Anda di halaman 1dari 7

MENGENAL DAN MENDAMPINGI ANAK Republik Indonesia 2013, anak

BERKEBUTUHAN KHUSUS berkebutuhan khusus adalah:

“Anak yang mengalami keterbatasan atau


keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual,
sosial, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam
proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain yang seusia dengannya”.

Secara umum anak berkebutuhan


Oleh : Ismiyati Yuliatun, S.Psi.,Psikolog khusus adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada
Setiap orangtua menghendaki umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
kehadiran seorang anak. Anak yang ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
diharapkan oleh orangtua adalah anak yang
sempurna tanpa memiliki kekurangan. Pada Anak berkebutuhan khusus adalah
kenyataannya, tidak ada satupun manusia anak yang secara pendidikan memerlukan
yang tidak memiliki kekurangan. Manusia layanan yang spesifik yang berbeda dengan
tidak ada yang sama satu dengan lainnya. anak-anak pada umumnya.
Seperti apapun keadaannya, manusia
diciptakan unik oleh Sang Maha Pencipta. KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Setiap orang tidak ingin dilahirkan di
dunia ini dengan menyandang kelainan Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
maupun memiliki kecacatan. Orang tua juga menurut Peraturan Negara Pemberdayaan
tidak ada yang menghendaki kelahiran Perempuan dan Perlindungan Anak terkait
seorang anak yang menyandang anak berkebutuhan khusus, bahwa yang
kecacatan atau berkebutuhan khusus. termasuk anak berkebutuhan khusus
diantaranya :
Kelahiran seorang anak
berkebutuhan khusus tidak mengenal 1. Tunagrahita (mental retardasi),
berasal dari keluarga kaya, keluarga yaitu anak yang memiliki
berpendidikan, keluarga miskin, keluarga keterbatasan fungsi intelektual
yang taat beragama atau tidak. Orangtua umum dan keterbatasan pada
juga tidak mampu menolak kehadiran anak ketrampilan adaptif. Tunagrahita
berkebutuhan khusus. bisa diketahui dengan indikasi:
a. Penampilan fisik yang tidak
Sebagai manusia, anak seimbang, misalnya kepala
berkebutuhan khusus memiliki hak untuk terlalu kecil/besar
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah b. Tidak dapat mengurus diri
keluarga, masyarakat dan bangsa. Ia sendiri sesuai usia
memiliki hak untuk sekolah sama seperti c. Perkembangan bicara atau
saudara lainnya yang tidak memiliki bahasa terlambat
kelainan atau normal. d. Tidak ada/ kurang sekali
perhatiannya terhadap
Ketika hadir anak bekebutuhan lingkungan (pandangan kosong)
khusus dalam sebuah keluarga, maka e. Koordinasi gerakan kurang
dituntut adanya sikap yang bijaksana (gerakan seringkali tidak
sehingga dapat mendukung terkendali)
berlangsungnya pertumbuhan dan f. Sering keluar ludah dari mulut
perkembangan anak yang optimal. (ngiler)
Selanjutnya diharapkan anak akan mampu
untuk berdayaguna dalam kehidupannya. 2. Tunanetra, yaitu anak yang
mengalami gangguan penglihatan
PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN berupa kebutaan menyeluruh atau
KHUSUS sebagian.
Identifikasi anak yang mengalami
gangguan penglihatan, antara lain:
Menurut Kementrian Pemberdayaan
a. Tidak mampu melihat
Perempuan dan Perlindungan Anak
b. Tidakmampu mengenali orang b. Kesulitan dalam gerakan (tidak
pada jarak 6 meter sempurna, tidak lentur/tidak
c. Kerusakan nyata pada kedua terkendali)
bola mata c. Terdapat anggota gerak yang
d. Sering meraba-raba/tersandung tidak lengkap/tidak
waktu berjalan sempurna/lebih kecil dari biasa
e. Kesulitan mengambil mengambil d. Terdapat cacat pada alat gerak
benda kecil di dekatnya e. Jari tangan kaku dan tidak dapat
f. Bagian bola mata yang hitam menggenggam
