Anda di halaman 1dari 70

MAKALAH

ANAK BERKEBUTUHAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

KHUSUS (ABK)
SISWA DENGAN
GANGGUAN
PENGLIHATAN
(TUNANETRA)
Dosen Pengampu :
Pujiyana, M.Pd.
Disusun
Oleh :
BETA ESTHI WULANDARI
(2252000086)
INDAH FITRI NOVITASARI
(2252000104)
RINAWATI NUR HIDAYATI
(2252000139)
SUMARNI
(2252000154)
ARY MURDYANINGSIH
(2252000155)
NUR UMI WAHIDAH
(2252000156)
EKO KUNCORO
Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk paling sempurna yang
diciptakan Tuhan, namun dibalik kesempurnaan itu
terdapat beberapa orang yang memiliki keterbatasan.
Keterbatasan yang dimiliki individu tidak selamanya
dipandang sebagai hal yang wajar sehingga terdapat
pihak yang berpandangan bahwa individu yang
memiliki keterbatasan tidak sama dengan individu pada
umumnya yang sempurna baik fisik maupun mentalnya.
Latar
Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman anak-anak yang
memiliki keterbelakangan atau kelainan, baik dalam segi
fisik maupun mental telah mendapatkan perhatian dari
pemerintah, terbukti dengan dikeluarkannya Undang-Undang
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) termasuk di Indonesia,
pada tahun 2003 diatur dalam Undang-undang Nomor 20
tentang Satuan Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 2.
Melalui undang-undang yang berlaku di Indonesia, anak
berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan atau
kelainan, baik dari segi fisik maupun mental dapat diwadahi
melalui pelayanan pendidikan yang disesuaikan atau khusus.
Seperti halnya salah satu kelainan fisik yang diderita oleh
anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki
keterbatasan penglihatan (tunanetra).
Rumusan
Masalah 1.Bagaimanakah Pengertian dan Batasan
Tunanetra ?
2.Bagaimanakah Ciri-ciri Tunanetra ?
3.Bagaimanakah Faktor-faktor Penyebab
Ketunanetraan ?
4.Bagaimanakan Perkembangan Kepribadian
Anak Tunanetra ?
5.Bagaimanakah Pembelajaran Tunanetra ?
6.Bagaimanakah Layanan-Layanan Pendidikan
Tunanetra ?
Tujuan
1.Untuk mengetahui Pengertian dan
Batasan Tunanetra
2.Untuk mengetahui Ciri-ciri Tunanetra
3.Untuk mengetahui Faktor-faktor
Penyebab Ketunanetraan
4.Untuk mengetahui Perkembangan
Kepribadian Anak Tunanetra
5.Untuk mengetahui Pembelajaran
Tunanetra
A.Pengertian dan Batasan Tunanetra

Kamus lengkap bahasa Indonesia


memaparkan “Tunanetra berasal dari
2 kata, yaitu tuna dan netra, tuna
berarti tidak memiliki, tidak punya,
luka atau rusak, sedangkan netra
berarti penglihatan sehingga
tunanetra berarti tidak memiliki atau
A.Pengertian dan Batasan Tunanetra

Tunanetra digunakan untuk menggambarkan tingkatan


kerusakan atau gangguan penglihatan yang berat sampai pada
yang sangat berat, yang dikelompokan secara umum menjadi
buta dan kurang lihat. Jadi, tunanetra tidak hanya mereka yang
buta saja melaikan mereka yang mampu melihat tetapi
penglihatannya sangat kurang dan terbatas sekali sehingga tidak
bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran
seperti halnya orang awas biasa. Dalam hal ini adalah kedua-
duanya (indra penglihatanya) tidak dapat berfungsi dengan baik.
[1]
A.Pengertian dan Batasan Tunanetra

Secara pengertian, mereka yang mengalami kerusakan


indra penglihatanyya tergolong tunanetra. Akan tetapi,
individu yang disebut sebagai tunanetra dalam hal ini ialah
mereka yang tak mampu atau tidak dapat memanfaatkan
indra penglihatannya secara optimal untuk kegiatan
pembelajaran, sehingga perlu penanganan atau layanan
yang khusus (berkebutuhan khusus).
A.Pengertian dan Batasan Tunanetra

Menurut Hidayat “Anak tunanetra adalah anak yang


mengalami penyimpangan atau kelainan indera penglihatan
baik bersifat berat maupun ringan, sehingga memerlukan
pelayanan khusus dalam pendidikannya untuk dapat
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.”

