Faktor Internal
PIHAK - PIHAK YANG BERTANGGUNG
Faktor internal adalah kondisi yang JAWAB TERHADAP ANAK
dimiliki oleh anak yang bersangkutan. BERKEBUTUHAN KHUSUS
Sebagai contoh seorang anak memiliki
kebutuhan khusus dalam belajar karena ia Anak Berkebutuhan Khusus dalam
tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, menjalani kehidupannya tidak bisa terlepas
atau tidak mengalami kesulitan untuk dari peran orang-orang di sekitarnya, antara
begerak. Keadaan seperti itu berada pada lain:
diri anak yang bersangkutan secara internal.
Dengan kata lain hambatan yang dialami 1. Orang tua : kehadiran orang tua
berada di dalam diri anak yang dalam kehidupan kesehariannya
bersangkutan. sangat diperlukan agar penanganan
seorang anak berkebutuhan khusus
Faktor Ekternal dapat mencapai hasil yang lebih
baik
Faktor eksternal adalah Sesuatu 2. Masyarakat : kepedulian lingkungan
yang berada di luar diri anak dan masyarakat sangat dibutuhkan
mengakibatkan anak menjadi memiliki dalam kehidupan bersosialisasi dan
hambatan perkembangan dan hambatan aktualisasi potensi dirinya (misal
belajar, sehingga mereka memiliki kepedulian swasta melalui program
kebutuhan layanan khusus dalam Corporate Social responsibility
pendidikan. Sebagai contoh seorang anak (CSR ) , organisasi sosial, LSM,
yang mengalami kekerasan di rumah perorangan, lembaga pendidikan)
tangga dalam jangka panjang 3. Pemerintah : sebagai pemangku
mengakibatkan anak tersebut kehilangan kebijakan dan pihak yang
konsentrasi, menarik diri dan ketakutan. berwenang dalam pemenuhan
Akibantnya anak tidak tidak dapat belajar. kebutuhan : kesehatan, pendidikan,
aksesibilitas, payung hukum, dan Adakalanya mereka memiliki
tenaga kerja. kemampuan spesifik, misalnya di bidang
olah raga, kesenian, ketrampilan. Harapan
Tahapan penerimaan orang tua dalam inilah yang menjadi tujuan utama
menerima anak berkebutuhan khusus menjadikan mereka sebagai anak yang kuat
menurut Ross (2003), dalam bukunya “On dan mandiri.
Death and Dying”, adalah :
Tugas selanjutnya yang bisa
1. Tahap pertama denial (penolakan). dilakukan orang tua adalah mencari
Tahapan ini dimulai dari rasa tidak informasi sehingga lebih bisa memahami
percaya saat menerima diagnosa tentang kondisi anak dan mengetahui cara
dari seorang ahli, perasaan orang yang tepat untuk mendampingi
tua selanjutnya akan diliputi rasa pertumbuhan dan perkembangan anak.
kebingun terselip rasa malu pada Tentu saja mendampingi anak
orang tua tentang keadaan anaknya berkebutuhan khusus akan sangat berbeda
untuk mengakui bahwa hal tersebut dengan anak yang normal, baik dari segi
dapat terjadi di keluarga mereka. fisik, emosi, perilaku dan komunikasi. Begitu
Keadaan ini menjadi bertambah juga dengan waktu serta biaya yang
buruk, jika keluarga tersebut diperlukan akan lebih banyak. Komunikasi
mengalami tekanan sosial dari orang tua atau keluarga harus terjalin
lingkungan yang kurang memahami dengan baik, sehingga ada satu
tentang keadaan anak berkebutuhan kesamaan visi, misi bahkan perasaan yg
khusus. bisa saling menguatkan. Karena memiliki
2. Tahap kedua Angry (kemarahan), anak berkebutuhan khusus bukanlah hal yg
kemarahan ini dilampiaskan orang mudah. Dukungan dari lingkungan,
tua pada hal-hal yang tidak jelas. terutama dari pasangan sangat dibutuhkan.
Kemarahan bisa dilampiaskan Butuh kekompakan dan kerjasama yg luar
kepada dokter yang mendiagnosa, biasa antara Ibu dan Ayah dalam
kemarahan kepada diri sendiri atau menerapkan pola asuh dan disiplin shg
kepada orang lain, bentuk lain anak berkebutuhan khusus tetap bisa
kemarahan yaitu menolak untuk berkembang optimal sesuai dengan
mengasuh anak berkebutuhan potensi yg dimiliki.
khusus.
3. Tahap ketiga depression (depresi) Menurut Hurlock (2002) penerimaan
dalam tahap ini terkadang muncul adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh
dalam bentuk rasa putus asa, orang tua terhadap anak-anaknya yang
tertekan dan kehilangan harapan. ditandai oleh perhatian besar dan kasih
4. Tahap keempat bargainning sayang yang besar kepada anak. (2003)
(menawar) orang tua berusaha mendefinisikan sikap penerimaan
untuk menghibur diri dengan (acceptance) sebagai suatu sikap
pernyataan segala sesuatu yang seseorang yang mampu menghadapi dan
dikaruniakan Allah harus disyukuri menerima kenyataan daripada hanya
apapun bentuknya,. menyerah pada pengunduran diri atau tidak
5. Tahap kelima acceptance ada harapan.
(peneriman). Pada tahapan ini,
orang tua sudah berusaha Kesabaran, kesungguhan dan
menerima kenyataan dengan penerimaan yang baik, serta kerja sama ibu
kehadiran anak berkebutuhan dan ayah yang saling mendukung terbukti
khusus dalam kelurganya baik memberikan hasil yang baik dan bermakna
secara emosi maupun intelektual. bagi perkembangan anak. Namun tidak
sedikit orang tua yang memperlakukan
anaknya yang berkebutuhan khusus
Meskipun terlahir sebagai anak dengan tidak semestinya,misalnya dengan
berkebutuhan khusus mereka juga punya melakukan kekerasan fisik, pelecehan
kemampuan dan naluri sebagaimana sexual bahkan sampai terjadi perilaku
layaknya anak yang normal. Maka yang kejam orang tua bahkan sampai
harus dilakukan adalah senantiasa membunuhnya.