bewarna keruh/bersisik/kering f. Kesulitan pada saat
berdiri/berjalan/duduk dan
3. Tunarungu Wicara, yaitu anak yang enunjukkan sikap tubuh tidak
mengalami gangguan pendengaran normal
baik permanen maupun tidak g. Hiperaktif /tidak dapat tenang
permanen, baik sebagian atau
menyeluruh. 5. Tunalaras, yaitu anak yang memiliki
Karena memiliki hambatan dalam masalah dalam mengendalikan
pendengaran, maka anak tunarungu emosi dan kontrol sosial yang
juga memiliki hambatan dalam menyimpang.
bicara sehingga disebut tuna wicara. Anak yang mengalai gangguan
Berikut indikasi anak yang emosi dan perilaku bisa diidentifikasi
mengalami gangguan pendengaran: melalui indikasi:
a. Tidak mampu mendengar a. Bersikap embangkang
b. Terlambat perkembangan b. Mudah terangsang emosinya
bahasa c. Sering melakukan tindakan
c. Sering menggunakan isyarat agresif
dalam berkomunikasi d. Sering bertindak melanggar
d. Kurang/tidak tanggap bila diajak norma sosial/ susila ataupun
bicara hukum
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suarra aneh/monoton 6. Tunaganda, adalah anak yang
g. Seing memiringkan kepala memiliki dua atau lebih gangguan,
dalam usaha mendengar mencakup antara lain:
h. Banyak perhatian terhadap a. Anak dengan dua hambatan
getaran yang masing-masing
i. Keluar nanah dari kedua telinga memerlukan layanan-layanan
j. Terdapat kelainan organis pendidikan khusus
telinga b. Anak dengan hambatan ganda
yang memerlukan layanan
4. Anak tunadaksa, yaitu anak yang teknologi
memiliki gangguan gerak yang c. Anak dengan hambatan-
disebabkan oleh kelainan neuro- hambatan yang memerlukan
muskular dan struktur tulang yang modifikasi khusus.
bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy, 7. Autisme, yaitu gangguan
amputasi, polio dan lumpuh. Tingkat perkembangan yang ditandai
gangguan pada tunadaksa adalah dengan adanya gangguan pada,
ringan yaitu memiliki keterbatasan komunikasi, perilaku dan interaksi
dalam melakukan aktivitas fisik , sosial.
tetap masih dapat ditingkatkan Ciri gangguan komunikasi :
melalui terapi; sedang yaitu memiliki a. Terlambat bicara
keterbatasan motorik dan b. Kata-kata tidak bisa dimengerti/
mengalami koordinasi sensorik; “bahasa planet”
berat yaitu memiliki keterbatasan c. Menggunakan kata kata dalam
total dalam gerakan fisik dan tidak konteks yang tidak sesuai
mampu mengontrol gerakan fisik. d. Bicara tidak untuk komunikasi
Identifikasi anak yang mengalami e. Meniru/ membeo
kelainan anggota tubuh / gerak f. Monoton
tubuh antara lain: g. Mimik datar/ tanpa ekspresi
a. Anggota gerak tubuh kaku atau
lemah/lumpuh Ciri gangguan interaksi sosial:
a. Menolak / hindari tatapan mata
b. Tidak menoleh jika dipanggil i. dapat memberikan banyak
c. Tidak senang dipeluk gagasan
d. Tidak ada usaha berinteraksi j. luwes dalam berfikir, terbuka
dengan orang lain terhadap rangsangan-
e. Jika menginginkan sesuatu rangsangan dari lingkungan
menarik tangan orang lain k. memiliki pengamatan yang
f. Tidak bisa berbagi kesenangan tajam, dapat berkonsentrasi
dengan orang lain untuk waktu yang lama terutama
pada bidang yang diminati
Ciri gangguan perilaku: l. berfikir kristis, juga terhadap diri
a. Bermain sangat monoton dan sendiri
stereotipik m. senang mencoba hal-hal yang
b. Senang pada sesuatu yang berputar baru
c. Dapat terlihat hiperaktif, memukul n. Memiliki daya abstraksi,
kepala sendiri konseptualisasi dan sintesis
d. Kadang terlihat diam sama sekali, yang tinggi
bengong dan tatapan mata kosong o. Senang terhadap kegiatan
intelektual dan pemecahan
8. Anak berbakat (gifted), memiliki masalah
kategori sebagai berikut: p. Cepat menangkap hubungan
a. mempunyai kemampuan sebab akibat
intelektual atau intelegensi yang q. Berperilaku terarah pada tujuan