.
A.Pengertian dan Batasan Tunanetra

Dalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan


penglihatan tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga
mereka yang mampu melihat tapi terbatas
. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui
dalam kondisi berikut:
1.Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki
orang awas,
2.Terjadi kekeruhan pada mata atau terdapat cairan tertentu,
3.Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak, dan
4.Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan
A.Ciri-ciri
Tunanetra
1. Karakteristik Anak Tunanetra dalam
Aspek Akademis
Menurut Tillman & Obsorg dalam wardani,
ada beberapa perbedaan antara anak tunanetra
dan anak awas yaitu:
a. Anak-anak tunanetra menyimpan
pengalaman-pengalaman khusus seperti anak
awas, tetapi pengalaman-pengalaman tersebut
kurang terintegrasikan.
b. Anak-anak tunanetra mendapat angka
yang hampir sama dengan anak awas dalam
hal berhitung, informasi, dan kosa kata, tetapi
kurang baik dalam hal pemahaman dan
persamaan.
A.Ciri-ciri
Tunanetra
c. Kosa kata anak-anak tunanetra
cenderung merupakan kata-kata yang
definitif, sedangkan anak awas
menggunakan arti yang lebih luas. Contoh,
bagi anak tunanetra kata malam berarti
gelap atau hitam, sedangkan bagi anak
awas, kata malam mempunyai makna cukup
luas, seperti malam penuh bintang atau
malam yang indah dengan sinar purnama.
A.Ciri-ciri
2. Tunanetra
Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek
Pribadi dan Sosial
Karakteristik yang mungkin terjadi pada anak
tunanetra yang tergolong buta sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung dari
kebutaannya adalah:
a. Curiga pada orang lain
Keterbatasan rangsangan visual/penglihatan,
menyebabkan anak tunanetra kurang mampu
untuk berorientasi pada lingkungannya
sehingga kemampuan mobilitasnya pun
terganggu.
b. Mudah tersinggung
Pengalaman sehari-hari yang sering
menimbulkan rasa kecewa dapat mempengaruhi
tunanetra sehingga tekanan-tekanan suara
tertentu atau singgungan fisik yang tidak
A.Ciri-ciri
Tunanetra
c. Ketergantungan pada orang lain
Sifat ketergantungan pada orang lain
mungkin saja terjadi pada tunanetra.
Hal tersebut mungkin saja terjadi
karena ia belum berusaha sepenuhnya
dalam mengatasi kesulitannya
sehingga selalu mengharapkan
pertolongan orang lain.
A.Ciri-ciri
3. Tunanetra
Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek
Fisik/Sensoris dan Motorik/ perilaku
a. Aspek fisik dan sensoris
Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan bahwa
orang tersebut mengalami tunanetra. Hal tersebut
dapat dilihat dari kondisi matanya dan sikap
tubuhnya yang kurang ajeg serta agak kaku. Pada
umumnya kondisi mata tunanetra dapat dengan
jelas dibedakan dengan mata orang awas. Mata
orang tunanetra ada yang terlihat putih semua,
tidak ada bola matanya atau bola matanya agak
menonjol keluar. Namun ada juga yang secara
anatomis matanya, seperti orang awas sehingga
kadang-kadang kita ragu kalau dia itu seorang
tunanetra, tetapi kalau ia sudah bergerak atau
berjalan akan tampak bahwa ia tunanetra.
A.Ciri-ciri
3. Tunanetra
Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek
Fisik/Sensoris dan Motorik/ perilaku
b. Aspek Motorik/Perilaku
Ditinjau dari aspek motorik/perilaku anak tunanetra
menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
1) Gerakannya agak kaku dan kurang fleksibel
Oleh karena keterbatasan penglihatannya anak
tunanetra tidak bebas bergerak, seperti halnya anak
awas. Dalam melakukan aktivitas motorik, seperti
jalan, berlari atau melompat, cenderung
menampakkan gerakan yang kaku dan kurang
fleksibel.
2) Perilaku stereotipee (stereotypic behavior)
Sebagian anak tunanetra ada yang suka mengulang-
ngulang gerakan tertentu, seperti mengedip-ngedipkan
atau menggosok-gosok matanya. Perilaku seperti itu
disebut perilaku stereotipee (stereotypic behavior).
A.Faktor-faktor Penyebab
Ketunanetraan
Menurut Efendi “Penyebab tunanetra
terjadi karena adanya faktor endogen
(keturunan) dan eksogen (penyakit,
kecelakaan dan lain-lain). Faktor-faktor
penyebab ketunanetraan dijelaskan
yaitu:
1.Faktor internal timbul
dalam diri individu
(keturunan)
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam
individu itu sendiri , yakni sifat genetik yang di bawa individu
akibat hasil persilangan yang salah karena terjadi atau terdapat
beberapa kelainan, sehingga beberapa fungsi organ-organ
tubuh akibat persilangan gen yang salah akan mengakibatkan
terganggunya atau menjadi tidak dapat berfungsinya organ-
organ tersebut dengan semestinya . Faktor ini kemungkinan
besar terjadi pada perkawinan antar keluarga dekat dan
perkawinan antar tunanetra. Karena didalam keluarga
memiliki kesamaan gen satu sama lainnya yang
memungkinkan gen-gen tersebut membawa sifat suatu
penyakit atau kecacatan tertentu.
1.Faktor internal timbul
dalam diri individu
(keturunan)
Biasanya gen ini tidak tampak, namun apabila gen-
gen ini (gen pembawa sifat kelainan) tercampur
dengan gen yang sehat dan dominan, maka gen
pembawa sifat penyakit yang ada akan menjadi
tampak. Begitupula dengan perkawinan antar atau
salah satu penderita tunanetra yang membawa gen
akan mewariskan sifat genetiknya.
2.Faktor eksternal berasal
dari luar individu
Faktor eksternal merupakan faktor yang
datang dari luar individu itu sendiri. faktor
