Anda di halaman 1dari 15

TUNA NETRA

PENJAS ADAPTIF
Dosen Pengampu : Dra. Onyas Widianingsih, M.Pd.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Rahmanu Yahma 6181111006


Rizky Hidayat 6181111010
Shinta Aprianti 6181111026
Joya Veronica Purba 6181111033
Muhammad Farid 6182111012

PJKR B 2018

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN & REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang Tuna Netra ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Penjas Adaptif.

Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah


membantu dalam penyelesaian makalah ini baik yang berupa materi maupun yang
berupa gagasan, Sehingga makalah ini dapat mencakup pembahasan yang
diperlukan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Langkat, September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................1
Latar belakang............................................................................................................1
Rumusan masalah.......................................................................................................1
Tujuan........................................................................................................................1
Manfaat......................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
Pembahasan dan isi....................................................................................................3
BAB III...............................................................................................................................10
Kesimpulan................................................................................................................10
Saran...........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang
termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan
menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah
Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB
bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C
untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk
tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. Tunanetra adalah istilah
umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami
gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan
tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind)
dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low Vision). Alat bantu
untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan menggunakan tongkat khusus,
yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat
hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra
berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti,
perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya sehingga tidak
sedikit tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di
bidang musik atau ilmu pengetahuan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu tuna netra?
2. Bagaimana ciri-ciri tuna netra?
3. Variasi permainan apa yang bisa di gunakan untuk anak tuna netra?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang anak berkebutuhan khusus tuna netra
2. Untuk mengetahui pembelajaran apa yang tepat untuk anak tuna
netra

1
3. Untuk mengetahui apa saja permainan yang bisa digunakan untuk
anak tuna netra

1.4. Manfaat Makalah


1. Mengetahui pengertian ddari tuna netra
2. Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak tuna netra
3. Menambah wawasan tentang materi yang tersaji di mata kuliah
Penjas Adaptif
4. Terpenuhinya tugas mata kuliah Penjas Adaptif

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TUNANETRA

Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi


seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra
penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua
yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan
(Low Vision). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan
menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis
merah horizontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya
maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya
seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya sehingga
tidak sedikit tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di
bidang musik atau ilmu pengetahuan. Pada umumnya yang digunakan
sebagai patokan apakah seseorang termasuk tuna netra atau tidak ialah
berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahuai
ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes snellen
card. Perlu ditegaskan bahwa dikatakan tuna netra bila ketajaman
penglihatannya (visusnya) kurang dari 6/21. artinya, berdasarkan tes orang
hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas
dapat membaca padak jarak 21 meter (Somantri, 2006) Berdasarkan
acuan tersebut, anak tuna netra dapat di kelompokan 2 macam, yaitu :

 Buta

Dikatakan buta jika sama sekali tidak mampu menerima rangsang


cahaya dari luar. Tuna netra memiliki keterbatasan dalam penglihatan
antara lain :

 Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 meter
 Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu
melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
 Low Vision
Bila masih mampu menerima rangsang cagaya dari luar, tetapi
ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline
pada surat kabar. Berdasarkan definisi Word Health Organition (WHO),
seseorang dikatakan low vision apabila :
 memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan
pengobatan, misalnya operasi atau koreksi refraksi standart (kaca mata
atau lensa).
 mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat
menerima refsefsi cahaya.

3
 luas penglihatan kurang dari 10 drajad dari titik fiksasi.
Untuk mengatasi kehilangan atau keterbatasan penglihatan guna
melakukan kegiatan sehari-harinya, orang tunanetra sering harus
melakukan kegiatan itu dengan cara alternatif. Teknik alternatif adalah
cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang
memanfaatkan indera-indera nonvisual atau sisa indera penglihatan untuk
melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indera
penglihatan. Karena begitu banyak teknik alternatif yang harus
digunakannya, maka pola kehidupannya pun menjadi berubah, berbeda
dari orang pada umumnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
1. Pre-natal Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak
dalam kandungan, antara lain:
 Keturunan Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi
dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai
orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara
lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya
merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan
mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanyasukar
melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal,
dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
 Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan Ketunanetraan yang
disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat
disebabkan oleh: - Gangguan waktu ibu hamil. - Penyakit menahun
seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama
pertumbuhan janin dalam kandungan. - Infeksi atau luka yang dialami
oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat
pada janin yang sedang berkembang. - Infeksi karena penyakit kotor,
toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang
berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
- Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata
sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-natal Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat
terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
 Kerusakan pada mata atau saraf mata padawaktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
 Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga
baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada akhirnya setelah bayi lahir
mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
 Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan,