menyeluruh,mengacu pada r. Memiliki daya imajinasi yang
keampuan berfikir secara kuat
abstrak dan mampu s. Mempunyai banyak kegemaran
memecahkan masalah secara
sistematis dan masukakal 9. Kesulitan belajar. Anak dengan
b. keampuan intelektual khusus kesulitan belajar adalah anak yang
mengacu pada kemampuan memiliki gangguan pada satu atau
yang berbeda dalam matematika, lebih kemampuan dasar psikologis
bahasa asing,music atau ilmu yang mencakup pemahaman dan
pengetahuan alam penggunaan bahasa,, bebicara dan
c. berfikir negatif atau berfikir murni menulis yang dapat mempengaruhi
menyeluruh.pada umumnya kemampuan berfikir, membaca,
mampu berfikir untuk berhitung, berbicara yang
menyelesaikan masalah yang disebabkan karena gangguan
tidak umum dan memerlukan persepsi brain injury disfungsi
pemikiran tinggi. minimal otak, dislexia dan afasia
d. memiliki bakat kreatif khusus, perkembangan. Karakteristik anak
bersifat orisinil dan berbeda dari dengan kesulitan belajar antara lain:
yang lain. Kesulitan membaca:
a. Anak dengan kesulitan
sementara indkasi anak berbakat membaca (disleksia)
antara lain: b. Pekembangan kemampuan
mebaca terlambat
a. membaca pada usia lebih muda c. Kemampuan memahami isi
b. membaca lebih cepat dan lebih bacaan rendah
banyak d. Kalau membaca sering banyak
c. memiliki perbendahaan kata kesalahan
yang luas
d. mempunyai rasa ingin tahu Kesulitan Menulis:
yang kuat
e. mempunyai minat yang luas, a. Anak mengalami kesulitan
juga terhadap masalah orang menulis
dewasa b. Sering terflambat selesai ketika
f. memiliki inisiatif dan dapat menyalin tulisan
bekerja sendiri c. Sering salah menulis huruf b
g. menunjukkan kaslian dalam dengan p, p dengan q, v dengan
ungkapan verbal u, 2 dengan 5, 6 dengan 9 dan
h. memberikan jawaban-jawaban sebagainya
yang baik d. Hasil tulisan jelek dan tidak bisa
dibaca
e. Tulisan banyak salah atau Contoh lain, anak yang mengalai trauma
terbalik atau huruf hilang berat karena bencana alam atau konflik
f. Sulit menulis dengan lurus pada sosial/perang. Anak ini menjadi sangat
kerta tak bergaris ketakutan kalau bertemu dengan orang
Kesulitan berhitung: yang belum dikenal, ketakutan jika
a. Anakmengalami kesulitan mendengar gemuruh air yang diasosiasikan
berhitung dengan banjir besar yang pernah
b. Sulit membedakan simbol-simbol dialaminya. Keadaan seperti ini
perhitungan menyebabkan anak tersebut mengalami
c. Sulit mengoperasikan hitungan hambatan dalam belajar, dan memerlukan
atau bilangan layanan khusus dalam pendidikan.
d. Sering salah membilang dengan
urut Kombinasi Faktor Eksternal dan Internal
e. Sering salah membedakan
angka 9 dengan 6, 17 dengan Kombinasi antara faktor eksternal
71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan dan factor internal dapat menyebabkan
sebagainya. terjadinya kebutuhan khusus pada seorang
f. Sulit membedakan bangun- anak. Kebutuhan khusus yang disebabkan
bangun geometri. oleh faktor eksternal dan internal sekaligus
diperkirakan akan anak akan memiliki
kebutuhan khusus yang lebih kompleks.
PENYEBAB ANAK BERKEBUTUHAN Sebagai contoh seorang anak yang
KHUSUS mengalami gangguan pemusatan
perhataian dengan hiperaktivitas dan
Terdapat tiga faktor yang dapat dimiliki secara internal berada pada
diidentifikasi tentang sebab musabab lingkungan keluarga yang kedua orang
timbulnya kebutuhan khusus pada seorang tuanya tidak memerima kehadiran anak,
anak yaitu: tercermin dari perlakuan yang diberikan
1. Faktor internal pada diri anak kepada anak yang bersangkutan. Anak
2. Faktor eksternal dari lingkungan seperti ini memiliki kebutuhan khusus akibat
dan dari kondisi dirinya dan akibat perlakuan
3. Kombinasi dari factor internal orang tua yang tidak tepat.
dan eksternal.

