaiannya, diawasi terus menerus, setelah dewasa kepentingan ekonomi sangat
tergantung pada orang lain.
3. Ciri pada fungsi mental lainnya
Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, jangkauan
perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang tangguh dalam
menghadapi tugas.pelupa dan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali
suatu ingatan, kurang mampu mebuat asosiasi serta sukar membuat kreasi baru.
4. Ciri dorongan dan emosi
Perkembangan dorongan emosi anak tunagarhita berbeda-beda sesuai dengan
tingkat ketunagrahitaannya masing-masing.Anak yang berat dan sangat bera
ketunagrahitaannya hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk
mempertahankan diri, dalam keadaan haus dan lapar tidak menunjukkan tanda-
tandanya. Mendapat perangsang yang menyakitkan tidak mampu menjauh dari
perangsang tersebut. Kehidupan emosinya lemah, dorongan biologisnya dapat
berkembang tapi penghayatannya terbatas padaperasaan senang, takut, marah, dan
benci. Anak yang tidak terlalu berat ketunagrahiataannya mempunyai kehidupan
emosi yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang
kuat,kurang beragam, kurang mampu menghayati perasaan bangga, tanggung
jawab, dan hak sosial.
5. Ciri kemampuan dalam bahasa
Kemampuan bahaa sangt terbatas perbendaharaan kata erutama kata yang abstrak.
Pada anak yang ketunagrahitaannya semakin berat banyak yang mengalami
gangguan bicara disebabkan cacat artikulasi dan problem dalam pembentukan
bunyi.
6. Ciri dalam bidang akademis
Mereka sulit membaca dan kemampuan menghitung yang problematis, tetapi
dapat dilatih dalam menghitung yang bersifat perhitungan.
7. Ciri kepribadian
Kepribadian anak tunagrahita dari berbagai penelitian oleh Leahi, Balla, dan
Zigler (Hallanhan dan Kauffman, 1988:69) bahwa anak yang merasa retarded
tidak percaya kemampuannya, tidak mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya
sehingga lebih banyak bergantung pada pihak luar. Mereka tidak mampu untuk
mengarahkan diri sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinya bergantung
pengarahan dari la uar.
8. Ciri kemampuan dalam organisme
Kemampuan anak untuk mengorganisasi keadaan dirinya sangat jelek, terutama
pada anak tunagrahita yang kategori berat. Hal ini ditunjukan dengan baru dapat
berjalan dan bicara pada usia dewasa namun gerak langkahnya tidak serasi,
penglihatan dan pendengarannya tidak dapat difungsikan, kurang renta terhada
perasaan sakit, bau yang tidak enak, serta makanan yang idak enak.

Sedangkan karakteristik yang spesifik berdasarkan berat ringannya kelainan dapat


dikemukan sbb:
1. Mampu didik
Mampudidik merupakan istilah pendidikan yang digunakan mengelompokkan
tunagrahita ringan. Mampudidik memiliki kapasitas intelegensi antar 50-70
pada skala binet maupun weschler. Mereka masih mempunyai kemampuan
untuk dididik dlalam bidang akademikyang sederhana (dasar) yaitu membaca,
menulis, dan berhitung. Anak mampudidik kemampuan maksimalnya setara
dengan anak uisa 12 tahun atau kelas 6 sekolah dasar, apabila mendapatkan
layanan dan bimbingan belajar yang sesuai maka anak mampudidik akan lulus
sekolah dasar.
2. Mampu latih
Tunagrahita mampu latih secara fisik sering memiliki atau disertai dengan
kelainan fisik baik sensori maupun motori, bahkan hampir semua anak yang
memiliki tipe kelainan dengan tipe klinik masuk pada kelompok mampulatih
sehingga sangat mudah untuk mendeteksi anak mampulatih, karena
penampilan fisiknya (kesan lahiriah) berbeda dengan anak normal sebaya,
anak mampulatih mempunyai kapasitas intelegensi (IQ) berkisar antara 30-50,
kemampuan tertingginya setara dengan anak normal usia 8 tahun atau kelas 2
SD.
3. Perlu rawat
Anak perlurawat adalah klasifikasi tunagrahita yang paling berat, jika pada
istilah kedokteran disebut anak idiot. Anak perlurawat memiliki kapasitas
intelegensi di bawah 25 dan sudah tidak mampu dilatih keterampilannya.
Anak ini hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning) dalam kehidupan
sehari-hari. Seumur hidupnya tidak dapat terlepas dari orang lain.

Karakteristik Penderita Tunalaras

Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku yang


ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam
kehidupan sosialnya. Pada hakekatnya anak-anak tunalaras memiliki kemampuan
intelektual yang normal, atau tidak di bawah rata-rata. Kelainan lebih banyak terjadi
pada perilaku sosialnya.

1. Karakteristik umum
 Mengalami gangguan perilaku; suka berkelahi, memukul, menyerang,
merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak mau
bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong,
tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek dan
sebagainya.
 Mengalami kecemasan; kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau
bergaul, menarik diri, kurang PD, bimbang, sering menangis, dan malu
 Kurang dewasa; suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku,
pasif, suka mengantuk, mudah bosan dan sebagainya.
 Agresif; memiliki geng jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal
terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan
terbiasa minggat dari rumah.
2. Sosial/emosi
 Sering melanggar norma masyarakat
 Sering mengganggu dan bersifat agresif
 Secara emosional sering merasa rendah diri dan mengalami kecemasan.
3. Karakteristik akademik
 Hasil belajarnya selalu di bawah rata-rata
 Seringkali tidak naik kelas
 Sering membolos sekolah
 Seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalulintas

D. Ciri-Ciri Kelompok (Tunagrahita dan Tunalaras) Menurut Klasifikasi


1. Klasifikasi anak tunagrahita
Adabeberapa klasifikasi atau pengelompokan tunagrahita berdasarkan berbagai
tinjauannnya :
1) Berdasarkan kapasitas intelektual (sekor IQ)
 Tunagrahita ringan ;tingkat kecerdasan (IQ)mereka berkisar 50-70
 Tunagrahita sedang ; tingkat kecerdasan (IQ)mereka berkisar 35-50
 Tunagrahita berat ; tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 20-
35
 Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20
2) Berdasarkan kemampuan akademik
 Tunagrahita mampudidik, Anak ini setingkat
mild,borderline,marginally dependent,moron,dan debil.IQ mereka
berkisar50/55-70/75.
 Tunagrahita mampulatih, setingkat dengan morderate,semi
dependent,imbesil,dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-
50/55
 Tunagrahita perlurawat, mereka termasuk totallydependent or
profoundly mentally retarded,severe,idiot,dan tingkat kecerdasannya
0/5-20/25
3) Berdasarkan tipe klini pada fisik
 Down syndrom(dahulu disebut mongoloid)
Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang mongol dengan
cirri : mata sipit dan miring,lidah tebal dan terbelah-belah serta
biasanya menjulur keluar,telinga kecil,tangan kering,semakin dewasa
kulitnya semakin kasar,pipi bulat,bibir tebal dan besar,tangan bulat dan
lemah,kecil,tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak
pendek.
 Macro cephalic
Bentuk ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal
 Micro cephalic
Bentuk ukuran kepala yang kecil

E. Keunggulan dan Kelemahan Kelompok (Tunagrahita dan Tunalaras)


Keunggulan :
Tergantung dari guru yang mengasuh anak tersebut dalam artian bahwa kalau gurunya
memang total atau kreatif pasti bisa membuat anak tunagrahita dan tunalaras mampu
merubah kekurangan mereka menjadi keunggulan tersendiri.
Contoh (tunagrahita) : Tunagrahita bisa dilatih kemampuan motoriknya dan kalau
bisa/mampu mungkin bisa diajarkan bermain jenis bola misalnya bola kaki menjadi
bakat anak itu hingga menjadi pemain bola yang professional.
Contoh (tunalaras) : Tunalaras, sebelumnya mereka ini tidak mengalami masalah
dalam hal IQ sehingga untuk lebih baiknya dianjurkan mengikuti kegiatan bela diri
yang bertujuan untuk melatih kemampuan mereka.
KELEMAHAN YANG DI ALAMI OLEH TUNAGRAHITA

1. Daya konsentrasi terbatas Kemampuan anak untuk memusatkan perhatian sangat


terbatas. Sensitif terhadap rangsangan dari luar, karenanya mudah teralihkan
perhatiannya dan tidak tahan belajar dalam waktu yang relatif lama.
2. Kurang mampu belajar dari pengalaman Artinya sulit belajar dari pengalamannya
sendiri maupun orang lain, karena itu cenderung mengulang kesalahan-kesalahan
yang telah diperbuat sebelumnya.
3. Kurang motivasi Motivasi belajarnya rendah, karena itu cenderung cepat bosan,
malas, bahkan sering meninggalkan kelas dengan berbagai alasan.
4. Kurang disiplin Anak tunalaras cenderung tidak mau bahkan menentang otoritas
sekolah melalui aturan-aturan atau tata tertib yang diberlakukan. Mereka
cenderung ingin bebas dan menuruti kemauannya sendiri.
5. Kurang memiliki motif berprestasi Anak tunalaras cenderung mau belajar karena
terpaksa, sehingga motivasi untuk dapat mencapai prestasi akademik yang tinggi
juga kurang atau bahkan sama sekali tidak dimiliki.
6. Kurang memiliki sikap kerjasama dan toleransi Anak tunalaras cenderung ingin
menang sendiri, kurang memikirkan kepentingan dan penghargaan terhadap orang
lain.
7. Sensitif terhadap hal-hal yang dianggap merugikan dirinya. Hal-hal yang dianggap
merugikan atau mengganggu kepentingan cenderung ditanggapi secara cepat
dengan cara-cara yang negatif.
8. Kurang memiliki kesabaran Artinya apabila kondisi emosinya sudah terangsang
apalagi yang sifatnya negatif, anak langsung tampak emosional dan tidak mampu
mengendalikan akal sehatnya.
9. Kurang mampu berfikir secara komperehensif dan kemampuan analisisnya
rendah.
10. Memiliki cara-cara tersendiri dalam mengolah dan memahami informasi.
11. Cepat melakukan imitasi dan identifikasi terhadap hal-hal diluar dirinya yang
dianggap menarik.
12. Sugestible, mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh lingkungan. Cenderung
mengabaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
13. Cenderung tunduk pada guru tertentu yang memiliki kelebihan sesuai dengan
interesnya.

Kelemahan tunalaras :

Anak tunagrahita mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri


dengan lingkungannya dan di tunjukkan oleh kurang cakapnya mereka dalam
memikirkan hal- hal yang bersifat akademik, abstrak. Cenderung sulit dan berbelit-
belit hampir pada segala aspek kehidupan serta mereka juga kurang mampu memiliki
dalam menyesuaikan diri.

F. Masalah-masalah yang dialami Kelompok (Tunagrahita dan Tunalaras)


Masalah-masalah yang dialami kelompok tunagrahita dan tunalaras

a) Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.


Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri.misalnya :
menggosok gigi,cara makan,memakai baju dan memasanh sepatu.
b) Masalah penyesuain diri.
Masalah ini menimbulkan kecenderungan diisolir oleh keluarga maupun
masyarakat.kcenderungan terisolasi pada mereka megakibatkan pembentukan
pribadinya tidak layak,untuk itu dalam program penanganan pad mereka perlu
menyarankan kepada keluarga supaya tidak mengisolir.
c) Masalah kesulitan belajar.
Keterbatasan kemampuan fisiologis dari anak berkebutuhan khusus
mengakibatkan kesulitan mencapai pretasi belajar bidang akademik. kondisi ini
perlu di perhatikan bahwa program penanganan di usahakan dapat memenuhi
kebutuhan anak untuk mencapai prestasi belajar.dalam pembalajaran bidang
akademik di usahakan materi dan metode serta equipment yang sesuai dengan
kondisi mereka.
d) Masalah ganguan kepribadian dan emosi.
Keterbatasan pada fisiologis anak berkebutuhan khusus menyababkan
keseimbangan pribadinya kurang stabil.kondisi yang demikian itu dapat di lihat
pada penampilan tingkah lakunya sehari-hari. Misalnya : berdiam diri berjam-jam
lamanya,mudah marah,muda tersinggung ,suka mengganggu orang lain di
sekitarnya,
e) Masalah pemanfatan waktu luang.
Anak berkebutuhan khusus dalam tingkah lakunya sering menanpilkan tingkah
laku nakal dan megganggu ketenangan lingkunganya,hal ini terjadi karena anak
berkebutuhan khusus tidak mampu berinisiatif yang di pandang layak oleh
lingkungan.mereka tidak mampu menggunakan waktu untuk inisiatif kegiatan yg
terarah jika tidak ada yang mengarahkannya.

G. Penyebab terjadinya Kelompok (Tunagrahita dan Tunalaras)


FAKTOR PENYEBAB TUNAGRAHITA

1. Heriditas
Faktor ini merupakan Kelainan yang terjadi secara genetik yaitu kelainan
kromosom . Pada kelompok faktor yang penyebab herideter masih ada kelainan
bawaan non genetik, seperti kelahiran bayi premature dan BBLR ( berat bayi lahir
rendah) .
2. Infeksi
Suatu penyebab di karenakan adanya berbagai serangan penyakit infeksi yang dpat
menyebabkan baik langsung maupun tidak langsung.
3. Keracunan
Faktor ini terjadi karena kerusakan janin di sebabkan oleh ibu mengkonsumsi
alkohol yang sangat berlebihan. Kebiasaan kaum ibu mengkonsumsi obat bebas
tanpa pengawasan dokter merupakan potensi keracunan janin. Jenis makanan
yang di konsumsi bayi yang banyak mengandung zat-zat berbahaya merupakan
salah satu penyebabnya.. adanya polusi di berbagai sarana kehidupan terutama
pencemaran udara dan air, seperti peristiwa bhopal dan chernobil sebagai
gambarannya.

