MAKALAH
oleh:
Kelompok 1
Chyntia Eka NIM 1606939
Ielsa Natasha NIM 1903636
Redha Dzil Izati NIM 1900404
Shafira Dyas NIM 1901032
PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MULTIPLE DISABILITIES: VISUAL AND HEARING IMPAIRMENT
Chyntia Eka, Ielsa Natasha, Redha Dzil Izati Qotru, Shafira Dyas Aulia
Mahasiswa Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, 2020
ABSTRAK
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk berbagai hal,
terutama dalam aspek-aspek kehidupan. Tidak hanya manusia biasa yang
membutuhkan pendidikan, penderita disabilitas juga membutuhkan pendidikan
agar menjadi manusia yang terdidik. Multiple Disabilities and Visual Impairment
(MDVI) adalah anak yang memiliki lebih dari satu ketunaan, salah satu kombinasi
ketunaan yang dimiliki berupa gangguan penglihatan. Salah satu hambatan
majemuk yang sering dijumpai ialah Multiple Disabilities: Visual and Hearing
Impairment atau tunanetra-rungu, merupakan kombinasi dari gangguan
pendengaran dan penglihatan pada anak-anak yang menyebabkan gangguan berat
pada komunikasi dan perkembangan lainnya, serta kebutuhan pendidikan. Dimana
kebutuhan mereka tidak dapat dipenuhi pada program yang diperuntukan bagi
anak dengan gangguan penglihatan saja, atau bahkan program bagi anak
berkelainan ganda secara umum. Penulisan ini bertujuan untuk memahami anak
Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment dan cara menanganinya
dengan baik. Metode penulisan yang digunakan adalah dengan metode deskriptif.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan..............................................................................................................2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................4
2.1 Multiple Disabilities.........................................................................................................4
2.2 Multiple Disabilities and Visual Impairment....................................................................5
BAB III
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
3.1 Hakikat Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment.......................................6
3.2 Faktor Penyebab Terjadi Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment............8
3.3 Dampak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment......................................9
3.4 Pelayanan Anak Multiple Disabilities and Visual Impairment......................................10
BAB IV
PENUTUP...............................................................................................................................12
4.1 Simpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan akhir pendidikan menurut kaum naturalisme yang dipelopori oleh Jean
Jaques Rousseau adalah self realization (penonjolan pribadi) dan potensi-potensi
manusia untuk menjadi kenyataan di dalam tindakan nyata. Dikemukakan oleh
Rousseau:
“education should aim to perfect the individual in all his powers ... that the
object of education is not to make a soldier, magistrate, or priet, but to make a
man”. (Pendidikan bertujuan untuk menyempurnakan semua potensi individu.
Dan, sasaran pendidikan bukan berfungsi untuk membina manusia untuk
menjadi prajurit, hakim, atau pendeta, tetapi untuk membina seseorang
menjadi manusia).
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk berbagai hal,
terutama dalam aspek-aspek kehidupan. Tidak hanya manusia pada umumnya
yang membutuhkan pendidikan, penderita disabilitas juga membutuhkan
pendidikan agar menjadi manusia yang terdidik.
Penderita disabilitas mempunyai kendala yang berbeda-beda sesuai
pengelompokannya. Ada tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, tuna laras, dan tuna
laras. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka yang memiliki hambatan, mempunyai
lebih dari satu hambatan yang diderita. Misalnya anak Multiple Disabilities and
Visual Impairment (MDVI).
Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI) adalah anak yang
memiliki lebih dari satu ketunaan, salah satu kombinasi ketunaan yang dimiliki
berupa gangguan penglihatan. Memiliki ganda hambatan bukan tidak mungkin
terjadi. Seperti salah satu tokoh dunia yang sangat berjasa dalam penanganan anak
yang menderita dabel hambatan yaitu Hellen Keller, penderita tunaganda yang
telah membuktikan dengan segala keterbatasannya yang tidak dapat melihat dan
mendengar, dengan niat dan usaha yang gigih dalam belajar, bukan tidak mungkin
penderita dapat belajar dan memahami kata-kata, atau bahkan mengenal nama-
nama benda yang ada di sekitarnya. Hellen Keller sangat berpengaruh dalam
kemajuan pendidikan bagi anak yang memiliki hambatan, terutama gangguan
penglihatan.