eksternal juga mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap penyebab terjadinya
ketunanetraan. Faktor-faktor ini bisa saja
timbul karena kecelakaan atau terserang
suatu penyakit
2.Faktor eksternal berasal
dari luar individu
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang
dari luar individu itu sendiri. faktor eksternal
juga mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap penyebab terjadinya ketunanetraan.
Faktor-faktor ini bisa saja timbul karena
kecelakaan atau terserang suatu penyakit
Penyebab ketunanetraan menurut Wardani yang
dikelompokkan pada faktor eksternal, antara
lain:[1]
a. Penyakit rubella dan syphilis
Rubella (campak Jerman) merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering
berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis.
Jika seorang ibu terkena rubella pada usia
kehamilan 3 bulan pertama maka virus tersebut
dapat merusak pertumbuhan sel-sel pada janin
dan merusak jaringan pada mata, telinga, atau
organ lainnya sehingga kemungkinan besar
anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau
Penyebab ketunanetraan menurut Wardani yang
dikelompokkan pada faktor eksternal, antara
lain:[1]
b. Glaukoma
Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana
terjadi tekanan yang berlebihan pada bola mata.
Hal ini terjadi karena struktur bola mata yang
tidak sempurna pada pembentukannya dalam
kandungan. Kondisi ini ditandai dengan
pembesaran pada bola mata, kornea menjadi
keruh, banyak mengeluarkan air mata, dan
merasa silau.
Penyebab ketunanetraan menurut Wardani yang
dikelompokkan pada faktor eksternal, antara
lain:[1]
c. Retinopati diabetes
Retinopati diabetes merupakan kondisi yang
disebabkan oleh adanya gangguan dalam aliran
darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh
adanya penyakit diabetes
Penyebab ketunanetraan menurut Wardani yang
dikelompokkan pada faktor eksternal, antara
lain:[1]
d. Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang
terjadi pada retina dan sering ditemukan pada
anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari
penyakit tersebut, antara lain menonjolnya bola
mata, adanya bercak putih pada pupil, juling,
glaukoma, mata sering merah, atau
penglihatannya terus menurun.
Penyebab ketunanetraan menurut Wardani yang
dikelompokkan pada faktor eksternal, antara
lain:[1]
e. Kekurangan vitamin A
Kekurangan vitamin A menyebabkan kerusakan
pada sensitivitas retina terhadap cahaya dan
terjadi kekeringan pada konjungtiva bulbi yang
terdapat pada celah kelopak mata, disertai
pengerasan dan penebalan pada epitel. Pada saat
mata bergerak akan tampak lipatan pada
konjungtiva bulbi. Dalam keadaan parah, hal
tersebut dapat merusak retina dan apabila
keadaan ini dibiarkan akan terjadi ketunanetraan.
Penyebab ketunanetraan menurut Wardani yang
dikelompokkan pada faktor eksternal, antara
lain:[1]
f. Terkena zat kimia
Zat kimia seperti etanol dan aseton apabila
mengenai kornea akan mengakibatkan kering
dan terasa sakit. Asam sulfat dan asam tannat
yang mengenai kornea akan menimbulkan
kerusakan.
Penyebab ketunanetraan menurut Wardani yang
dikelompokkan pada faktor eksternal, antara
lain:[1]
g. Kecelakaan
Benturan keras mengenai saraf mata atau
tekanan yang keras terhadap bola mata. Secara
klinis, tunanetra kecil sekali kemungkinannya
untuk disembuhkan, meskipun ada hal semacam
operasi mata, namun ini sering kali sulit untuk
berhasil karena adanya penolakan dari tubuh.
D. Perkembangan Kepribadian Anak
Tunanetra
Pada hakikatnya perkembangan apapun mengenai anak
tunanetra sangat bergantung pada orang yang menanganinya.
Jika anak tunanetra didukung dan dipercaya untuk melakukan
kegiatan yang positif maka perkembangannya pun akan
bermakna.
Sebagai orang terdekat, orang tua dan keluarga sangat
berperan dalam perkembangan segala aspek anak tunanetra
sehingga dianjurkan bahkan diharuskan pihak-pihak ini
memberi dorongan/ motivasi, terus secara continue memberi
semangat dan memberikan input yang dapat menimbulkan
perkembangan positif bagi anak tunanetra termasuk dalam
perkembangan kepribadian sehingga anak tunanetra dapat
menyadari, mengenali dan memiliki konsep diri.
D. Perkembangan Kepribadian Anak
Tunanetra
Davis dalam Somantri, menyatakan mengenai proses
perkembangan awal anak tunanetra, yaitu:[1]
Dalam proses perkembangan awal, diferensiasi konsep
diri merupakan sesuatu yang sulit untuk dicapai sehingga
untuk memasuki lingkungan baru, seorang anak tunanetra
harus dibantu oleh ibu atau orang tuanya melalui
komunikasi verbal, memberikan semangat dan
memberikan gambaran lingkungan tersebut sejelas-
jelasnya seperti anak tunanetra mengenal tubuhnya
sendiri.
D. Perkembangan Kepribadian Anak
Tunanetra
Pada pembahasan konsep diri disampaikan pula 3 aspek
yang terdapat di dalamnya menurut Callhoun dan
Acocella dalam Fitriyah, yaitu:[1]
1.Pengetahuan merupakan apa yang individu ketahui
tentang dirinya. Di dalam benaknya terdapat satu daftar
yang menggambarkan dirinya, kelengkapan atau
kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku,
pekerjaan, agama dan lain-lain.
2.Harapan digambarkan sebagai suatu aspek dimana
seseorang memandang tentang dirinya, kemungkinan
dirinya menjadi apa di masa depan.
Penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang
dirinya sendiri
A.Metode Pembelajaran Tunanetra