4. Kekuranga gizi
Masa tumbuh kembang sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak
terutama pada tahun pertama pada dua tahun kehidupan. Kekurangan gizi dapat
terjadi karena adanya kelainan metabolisme maupun penyakit parasit pada anak
seperti cacingan.
5. Trauma .
Truma terjadi karena kejadian yg tak terduga yang meninpah langsung pada anak
seperti proses kelahiran yang sulit sehinnga memerlukan pertolongan yg
memerlukan resiko tinggi atau kejdian saat kelahiran salura pernapasan anak
tersumbat sehingga menimbulkan kekurangan oksigen pada otak.

Faktor Penyebab Tunalaras


1. Faktor Internal
a. Berkercerdasan rendah atau kurang dapat mengikuti tuntutan sekolah.
b. Adanya ganguan atau kerusakan pada otak (brain damage)
c. Memiliki ganguan kejiwaan bawaan.
2. Faktor Eksternal
a. Kemampuan sosial dan ekonomi rendah
b. Adanya pengaruh negatif dari gang-gang atau kelompok.
c. Kurangnya kasih sayang orang tua karena kehadirannya tidak diharapkan.

H. Dampak Jika Masalah Kelompok (Tunagrahita dan Tunalaras) Tidak Ditangani


Dampak jika masalah kelompok tuna grahita dan tuna laras tidak di tangani.
1. Dampak fisiologis
Dampak ini berkaitan dengan fisik termasuk sensori motor terlihat pada keadaan
fisik penyandang berkebutuhan khusus mampu mengkoordinasi geraknya,bahkan
pada kebutuhan khusus tarf berat dan sangat berat baru mampu berjalan di usia
lima tahun atau ada yang tidak mampi berjalan sama sekali.
2. Dampak psikologis
Dampak ini berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya,karena keadaan mental
yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapannya terhadap
tuntunan lingkungan.kekurangan mampuan dalam penyesuaian diri yang di
akibatkan adanya ketidak sempurnan individu ,akibat dari rendahnya “self
esteem”dan di mungkinkan adanya kesalahan dalam pengarahan diri.
3. Dampak sosiologis
Dampak ini timbul karena hubungannya dengan kelompok atau individu
disekitarnya.terutama keluarga dan saudara-saudaranya.keluarga sebagai suatu
unit social di masyarakat dengan kehadiran anak berkebutuhan ksusus merupakan
suatu kesedihan,musibah dan beban yg berat.kondisi ini misalnya : kecawa,
marah,depresi, rasa bersalah dan bingung.

I. Upaya Untuk Menangani Kelompok Tunagrahita dan Tunalaras ( Upaya Preventif


dan Upaya Kuratif )

Upaya Preventif Anak tunagrahita :


Bekerja sama dengan pihak tertentu dalam artian disini dengan pihak medis, psikolog,
psikiater dan sesame konselor lain melakukan kegiatan berbau sosialisasi kepada ibu-
ibu hamil tentang bahaya trauma, mengurangi atau menghindari mengkonsumi
alkohol atau makanan minuman tertentu yang mengandung zat tertentu yang
membayakan kandungan sehingga anak lahir dalam keadaan yang sehat
Upaya Kuratif Tunagrahita di Keluarga :
 Apabila anak bersekolah, langkah pertama yang dilakukan adalah
menghubungi
gurunya. Orang tua dapat mendiskusikan kemajuan atau kekurangan anak dari
guru dan bertanya tentang penyebabnya.
 Orang tua harus memberi perhatian terhadap anaknya dan bertanya pada
gurunya
Atau menghubungi dokter atau psikolog
 Mempelajari masalah anak dengan membaca buku atau tulisan yang
berhubungan
Dengan kelambanan mental
 Mengenali anak dan jangan mengharap terlalu tinggi akan prestasi akademik
terutama anak yang mengalami kelembanan mental.
 Mendaftarkan anak tersebut disekolah khusus.sekolah tersebut mengajarkan
Program khusus yang disesuaikan pada kemampuan anak.Ruangan kelasnya
Lebih kecil dan gurunya adalah guru yang memenuhi syarat untuk mengajar
pendidikan khusus
 Memberikan pujian dan dorongan agar anak memperbaiki kepercayaan
dirinya.
 Mendorong anak untuk melakukan sikap yang baik dan tidak melakukan sikap
Yang buruk dan dan diajarkan untuk mengikuti aturan.
 Membiarkan anak menjadi mandiri semampu anak lainnya.
 Mengerjakan kegiatan rutin yang sederhana, seperti mandi, menggosok gigi
dan kekamar kecil.
Upaya Kuratif Tunagrahita di Sekolah
1) Strategi Kooperatif
Strategi ini relevan dengan kebutuhan anak tunagrahita di mana kecepatan
belajarnya tertinggal dari anak normal. Strategi ini bertitik tolak pada
semangat kerja di mana mereka yang lebih pandai dapat membantu
temannya yang lemah (mengalami kesulitan) dalam suasana kekeluargaan
dan keakraban.Strategi kooperatif memiliki keunggulan, seperti
meningkatkan sosialisasi antara anak tunagrahita dengan anak normal,
menumbuhkan penghargaan dan sikap positif anak normal terhadap
prestasi belajar anak tunagrahita sehingga memungkinkan harga diri anak
tunagrahita meningkat, dan memberi kesempatan pada anak tunagrahita
untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
2) Strategi Modifikasi Tingkah Laku
Strategi ini digunakan apabila menghadapi anak tunagrahita sedang ke
bawah atau anak tunagrahita dengan gangguan lain. Tujuan strategi ini
adalah mengubah, menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang
tidak baik ke tingkah laku yang baik. Dalam pelaksanaannya guru harus
terampil memilih tingkah laku yang harus dihilangkan. Sementara itu perlu
pula teknik khusus dalam melaksanakan modifikasi tingkah laku tersebut,
seperti reinforcement.
Reinforcement ini merupakan hadiah untuk mendorong anak agar
berperilaku baik. Reinforcement dapat berupa pujian, hadiah atau elusan.
Pujian diberikan apabila siswa menunjukkan perilaku yang dikehendaki
oleh guru. Dan pemberian reinforcement itu makin hari makin dikurangi
agar tidak terjadi ketergantungan.
Upaya Preventif menangani Tunalaras
1) Orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anak dalam lingkungan
keluarga dengan menanamkan mental-mental positif pada anak seperti
mendidik anak untuk berdoa, mengajarkan tata karma,etika dan sikap
menghargai sesama dan patuh terhadap aturan yang diberlakukan
dalam kelurga misalnya membiasakan anak untuk disiplin dengan
waktu baik waktu makan,belajar maupun bermain.
2) Dalam lingkungan sekolah guru-guru terlebih khususnya guru BK
mengakbarkan pendidikan karakter pada anak-anak.
Upaya Kuratif menangani Tunalaras
1) Orang tua lebih memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak
tunalaras sehingga ia tidak merasa dikuilkan perbuatannya yang
menyusahkan karena jauh didalamnya hatinya mungkin itu adalah hal
yang sebenarnya ia ingin disamping banyak penolakan yang datang
pada dirinya.
2) Orang tua lebih tegas dalam mendidik karakter anak sepertinya
memberikan sanksi mendidik bukan membuat anak semakin
bertingkah. Misalnya kalau anak dia nakal kurangi jam bermainnya.

J. BK Untuk Menangani Kelompok Tunagrahita dan Tunalaras


1. Ancangan Konseling Yang Sesuai Untuk Menangani Kelompok
Ancangan yang dianggap tepat untuk membantu kelompok ini adalah Behavior
Therapy (Terapi Tingkah Laku)
2. Konsep Dasar
Konsep dasar atau dalil dari terapi ini menyatakan bahwa tingkah laku itu tertib dan
bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkap hukum-
hukum yang mengendalikan tingkah laku. Nye (1975) dalam pembahasannya tentang
behaviorisme radikalnya B.F Skinner, menyebutkan bahwa para behavioris radikal
menekakan manusia sebagai produk lingkungan dikendalikan oleh kondisi-kondisi
lingkungan, manusia adalah produk lingkungan dan semata-mata hanya dikendalikan
oleh lingkungan.

3. Tujuan Konseling
Tujuan untuk ABK (Tunagrahita dan Tunalaras)
Untuk merubah sejumlah perilaku salah suai dan patologis pada anak tunalaras dan
tunagrahita.
1. Membantu anak tunagrahita lewat sejumlah terapi praktis sederhana seperti self-
management tujuannya agar anak belajar mengatur diri misalnya dengan
mengganing baju dan rosleting sendiri,menggosok diri sendiri, dan makan sendiri
serta penguatan positif guna membuat anak belajar mandiri dan membuat anak
membangunkan rasa percaya diri serta meningkatkan harga diri anak lewat
sejumlah penguatan positif sehingga anak tidak merasa terisolir dalam keseharian
bersama siapa saja yang ada di sekitarnya.
2. Membantu anak tunalaras lewat reinforcement dan konseling individual
menumbuhkan penghargaan dan sikap positif agar mengurangi sikap salah suai
anak.

4. Teknik Konseling Yang Relevan


Teknik yang relevan untuk anak berkebutuhan khusus (Tunagrahita) adalah teknik
self management dan reinforcement (penguatan) terlebih penguatan positif seperti
yang dijelaskan pada tujuan agar membangun rasa percaya diri anak serta
meningkatkan harga diri anak lewat sejumlah penguatan positif. Berikut penjelasan
tentang arti self-management dan reinforcement
1. Teknik self-management adalah suatu prosedur dimana individu mengatur
perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau
keseluruhan komponen dasar yaitu; menentukan perilaku sasaran, memonitor
perilaku tersebut,memilih prosedur yang akan diterapkan,melaksanakan prosedur
tersebut, mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut (Sujakdi, dalam Gantina
2011:180). Manajemen diri adalah sebuah proses merubah “totalitas diri” baik itu
dari segi intelektual, emosional, spiritual, dan fisik agar apa yang kita inginkan
(sasaran) tercapai. Maksud dari terapi ini adalah untuk membantu anak
tunagrahita lebih mampu mengelolah diri mereka menjadi lebih mandiri dalam
artian disini mungkin dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti memegang
sendok sendiri untuk makan, sikat gigi sendiri, memakai baju sendiri,menggosok
gigi sendiri, memakai sepatu sendiri.
2. Positive Reinforcement, adalah suatu teknik pembentukan suatu pola tingkah laku
dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku.
Dalam hal ini memberikan sejumlah pujian atau sanjungan yang bbertujuan
mengangkat rasa percaya diri dan harga diri anak tunagrahita, semakin ia
disanjung mungkin saja akan menimbulkan reaksi positif dalam dirinya sehingga
anak merasa punya hasrat untuk belajar tinggi jika meras perlu bukan sekedar
pujian saja yang dilayangkan tapi bisa juga hadiah-hadiah seperti coklat,manisan
atau permen namun jangan sampai menimbulkan efek ketergantungan jika
perilaku yang diharapkan seperti memakai baju sendiri atau sudah dapat mengerti
pelajaran tertentu dengan baik intensitas pemberian hadiah pun dikurangi.

Teknik yang relevan untuk anak berkebutuhan khusus (Tunalaras) adalah


positive reinforcement (penguatan positif) penguatan positif seperti yang sudah
dijelaskan pada tujuan agar membangun rasa percaya diri anak serta
meningkatkan harga diri. token ekonomi atau kontrak perilaku.
1. Positive Reinforcement, adalah suatu teknik pembentukan suatu pola tingkah laku
dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku.
Dalam hal ini memberikan sejumlah pujian atau sanjungan yang bertujuan
mengangkat rasa percaya diri dan harga diri anak tunagrahita, semakin ia
disanjung mungkin saja akan menimbulkan reaksi positif dalam dirinya sehingga
anak merasa punya hasrat untuk belajar tinggi jika meras perlu bukan sekedar
pujian saja yang dilayangkan tapi bisa juga hadiah-hadiah seperti coklat,manisan
atau permen namun jangan sampai menimbulkan efek ketergantungan jika
perilaku yang diharapkan seperti memakai baju sendiri atau sudah dapat mengerti
pelajaran tertentu dengan baik intensitas pemberian hadiah pun dikurangi.
2. Metode token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila
persetujui dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak
memberikan pengaruh.Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa
diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (kepingan logam).
3. Deskripsi Langkah-langkah Pelaksanaan
(1)Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada empat hal yang perlu dipersiapkan yaitu (a)
menetapkan tingkah laku atau kegiatan yang akan didisebut sebagai tingkah
laku yang ditargetkan; (b) menentukan benda atau kegiatan apa saja yang
mungkin dapat menjadi penukar reward; (c) memberi nilai atau jumlah yang
akan didapat untuk setiap kegiatan atau tingkah laku yang ditargetkan dengan
reward. Misalnya apabila anak datang tepat waktu atau tidak pulang sebelum
waktunya (bolos) Tunalaras, atau untuk anak tunagrahita misalnya diajarkan
tentang cara mengancing baju dan bisa maka ia akan menerima reward sesuai
yang ditentukan sebelumnya katakanlah coklat sebanyak 2 keping atau pujian.
(2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan diawali dengan pembuatan kontrak antara subyek
dengan terapis atau guru pembimbing. Kegiatan yang sederhana, pada
umumnya kontraknya cukup secara lisan dan keduanya dapat saling
memahami tetapi pada kegiatan yang kompleks sering kontrak ditulis dan
ditandatangani oleh keduanya bahkan ada saksinya.Pada tahap pelaksanaan,
guru pembimbing serta orang yang ditugasi untuk mencatat peristiwa yang
timbul dalam melaksanakan kontrak tingkah laku melaksanakan tugas sesuai
dengan pos masing-masing. Bila tingkah laku yang ditargetkan muncul maka
segera subyek mendapatkan hadiah atau reward yang dijanjikan.