Faktor Internal
PIHAK - PIHAK YANG BERTANGGUNG
Faktor internal adalah kondisi yang JAWAB TERHADAP ANAK
dimiliki oleh anak yang bersangkutan. BERKEBUTUHAN KHUSUS
Sebagai contoh seorang anak memiliki
kebutuhan khusus dalam belajar karena ia Anak Berkebutuhan Khusus dalam
tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, menjalani kehidupannya tidak bisa terlepas
atau tidak mengalami kesulitan untuk dari peran orang-orang di sekitarnya, antara
begerak. Keadaan seperti itu berada pada lain:
diri anak yang bersangkutan secara internal.
Dengan kata lain hambatan yang dialami 1. Orang tua : kehadiran orang tua
berada di dalam diri anak yang dalam kehidupan kesehariannya
bersangkutan. sangat diperlukan agar penanganan
seorang anak berkebutuhan khusus
Faktor Ekternal dapat mencapai hasil yang lebih
baik
Faktor eksternal adalah Sesuatu 2. Masyarakat : kepedulian lingkungan
yang berada di luar diri anak dan masyarakat sangat dibutuhkan
mengakibatkan anak menjadi memiliki dalam kehidupan bersosialisasi dan
hambatan perkembangan dan hambatan aktualisasi potensi dirinya (misal
belajar, sehingga mereka memiliki kepedulian swasta melalui program
kebutuhan layanan khusus dalam Corporate Social responsibility
pendidikan. Sebagai contoh seorang anak (CSR ) , organisasi sosial, LSM,
yang mengalami kekerasan di rumah perorangan, lembaga pendidikan)
tangga dalam jangka panjang 3. Pemerintah : sebagai pemangku
mengakibatkan anak tersebut kehilangan kebijakan dan pihak yang
konsentrasi, menarik diri dan ketakutan. berwenang dalam pemenuhan
Akibantnya anak tidak tidak dapat belajar. kebutuhan : kesehatan, pendidikan,
aksesibilitas, payung hukum, dan Adakalanya mereka memiliki
tenaga kerja. kemampuan spesifik, misalnya di bidang
olah raga, kesenian, ketrampilan. Harapan
Tahapan penerimaan orang tua dalam inilah yang menjadi tujuan utama
menerima anak berkebutuhan khusus menjadikan mereka sebagai anak yang kuat
menurut Ross (2003), dalam bukunya “On dan mandiri.
Death and Dying”, adalah :
Tugas selanjutnya yang bisa
1. Tahap pertama denial (penolakan). dilakukan orang tua adalah mencari
Tahapan ini dimulai dari rasa tidak informasi sehingga lebih bisa memahami
percaya saat menerima diagnosa tentang kondisi anak dan mengetahui cara
dari seorang ahli, perasaan orang yang tepat untuk mendampingi
tua selanjutnya akan diliputi rasa pertumbuhan dan perkembangan anak.
kebingun terselip rasa malu pada Tentu saja mendampingi anak
orang tua tentang keadaan anaknya berkebutuhan khusus akan sangat berbeda
untuk mengakui bahwa hal tersebut dengan anak yang normal, baik dari segi
dapat terjadi di keluarga mereka. fisik, emosi, perilaku dan komunikasi. Begitu
Keadaan ini menjadi bertambah juga dengan waktu serta biaya yang
buruk, jika keluarga tersebut diperlukan akan lebih banyak. Komunikasi
mengalami tekanan sosial dari orang tua atau keluarga harus terjalin
lingkungan yang kurang memahami dengan baik, sehingga ada satu
tentang keadaan anak berkebutuhan kesamaan visi, misi bahkan perasaan yg
khusus. bisa saling menguatkan. Karena memiliki
2. Tahap kedua Angry (kemarahan), anak berkebutuhan khusus bukanlah hal yg
kemarahan ini dilampiaskan orang mudah. Dukungan dari lingkungan,
tua pada hal-hal yang tidak jelas. terutama dari pasangan sangat dibutuhkan.