Pemberian pendidikan yang sesuai dengan hambatan yang diderita anak
Multiple Disabilities and Visual Impairment dapat menjadi penanganan yang baik
1
bagi mereka dalam mengenal dunianya. Juga dapat menjadi bekal bagi mereka
untuk hidup mandiri. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi dasar
mengenai anak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment, ditujukan
untuk semua kalangan yang membutuhkan informasi agar menjadi ilmu yang
melekat dan memahami bagaimana cara menangani anak dengan kasus Multiple
Disabilities: Visual and Hearing Impairment.
2
Tahap terakhir setelah pengumpulan data yaitu menyusun laporan hasil
penelitian dengan menyajikan data-data yang telah di dapat, mendeskripsikan
hasil analisa dan menarik suatu kesimpulan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
tunarungu-tunagrahita, tunadaksa-tunagrahita, tunanetra-tunarungu-tunadaksa,
tunanetra-tunarungu-tunadaksa, dan lain-lain.
5
BAB III
PEMBAHASAN
Tuna netra atau visual impairment adalah sebutan untuk mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. IDEA, dalam Heward 2017 menyebutkan,
istilah visual impairment mencakup low vision dan totally blind. Kondisi ini
memberi dampak yang besar bagi penderitanya terutama dalam aspek-aspek
kehidupan. Hal ini memberi pengaruh yang kurang baik terhadap proses
pendidikan penyandangnya.
Tuna rungu atau hearing impairment, sebutan untuk mereka yang memiliki
hambatan dalam pendengarannya. Individu yang kurang pendengarannya atau tipe
gangguan pendengaran yang lebih ringan, dapat diatasi oleh alat bantu dengar dan
individu ini bukan merupakan sasaran utama pendidikan bagi penyandang
tunarungu, karena individu tersebut masih bisa dibantu secara medis dan
psikologis agar dapat mengikuti pendidikan biasa di sekolah normal
(Mangunsong, 1998: 66 ).
Hellen Keller telah membuktikan adanya tunaganda atau disebut dengan
Multiple Disabilities. Mangunsong, dkk. (1998) menjelaskan definisi tunaganda
atau multiple disabilities, ialah anak yang menyandang kombinasi atau gabungan
dari dua atau lebih kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan
sosial, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan, psikologis, medis, sosial,
vokasional yang berbeda dari anak berkelainan tunggal, agar dapat
mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin agar dapat berpartisipasi dalam
masyarakat.
Mangunsok, dkk. (1998) juga mengatakan bahwa anak-anak tunaganda jika
dibandingkan dengan anak-anak yang berkelainan tunggal, memiliki kelainan
yang lebih kompleks dalam hal fisik, dalam kemampuan bersosialisasinya, dan
juga dalam hal mental ataupun intelektualnya.
Dari pernyataan berikut dapat disimpulkan bahwa kondisi multiple disabilities
berdampak sangat besar dalam pembelajaran nilai-nilai kehidupan bagi mereka.
Salah satu tunaganda yang sering dijumpai adalah Multiple Disabilities and
Visual Impairment (MDVI). Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI)
adalah anak yang memiliki lebih dari satu ketunaan, salah satu kombinasi
ketunaan yang dimiliki berupa gangguan penglihatan. Multiple Disabilities and
6
Visual Impairment sendiri dapat terjadi kombinasi antara tunanetra-rungu,
tunanetra-grahita, dan tunanetra-daksa.