A. Pengertian anak berkelainan akademik


Anak berkelainan akademik dalam konteks ini adalah anak-anak yang
mengalami kelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan
kemampuan intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan, bahwa
diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang
rentangan IQ sekitar 137 keatas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly
gifted), sedangkan mereka yang rentangannyaberkisar 120-137 yaitu yang
mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut
moderately gifted. Mereka semua memiliki talen akademik (academic
talented) atau keberbakatan intelektual.

B. Klasifikasi kelompok khusus anak berkelainan akademik


Anak berkelainan akademik terdiri atas dua yaitu:
1. Anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan
yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat
memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka
mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat
(aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan
suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan
sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu
tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan
menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan
perwujudan dari bakat dan kemampuan.
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh
Sutratinah Tirtonegoro (1984:29) yaitu: Superior, Gifted dan Genius.
Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegnsi
yang berbeda.
a. Genius
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat
menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya.Intelligence Quotien-
nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200.Anak genius memiliki sifat-
sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai
banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan
sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat
negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri
(egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional),
tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan
penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
b. Gifted
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang
tingkatkecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping
memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat
seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted
diantaranya memiliki karakteristik; mempunyai perhatian terhadap
sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang
akan koleksi.
c. Superior
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai
dengan 125sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi.Anak superior
memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat
membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan
mudah dan dapat perhatian dari teman-temannya.Secara umum hampir
semua pendapat itu sama, bahwa anak berbakat memiliki kemampuan
yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya.
Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat memiliki
karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka
cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan
menggunakannya secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat
dalam menguasai bahan pelajaran, tajam kemampuan analisisnya,
membaca banyak bahan bacaan (gemar membaca), peka terhadap
situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan memiliki rasa ingin yang
sangat besar”.
2. Anak berkesulitan belajar
Berkesulitan belajar adalah salah satu jenis anak berkebutuhan khusus
yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional.
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang
dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.
Ganguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi
sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi
bersamaan dengan adanya kondisi lain yang menggangu (misalnya:
gangguan sensorik, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional) atau
pengaruh lingkungan (misalnya: pembelajaran yang tidak tepat, faktor-
faktor psikogenik). Ada klasifikasi yang berdasarkan dari jenis gangguan
atau kesulitan yang dialami anak:

a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan


(developmental learning disabilities)
1) Dispraksia merupakan gangguan pada keterampilan motorik.
2) Dysphasia merupakan kesulitan berbahasa dimana anak sering
melakukan kesalahan dalam berkomunikasi baik menggunakan
bahasa tulis maupun lisan.
3) Body awarness, anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh
sering salah prediksi pada aktivitas gerak mobilitas seperti
sering menabrak bila berjalan.
b. Kesulitan belajar akademik
1) Disgraphia merupakan kesulitan dalam menulis.
2) Diskalkulia merupakan kesulitan dalam menghitung
matematika.
3) Disleksia merupakan kesulitan membaca baik membaca
permulaan maupun pemahaman.
Disleksia diklasifikasikan menjadi:
a) Disleksia Diseidetis atau visual: anak kesulitan membaca atau
menulis huruf yang bentuknya mirip sehingga sering terbalik.
Misalnya: huruf”m” dan huruf “w”.
b) Disleksia Verbal atau linguistik: kesulitan anak untuk mengeja
dan menemukan kata dalam kalimat.
c) Disleksia Auditoris: kesulitan anak dalam membaca yang
terganggu dan lambat.
C. Ciri-ciri umum kelompok khusus anak berkelainan akademik
Adapun karakteristik Anak Berkelainan Akademik di antaranya:
a. memiliki rentangan perhatian yang lama dikaitkan dengan bidang akademik
tertentu,
b. memiliki pemahaman konsep, metode, dan terminologi pada tingkat lanjut
untuk bidang tertentu,
c. mampu menerapkan konsep-konsep dari bidang-bidang tertentu ke
kegiatan-kegiatan dalam bidang lainnya,
d. adanya keinginan untuk mencurahkan sebagian besar waktu dan usahanya
untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik tertentu,
e. adanya kemampuan kompetitif dalam bidang akademik tertentu dan
motivasi untuk berbuat yang terbaik,
f. kemampuan belajar cepat dalam bidang studi tertentu

D. Ciri-ciri kelompok khusus anak berkelainan akademik menurut klasifikasi


1. Anak berbakat:
Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak yang berbakat
sebagaimana diungkapkan Kitato dan Kirby, dalam Mulyono (1994), dalam
ini adalah sebagai berikut :
1) Karakteristik Intelektual
a. Proses belajarnya sangat cepat
b. Tekun dan rasa ingin tahu yang besar
c. Rajin membaca
d. Memiliki perhatian yang lama dalam suatu bidang khusus
e. Memiliki pemahaman yang sangat maju terhadap suatu
konsep
f. Meliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang
akademik
2) Karakteristik Sosial-emosional
a. Mudah diterima teman-teman sebaya dan orang dewasa
b. Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, dan
memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
c. Kecendrungan sebagai pemisah dalam suatu pertengkaran
d. Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua
orang, dan jujur
e. Prilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa
f. Bebas dari tekanan emosi, dan mampu mengontrol emosinya
sesuai situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi orang
lain
g. Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi
masalah sosial.
3) Karakteristik Fisik-kesehatan
a. Berpenampilan rapi dan menarik
b. Kesehatannya berada lebih baik di atas rata-rata

2. Anak berkesulitan belajar


Karakteristik anak berkesulitan belajar spesifik antara lain:
1. Pada masa kanak-kanak:
a. Kesulitan mengekspresikan diri.
b. Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu
c. Tidak perhatian, mudah terganggu
d. Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan
memahami instruksi lisan.
e. Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan.
2. Pada usia remaja dan dewasa:
a. Kesulitan dalam memproses informasi auditori
b. Kehilangan barang-barang miliknya, keterampilan mengatur lemah
c. Lambat dalam membaca, pemahaman rendah
d. Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat
e. Kesulitan mengatur ide untuk menulis
Anak-anak yang termasuk kedalam kesulitan belajar spesifik meliputi:
1. Anak yang mengalami disgrafia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tulisan terlalu jelek atau tidak terbaca.
b. Sering terlambat dibanding yang lain dalam menyalin tulisan.
c. Tulisan banyak salah, banyak huruf terbalik dan hilang.
d. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
e. Menulis huruf tidak sesuai dengan kaidah bahasa.

2. Ciri-ciri anak yang mengalami diskalkulia yaitu:


a. Sering sulit membedakan tanda-tanda dalam hitungan,
b. Sering sulit mengoperasikan hitungan/bilangan meskpun sederhana,
c. Sering salah membilang dengan urut,
d. Sulit membedakan angka yang mirip, misalnya angka 6 dan 9, 17
dengan 71,
e. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

3. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia), ciri-cirinya


seperti:
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah
c. Serta ketika membaca sering banyak kesalahan.

E. Keunggulan dan kelemahan kelompok khusus anak berkelainan akademik


a. Anak berbakat
1. Keunggulan Anak Berbakat :
a) Cepat memperoleh dan menangkap informasi
b) Senang pada kegiatan intelektual, konsep dan mampu mensintesakan
konsep abstrak
c) Mencoba untuk berorganisasi
d) Krisis terhadap diri sendiri dan krisis juga terhadap evaluasi
2. Kelemahan Anak Berbakat :
a) Tampak bosan dan tidak sabar terhadap kelambanan
b) Mempertanyakan prosedur guru mengajar dan menunjukan detail
c) Kadang-kadang tampak kasar dan berkuasa
d) Tidak toleran terhadap orang lain dan cepat mengalami depresi

b. Anak berkesulitan belajar


1. Kelemahan anak berkesulitan belajar
a) Kesulitan mengekspresikan diri.
b) Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu
c) Tidak perhatian, mudah terganggu
d) Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan
memahami instruksi lisan.
e) Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan.
f) Kesulitan dalam memproses informasi auditori
g) Kehilangan barang-barang miliknya, keterampilan mengatur lemah
h) Lambat dalam membaca, pemahaman rendah
i) Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat
j) Kesulitan mengatur ide untuk menulis

F. Masalah-masalah yang dialami kelompok khusus anak berkelainan akademik


1. Masalah – masalah anak berbakat:
a. Masalah bagi individu:
a) Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan
perkembangan dan kekuatan fisik.
b) Perkembangan kognitif anak bebakat yang lebih cepat dari teman
sebaya. Akan menimbulkan kebosanan terhadap pengajaran
regular, kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia, sulit
berkonfornitas dalam kelompok, frustasi karena harus menunggu
kelompok.
c) Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun
informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan
kesadaran.
d) Kematangan social dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh
lebih awal pada anak berbakat.

b. Masalah bagi keluaraga:


Kecendrungan perilaku aneh yang muncul karena keberbakatan
akan membawa dampak terhadap iklim dan perilaku keluarga, orang
tua yang tidak memahami dan menyadari akan potensi yang dimiliki
anaknya bisa jadi tidak peduli dan tidak merespon perilaku anak tadi.
Malah mungkin orang tua berupaya mengendalikan agar anaknya
patuh dan mengikuti pola interaksi sebagaimana anak pada umumnya.
Kecendrungan orang tua untuk menghardik anaknya ketika anak itu
melibatkan diri dalam urusan orang tua, dan memaksakannya untuk
bermain dengan teman seusianya merupakan perlakuan yang lazim
terjadi di kalangan orang tua.
c. Masalah bagi masyarakat:
Masalah keberbakatan bagi kehidupan masyarakat terletak
dalam isu bagaimana perlakuan terhadap anak berbakat diberikan
terutama layanan pendidkan yang mungkin diperolehnya. Apakah
anak berbakat ini perlu diberi pendidikan khusus yang terpisah dari
anak biasa, yang mungkin akan menimbulkan sikap elit dan eksklusif,
atau diintegrasikan kedalam system persekolahan biasa, yang
mungkin akan menimbulkan masalah-masalah perkembangan bagi
anak itu sendiri, merupakan isu sosial maupun politis.
d. Masalah bagi penyelenggara pendidikan.
Pemahaman anak berbakat harus bertolak dari pandangan
bahwa dia adalah seorang pribadi yang utuh dan selalu berada di
dalam interaksinya dengan lingkungan.Perbedaan program
pendidikan bagi anak berbakat bukan sekedar berbeda, tetapi secara
kualitatif memang menghendaki perbedaan walaupun tidak berarti
harus terpisah dari anak-anak biasa. Perbedaan secara kualitatif ini
mutlak perlu karena anak berbakat memilki karakteristik, kebutuhan,
dan permasalahan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya.
Sekalipun pengembangan program pendidikan untuk anak berbakat
akan menyangkut berbagai pertimbangan aspek (meliputi aspek
filosofis, tujuan pendidikan, isi kurikulum, dan proses belajar
mengajar), namun keunikan karakteristik dan kebutuhan peserta didik
harus menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan program
pendidikan bagi anak berbakat.
2. Masalah-masalah anak berkesulitan belajar:
a. Masalah bagi individu:
Masalah penyesuaian diri maupun akademik anak, hubungan sosial,
dan stabilitas emosi.
b. Masalah bagi keluarga:
Kondisi anak seperti ini dapat menimbulkan kekuatiran orang tua,
apalagi jika orang tua tidak memahami masalah yang di alami
anaknya.
c. Masalah bagi penyelenggara pendidikan:
Anak berkesulitan belajar ditempatkan pada kelas khusus.
G. Penyebab terjadinya kelompok khusus anak berkelainan akademik
a. Penyebab terjadinya anak berbakat
1. Factor genetic dan biologis lainnya.
Pendapat bahwa intelegensi dan kemampuan yang berkualitas adalah
diturunkan kurang dapat di terima di masyarakat yang memandang
bahwa semua masyarakat itu sama. Penelitian dalam genetika prilaku
menyatakan bahwa setiap jenis dalam perkembangan prilaku di
pengaruhi secara siknifikan melaui gen atau keturunan. Namun
demikian factor biologis juga tidak dapat diingkari, factor biologis yang
belum bersifat genetik yang berpengaruh pada intelegensi adalah factor
gisi dan neurologi. Kekurangan nutrisi dan gangguan neurologic pada
masa kecil dapat menyebabkan keterbelakangan mental.
2. Faktor lingkungan
Stimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan dan imbalan akan berpengaruh
pada proses belajar seorang anak. Penelitian tentang individu-individu
berbakat yang sukses menunjukkan masa kecil mereka di dalam
keluarga memiliki keadaan sebagai berikut:
a. Adanya minat pribadi dari orang tua terhadap bakat anak dan
memberikan dorongan orang tua sebagai panutan.
b. Ada dorongan dari orang tua untuk menjelajah.
c. Pengajaran bersifat informal dan terjadi dalam berbagai situasi,
proses belajar awal lebih bersifat eksplorasi dan bermain.
d. Orang tua mencarikan instruktur dan guru khusus bagi anak.

b. Penyebab terjadinya anak berkesulitan belajar


Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab anak mengalami kesulitan
belajar. Abdurrahman (2003) menyatakan: penyebab utama kesulitan
belajar (leaning disabities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan
adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar
(leaning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi
pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat.