4
 Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya
benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari
kendaraan, dll.

Ciri-ciri fisik anak tunanetra antara lain:


Tidak mampu melihat, Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6
meter, Kerusakan nyata pada kedua bola mata, sering meraba-
raba/tersandung waktu berjalan, Mengalami kesulitan saat mengambil
benda kecil disekitarnya, Bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/bersisik/kering, dan Peradangan hebat pada kedua bola mata.
Gejala-gejala yang dapat diamati dari segi fisik, antara lain:
• Mata juling
• Sering berkedip
• Menyipitkan mata
• (kelopak) mata merah
• Mata infeksi
• Gerakan mata tak beraturan dan cepat
• Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
• Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.

B. MENTAL PARA TUNANETRA

Secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut :


Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh
dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada
batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup
pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni
memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka
juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa
benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.

C. HUBUNGAN SOSIAL PARA TUNANETRA

Secara umum hubungan sosial tunanetra adalah sebagai berikut:

1. Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan


dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan
keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak
siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul
ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan
rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap
dirinya.

5
2. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian
dengan timbulnya beberapa masalah, antara lain:
 Curiga terhadap orang lain. Akibat dari keterbatasan rangsangan
visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan
lingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu.
Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi
sifat curiga terhadap orang lain. Untuk mengurangi rasa kecewa
akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka
latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi
indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam
menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
 Perasaan mudah tersinggung. Perasaan mudah tersinggung dapat
disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima.
Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa
menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
 Ketergantungan yang berlebihan. Ketergantungan ialah suatu
sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung
mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus
diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan
bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum,
mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.

D. PEMBELAJARAN ADAPTIF DALAM PENDIDIKAN JASMANI


BAGI TUNANETRA

Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian


layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk
mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan tunanetra memiliki problem
dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari
keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan
belajar. Sebagian tunanetra bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah
laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan
jasmani bagi tunanetra sangat besar dan akan mampu mengembangkan
dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

Pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan


bagi tunanetra, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang
berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendidikan
Jasmani adaptif bagi tunanetra sebagai berikut:

 Untuk menolong tunanetra mengkoreksi kondisi yang dapat


diperbaiki.

6
 Untuk membantu tunanetra melindungi diri sendiri dari kondisi
apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
 Untuk memberikan kesempatan pada tunanetra mempelajari dan
berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas
jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
 Untuk menolong tunanetra memahami keterbatasan kemampuan
jasmani dan mentalnya.
 Untuk membantu tunanetra melakukan penyesuaian social dan
mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
 Untuk membantu tunanetra dalam mengembangkan pengetahuan dan
appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
 Untuk menolong tunanetra memahami dan menghargai macam
olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

E. MODIFIKASI DALAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis


tunanetra maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam
pendidikan Pendidikan Jasmani bagi tunanetra. Penyesuaian dan
modifikasi dari pendidikan penjas bagi tunanetradapat terjadi pada :

 Modifikasi aturan dari aktifitas pendidikan jasmani.


 Modifikasi tehnik keterampiilannya.
 Modifikasi tehnik mengajarnya.
 Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya

Seorang tunanetra yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek


yang dimodifikasi bisa tidak tidak sama. tunanetrayang satu mungkin
membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. Tunanetra yang
lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan
tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan
modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan
mainnya. Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat
kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pendidikan dari setiap jenis
tunanetra.

F. PELAKSANAAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI TUNANETRA

Harus Memperhatikan dan Memodifikasi:

 Modifikasi jarak sehingga anak dapat mengenali objek dan kalau perlu
sedekat mungkin.agar dapat melihat lebih baik.

7
 Ijinkan tunanetra mendatangi dan menyentuh sesuatu yang
pembimbing tunjukan. Tanyakan pada tunanetra apa yang ia ketahui
dan lihat.
 Jangan percaya dengan jawaban simple seperti ya, tahu dan
sebagainya sebelum pembimbing mengecek terlebih dahulu
kebenarannya.
 Gunakan warna yang menyala dan kontras. Letakkan warna yang
menyala dan kontras pada target dan sasaran yang akan dituju
tunanetra. Hal ini akan memepermudah tunanetra untuk mengenali
target.
 Bila menggunakan warna dalam suatu aktvitas biarkan tunanetra
tunanetra yang memilih warna mana yang dapat kelihatan lebih jelas.
 Gunakan kekontrasan yang baik bila melakukan aktivitas visul pada
tunanetra tunanetra.
 Besarkan daerah target.
 Kombinasikan stimulus visual dengan stimulus pendengaran.
 Gunakan pencahayaan yang optimal, tidak silau, dan rata. Bila tidak
akan menyulitkan tunanetra tunanetra dalam bergerak dan beraktvitas
jasmani.
 Yakin bahwa tunanetra sudah mengerti tentang body plans seperti
depan, belakang, sisi tubuh. Bila tidak ia tidak akan mengerti perintah
perintah yang menggunakan arah, jarak, dan posisi.
 Gunakan perintah lisan.
 Disamping menunjuk, gunakan kata arah yang spesifik dan kongkret
seperti kiri, kanan, depan belakang dan sebagainya.
 Gunakan instruksi dan petunjuk yang bisa diraba. Kadang kadang
tunanetra mengalami kesulitan dalam meniru, siapkan orang lain yang
dapat diraba.
 Dalam kegiatan tertentu pasangkan yang tunanetra berat dengan yang
low vision.
 Catatan bahwa kecepatan tunanetra dalam beraktivitas mungkin
sedikit lambat
 Gunakan peralatan yang adaptif seberti bunyi bunyian, bola yang
berbunyi, lokasi tujuan yang bersuara.
 Perhatikan situasi yang berpotensi akan menimbulkan bahaya bagi
tunanetra dalam beraktivitas.

Kesegaran Jasmani dan Gerak Peserta didik berpenglihatan terbatas


seharusnya membutuhkan kesegaran yang lebih baik daripada yang
berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan terbatas
melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih banyak daripada

8
diperlukan. Gerak tanpa melihat kurang efisien dalam penggunaan energi
dari pada gerak dengan melihat. Aktivitas yang tidak sukar yang
menekankan pada pengembangan kekuatan dan daya tahan
kardiovaskuler bagi berpenglihatan terbatas merupakan sesuatu yang
perlu ditekankan. Kekuatan dapat dikembangkan dengan aman bagi
peserta didik melalui aktivitas mendorong, menarik, dan mengangkat
seperti:

 angkat beban menggunakan alat universal (mulai dengan tanpa beban


terlebih dahulu, kemudian diberi beban)
 latihan isometrik
 memanjat tali jala yang digantungkan ( perlu diingat bagi penderita
glaucoma, karena aktivitas itu dapat meingkatkan tekanan pada bola
mata).