Kemarahan bisa dilampiaskan Butuh kekompakan dan kerjasama yg luar
kepada dokter yang mendiagnosa, biasa antara Ibu dan Ayah dalam
kemarahan kepada diri sendiri atau menerapkan pola asuh dan disiplin shg
kepada orang lain, bentuk lain anak berkebutuhan khusus tetap bisa
kemarahan yaitu menolak untuk berkembang optimal sesuai dengan
mengasuh anak berkebutuhan potensi yg dimiliki.
khusus.
3. Tahap ketiga depression (depresi) Menurut Hurlock (2002) penerimaan
dalam tahap ini terkadang muncul adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh
dalam bentuk rasa putus asa, orang tua terhadap anak-anaknya yang
tertekan dan kehilangan harapan. ditandai oleh perhatian besar dan kasih
4. Tahap keempat bargainning sayang yang besar kepada anak. (2003)
(menawar) orang tua berusaha mendefinisikan sikap penerimaan
untuk menghibur diri dengan (acceptance) sebagai suatu sikap
pernyataan segala sesuatu yang seseorang yang mampu menghadapi dan
dikaruniakan Allah harus disyukuri menerima kenyataan daripada hanya
apapun bentuknya,. menyerah pada pengunduran diri atau tidak
5. Tahap kelima acceptance ada harapan.
(peneriman). Pada tahapan ini,
orang tua sudah berusaha Kesabaran, kesungguhan dan
menerima kenyataan dengan penerimaan yang baik, serta kerja sama ibu
kehadiran anak berkebutuhan dan ayah yang saling mendukung terbukti
khusus dalam kelurganya baik memberikan hasil yang baik dan bermakna
secara emosi maupun intelektual. bagi perkembangan anak. Namun tidak
sedikit orang tua yang memperlakukan
anaknya yang berkebutuhan khusus
Meskipun terlahir sebagai anak dengan tidak semestinya,misalnya dengan
berkebutuhan khusus mereka juga punya melakukan kekerasan fisik, pelecehan
kemampuan dan naluri sebagaimana sexual bahkan sampai terjadi perilaku
layaknya anak yang normal. Maka yang kejam orang tua bahkan sampai
harus dilakukan adalah senantiasa membunuhnya.
memberikan motivasi kepada para orang
tua yang memiliki Anak Berkebutuhan
Khusus supaya menerapkan pola asuh
yang benar kepada mereka.
CARA PENANGAN ANAK dia memiliki peluang untuk aktualisasi diri
BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM secara maksimal sesuai kemampuannya
KELUARGA
5. Tunalaras : adanya suasana harmonis
Hubungan orang tua sangat dalam keluarga sangat membantu
mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. psikologisnya menjadi lebih baik, selain
Hubungan yang serasi, penuh pengertian pendampingan dari orang tua mereka juga
dan kasih sayang, akan membawa kepada butuh pendampingan konselor secara rutin
pribadi yang tenang, terbuka dan mudah
mendidik, karena anak mendapatkan 6. Autis : mengajak berinteraksi dengan
kesempatan yang cukup dan baik untuk anggota keluarga agar dia tidak hanyut
bertumbuh dan berkembang. Namun dalam dunianya sendiri, makanan sesuai
penangan terhadap anak berkebutuhan petunjuk dokter, menghindari permainan
khusus belum sepenuhnya disadari oleh yang bersifat personal dan mengasyikkan
orang tua. Tidak jarang pula orang tua mis: PS dan permainan sejenisnya
merasa malu dengan anaknya, kondisi anak
berkebutuhan dianggap sebagai aib bagi Perkembangan anak dengan
keluarga dan tidak layak mendapatkan kebutuhan khusus tergantung beberapa hal,
pendidikan. diantaranya adalah :
Dalam perspektif pendidikan
kebutuhan khusus diyakini bahwa ada 1. Jumlah dan intensitas gangguan