H. Dampak jika masalah kelompok khusus anak berkelainan akademik tidak


ditangani
a. Anak berbakat
1. Terjadi kesenjangan di antara keduanya, dapat menimbulkan perasaan
tidak adekuat pada diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak
tidak peduli terhadap kegiatan fisik kelompok sehingga dapat
menimbulkan frustasi, kecewa, dan tidak puas terhadap kehidupan
kelompok sebaya.
2. Kesulitan penyesuaian diri pada anak berbakat.
3. Kondisi perkembangan seperti ini akan membuat individu rawan terhadap
kritik, bersikap sinis dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan
yang mungkin tidak realistik.
4. Ketidakstabilan perkembangan emosi
5. Menimbulkan masalah penyesuaian yang tidak memberi peluang untuk
menampilkan kecakapannya itu, akan menumbuhkan perasaan tidak
tertantang dn dapat mendorong individu untuk mengambil pemecahan
masalah melalui jalan pintas tamapa mempertimbangkan keterkaitan
masalah satu dengan yang lain dalam kompleksitas kehidupan.

b. Anak berkesulitan belajar


1. Menimbulkan frustrasi atau cemas yang berlebihan karena dia selalu
mengalami kegagalan dalam memenuhi tuntutan dan tugas belajar.
2. Menimbulkan frustrasi orang tua atau keluarga.
3. Anak tidak bisa bekomunikasi atau berinteraksi dengan teman sebayanya
yang normal

I. Upaya untuk menangani kelompok khusus anak berkelainan akademik (upaya


preventif dan upaya kuratif)
A. Anak berbakat
1. Upaya preventif
Ada berbagai macam layanan pendidikan bagi anak berbakat
yaitu:
a. Layanan akselerasi, yaitu layanan tambahan untuk
memepercepat penguasaan kompetensi dalam merealisasi
bakat anak
b. Layanan kelas khusus, yaitu anak yang berbakat unggul
dikelompokkan dalam satu kelas dan diberikan layanan
tersendiri sesuai dengan bakat mereka
c. Layanan kelas unggulan, sama dengan layanan kelas khusus
hanya berbeda dalam model pengayaannya
d. Layanan bimbingan sosial dan kepribadian
2. Upaya kuratif
Sangat dibutuhkan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keluarga dan sekolah dapt bersama-sama
mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat,
misalnya dengan memandu dan memupuk minat anak. Perlu
diadakan pertemuan berkala antara guru-guru yang
membimbing anak berbakat dengan orangtua anak berbakat
untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas masalah-
masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan
anak.Program-program kegiatan yang diselenggarakan oleh
masyarakat bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bakat
anak, misalnya: belajar musik, menari, drama, ilmu, dan
sebagainya.

B. Anak berkesulitan belajar


1. Upaya preventif
Pendekatan layanan pendiikan bagi anak berkesulitan belajar
menurut Jerome Rosner, 1993 dalam sunarya kartadinata,dkk
(1998/1999) ada tiga macm yaitu:
a. Layanan remidiasi, layanan ini terfokus pada upaya
menyembuhkan, mengurangi, dan bahkan kalau mungkin
mengatasi kesulitan yang dialami anak. Dalam layanan ini
anak dibantu dalam keterampilan perseptual dan kecakapan
dasar berbahasa, sehingga ia mampu memperoleh kemajuan
belajar yang normal. Dalam layanan ini sering digunakan
beberapa teknik dalam modifikasi perilaku diantaranya
dengan pemberian penguatan.
b. Layanan kompensasi, layanan ini diberikan dengan cara
menciptakan lingkungan belajar khusus diluar lingkungan
belajar yang normal, sehingga memungkinkan anak
memperoleh kemajauan dalam pembentukan perseptual dan
bahasa.
c. Layanan prevensi, layanan ini adalah layanan yang diberikan
sebelum anak mengalami ketunacakapan belajar di sekolah.
Layanan ini diawali dengan melakukan identifikasi terhadap
aspek-aspek yang dimungkinkan menimbulkan atau
menyebabkan ketunacakapan belajar, langkah yang
dilakukan dalam layanan ini diawali dengan memberikan tes
kemampuan dasar anak dalam membaca, menulis,
berhitung dan melakukan koordinasi gerak, langkah
selanjutnya dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan
terhadap aspek-asek pribadi anak diantaranya pemeriksaan
kesehatan, perkembangan, penglihatan dan pendengaran,
keterampilan dan perseptual.
d. Tempat duduk siswa. Anak yang mengalami kesulitan
pendengaran dan penglihatan hendaknya mengambil posisi
tempat duduk bagian depan. Mereka akan dapat melihat
tulisan di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam
mendengar semua informasi belajar yang diucapkan oleh
guru.
e. Gangguan kesehatan. Anak yang mengalami gangguan
kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan tetap
memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua
dan keluarga lainnya.
f. Bantuan media dan alat peraga. Penggunaan alat peraga
pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu siswa
yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Boleh
jadi kesulitan belajar itu timbul karena materi pelajaran
bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.
g. Menyediakan Fasilitas pendidikan untuk anak berkesulitan
belajar spesifik:
1) Anak yang kesulitan membaca
Dengan menggunakan buku yang didminasi oleh
gambar maka anak tersebut akan tertarik untuk sedikit
demi sedikit berlatih membaca.
2) Anak yang kesulitan menulis
Dengan alat bantu buku bergaris-garis maka anak
tersebut akan bisa terbantu untuk bagaimana cara
menulis yang indah dan benar.
3) Anak yang kesulitan berhitung
Dengan alat bantu berhitung misalnya saja sempoa dan
menggunakan jari untuk berhitung maka anak tersebut
merasa akan terbantu dengan alat tersebut.

2. Upaya kuratif
1. Pengajaran Remedial (Remedial Teaching)
a. Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang
bersifat kuratif.
1) Sasaran pokok dari tindakan ini agar :
a) Siswa yang prestasinya jauh sekali dibawah batas
kriteria keberhasilan minimal, diusahakan pada suatu
saat dapat memadai kriteria keberhasilan minimal.
b) Siswa yang sedikitmasih kurang atau bahkan telah
tinggi dapat lebih disempurnakan.
b. Teknik pendekatan pengajaran remedial kuratif :
1) Pengulangan (repetion)
Pengulangan ini dapat terjadi dari beberapa tingkat :
a) setiap akhir jam pertemuan
b) Pada setiap akhir pelajaran
c) Pada akhir satuan program studi (triwulan/semester)
c. Pelaksaan pelayanan remedial :
a) Secara perorangan
b) Secara kelompok
d. Waktu dan cara pelaksanaannya :
a) Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa
b) Diadakan di luar jam pertemuan biasa
c) Diadakan kelas remedial
d) Diadakan pengulangan secara total
e. Pengayaan dan pengukuhan (enrichment and reinforcement)
Materi program pengayaan adalah ekivalen, suplemener, tugas
rumah dan tugas di kelas.
f. Percepatan (acceleration)
2. Bimbinganbelajarkelompok
3. Bimbinganbelajar individual
4. Pemberianbimbinganpribadi

J. BK untuk menangani kelompok khusus anak berkelainan akademik


1. Ancangan konseling yang sesuai untuk menangani kelompok anak
berkelainan akademik
Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setipa tingkah laku dapat
dipelajari melalui kematangan dan belajar. Tingkah laku lama dapat diganti
dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang mampu melakukan refleksi
atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya
dan dapat belajar tingkahlaku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang
lain.
2. Konsep dasar
Pendekatan behavioral didasarkan pandangan ilmiah tentang tingkah laku
manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavior juga dikenal sebagai modifikasi perilaku yang dapat
diartikan sebagai tindakan untuk mengubah tingkah laku. Terapi ini
berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik. Dalam konseling, konseli
belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif,
memperkuat serta mampertahankan perilaku yang diinginkan dan
membentuk pola tingkah laku dengan memberikan imbalan atau
reinforcement muncul setelah tingkah laku dilakukan. Ciri unik dari terapi
ini adalah lebih berkonsentrasi pada proses tingkah laku yang teramati dan
spesifik, fokus pada tingkah laku kini dan sekarang.
3. Tujuan konseling
a. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
b. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.
c. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.
d. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang
merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang
baru yang lebih sehat dan sesuai.
e. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku maladaptif
dan memperkuat perilaku yang diinginkan.
f. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran
dilakukan bersama antara konselin dan konselor.
4. Teknik Konseling yang Relevan
a. Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan
dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang
menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap
b. Teknik Relaksasi
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi
ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya
dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-
ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
c. Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi
kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara
menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan
kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang
kecamasannya terhadap situasi tersebut
d. Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan
perilaku yang dikehendaki dengan cara memberikan penguatan
terhadap perilaku tersebut
e. Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan
menggunakan model.
f. Cognitive restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap
konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis
g. Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang
ditekan terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif
h. Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan
mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar
diri
i. Behavioral Rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar
konseli belajar ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku
yang layak
j. Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli
sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling.
Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan
kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk
dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
k. Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas
yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling
seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau
membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang
dihadapinya.
l. Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai
tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli
memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat
tujuan yang diharapkan
m. Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada
tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
n. Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu
tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia untuk melakukannya.
o. Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning
yang digunakan konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak
diinginkan.
p. Time-out
Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk
mendapatkan penguatan positif.
q. Terapi Aversi
Terapi aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan
gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan
pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang
menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat
kemunculannya.
5. Deskripsikan Langkah-langkah Pelaksanaan (Pilih salah satu dari teknik
pada poin 4)

a. Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan
dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang
menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap.

b. Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Desensitisasi sistematis dimulai dengan suatu analisis tingkah laku
atas stimulus-stimulus yang dapat membangkitkan kecemasan.
Disediakan waktu untuk menyusun suatu tindakan kecemasan
konseli dalam area tertentu.
2. Konselor dan konseli mendaftar hasil-hasil apa saja yang
menyebabkan konseli diserang perasaan cemas dan kemudian
menyusun secara hirarkis.
3. Melatih konseli untuk mencapai keadaan rileks atau santai.
4. Konselor melatih konseli untuk membentuk respon-respon yang
dapat menghambat perasaan cemas
5. Pelaksanaan teknik Desensitisasi sistematis melibatkan keadaan
dimana konseli sepenuhnya santai dengan mata tertutup.

BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK KHUSUS ANAK REHABILITASI


(NARKOBA)
A. Pengertian
1. Konseling
Konseling secara etimologi berasal dari kata “to counsel” yang berarti memberi
nasihat atau anjuran kepada orang lain secara individual yang dilakukan dengan
face to face.
Sedangkan secara etimologis, konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang bermasalah (klien) yang bertujuan untuk merubah prilaku klien
serta terbebas dari masalah yang dihadapinya.
2. Rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA/NARKOBA
Rehabilitasi berarti memulihkan, mengembalikan pada keadaan sebelumnya.
Rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba merupakan upaya kesehatan yang
dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non-medis psikologis,
sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma
ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA itu sendiri terbagi dalam dua
proses yatu rehabilitasi secara medis dan rehabilitasi sosial.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling
kelompok khusus rehabilitasi yaitu suatu upaya atau proses untuk membantu
pemulihan total total aspek psikologis dan sosial bagi para korban
penyalahgunaan NAPZA agar tidak mengalami ketergantungan lagi yang pada
akhirnya dapat hidup produktif dengan pola hidup sehat dimasyarakat setelah
menjalani rehabilitasi.
B. Klasifikasi kelompok anak rehabilitas NAPZA
a. Pecandu putaw- sering menyendiri di tempat gelap sambil dengar musik, malas
mandi karena kondisi badan selalu kedinginan, badan kurus, layu selalu apatis
terhadap lawan jenis.
b. Pecandu daun ganja- cenderung lusuh, mata merah, kelopak mata selalu
mengetup terus, doyan makan karena perut merasa lapar terus dan suka tertawa
jika terlibat pembicaraan lucu.
c. Pecandu sabu-sabu- gampang gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang
mau menatap mata jika diajak bicara, mata sering jelalatan, karakternya dominan
curiga, apalagi pada orang yang baru dikenal, badan berkeringat, meski berada
didalam ruangan ber-Ac, suka marah dan sensitive.
d. Pecandu Inex atau ekstasi, suka keluar rumah, selalu riang jika mendengar
music house, wajah terlihat lelah, bibir suka pecah-pecah dan badan suka
berkeringat, sering minder setelah pengaruh inex hilang.
C. Ciri-ciri umum kelompok anak rehabilitasi NAPZA
a. Ciri-ciri fisik yang sering timbul yaitu antara lain:
a) Pusing / sakit kepala
b) Berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan, lemah
c) Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-
hitaman.
d) Bicara cadel
e) Mual
f) Badan panas dingin
g) Sakit pada tulang- tulang dan persendian
h) Sakit hampir pada seluruh bagian badan
i) Mengeluarkan keringat berlebihan.
j) Pembesaran pupil mata
k) Mata berair
l) Hidung berlendir
m) Batuk pilek berkepanjangan
n) Serangan panik
o) Ada bekas suntikan atau bekas sayatan di tangan. Pusing / sakit kepala
p) Berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan, lemah
q) Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-
hitaman.
r) Bicara cadel
s) Mual
t) Badan panas dingin
u) Sakit pada tulang- tulang dan persendian
v) Sakit hampir pada seluruh bagian badan
w) Mengeluarkan keringat berlebihan.
x) Pembesaran pupil mata
y) Mata berair
z) Hidung berlendir
aa) Batuk pilek berkepanjangan
bb) Serangan panik
cc) Ada bekas suntikan atau bekas sayatan di tangan.
b. Ciri-ciri secara psikologis
a) Halusinasi
b) Paranoid
c) Ketakutan pada bentuk-bentuk tertentu
d) histeria
D. Ciri-ciri kelompok khusus anak rehabilitasi menurut klasifikasi
a. Pecandu putaw ciri-cirinya adalah :
a) Mata sayu.
b) Kelopak mata cekung/seperti kelelahan.
c) Muka pucat dan tampak letih.
d) Berbicara kadang cadel.
e) Rendah diri, introvert dan suka menyendiri.
f) Ada bekas sayatan atau luka suntik di tubuhnya.
g) Mudah ngantuk.
b. Pecandu daun ganja, ciri-cirinya adalah:
a) Pupil mata menciut.
b) Mata berair dan merah.
c) Sering haus dan ingin minum.
d) Sering buang air kecil.
c. Pecandu shabu-shabu, ciri-cirinya adalah:
a) Merasa gembira berlebihan.
b) Mata pucat dan insomnia.
c) Tubuh senantiasa ingin bergerak
d) Tulang dan gigi keropos.
e) Jika stadium parah, terjadi kerusakan di saraf pusat dan mata.
d. Pecandu inex atau ekstasi, ciri-cirinya yaitu:
a) Merasa gembira berlebihan.
b) Mata pucat dan insomnia.
c) Tubuh senantiasa ingin bergerak.
d) Tulang dan gigi keropos.
e) Jika stadium parah, terjadi kerusakan di saraf pusat dan mata.
E. Keunggulan dan kelemahan bk kelompok khusus anak rehabilitasi
a. Keunggulan bk kelompok khusus rehabilitasi
klien bisa menentukan tujuan, membuat keputusan yang terbaik, memotifasi
klien untuk dapat beradaptasi, merubah sikap dan prilaku sehingga masalah atau
krisinya bisa terselesaikan
b. Kelemahan bk kelompok khusus rehabilitasi:
1) Faktor penempatan terhadap pengguna narkotika dan pengedar yang disama
kan pada Lembaga Pemasyarakatan , kurangnya tempat terapi yang membuat
pelaku bukan membaik namun semakin terpuruk sehingga pemidanaan tidak
membuat efek jera.
2) Sistem pemidanaan minimum dan maksimum terhadap penyalahgunaan
narkotika ( pecandu ) bila adanya kesengajaan tidak melaporkan kejahatan
narkotika di pidana penjara minimal 1 tahun membuat seseorangtaku
melaporkan sanak keluarganya bahwa berada dalam ketergantungan.
3) Pada dasarnya peraturan perundang-undangan ini blom sejalan dengan
perakteknya.
F. Masalah-masalah yang dialami kelompok anak rehabilitasi
a. Gangguan fisik dan psikis, yaitu berupa emosi yang lebih mudah marah,
gangguan daya ingat, rangsangan seksual yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan prilaku menyimpang;
b. Gangguan kesehatan seperti penyakit syaraf, alergi, dan reaksi anapektis yang
menunjukkan kepekaaan berlebihan;
c. Gangguan kesehatan jiwa, sehingga menyebabkan aktivitas dan produktivitas
hidup menurun sehingga dapat merugikan diri sendiri bahkan bangsa dan negara;
d. Gangguan fungsi sosial, seperti sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat
sekitarnya dan dirinya sendiri;
G. Penyebab terjadinya kelompok anak rehabilitasi
Faktor penyebab terjadinya kelompok anak rehabilitasi :
a. Faktor psikis, antara lain :
a) Mencari kesenangan dan kegembiraan
b) Mencari inspirasi
c) Melarikan diri dari kenyataan
d) Rasa ingin tahu, meniru, mencoba, dan sebagainya.
b. Faktor sosial kultural, antara lain :
a) Rasa setia kawan
b) Upacara-upacara kepercayaan/adat
c) Tersedia dan mudah diperoleh dan sebagainya
c. Faktor medik, antara lain :
Seseorang yang dalam perkembangan jiwanya mengalami gangguan, lebih
cenderung untuk menyalahgunakan narkotika. Misalnya : Untuk
menghilangkan rasa malu, rasa segan, rasa rendah diri dan kecemasan
(Soedjono,1985:97).
H. Dampak jika masalah tidak ditangani
1. Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam
sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi
dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata
contohnya kokain & LSD.
2. Stimulan , efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan
seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat
seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.
3. Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan
bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw.
4. Adiktif , Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan
ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang
cenderung bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan
syaraf – syaraf dalam otak, contoh : ganja , heroin , putaw.
5. Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ
dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan
overdosis dan akhirnya kematian (id.wikipedia.org/wiki/Narkoba).