Terdapat empat prinsip dalam pembelajaran bagi


anak tunanetra bila dibandingkan anak awas pada
umumnya. Yaitu:
Pertama: melakukan duplikasi, artinya
mengambil seluruh materi dan strategi
pembelajaran pada anak awas ke dalam
pembelajaran pada anak tunanetra tanpa
melakukan perubahan, penambahan, dan
pengurangan apa pun.
Kedua: melakukan modifikasi terhadap materi,
media dan strategi pembelajaran yaitu sebagian
atau keseluruhan materi, media, prosedur dan
strategi pembelajaran yang dipergunakan pada
A.Metode Pembelajaran Tunanetra

Ketiga: melakukan substitusi, yaitu mengganti


materi, media, dan strategi pembelajaran yang
berlaku pada pembelajaran anak awas, bahkan
mengganti mata pelajaran tertentu, misalnya mata
pelajaran menggambar diganti dengan apresiasi
seni suara atau sastra. Memberikan tambahan
pembelajaran/ kegiaatan ekstra kurikuler yang
berkaitan dengan aktivitas kompensatif yang tidak
ada pada kurikulum reguler. Misalnya kursus
orientasi mobilitas, Activity of dailly living
(ADL), computer bicara, dll.
A.Metode Pembelajaran Tunanetra

Keempat: melakukan omisi, yaitu penghilangan


materi tertentu yang berlaku pada pembelajaran
anak awas. Hal tersebut dilakukan apabila ketiga
prinsip di atas sudah tidak dapat dilakukan,
misalnya meniadakan materi pembiasan, proyeksi
warna, pada mata pelajaran/ mata kuliah tertentu,
dan lain sebagainya.
Adapun metode pembelajaran yang ada
digunakan untuk pembelajaran anak tuna netra
adalah sebagai berikut

1. Strategi pengorganisasian
Strategi pengorganisasian pembelajaran adalah
metode untuk mengorganisasi isi mata pelajaran/
kuliah yang telah dipilih untuk pembelajaran.
Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan
seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan
diagram, format, dan lainnya yang setingkat
dengan itu.
Adapun metode pembelajaran yang ada
digunakan untuk pembelajaran anak tuna netra
adalah sebagai berikut

2. Strategi penyampaian
Strategi penyampaian merupakan komponen
variabel metode untuk melaksanakan program
pembelajaran. sekurang-kurangnya ada 2 fungsi
dari strategi ini, yaitu:
a. menyampaikan isi pembelajaran kepada
peserta didik, dan
b. menyediakan informasi/ bahan-bahan yang
diperlukan peserta didik untuk menampilkan
unjuk-kerja (seperti latihan dan tes).
Secara lengkap ada 3 komponen yang perlu
diperhatikan dalam memdeskripsikan strategi
penyampaian:

a. Peraga pembelajaran,
1) Upayakan setiap anak mendapat kesempatan
untuk mengamati (meraba) media yang tersedia.
2) Peraga visual dimodifikasi ke dalam peraga
auditif, perabaan, namun tidak semua kesan visual
dapat diubah ke dalam kesan non visual. Misal
persepsi cahaya, bayangan, benda yang hanya
dapat dijangkau dengan penglihatan. Hal ini anak
tunanetra cukup diberi kesempatan untuk
merasakan gejala yang muncul atau bahkan cukup
diberikan cerita tentang itu.
3) Objek tiga dimensi harus disajikan dalam
b. Interaksi peserta didik dengan peraga
1) Peraga hendaknya jangan terlalu besar atau terlalu
kecil, yang ideal adalah sejauh kedua tangan dapat
mendeteksi objek secara keseluruhan.
2) Penyajian tabel/ diagram perlu penjelasan cara
membaca dan maksud tabel/ diagram tersebut.
3) Ada jaminan bahwa peraga itu tidak berbahaya, tidak
mudah rusak.
4) Strategi Pengelolaan merupakan komponen variabel
metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi
antara peserta didik dengan variabel-variabel metode
pembelajaran lainnya.
5) Metode pembelajaran untuk orang awas pada
prinsipnya dapat diterapkan terhadap peserta didik
tunanetra dengan memodifikasi aktivitas visual ke dalam
aktivitas selain visual.
6) Metode ceramah: kata-kata asing atau kata lain yang
belum dikenal hendaknya dosen/ guru mengulangi dan
A.Layanan-layanan Pendidikan
Tunanetra
Layanan pendidikan bagi anak
tunanetra pada dasarnya sama
dengan layanan pendidikan bagi
anak awas hanya dalam teknik
penyampaiannya disesuaikan
dengan kemampuan dan ketidak
mampuan atau karakteristik anak
tunanetra.
1.Jenis Layanan
Ditinjau dari segi jenisnya, layanan
pendidikan bagi anak tunanetra
A.Layanan-layanan Pendidikan
Tunanetra
a. Layanan umum
Latihan yang diberikan terhadap
anak tunanetra, umumnya meliputi
hal-hal berikut:
1) Keterampilan
2) Kesenian
Olahraga
A.Layanan-layanan Pendidikan
Tunanetra
a. Layanan khusus/layanan
rehabilitasi
Layanan khusus /rehabilitasi yang
diberikan terhadap anak tunanetra,
antara lain sebagai berikut:
1) latihan membaca dan menulis
braille
2) latihan penggunaan tongkat
3) latihan orientasi dan mobilitas
4) latihan visual/fungsional
penglihatan
2.Tempat /Sistem Layanan
a. Tempat khusus/ sistem
segregasi
Tempat pendidikan melalui sistem
segregasi bagi anak tunanetra
adalah berikut ini:
1) Sekolah khusus
Sekolah khusus yang
konvensional adalah Sekolah Luar
Biasa untuk anak tunanetra (SLB
bagian A). Sekolah ini memiliki
kurikulum tersendiri yang
dikhususkan bagi anak tunanetra.
2) Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB)
SDLB yang dimaksud dalam
kurikulum tersebut, diperuntukkan
bagi satu jenis kelainan, yaitu anak
tunanetra saja, sedangkan dalam
konsep SDLB ini merupakan suatu
sekolah pada tingkat dasar yang
menampung berbagai jenis
kelainan, seperti tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa.
3) Kelas jauh/kelas kunjung
Kelas jauh/kelas kunjung adalah
kelas yang dibentuk untuk
memberikan layanan pendidikan
bagi anak luar biasa termasuk anak
tunanetra yang bertempat tinggal
jauh dari SLB/SDLB.
b. Sekolah biasa/sistem
integrasi.
Penyelenggaraan sistem
pendidikan terpadu memerlukan
seorang ahli ke-PLB-an yang
disebut Guru Pembimbing Khusus
(GPK),dan ruang bimbingan
khusus untuk memberikan layanan
khusus bagi anak tunanetra.
Melalui sistem integrasi/terpadu,
anak tunanetra belajar bersama-
sama dengan anak normal (awas)
dengan memperoleh hak kewajiban
yang sederajat. Sekolah dasar atau
sekolah biasa lainnya yang
menerima anak tunanetra (anak
luar biasa pada umumnya) sebagai
siswanya, disebut sekolah terpadu.