memberikan motivasi kepada para orang
tua yang memiliki Anak Berkebutuhan
Khusus supaya menerapkan pola asuh
yang benar kepada mereka.
CARA PENANGAN ANAK dia memiliki peluang untuk aktualisasi diri
BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM secara maksimal sesuai kemampuannya
KELUARGA
5. Tunalaras : adanya suasana harmonis
Hubungan orang tua sangat dalam keluarga sangat membantu
mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. psikologisnya menjadi lebih baik, selain
Hubungan yang serasi, penuh pengertian pendampingan dari orang tua mereka juga
dan kasih sayang, akan membawa kepada butuh pendampingan konselor secara rutin
pribadi yang tenang, terbuka dan mudah
mendidik, karena anak mendapatkan 6. Autis : mengajak berinteraksi dengan
kesempatan yang cukup dan baik untuk anggota keluarga agar dia tidak hanyut
bertumbuh dan berkembang. Namun dalam dunianya sendiri, makanan sesuai
penangan terhadap anak berkebutuhan petunjuk dokter, menghindari permainan
khusus belum sepenuhnya disadari oleh yang bersifat personal dan mengasyikkan
orang tua. Tidak jarang pula orang tua mis: PS dan permainan sejenisnya
merasa malu dengan anaknya, kondisi anak
berkebutuhan dianggap sebagai aib bagi Perkembangan anak dengan
keluarga dan tidak layak mendapatkan kebutuhan khusus tergantung beberapa hal,
pendidikan. diantaranya adalah :
Dalam perspektif pendidikan
kebutuhan khusus diyakini bahwa ada 1. Jumlah dan intensitas gangguan
faktor-faktor lain yang sangat penting untuk pada anak. Semakin banyak
dipertimbangkan yaitu faktor lingkungan, jumlah gangguan dan semakin
termasuk sikap terhadap anak pada sering frekuensi maka
umumnya dan terhadap anak tertentu perkembangannya pun akan
karena lingkungan yang tidak responsive, jauh lebih lambat dibandingkan
kurang stimulasi, pemahaman guru dan dengan anak yang jumlah
kesalahpahaman guru akan proses gangguannya lebih sedikit dan
pembelajaran, isi, pendekatan frekuensinya juga jarang.
pembelajaran dan materi pembelajaran
dapat memimbulkan hambatan belajar dan 2. Usia saat diagnosa ditegakkan.
hambatan perkembangan. Semakin dini anak bisa
terdiagnosa, maka orang tua
bisa segera mengupayakan
1. Tunarungu : agar dia mampu terus berbagai terapi yang bisa
berkomunikasi dengan orang lain orang tua membantu perkembangan anak.
harus turut belajar menggunakan bahasa
isyarat, selain itu mereka juga harus 3. Usia saat tatalaksana
dibiasakan sejak kecil melihat gerak mulut dilaksanakan. Semakin dini pula
lawan bicaranya. Hal ini dapat usia tata laksana/ terapi
meminimalisir kekurangannya untuk diupayakan , maka
berkomunikasi. perkembangan anak pun akan
semakin cepat bila dibandingkan
2. Tunanetra : orang tua harus melatih dengan anak yg baru melakukan
sejak dini kemampuan pada indra yang lain terapi ketika usianya sudah
supaya dapat menutupi kekurangan yang besar.
ada pada dirinya mis : dilatih kesenian sejak
dini. Tidak semua kegiatan harus dibantu 4. Intensitas dan konsistensi
akan tetapi dengan cara mengawasinya tatalaksana tersebut (40 jam
membuat dia lebih bisa mandiri mis : mandi, perminggu/8 jam setiap hari).
makan, minum. Penataan ruangan yang Semakin intensif dan konsisten
tidak berubah-ubah memudahkan dia dalam program-program dari tata
melakukan aktivitas kesehariannya laksana tersebut, maka
perkembangan anak pun akan
3. Tunagrahita : memberikan contoh atau semakin baik.
melakukan hal-hal yang rutin secara
konsisten. Mereka membutuhkan kata-kata 5. Konsistensi sikap dan pola asuh
sederhana yang mudah dipahami orang tua. Konsistensi orang tua
adalah hal yang mutlak
4. Tunadaksa : orang tua harus melatih diperlukan agar setiap anak bisa
kemampuan motoriknya sejak dini sehingga berkembang dengan optimal.
6. Intelegensi anak. Semakin tinggi
tingkat inteligensi anak, maka
akan semakin mudah baginya
dalam memahami dan
menerapkan program-program
yang diberikan kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dinkestrenggalek.net
https://jagoanilmu.net/anak-berkebutuhan-
khusus/