I. Upaya untuk menangani kelompok anak rehabilitasi


1. Upaya preventif
Disebut juga program pencegahan. Program ini ditujukan kepada
masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba, agar mengetahui seluk
beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya.
Bentuk kegiatan:
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
b. Penyuluhan seluk beluk narkoba
c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya (peer group)
d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba
dimasyarakat.
2. Upaya kuratif
Disebut juga program pengobatan. Program kuratif ditujukan kepada pemakai
narkoba. Tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan
penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan
pemakaian narkoba.
Bentuk kegiatan adalah pengobatan penderita atau pemakai, meliputi:
a) Penghentian pemakaian narkoba
b) Pengobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan pemakaian
narkoba (detoksifikasi)
c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat narkoba
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang masuk bersama narkoba
(penyakit yang tidak langsung disebabkan oleh narkoba), seperti
HIV/AIDS, hepatitis B/C, sifilis, pneumonia, dan lain-lain.

Pengobatan terhadap pemakai narkoba tidak sederhana, tetapi sangat


kompleks dan mahal. Selain itu kesembuhannya pun merupakan tanda tanya
besar. Keberhasilan penghentian penyalahgunaan narkoba tergantung pada:

a) Jenis narkoba yang disalahgunakan


b) Kurun waktu penyalahgunaan
c) Besar dosis narkoba yang disalahgunakan
d) Sikap atau kesadaran penderita
e) Hubungan penderita dengan sindikat pengedar.

Tidak semua penyalahgunaan narkoba berhasil disembuhkan.


Pemakaian narkoba tertentu dapat dihentkan. Namun, penyembuhan penyakit
HIV/AIDS, hepatitis B/C tidak mungkin. Oleh karena itu, jangan sampai
mencoba atau mulai menggunakannya. Pencegahan lebih penting daripada
pengobatan.
J. BK untuk menangani kelompok rehabilitasi
a. Ancangan konseling yang sesuai untuk menangani kelompok anak rehabilitasi
Dalam rancangan program rehabilitasi narkoba oleh BK dibawah ini
menggunakan beberapa pendekatan untuk pemulihan yang layak untuk
diaplikasikan menggunakan model konseling Rational Emotive Therapy (RET)
dan teori realitas.
b. Konsep dasar
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang
memiliki kecendrungan utnuk berpikir irasional. Ketika berpikir dan bertingkah
laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan
bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emisional
seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interprestasi, dan filosofis
yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atay emosional
tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.yang
mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka,
sangat personal dan irasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun
tingkahlaku induvidu, yaitu antecedent event (A) , Belief (B), dan Emotional
consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau
teori ABC.
1) Antecedent event (A) segenap pristiwa luar yang dialami atau memapar
individu. Peristiw apendahulu yang berupa fakta, kejadian
,tingkahlaku,atau sikap orang lain.
2) Belief (B) yaitu keyakinan,pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu
terhadap suatu pristiwa. Keyakinan sesorang ada dua macam, yaitu
keyakinan yang rasional (rational beliefe atau rB), dan keyakinan yang
tidak rasional (irasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional
merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal,
bijaksana, dan karena itu menjadi produktif. Keyakinan yang tidak rasional
yaitu keyakinan atay sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk
akal, emosional dan karena itu tidak produktif.
3) Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai
akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan seang atau hambatan
emosi dalam hubungannya dengan Antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beerapa
variabel antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang (rb) maupun yang
(iB).

Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini.
Seorang terapis harus melawan (dispute: D) keyakinan-keyakinan
irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak
(effects:E)psikologis positif dari keyakinan-keyakinan rasional.

c. Tujuan konseling
1) Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi
pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkahlaku
kognitif dan afektif yang positif.
2) Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was,
rasa marah.
3) Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal
: minat kepada diri sendiri, minat sosial, pengarahan diri, toleransi terhadap
pihak lain, fleksibel,menerima ketidakpastian, komitmen terhadap sesuatu
diluar dirinya, penerimaan diri, berani mengambil resiko, dan menerima
kenyataan.
d. Teknik konseling yang relevan
1. Teknik bardasarkan Emotif-eksperiensial yaitu teknik-teknik penyuluhan yang
bertujuan unutk menghilangkan gangguan –gangguan emosional yang dapat
merusak diri (self defeating). Yang termasuk dalam pendekatan ini ialah :
1) Teknik asertif training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih,
mendorong dan membiasakn klien secara terus menerus menyesuaikan diri
dengan pola perilaku tertentu yang diinginkan.
2) Teknik sosio drama
3) Teknik self modeling, yaitu yang menghilangka perasaan atau prilaku tertentu
dengan cara klien berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor
4) Teknik imitasi, yaitu klien diminta menirukan secara terus menerus suatu
model prilaku tertentu dengan maksud mencaunter prilakunya sendiri yang
negatif.
2. Teknik behavioristik
Tujuan teknik-teknik ini adalah untuk memodifikasi prilaku negatif, merubah
akar keyakinan yang irasional. Teknik-teknik tersebut adalah :
1) Teknik rainforcement, digunakan untuk mendorong klien kearah prilaku
yang rasional dengan lajan reward dan punishment.
2) Teknik sosial modeling, digunakan untuk membentuk prilaku baru dari klien
melalui model sosial tertentu dengan cara imitasi, observasi dan penyesuaian
diri dengan model sosial itu.
3. Teknik-teknik counter conditioning yaitu teknik-teknik yang digunakan untuk
membentuk klien menanggulangi prilaku cemas, takut, phobia, defensiveness,dll.
Termasuk dalam kelompok ini adalah :
1) Systematis desensitisation, yaitu suatu teknik menciptakan kondisi atau situasi
tertentu yang merupakan penyebab yang potensial munculnya prilaku negatif
klien, namun keadaan ini memberikan relax kepada klien.
2) Teknik relaktion, digunakan jika klien berada dalam keadaan ‘’disputing’’
dalam dirinya
3) Teknik self-control, digunakan untuk memodifikasi prilaki klien dengan jalan
membangkitkan kontrol dirinya.
4) Teknik diskusi, digunakan agar klien dapat mempelajari pengalaman orang
lain/informasi dari orang lain untuk merubah keyakinan irasionalnya.
4. Teknik-teknik kognitif
1) Home work assignment, merupakan teknik yang memegang peranaan
sentral dalam RET. Klien diberikan tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, menginternalisasi nilai-nilai tertentu yang menentukan
pola prilaku yang diharapkan. Teknik ini bertujuan untuk membina sikap
bertanggungjawab, percaya diri self direction dan self management.
2) Teknik biblioterapi, memerikan bahan bacaan tertentu kepada klien dalam
usaha membongkar akar-akar keyakinan irasional.
3) Teknik diskusi
4) Teknik simulasi
5) Teknik paradoxsial intention, hampir sama dengan teknik counter
conditioning.
6) Teknik asertive
e. Deskripsi langkah-langkah pelaksanaan
a) Pendekatan Awal
Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian
informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi
sosial (lain) guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien /
residen dengan persyaratan yang telah ditentukan.
b) Penerimaan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah
diterima atau tidak dengan mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
1) Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk
persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical check up,
test urine negatif, dan sebagainya).
2) Pengisian formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan
menjadi klien / residen.
3) Pencatatan klien / residen dalam buku registrasi.
c) Asesmen
Asesmen merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah
untuk mengetahui seluruh permasalahan klien / residen, menetapkan
rencana dan pelaksanaan intervensi. Kegiatan asesmen meliputi :
1) Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan klien
/ residen.
2) Melaksanakan diagnosa permasalahan.

3) Menentukan langkah – langkah rehabilitasi.

4) Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan.

5) Menempatkan klien / residen dalam proses rehabilitasi.

d) Bimbingan Fisik
Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik klien /
residen, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris
dan olah raga.
e) Bimbingan Mental dan Sosial
Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan /
spritual, budi pekerti individual dan sosial / kelompok dan motivasi klien
/ residen (psikologis).
f) Bimbingan orang tua dan keluarga
Bimbingan bagi orang tua / keluarga dimaksudkan agar orang tua
/ keluarga dapat menerima keadaan klien / residen memberi support, dan
menerima klien / residen kembali di rumah pada saat rehabilitasi telah
selesai.
g) Bimbingan Keterampilan
Bimbingan keterampilan berupa pelatihan vokalisasi dan
keterampilan usaha (survival skill), sesuai dengan kebutuhan klien /
residen.
h) Resosialisasi / Reintegrasi
Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabiltasi yang
diarahkan untuk menyiapkan kondisi klien / residen yang akan kembali
kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi:
1) Pendekatan kepada klien / residen untuk kesiapan kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya.

2) Menghubungi dan memotivasi keluarga klien / residen serta


lingkungan masyarakat untuk menerima kembali klien / residen.

3) Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan


melanjutkan sekolah.
i) Penyaluran dan Bimbingan Lanjut (Aftercare)

Dalam penyaluran dilakukan pemulangan klien / residen kepada orang


tua / wali, disalurkan ke sekolah maupun instansi / perusahaan dalam
rangka penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala
dalam rangka pencegahan kambuh / relapse bagi klien dengan kegiatan
konseling, kelompok dan sebagainya.

j) Terminasi

Kegiatan ini berupa pengakhiran / pemutusan program pelayanan dan


rehabilitasi bagi klien / residen yang telah mencapai target program
(clean and sober).

BIMIBNGAN KONSELING KELOMPOK KHUSUS AUTIS

A. PENGERTIAN AUTIS.
Secara Etimologis kata AUTISME berasal dari bahasa Yunani ‘’Autos” yang berarti diri
sendiri dan Isme artinya paham atau Aliran. Autisme diartikan sebagai suatu paham yang
hanya tertarik pada dunianya sendiri (Christopher, 2012) .
Adapun beberapa pandangan para ahli tentang autis diantaranya
1. Istilah autisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1943 oleh Leo Kanner, seorang
psikiater dari Jhon Hopkins University yang menangani sekelompok anak-anak yang
mengalami kelainan sosial yang berat, hambatan komunikasi dan masalah perilaku.
Anak-anak ini menunjukan sikap menarik diri (withdrawal), membisu, dengan
aktifitas repetitif(berulang-ulang) dan streotipik (klise)serta senantiasa memalingkan
pandangannya dari orang lain.
2. Leo Kanner dan Asperger berpendapat bahwa autism atau autisme yaitu nama
gangguan perkembangan komunikasi, sosial dan perilaku pada anak.
3. Sutadi menjelaskan bahwa yang dimaksud autis adalah gangguan perkembangan
neurobiologis berat yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan
berelasi (berhubungan dengan orang lain)
4. Ika Widyawati menjelaskan bahwa autisme merupakan gangguan perkembangan
pervasif/ pervasive developmental (PDD) atau disebut autism spectrum disorder
(ASD) yang ditandai dengan adanya abnormalitas dalam tiga bidang yaitu intereaksi
sosial, komunikasi dan perilaku yang terbatas (restriktif) dan berulang (repetitif).
Dengan demikian perilaku autis timbul semata -mata karena dorongan dari dalam dirinya.
Penyandang autis seakan -akan tidak peduli dengan stimulus-stimulus yang datang dari orang
lain. Autisme juga merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang berupa
sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu yang menyebabkan fungsi
otak tidak bekerja secara normal sehigga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan
komunikasi kemampuan interaksi seseorang.