Apabila disekolah tersebut tidak
terdapat bagi anak luar biasa maka
secara otomatis sebutan sekolah
terpadu tidak berlaku lagi (kembali
Bentuk keterpaduan dalam sistem
pendidikan integrasi, sangat
bervariasi. bentuk-bentuk
keterpaduan/integrasi meliputi:
1) Bentuk kelas biasa dengan
guru konsultasi
2) Kelas biasa dengan guru
kunjungan
3) Kelas biasa dengan ruang
sumber atau ruang bimbingan
khusus
4) Kelas khusus
3. Ciri Khas Layanan
Hal yang khas dalam pendidikan anak tunanetra adalah
berikut ini:
a. Penempatan anak tunanetra
Dalam menempatkan anak tunanetra, perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
1) Anak tunanetra ditempatkan didepan, agar dapat
mendengarkan penjelasan guru dengan jelas.
2) Memberikan kesempatan kepada anak tunanetra
untuk memiliki tempat duduk yang sesuai dengan
kemampuan penglihatannya
3) Anak tunanetra hendaknya ditempatkan berdekatan
dengan anak yang relatif cerdas, agar terjadi proses
saling membantu.
b. Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki
warna yang kontras. Pada alat peraga bahan cetakan,
antara tulisan dan warna dasar kertas harus kontras.
Kesimpul
an
Tunanetra artinya rusaknya penglihatan. Tes
yang digunakan untuk mengetahui
ketunanetraan disebut snellen card. Tunanetra
disebabkan oleh retrolenta fibroplasia (RLF)/
banyaknya bayi lahir prematur serta faktor
internal (bawaan) dan eksternal yang lain
(penyakit). Pembendaharaan kosakata pada
anak tunanetra diperoleh dari dalam dirinya
sendiri dan orang lain. Hambatan-hambatan
dalam perkembangan motorik anak tunanetra
berhubungan erat dengan ketidakmampuannya
dalam penglihatannya yang selanjutnya
berpengaruh terhadapa faktor psikis dan fisik
anak pada tahap-tahap perkembangan anak
Kesimpul
an
Masalah-masalah yang dihadapi anak tunanetra
sangat beragam termasuk dalam ruang lingkup
pendidikan, sosial, emosi, kesehatan,
pengajaran mencakup kesulitan dalam proses
belajar anak, orientasi dan mobilitas serta
kebiasaan diri, gangguan emosi, penyesuaian
diri, keterampilan dan pekerjaan,
ketergantungan diri dan penggunaan waktu
senggang.
Kesimpul
Dampak yang diterimaan orang terdekat
penderita tunanetra akan dilimpahkan kembali
kepada anak tunanetra, misalnya melalui reaksi-
reaksi orang tua terhadap ketunanetraan
anaknya, yaitu penerimaan secara realistik
terhadap anak dan ketunanetraannya,
penyangkalan terhadap ketunetraan anak,
perlindungan yang berlebihan, penolakan
secara tertutup dan penolakan secara terbuka.
Saran
Setelah mengetahui beberapa hal tentang
ketunanetraan, kami memeberikan saran, setelah
mengetahui faktor-faktor penyebab
ketunanetraan, sebaiknya keluarga, masyarakat
dan tenaga pengajar cepat tanggap dalam
menanggulangi ketunanetraan berdasarkan pada
faktor penyebabnya. Masalah anak tunanetra
berupa masalah pendidikan, sosial, emosi,
kesehatan, pengisian waktu luang, maupun
pekerjaan. Semua masalah tersebut dapat
diantisipasi dengan memberikan layanan
Daftar Pustaka
Wardani, Dkk, Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: UT,
2011.
Hidayat Dkk, Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus,Bandung:
UPI, 2006.
Muhammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung:
Refika Aditama, 2006.
Fitriyah, Chusniatul & Rahayu, Siti Azizah. Konsep Diri pada
Remaja Tunanetra di Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB)
Surabaya. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.
Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak
Syekh Jihad Al Maliki Hafiz Cilik Dari Madinah Hafal 30 Juz
Dengan
Keadaan Buta - Hafiz Indonesia 20