faktor-faktor lain yang sangat penting untuk pada anak. Semakin banyak
dipertimbangkan yaitu faktor lingkungan, jumlah gangguan dan semakin
termasuk sikap terhadap anak pada sering frekuensi maka
umumnya dan terhadap anak tertentu perkembangannya pun akan
karena lingkungan yang tidak responsive, jauh lebih lambat dibandingkan
kurang stimulasi, pemahaman guru dan dengan anak yang jumlah
kesalahpahaman guru akan proses gangguannya lebih sedikit dan
pembelajaran, isi, pendekatan frekuensinya juga jarang.
pembelajaran dan materi pembelajaran
dapat memimbulkan hambatan belajar dan 2. Usia saat diagnosa ditegakkan.
hambatan perkembangan. Semakin dini anak bisa
terdiagnosa, maka orang tua
bisa segera mengupayakan
1. Tunarungu : agar dia mampu terus berbagai terapi yang bisa
berkomunikasi dengan orang lain orang tua membantu perkembangan anak.
harus turut belajar menggunakan bahasa
isyarat, selain itu mereka juga harus 3. Usia saat tatalaksana
dibiasakan sejak kecil melihat gerak mulut dilaksanakan. Semakin dini pula
lawan bicaranya. Hal ini dapat usia tata laksana/ terapi
meminimalisir kekurangannya untuk diupayakan , maka
berkomunikasi. perkembangan anak pun akan
semakin cepat bila dibandingkan
2. Tunanetra : orang tua harus melatih dengan anak yg baru melakukan
sejak dini kemampuan pada indra yang lain terapi ketika usianya sudah
supaya dapat menutupi kekurangan yang besar.
ada pada dirinya mis : dilatih kesenian sejak
dini. Tidak semua kegiatan harus dibantu 4. Intensitas dan konsistensi
akan tetapi dengan cara mengawasinya tatalaksana tersebut (40 jam
membuat dia lebih bisa mandiri mis : mandi, perminggu/8 jam setiap hari).
makan, minum. Penataan ruangan yang Semakin intensif dan konsisten
tidak berubah-ubah memudahkan dia dalam program-program dari tata
melakukan aktivitas kesehariannya laksana tersebut, maka
perkembangan anak pun akan
3. Tunagrahita : memberikan contoh atau semakin baik.
melakukan hal-hal yang rutin secara
konsisten. Mereka membutuhkan kata-kata 5. Konsistensi sikap dan pola asuh
sederhana yang mudah dipahami orang tua. Konsistensi orang tua
adalah hal yang mutlak
4. Tunadaksa : orang tua harus melatih diperlukan agar setiap anak bisa
kemampuan motoriknya sejak dini sehingga berkembang dengan optimal.
6. Intelegensi anak. Semakin tinggi
tingkat inteligensi anak, maka
akan semakin mudah baginya
dalam memahami dan
menerapkan program-program
yang diberikan kepadanya.

7. Upaya generalisasi dan atau


transfer materi ke lingkungan
sehari-hari. Semakin besar
upaya kita untuk menggeneralisir
materi-materi yang diberikan
saat sesi terapi pada kehidupan
anak sehari-hari, maka perilaku
anak akan terlihat semakin
baik dan tertib.

Hal yang bisa dilakukan untuk


membantu anak berkebutuhan khusus
adalah dengan memberikan intervensi dini
sehingga diharapkan anak dapat tubuh dan
berkembang dengan optimal serta mampu
berdaya guna dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, A., Anak Berkebutuhan Khusus


Desiningrum, D.R, (2016). Psikologi Anak
Berkebutuhan Khusus

Sujito, E., (2017). Dinamika Penerimaan


Orang Tua Yang Memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus. Pasca
Sarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

http://www.dinkestrenggalek.net

https://jagoanilmu.net/anak-berkebutuhan-
khusus/

Anda mungkin juga menyukai