B. CIRI-CIRI UMUM AUTIS


Adapun cirri-ciri umum dari penyandang autis, sebagai berikut (Leo Kanner,dalam
Christoper,2012).
1. Gangguan kemampuan Sosial
Autisme berkaitan dengan gangguan kemampuan sosial yang penderitanya berinteraksi
berbeda dengan orang pada umumnya. Pada tingkat gejala ringan ciri-ciri autisme yang
muncul adalah tampak canggung saat berhubungan dengan orang lain, mengeluarkan
komentar yang menyinggung orang lain, dan tampak terasing saat berkumpul dengan
orang lain, mereka cendrung menghindari kontak mata .
2. Kesulitan Berempati
Sangat sulit bagi anak penderita anak autisme untuk memahami prasaan orang lain,
sehingga mereka jarang berempati dengan orang lain. Mereka juga sulit mengenali dan
memahami bahsa tubuh atau intonasi bicara dengan orang lain, komunikasi cendrung
bersifat satu arah karena mereka lebih banyak membicarakan diri sendiri.
3. Tidak suka kontak Fisik
Tak seperti anak lain pada umumnya, sebagian anak penderita autisme tidak menyukai jika
mereka disentuh atau dipeluk. Namun sebagian anak dengan autisme senang memeluk
mereka yang dekat dengannya.
4. Gangguan bicara
Ciri bisa dilihat dengan mendeteksi kemampuan bicara anak. Mereka juga suka
mengulang kata atau frase tertentu atau dikenal sebagai echolalia.
5. Suka Tindakan berulang
Anak autis menyukai hal yang pasti sehingga mereka menikmati melakukan rutinitas yang
sama terus menerus atau sering melakukan tindakan berulang. Tindakan yang berulang ini
biasanya menjadi suatu obsesi tersendiri bagi penderita autisme.
6. Perkembangaan tidak seimbang
Perkembangan anak pada umumnya seimbang. Artinya perkembangannya meliputi banyak
faktor dan bertahap. Sebaliknya perkembangan anak autis cendrung tidak seimbang
misalnya perkembangan kemampuan kognitifnya sangat cepat tetapi kemampuan
bicaranya masih terhambat, atau perkembangan kemampuan bicara terjadi dengan pesat
namun kemampuan motorik masih terhambat.
C. KLASIFIKASI KELOMPOK AUTIS
a. Wing dan Gould (Hadis 2006) mengklasifikasikan anak autisme menjadi tiga
kelompok yaitu gurp aloof,grup pasif dan grup aktif tetapi aneh
1. Grup aloof
Merupakan ciri yang klasik dan secara umum diketahui oleh kebanyakan orang.
Anak dengan autisme tipe ini senantiasa berusaha menarik diri dari kontak sosial dan
cenderung untuk memojokkan diri pada sudut – sudut ruangan. Apabila anak autistik
dalam kelompok ini berdekatan dengan orang lain, anak tersebut akan merasa tidak
nyaman dan marah. Keengganan untuk berinteraksi terhadap sebayanya terlihat
nyata bila dibandingkan berinteraksi dengan orangtuanya.
2. Grup Pasif
Anak dengan autisme tipe ini tidak berusaha untuk mengadakan kontak sosial,
melainkan hanya menerima saja. Autistik jenis ini merupakan grup yang paling
mudah ditangani. Dilihat dari segi kemampuan, anak autistik pada kelompok passive
lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak autistik pada grup aloof. Kemampuan
visual lebih baik bila dibandingkan dengan kemampuan verbal dan koordinasi.
3. Grup aktif tetapi aneh
Anak dengan autisme tipe ini cenderung akan melakukan pendekatan, namun hanya
bersifat satu sisi yang bersifat repetitif dan aneh. Kemampuan bicara pada autistik
jenis ini seringkali lebih baik bila dibandingkan dengan kedua group lainnya. Mimik
cenderung terbatas dan kontak mata dengan orang lain tidak sesuai, kadang terlalu
lama sehingga terlihat aneh.
b. Klasifikasi Autis Menurut DSM IV (dalam Widyawati 2001)

Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV


merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Pervasive
Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD
(Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang
dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah
(umbrella term) PDD, yaitu:

1. Pervasive Developmental –Not Otherwise Specified (PDD-NOS)


Kelompok ini biasa dikenal dengan autis ringan atau beberapa karakter autis. Istilah
ini merujuk kepada anak–anak dengan kesulitan yang jelas pada area interaksi social,
komunikasi verbal, dan bermain, namun masih terlalu bersosialisasi untuk bisa benar–
benar di sebut autis
2. Asperger’s Syndrome
Menunjukan /cacat yang parah dan tetap dalam interaksi social, perkembangan pada
pola perilaku tertentu dan berulang – ulang, minat, dan aktifitas. Berlawanan denga
autisma secara klinis tidak ada keterlambatan yang berarti pada pada bahasa, kognitif,
kemampuan membantu diri sendiri, atau perilaku beradaptasi, selain dari pada
masalah interaksi social mereka. Anak dengan sindrom asperger’s bisa jadi tidak
tanggap secara benar atau bahkan mengerti pernyataan kalimat yang berhubungan
dengan “perasaan” dalam bercakapan. Asperger’s mungkin secara klinis tidak
menyebabkan keterlambatan yang berarti dalam menerima informasi baru, tetapi tetap
ada perbedaan dalam pembelajaran.
Misalnya, anak asperger’s bisa menjadi hiperleksik, yaitu bisa mengidentifikasi kata–
kata dan membaca pada usia yang sangat muda, dengan sedikit atau sama sekali
tanpa mengerti arti kalimat yang dibaca.
3. Autistic disorder (autisma)
Adalah suatu ketidak mampuan perkembangan anak yang sangat mempengaruhi
komunikasi verbal dan nonverbal dan interaksi social. Ketidakmampuan ini sangat
jelas pada usia sebelum tiga tahun. Autisma berpengaruh buruk pada area
pendidikan/pembelajaran.
4. Rett’s Syndrome
Rett’s syndrome lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada
anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi
kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan
fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-
ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia
perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah
dicapai sebelumnya.
D. CIRI – CIRI KELOMPOK AUTIS BERDASARKAN KELOMPOKNYA
a. Wing dan Gould (dalam Hadis 2006) mengklasifikasikan anak autisme menjadi tiga
kelompok yaitu gurp aloof,grup pasif dan grup aktif tetapi aneh
1. Grup Aloof
Ciri- cirinya adalah sebagai berikut :
a) Anak autis kelompok ini sangat menutup diri untuk berinteraksi dengan orang
lain
b) Menghindari kontak fisik dan sosial
c) Kadang anak autis masih daapat mendekati untuk keperluan makan,atau duduk
dipangkuan orang lain sejenak.
d) Keengganan berinteraksi lebih nyata terhadap anak yang sebaya dibandingkan
interaksi terhadap anak yang sebaya dibandingkan interaksi terhadap orang
tuanya
e) Jika mendengar suara yang disukainya, maka anak autis tersebut bereaksi dengan
cepat
f) Dalam kelompok ini anak autis sulit meniru suatu gerakan yang bermakna
g) Anak senang melakukan gerakan yang berulang –ulang dan stereopik sampai
berjam – jam
h) Tidak peduli dengan aktivitas lain di sekitarnya
i) Perilaku buruk lainya sering terlihat pada anak autis pada kelompok aloof adalah
berperilaku agresif ( menyerang/memaksa), destruktif ( merusak), tidak bisa
diam, menjerit, lari, dan sebagainya.
2. Kelompok Pasif

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut

a) Anak dengan tipe ini dapat di ajak bermain bersama, tetapi tetap pasif.
b) Anak ini dapat meniru bermain, tetapi tanpa imajinasi, berulang dan terbatas.
c) Kemampuan visual spatial lebih baik di bandingkan verbal, tetapi kadang –
kadang ada gangguan koordinasi
3. Kelompok Aktif Tetapi Aneh

Ciri-cirinya adalah :

a) Kemampuan bicaranya sering kali sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan
kedua kelompok lainnya.
b) Mimik anak ini terbatas dan kontak mata dengan orang lain tidak sesuai, kadang
bahkan terlalu lama.
c) Cara bermainnya berulang, stereotipik, tetapi seolah-olah ada imajinasi.
d) Lebih sering senang dengan komputer atau menonton televisi.
b. Ciri Autis Menurut DSM IV
1. Pervasive Developmental –Not Otherwise Specified (PDD-NOS)

Cirri cirinyanya adalah : Mempunyai kesulitan yang jelas dalam berinteraksi dengan
orang lain.

2. Asperger’s Syndrome

Cirri – cirinya adalah :

a) Kemampuan memori/menghapal di atas rata –rata dan mempunyai kelebihan


dalam vocabulary namun tidak bisa menggunakan dalam kalimat yang benar.
b) Tidak tanggap secara benar atau bahkan mengerti pernyataan kalimat yang
berhubungan dengan “perasaan”
3. Autistic disorder( autisma)
Ciri – cirinya adalah
a) Aktivitas mengulang – ulang dan pergerakan meniru , menolak perubahan pada
kebiasaan sehari – hari,dan mempunyai tanggapan yang tidak biasa pada sensori
indera.
b) Autism kemungkinan mempengaruhi anak laki – laki 3-5 kali dibandingkan
perempuan dan tidak mengenal ras, suku, kelompok social.
4. Rett’s Syndrome
Cirri – cirinya adalah
a) Sering terjadi pada anak perempuan
b) Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi
kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya.
c) kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan
tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
Ciri – cirinya adalah
Perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian
tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ANAK AUTIS

Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan adanya masalah
pada interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal serta ketertarikan dan perilaku yang
terbatas.

a. Beberapa penelitian mengungkapkan dibalik gangguan tersebut terdapat lima kelebihan


anak autis (Pujati 2010).
1. Lebih Kreatif
Penelitian yang dilakukan di Inggris dengan melakukan survei daring terhadap
312 partisipan 75 orang di antaranya memang mengidap autisme, sedangkan 237
lainnya tidak autis. Kemudian peneliti menilai kreativitas partisipan dengan meminta
mereka menginterpretasikan gambar-gambar tertentu. Gambar-gambar ini telah
didesain sedemikian rupa sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Masing-masing partisipan juga hanya diberi waktu satu menit untuk menyebutkan
benda apa saja yang terlihat dari gambar itu. Hasilnya, partisipan yang didiagnosis
dengan autisme dan mereka yang mengaku memiliki sejumlah karakteristik dari
gangguan ini umumnya memberikan jawaban yang lebih.

2. Kemampuan Visual Lebih Baik


Orang dengan autisme ternyata mengembangkan bagian otak yang berbeda.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bagian otak yang berhubungan dengan
kemampuan visual penyandang autis berkembang sangat baik. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa sebagian besar penyandang autis memiliki kemampuan luar
biasa untuk mengingat dan menggambarkan benda-benda secara detail.
Hasil penelitian dari University of Montreal menunjukkan bahwa pada orang
autis, area otak yang berhubungan dengan informasi visual yang sangat
berkembang. Sedangkan area otak lainnya kurang aktif, yaitu bagian otak yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan dan perencanaan. Para peneliti
percaya bahwa temuan ini bisa mengarah pada cara-cara baru untuk membantu
penyandang autis hidup dengan kondisi lebih baik. Kecenderungan orang berpikir
bahwa autisme adalah suatu bentuk dis-organisasi. Para ahli yang menangani
autisme juga menganggap temuan penelitian ini sebagai hasil yang
signifikan.Kajian ini menyoroti bahwa autisme seharusnya tidak hanya dilihat
sebagai suatu kondisi dengan kesulitan perilaku, tetapi juga harus dikaitkan dengan
keahlian khusus.Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Pujiati Suyata ini
merupakan hasil dari 15 tahun data yang mempelajari cara kerja otak autis.