Aktivitas kunci dari kardiovaskuler yang dapat dilakukan secara


aman dan berhasil bagi peserta didik berpenglihatan terbatas dapat
berupa :

 Lari ditempat
 Gunakan sepeda latihan (sepeda yang berada di tempat)
 Gunakan mesin mendayung
 Lari menempuh jarak tertentu (ada pelari marathon yang buta)

Cukup banyak cara yang berguna untuk membantu peserta didik


berpenglihatan terbatas dalam lari jarak jauh. Contohnya misalnya pelari
berpenglihatan terbatas dapat mendengar suara dari pelari berpenglihatan
normal (usahakan agar suara-suara yang lain tidak mengganggu suara
atau tanda dari yang melihat normal): Memegang siku pembatu yang
berpenglihatan normal (pelari yang berkelainaan ½ langkah kesamping
dan ½ langkah di belakang pelari yang normal matanya): memegang tali
atau kabel yang di pegang oleh pelari yang normal matanya: ikuti garis
kuning atau orange (bagi berpenglihatan residual) . Namun, alat apapun
yang harus dipegang oleh pelari yang berenglihatan terbatas akan
menghalangi lengan yang normal berayun dalam lari yang efisien. Satu
alternatif lain adalah menyuruh teman yang dapat melihat bersepeda
disamping pelari yang berpenglihatan terbatas. Teman yang bersepeda itu
dapat berbicara, satu alat yang dapat berbunyi dipasang disepeda untuk
memberi arah. Akhirnya, semakin hilang penglihatan semakin terlihat
penyimpangan mekanika tubuh. Satu teknik untuk melatih mekanika
tubuh adalah menyuruh yang berkelainan memeriksa dengan cara meraba
boneka atau menekuni bagianbagiannya dapat bergerak. Satu teknik lain
adalah menggunakan kipas angin. Udara yang dihembuskan oleh kipas

9
angin yang besar ke bagian depan dari tubuh dapat merangsang
kesadaran tentang bagian- bagian tubuh: umpamanya yang bersangkutan
dapat diminta untuk mengangkat atau menundukkan kepalanya untuk
mendapat terpaan angin.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi


seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra
penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua
yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan
(Low Vision). Faktor yang mempengaruhi ketunanetraan adalah pre natal
dan post natal. Ciri-ciri fisik anak tuna netra adalah Tidak mampu
melihat, Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, Kerusakan
nyata pada kedua bola mata, sering meraba-raba/tersandung waktu
berjalan, Mengalami kesulitan saat mengambil benda kecil disekitarnya,
Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering, dan
Peradangan hebat pada kedua bola mata. Maka diperlukan penjas adaptif
guna meningkatkan aktivitas gerak pada anak tuna netra dan menjadikan
tubuh anak tuna netra lebih sehat. Penjas adaptif ini penting dipelajari
guna menarik minat anak tuna netra dan mengelompokkan kedalam anak
dengan kekurangan yang sama, maka anak tuna netra bisa lebih percaya
diri dibandingkkan teman-temannya.

B. Saran

Setelah mengetahui tentang anak tuna netra diatas, penulis menyarankan :

 Untuk mahasiswa, kaji lagi tentang anak tuna netra dikarenakan ini
merupakan salah satu tantanga guru penjas jika ditempatkan di
sekolah luar biasa
 Untuk orang tua, selalu support anak karena mental anak
berkebutuhan khusus tidak sama dengan anak normal, mengerti dan
selalu ada merupakan bentuk dukungan orang tua.
 Untuk lingkungan sekitar, hendaknya selalu menebar energi positif
dengan selalu mensupport anak berkebutuhan khusus bukan malah
mengucilkan mereka. Mental anak juga terbentuk dari lingkungan
sekitar.

11
Daftar Pustaka

Andrie. 2010.Pendidikan Jasmani Tunanetra. (Online),


(http://ephie2.wordpress.com/tag/rpp, diakses 4 Desember 2011) Fnpinky.
2010.Tunaneetra.(Online),(http://fnpinky.wordpress.com/2010/01/08/tuna-
netra/, diakses 3Desember 2011) Hosni Irham. 2010. Konsep Dasar
Bimbingan Jasmani Adaptif bagi Tunanetra. Jakarta: PLB FIP UPI
Insan23,s. 2010. Teknik Lari. (Online),

(http://insan23.wordpress.com/, diakses 4 Desember 2011) Ulya07. 2009. Penjas


Adaptif. (Online), (http://ulya07.wordpress.com/2009/11/03/pendidikan-
jasmani-adaptif/, diakses 4 Desember 2011)

12

Anda mungkin juga menyukai