https://www.youtube.com/watch?v=P2g0JToC17k&t=20s
TUTORIAL MEMBACA Al-QUR'AN BRAILLE: Huruf Hijaiyah
Dalam Kode Braille [Part 1]

https://www.youtube.com/watch?v=giFkb0VKWa8&list=PLZpk374Y
-rlRhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=1
TUTORIAL MEMBACA AL-QUR'AN BRAILLE PART 2

https://www.youtube.com/watch?v=vmE6aYBVPFE&list=PLZpk374
Y-rlRhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=2
TUTORIAL MEMBACA AL-QUR'AN BRAILLE PART 3

https://www.youtube.com/watch?v=w81lqWilKe8&list=PLZpk374Y-
rlRhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=3
TUTORIAL MEMBACA Al-QUR'AN BRAILLE || HURUF
TAMBAHAN DALAM AL-QUR'AN BRAILLE [Part 4]

https://www.youtube.com/watch?v=_fa8Z83rt1s&list=PLZpk374Y-rl
RhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=4
TUTORIAL MEMBACA Al-QUR'AN BRAILLE || TANDA BACA
(SYAKL) DALAM AL-QUR'AN BRAILLE [Part 5]

https://www.youtube.com/watch?v=emRWa1jAGiw&list=PLZpk374
Y-rlRhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=5
TUTORIAL MEMBACA Al-QUR'AN BRAILLE || SISTEM
PENULISAN AL-QUR'AN BRAILLE [Part 6]

https://www.youtube.com/watch?v=1msWpTT67_g&list=PLZpk374
Y-rlRhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=6
TUTORIAL MEMBACA Al-QUR'AN BRAILLE || TANDA BARIS
TANWIN DALAM AL-QUR'AN BRAILLE [Part 7]

https://www.youtube.com/watch?v=LrXS1SseuBw&list=PLZpk374Y
-rlRhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=7
PENANDAAN BACAAN PANJANG (MAD) DALAM AL-
QUR'AN BRAILLE [Part 8]

https://www.youtube.com/watch?v=DIUME15mCCM&list=PLZpk3
74Y-rlRhCXPRgTO1B9dW9VQBnbm4&index=8
TERIMAK
ASIH

Anda mungkin juga menyukai