3. Lebih Cerdas
Walau memiliki gangguan perkembangan, jangan meremehkan anak autis
karena mereka kebanyakan memiliki kecerdasan intelektual atau IQ di atas rata-rata.
Hanya saja, kelebihan ini tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional dan sosial
sehingga anak autis banyak dipandang sebelah mata.
Albert Einstein dan Isaac Newton, kedua ilmuwan hebat ini dikenal memiliki
gangguan autis. Tapi mereka berhasil mengubah dunia dengan pemikiran dan
penemuannya. Ada juga salah satu kategori autisme yang ditandai dengan tingkat
kecerdasan yang tinggi, yaitu sindrom Asperger. Anak autis umumnya memiliki
kecerdasan yang normal dan di atas rata-rata. Tetapi anak-anak ini IQ-nya tidak
sebanding dengan EQ (emotional quotient atau kecerdasan spiritual) dan SQ
(spiritual quotient atau kecerdasan spiritual) sehingga bisa berakibat merugikan.
anak autis cenderung memiliki dunia sendiri dan fokus dengan sesuatu yang menjadi
ketertarikannya. Hal inilah yang bisa membuat anak autis memiliki kecerdasan yang
relatif tinggi.
Sebuah penelitian juga menemukan bahwa ukuran otak anak autis relatif lebih
besar dibandingkan volume otak orang normal pada umumnya. Dengan otak yang
besar, maka jumlah sel-sel otak dan sambungan sarafnya juga akan lebih banyak.
Anak autis harus berjuang agar dapat diterima masyarakat dan mengoptimalkan
kemampuannya. Anak autis bisa diasah bakatnya apabila mendapat terapi dan
penanganan yang tepat. Tidak hanya mengasah bakat, tetapi fokusnya adalah agar
anak autis bisa tumbuh layaknya anak-anak normal pada umumnya.
4. Kepala Dan Tinggi Lebih Besar
Peneliti menemukan bahwa anak laki-laki yang autis cenderung memiliki
pertumbuhan yang lebih cepat terutama pada ukuran kepala, tinggi dan berat badan.
Peneliti mengungkapkan anak laki-laki dengan autisme cenderung tumbuh lebih
cepat dengan adanya perbedaan pada ukuran kepala, tinggi dan berat badan
dibanding bayi biasanya. Temuan ini mungkin bisa menjadi petunjuk baru mengenai
mekanisme yang mendasari Autisme. Ukuran kepala yang lebih besar kemungkinan
memiliki otak yang lebih besar pula. Anak laki-laki yang otak dan tubuhnya
‘overgrowth’ cenderung memiliki gejala autisme yang lebih parah, khususnya yang
melibatkan keterampilan sosial dibanding dengan anak-anak normal lainnya.
Pertumbuhan berlebih (overgrowth) ini kemungkinan menjadi salah satu
penyebab autisme, membuat gejala memburuk atau subtipe dari autisme yang
ditandai dengan petumbuhan yang dipercepat dan defisit sosial yang parah. Peneliti
menemukan anak-anak cenderung memiliki pola pertumbuhan tulang yang
dipercepat termasuk dalam hal panjang atau tinggi, serta melihat adanya sedikit berat
badan berlebih.Dalam studi ini peneliti melibatkan 65 anak dengan autisme yang
terdiri dari 34 anak laki-laki dengan gangguan perkembangan pervasif, 13 anak laki-
laki dengan keterlambatan perkembangan secara global, 18 anak laki-laki dengan
masalah pertumbuhan lainnya.
Anak-anak ini memiliki ukuran normal ketika lahir, tapi anak dengan autisme
memiliki tubuh lebih tinggi saat berusia 5 bulan, memiliki lingkar kepala lebih besar
saat usia 9,5 bulan dan beratnya lebih besar saat 1 tahun pertama dibanding anak
yang perkembangannya normal. Namun pertumbuhan berlebih ini tidak boleh
digunakan untuk mendiagnosis autisme, karena tidak semua anak-anak yang
diketahui autisme memiliki pertumbuhan lebih cepat dibanding anak normal dan
lingkar kepala yang besar bisa menunjukkan kondisi selain autisme.

b. Kelemahan Penyandang Autis


Kemampuan komunikasi anak autis mengalami keterlambatan karena kemampuan
bicara dan bahasanya terlambat. Bila berkomunikasi anak autis mengunakan bahasa
planet , serta menarik tangan orang dewasa bila menginginkan sesuatu. Dalam
melakukan interaksi sosial anak autis menghindar atau tidak mau bertatap mata / tidak
melakukan kontak mata. Tidak mau bermain dengan teman sebaya, kurang mampu
melakukan hubungan sosial yang baik. dilihat dari ciri ini maka kekurangan anak
autisme yaitu:
1. Terisolasi dari teman –temanya
a. Kurang percaya diri
b. Selalu menyendiri
c. Cendrung menarik diri
d. Tidak memiliki rasa empati
2. Anak Autisme memiliki minat yang terbatas dan berulang-ulang pada suatu objek.
Hal ini dapat dimanisfestasikan jika ia bermain mobil-mobilan yang dia lihat
mungkin hanya rodanya. Dilihat dari gejala ini maka kekuranganya adalah anak
autisme tidak bisa berkembang karena hanya terfokus pada suatu objek / kegiatan
yang berulang-ulang.
3. Anak autisme memiliki daya kosentrasi rendah
Salah satu gangguan pada penyandang autisme adalah gangguan kognitif. Dengan
adanya gangguan ini maka prestasinya rendah, daya ingatrendah. Meskipun tidak
semua penyandang autis memiliki tingkat kognitif rendah.
4. Para penyandang autisme sulit menerima hal-hal baru.
F. PERMASALAHAN YANG DI HADAPI KELOMPOK ANAK AUTIS

Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan
dalam bidang :
a. Interaksi sosial
b. Komunikasi (bicara dan bahasa)
c. Perilaku emosi.
d. Pola bermain.
e. Gangguan sensorik motorik.
Perkembangan terlambat atau tidak normal menurut Depdiknas (dalam Bonny 2003)
mendeskripsikan anak dengan autisme berdasarkan jenis masalah gangguan yang dialami
anak dengan autisme. Karakteristik dari masing-masing masalah/gangguan itu di deskripsikan
sebagai berikut:
1. Masalah/gangguan di bidang komunikasi
Dengan karakteristiknya sebagai berikut:
a) Perkembangan bahasa anak autistic lambat atau sama sekali tidak ada. Anak
tampak seperti tuli, dan sulit bicara.
b) Kadang-kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
c) Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak
dapatdimengerti orang lain.
d) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi senang meniru atau membeo
(echolalia)
e) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan,
misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2. Masalah/gangguan di bidang interaksi sosial dengan karakteristik berupa:
a) Anak autistic lebih suka menyendiri
b) Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau meghindari tatapan
muka atau mata orang lain.
c) Tidak tertarik bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun yang
lebih tua.
d) Bila diajak bermain, anak autistik itu tidak mau dan menjauh.
3. Masalah/gangguan di bidang sensoris dengan karakteristiknya berupa:
a) Anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b) Anak autistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c) Anak autistic senang mencium-cium atau menjilat-jilat mainan atau benda-
bendayang ada disekitarnya.
d) Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.

4. Masalah/gangguan di bidang pola bermain karakteristiknya berupa:


a) Anak autistic tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
b) Anak autistik tidak suka bermain dengan teman sebayanya.
c) Anak autistik tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan, misalnya sepeda
dibalik lalu rodansya diputar.
5. Masalah/gangguan di bidang perilaku karakteristiknya berupa:
a) Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif)
dan berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
b) Anak autistik memperlihatkan stimulasi diri atau merangsang diri sendiri
seperti bergoyang-goyang mengepakan tangan seperti burung.
c) Anak autistik tidak suka kepada perubahan
d) Anak autistik duduk bengong dengan tatapan kosong.
6. Masalah/gangguan di bidang emosi karakteristiknya berupa:
a) Anak autistic sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa dan
menangis tanpa alasan
b) Anak autistik kadang agresif dan merusak
c) Anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri
d) Anak autistik tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang
ada di sekitarnya.
Sugiarmin (2011) hambatan atau gangguan dalam belajar tersebut dapat dianalisis melalui
tiga dimensi berikut ini:

a. Dimensi proses :
Berkaitan dengan ketidakmampuan, kesulitan, atau kegagalan untuk menerima dan
menafsirkan informasi. Hambatan dalam berinteraksi sosial dan memfokuskan
perhatian kepada objek belajar mengakibatkan anak tidak dapat menyerap dan
merespon secara tepat dan benar terhadap berbagai stimulus atau perintah dalam
mengikuti kegiatan belajar.
b. Dimensi produk :
Berkaitan dengan kegagalan untuk mencapai prestasi sesuai harapan atau tujuan.
Proses belajar akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan menerima, menyerap dan
merespon informasi yang diberikan. Anak yang tidak dapat melakukan proses tersebut
akan mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Anak
autis dengan gangguan yang dialaminya sering gagal untuk mencapai prestasi belajar
sebagaimana anak umumnya yang tidak mengalami hambatan dalam menerima dan
memproses informasi, oleh karena itu penting diperhatikan kesesuaian antara tujuan
belajar dengan kebutuhan dan hambatan yang dialami anak autis.
c. Dimensi akademik :
Berkaitan dengan kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Hambatan dalam bidang
akademik ini merupakan pengaruh dari hambatan-hambatan yang menyertai anak
autis seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
G. PENYEBAB TERJADINYA AUTIS

Saat ini kasus autis pada anak (autisme infantile) semakin banyak sehingga seolah-olah
menjadi ‘wabah’. Beberapa rumah sakit di Jakarta mengklaim terjadi peningkatan angka
pasien autisme pada anak hingga 400 persen pada tahun 2002 dibandingkan tahun
sabelumnya. Pada autisme tidak jelas adanya kuman, parasit, protozoa maupun virus sebagai
penyebab munculnya gejala-gejala. Belakangan ini semakin banyak anak yang gejala
autisnya muncul saat umur 18-24 bulan. Artinya, ketika lahir anak berkembang normal tetapi
kemudian perkembangannya berhenti dan mereka mengalami kemunduran (dalam Bonny;
2003).

Autisme juga merupakan sebuah gejalah yang kompleks, karena kelainan pada anak
autisme seringkali tidak hanya terjadi pada satu bagian, namun meliputi banyak faktor.
Sampai saat ini, belum diketahui pasti penyebab autisme. Dibawah ini ada beberapa
kemungkinan yang menjadi penyebab terjadinya autisme (dalam Sunu; 2012):

a. Kelainan anatomis otak


Ditemuka kelainan neuroanatomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa tempat
didalam otak anak autis. Kelainan pada bagian-bagian tertentu otak yang meliputi
cerebellum (otak kecil), lobus parietalis dan sistem limbik ini mencerminkan bentuk-
bentuk perilaku berbeda yang muncul pada anak-anak autis.
a) Cerebllum (otak kecil) merupakan bagian otak yang mengatur kemampuan
berbahasa, perhatian, kemampuan berpikir, daya ingat dan proses sensori.
Kelainan pada bagian ini menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi yang
berkaitan dengan kemampuan diatas. Itu kenapa seringkali juga kita dapati anak
autis mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian atau dalam berbahasa.
b) Kelainan pada lobus perietlis ini menyebabkan munculnya perilaku tidak peduli
pada lingkungan sekitar.
c) Sistem limbik yang terdiri dari hypocampus dan amygdala adalah bagian otak
yang bertanggung jawab terhadap pengaturan emosi yang ‘naik turun’ dan
kesulitan untuk mengendalikannya disebabkan adanya kelainan dibagian ini.
Amygdala juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan rasa takut dan berbagai
rangsangan sensori seperti penciuman, rasa, perabaan dan penglihatan.
Sedangkan hypocampus membantu kita dalam proses belajar dan daya ingat
dalam menyimpan informasi baru. Salah satu ciri yang menandai autisme antara
lain adalah perilaku impulsif untuk mengulang-ulang gerakan tertentu, ini juga
disebabkan adanya kelainan pada hypocampus.
b. Faktor pemicu tertentu saat kehamilan
Beberapa faktor yang dapat memicumunculnya autisme pada masa kehamilan terjadi
pada masa kehamilan 0-4 bulan, bisa diakibatkan karena:
a) Polutan logam berat (pb, hg, cd, al)
b) Infeksi (toksoplasma, rubella, candida)
c) Zat adiktif (pengawet, pewarna, MSG)
d) Hiperemesis (muntah-muntah berat)
e) Pendarahan berat
f) Alergi berat
c. Zat-zat adiktif yang mencemari otak anak
Beberapa faktor yang berpotensi menjadi penyebab autisme pada anak antara lain
seperti:
a) Asupan MSG (monosodiumglutamat)
b) Protein tepung terigu (gluten), protein susu sapi (kasein)
c) Zat pewarna
d) Bahan engawet
e) Bahkan beberapa para ahli juga berpendapat bahwa jens imunisasi seperti MMR
dan Hepatitis B pada bayi dapat juga menjadi pemicu munculnya autisme
(meskipun hal ini masih diperdebatkan).
f) Polutan logam berat.
Dari hasil tes pada darah dan rambut beberapa anak autis ditemukan kandungan
logam berat dan beracun seperti arsenik, antimoni, kadmium, air raksa, atau
timbal. Diduga kemampuan tubuh anak autis tidak mampu melakukan sekresi
terhadap logam berat akibat masalah yang sifatnya genetis.
d. Gangguan sistem pencernaan
Gangguan sistem pencernaan, seperti kurangnya enzim sekretin diketahui
berhubungan dengan munculnya gejala autisme. Kasus semacam ini ditemukan pada
seorang penderita autis bernama Parker Back pada tahun 1997. Selain itu, dari hasil
pemeriksaan usus anak-anak yang mengalami autisme ditemukan ada gangguan
berupa peradangan diususnya. Dari hasil penelitian, peradangan ini diketahui
disebabkan oleh virus campak, hal ini menjadi penyebab banyak orang tua yang
akhirnya menolak memberikan vaksinasi MMR (measles, mups, rubella) pada anak-
anaknya karena dicurigai memiliki kontribusi menjadi penyebab autisme pada anak.
Beberapa bentuk pencernaan juga membuat anak tidak mampu memecah rantai
protein dari makanan yang dimakannya dengan sempurna (biasanya kasein yang
merupakan protein dari susu sapi dan domba atau gluten yang merupakan protein dari
gandum-ganduman), sehingga akibatnya rantai protein yang tidak terpecah dengan
sempurna tersisa menjadi rantai-rantai pendek yang disebut peptida. Di otak, peptida
ini disergap oleh reseptor penerima opioid. Opioid yang berlebihan diotak anak
bekerja seperti morfin yang mengacaukan otak anak. Ini kenapa anak autis seringkali
harus berdiet susu sapi dan tepung gandum.
e. Kekacauan interpretasi dari sensori
Kekacauan interpretasi dari sensori yang menyebabkan stimulus dipersepsi secara
berlebihan oleh anak sehingga menimbulkan kebingungan juga menjadi salah satu
penyebab autisme.
f. Jamur yang muncul diusus anak
Jamur yang muncul diusus anak akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan juga
dapat memicu gangguan ada otak. Karena jamur ini dapat menyebabkan ‘kebocoran
usus’ dan tidak tercernanya kesin dan gluten dengan baik sehingga protein yang ada
tidak terpecah dengan sempurna dan terserap dalam aliran darah ke otak.

g. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru bisa
muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. Bisa saja autisme tidak muncul meski anak
membawa gen autisme.
H. DAMPAK JIKA AUTISME TIDAK DITANGANI.

Pada penyandang autis jika tidak ditangani maka Ia akan terus menderita autis hingga
akhir hayatnya. Adapun yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya jika tidak ditangani
adalah (Trevarthen dalam Pujati 2010) sebagai berikut:

a) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial


 Memiliki kesulitan dalam mengunakan berbagai perilaku non verbal seperti, kontak
mata, ekspresi muka, sikap tubuh, bahasa tubuh lainnya yang mengatur interaksi
social
 Memiliki kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya atau
teman yang sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya.
 Ketidakmampuan untuk berbagi kesenangan, minat, atau keberhasilan secara spontan
dengan orang lain (seperti; kurang tampak adanya perilaku memperlihatkan,
membawa atau menunjuk objek yang menjadi minatnya).
 Ketidakampuan dalam membina hubungan sosial atau emosi yang timbal balik.
b) Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi
 Keterlambatan dalam perkembangan bicara atau sama sekali tidak (bukan disertai
dengan mencoba untuk mengkompensasikannya melalui cara-cara komunikasi
alternatif seperti gerakan tubuh atau lainnya)
 Bagi individu yang mampu berbicara, kurang mampu untuk memulai pembicaraan
atau memelihara suatu percakapan dengan yang lain
 Pemakaian bahasa yang stereotipe atau berulang-ulang atau bahasa yang aneh
(idiosyncantric)
 Cara bermain kurang bervariatif, kurang mampu bermain pura-pura secara spontan,
kurang mampu meniru secara sosial sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya.

c) Pola minat perilaku yang terbatas, repetitive, dan stereotype


 Keasikan dengan satu atau lebih pola-pola minat yang terbatas dan stereotipe baik
dalam intensitas maupun dalam fokusnya.
 Tampak tidak fleksibel atau kaku dengan rutinitas atau ritual yang khusus, atau yang
tidak memiliki manfaat.
 Perilaku motorik yang stereotip dan berulang-ulang (seperti : memukul-mukulkan atau
menggerakgerakkan tangannya atau mengetuk-ngetukan jarinya, atau menggerakkan
seluruh tubuhnya).
 Keasikan yang menetap dengan bagian-bagian dari benda (object).
I. UPAYA UNTUK MENANGANI KELOMOK AUTISME
a. Upaya preventif dalam menangani anak autis.
Yang perlu dilakukan agar terhindar dari wabah autis dilihat dari factor penyebabnya
adalah :
a) Menjaga pola makan
b) Mengurangi mengonsumsi zat-zat adiktif
c) Menjaga kehamilan dengan baik.
b. Upaya kuratif dalam menangani anak autis

Perawatan bagi autisme harus dilakukan sedini mungkin dan sangat mungkin akan
berlangsung seumur hidup. Bahkan dalam kasus-kasus dengan kemungkinan terbaik,
dimana perkembangan keterampilan bahasa dan sosial bisa dicapai seiring pertumbuhan
sang anak mencapai masa remaja dan masa dewasa. Berbagai residu kesulitan sosial,
edukasional serta kesulitan yang berhubungan dengan keahlian akan tetap ada dan akan
selalu membutuhkan perhatian.
Intervensi psiko-edukasional yang beragam memberikan banyak sekali pilihan
perawatan bagi anak-anak autis. Taman kanak-kanak khusus terapi (yang memungkinkan
anak-anak usia pra sekolah berpartisipasi dalam beragam interaksi), serta terapi edukasional,
psikologikal, fisikal, dan bahasa sebaiknya dilakukan sejak dini. Beragam medikasi juga
sudah coba dipergunakan, meskipun belum ada satupun secara khusus bisa menyembuhkan
atau terbukti efektif. Salah satu hal penting yang perlu diketahui adalah ada beberapa gejala
autisme yang bisa ditangani dan diatasi dengan menggunakan Behavioral Therapy yang
segera pada saat munculnya.

Saat ini, sekolah-sekolah yang menganut sistem inklusi telah banyak bermunculan di
berbagai tempat di negara kita. Sekolah inklusi berarti sekolah yang menerima anak-anak
berkebutuhan khusus dalam sistem pendidikan mereka dengan menyediakan fasilitas yang
menunjang untuk terlaksanya aktivitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

Sekolah, Guru dan Konselor sekolah merupakan salah satu penunjang tumbuh
kembang optimal anak autis dari segi pendidikan, namun meskipun demikian orang tua tetap
harus memegang peran utama yang mengetahui seluk beluk anaknya. Orang tua juga
sebaiknya secara aktif menjalin komunikasi tidak hanya dengan pihak sekolah melainkan
dengan psikolog dan Dokter.

J. BK UNTUK MENANGANI KELOMPOK AUTIS


1. Ancangan Konseling Yang Sesuai Untuk Menangani Kelompok Penyandang Autis.
Adapun ancangan Konseling yang digunakan untuk menangani kelompok kusus Autis
yaitu mengunakan Tehnik Behavior Terapy.
2. Konsep Dasar

Behaviourisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang perilaku manusia. Setiap orang
di pandang memiliki kecenderungan positif negatif yang sama. Manusia pada dasarnya
dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu
dipelajari. Para behavioris radikal menekankan manusia dikendalikan oleh kodisi-kondisi
lingkungan. Pada dasarnya, terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh
tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan
mempertahankan tingkah laku yang diinginkan [Corey,2013]. Konselor dalam menangani
anak berkebutuhan khusus (autis), penekanannya lebih kepada perubahan tingkah laku dari
yang maladaptif menjadi adptif dengan menggunakan beberapa Teknik Behaviour yang
dianggap mampu.
3. Tujuan Dari Terapi Tingkah Laku bagi anak Autis adalah;

Tujuan dari terapi tingkah laku bagi penyandang autis diantaranya; (Corey, 2013)

a. Membantu klien untuk menjadi lebih asertif dan mengekspresikan pemikiran-


pemikiran dan hasrat-hasratnya dalam situasi yang membangkitkan tingkah laku
asertif.
b. Membantu para penyandang autis dalam menciptakan kondisi-kondisi baru bagi
proses belajar.
c. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar
yang tidak adaptif dan pemberian-pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang
didalamnya terdapat respon-respon yang layak, namun belum dipelajari.
d. Membantu klien mengahapus ketakutan-ketakutan, yang tidak realistis,yang
menghambat dirinya dari keterlibatan dalam peristiwa-peristiwa sosial, misalnya;
takut untuk berkomunikasi dengan orang lain.
e. konflik batin yang menghambat klien dari pembuatan putusan-putusan yang penting
bagi kehidupannya,contoh, Perilaku buruk lainya sering terlihat pada anak autis pada
kelompok aloof adalah berperilaku agresif ( menyerang/memaksa), destruktif (
merusak), tidak bisa diam, menjerit,lari,dan sebagainya.
4. Teknik Konseling Yang Relevan Bagi Anak Autis

Adapun tehnik-tehnik utama terapi tingkah laku dalam menangani para penyandang autis
antara lain; [Sukinah,2014].

a) Terapi Wicara
Terapi wicara merupakan suatu keharusan bagi penyandang autisme, karena semua
anak autistik mengalami gangguan bicara dan berbahasa. Hal ini harus dilakukan oleh
seorang ahli terapi wicara yang memang dididik khusus untuk itu. Bagaimana mengarahkan
anak untuk
berbicara? Memerlukan konsentrasi dan kontak mata, memberikan pemahaman makna kosa
kata tertentu, misal : kata mata, anak paham mana mata, fungsi mata, dan baru dilatih
mengucapkan. Jika anak menirukan dulu tidak dipahamkan konsep mata maka anak hanya
akan membeo.Teknik yang digunakan secara berulang-ulang. Bahasa yang digunakan terapi
bahasa ibu, mother language, bahasa sehari-hari.

b) Terapi Okupasional
Jenis terapi ini perlu diberikan pada anak yang memiliki gangguan perkembangan
motorik halus untuk memperbaiki kekuatan, koordinasi dan ketrampilan. Hal ini berkaitan
dengan gerakan-gerakan halus dan trampil, seperti menulis. Terapi okupasi ini berfokus
untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari. Karena kebanyakan penderita autis
mengalami perkembangan motorik yang lambat, maka terapi okupasi sangatlah
penting.Seorang terapis okupasi juga dapat memberikan latihan sensorik terintegrasi, yaitu
suatu teknik yang dapat membantu penderita autis untuk mengatasi hipersensitifitas terhadap
suara, cahaya maupun
Sentuhan.
c) Terapi Perilaku
Terapi ini penting untuk membantu anak autistik agar kelak dapat berbaur dalam
masyarakat, dan menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Mereka akan diajarkan perilaku
perilaku yang umum, dengan cara reward and punishment, dimana kita memberikan pujian
bila mereka melakukan perintah dengan benar, dan kita berikan hukuman melalui perkataan
yang bernada biasa jika mereka salah melaksanakan perintah. Perintah yang diberikan adalah
perintah-perintah ringan, dan mudah dimengerti Anak yang menderita autis
seringkali terlihat frustasi. Mereka kesulitan untuk mengkomunikasikankebutuhan mereka
dan menderita akibat hipersensitifitas terhadap suara, cahaya ataupun
sentuhan sehingga terkadang mereka berlaku kasar atau mengganggu. Seorang terapis
tingkah laku dilatih untuk dapat mengetahui penyebab dibalik prilaku negatif tersebut dan
merekomendasikan perubahan terhadap lingkungan ataupun keseharian anak untuk dapat
memperbaiki tingkah lakunya.
Dalam terapi tingkah laku ini biasa dikenal dengan pembentukan respon, tingkah
laku sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku
baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Perkuatan
sering digunakan dalam proses pembentukan respon ini . jadi, misalnya jika seseorang guru
ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa
memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkan itu. Pada anak
autistik yang tingkah laku motorik,verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis
bisa membentu tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat
primer maupun sekunder.
d) Terapi Bermain
Terapi bermain sebagai penggunaan secara sistematis dari model teoritis untuk
memantapkan proses interpersonal. Pada terapi ini, terapis bermain menggunakan kekuatan
terapuitik permaianan untuk membantu klien menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikosional
dan mencapai pertumbuhan, perkembangan yang optimal. Terapi bermain memberikan
kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan eksplorasi. Untuk membantu anak dapat
memaksimalkan potensi mereka memberi mereka kesempatan untuk berfungsi lebih baik
dalam hidup mereka. Keberhasilan sekecil apapun harus dianggap sebagai kemenangan dan
harus disyukuri sepenuh hati.
Metode ini disarankan adalah terapi yang berpusat pada klien. Menjalin komunikasi
lanjutan dengan anak tersebut menggunakan alat-alat bermain lain seperti boneka, catatan-
catatan kecil, dan
telepon mainan
e) Terapi Musik
Terapi musik menurut Canadian Association for Music Therapy (2002) adalah
penggunaan musik untuk membantu integrasi fisik, psikologis, dan emosi individu, serta
treatment penyakit atau ketidakmampuan. Atau terapi musik adalah suatu terapi yang
menggunakan musik untuk membantu seseorang dalam fungsi kognitif, psikologis, fisik,
perilaku, dan sosial yang mengalami hambatan maupun kecacatan..
f) Terapi Integrasi Sensoris
Terapi ini berguna meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga lebih
mampu untuk memperbaiki sruktur dan fungsinya. Aktivitas ini merangsang koneksi sinaptik
yang lebih kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.Terapi
sensori integrasi untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indera anak autis (pendengaran,
penglihatan, perabaan) .
5. Langkah-Langkah Pelaksanaan Teknik

Dari beberapa teknik teori tingkah laku yang paling cocok dalam menangani para
penyandang autis adalah teknik pembentukan respon atau kontrak perilaku. Adapun langkah-
langkah kontrak perilaku menurut ‘’Gantina dalam PurnamaSary, [2012],yaitu;

a. Pilih tingkah laku yang akan diubah dengan melakukan analisis ntervensi LEAP
(Learning Experience and Alternative Program for Preschoolers and Parents)
menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam
lingkungan sosial (dengan teman-teman).
b. Tentukan data awal tingkah laku yang akan diubah
c. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan
d. Berikan reinforcement, setiap tingkah laku yang diinginkan, ditampilkan sesuai
jadwal kontrak.
e. Berikan penguatan setiap tingkah laku yang ditampilkan menetap.

Secara lebih rinci langkah-langkah dalam pelaksanaan tehnik kontrak prilaku adalah
sebagai berikut ;

a) Pilih salah satu atau dua prilaku yang dikehendaki


b) Mendeskripsikan perilaku tersebut [yang dapat diamati dan dihitung]
c) Identifikasi ganjaran yang akan mendorong klien untuk melakukan perilaku yang
dikehendaki dengan menyediakan menu penguatan.
d) Tetapkan orang yang memberikan reward membantu konselor menjaga berjalanya
perilaku yang dikehendaki.
e) Menulis kontrak secara sistematis dan jelas sehingga pihak yang terlibat dapat
memahami isi serta tujuanya.
f) Pengumpulan data
g) Adanya cara mengatasi ketika perilaku yang dikehendaki tidak muncul
h) Tulis kembali kontrak ketika tujuan tidak tercapai
i) Memonitor perilaku secara continue dan membuat solusi
j) Pilih perilaku lain yang memungkinkan dapat dilakukan klien mencapai tujuan

Anda mungkin juga menyukai