Sebelum adanya istilah Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI)
ketika berbicara tentang anak dengan hambatan majemuk selalu tertuju pada anak
tunanetra yang disertai tunarungu. Oleh sebab itu, muncul beberapa istilah yang
digunakan untuk menggambarkan anak dengan kombinasi antara tunanetra dan
tunarungu, yaitu deaf bild, dead/blind dan deafblindness. Secara harfiah semua
istilah tersebut berarti tunanetra-rungu.
Menurut the Individuals with Disabilities Education Act (IDEA), section 662
mendefinisikan tunanetra-rungu ialah anak dan seseorang yang mempunyai
kekurangan di penglihatan dan pendengaran, kombinasi dari keduanya
menyebabkan kesulitan berkomunikasi dan perkembangan lainnya. Sehingga
membutuhkan pelayanan khusus yang sejalan dengan kekurangan yang
dimilikinya. Pelayanan yang diberikan tidak dapat diakomodasi oleh pelayanan
untuk anak yang memiliki kelainan tunggal, seperti hambatan penglihatan saja,
hambatan pendengaran saja, atau anak-anak yang mempunyai ketunaan lain yang
berat (Miles dan Riggio, 1999).
Miles (2005) menyebutkan kondisi Multiple Disabilities: Visual and Hearing
Impairment atau tunanetra-rungu adalah suatu kondisi yang merupakan kombinasi
dari gangguan pendengaran dan penglihatan pada anak-anak yang menyebabkan
gangguan berat pada komunikasi dan perkembangan lainnya, serta kebutuhan
pendidikan. Kebutuhan mereka tidak dapat dipenuhi pada program yang
diperuntukkan bagi anak dengan gangguan penglihatan saja, atau bahkan program
bagi anak berkelainan ganda secara umum.
Penglihatan dan pendengaran merupakan saluran utama anak dalam mengenal
dunianya. Ketika saluran tersebut terhambat atau tidak berfungsi, tentu akan
berdampak pada beberapa aspek utama, yaitu: (1) Perkembangan komunikasi; (2)
Perkembangan gerak; (3) Perkembangan kognitif; (4) Perkembangan sosial-
emosi; (5) Perkembangan konsep dan citra diri.
Dari ke lima aspek tersebut, perkembangan komunikasi merupakan masalah
yang mendasar yang akan membuat masalah pada aspek-aspek kehidupan lainnya.
Sebab komunikasi merupakan peranan terpenting pada anak dalam mengenal
dunianya. Pendapat Janssen (2003:12) Komunikasi adalah sebuah bentuk interaksi
yang bermakna dengan dikirimkan melalui penggunaan tanda-tanda kemudian
diterima dan diterjemahkan oleh orang lain.
7
Metode komunikasi dan strategi pembelajaran yang digunakan anak tunanetra-
rungu sangat luas tergantung pada tingkat pendengaran dan penglihatan;
kemampuan untuk memadukan informasi sensoris dengan pengalamannya; sosial;
kepribadian; dan perkembangan perilaku; pengalaman sebelumnya; dan ada
tidaknya ketidakmampuan tambahan. Komunikasi pada anak tunanetra-rungu
berkembang dari tahapan konkret, baru kemudian ke abstrak. Bermula dari
penggunaan benda nyata hingga ke tulisan maupun bahasa verbal lainnya, dari
tanda-tanda hingga ke arah tanda-tanda gerakan (cues) dan gesture, kemudian
sistem isyarat, atau wicara.
Hambatan penglihatan sekaligus hambatan pendengaran dapat menyebabkan
anak tidak memiliki motivasi untuk bergerak. Sebab tidak adanya rangsangan atau
stimulasi visual layaknya manusia normal. Akibatnya anak mengalami hambatan
keterampilan fisik, khususnya dalam menggunakan tubuhnya seperti koordinasi
tangan dan motorik halus untuk mengenal lingkungannya. Pengenalan lingkungan
fisik di sekitarnya dapat memotivasi anak untuk bergerak. Selain itu membangun
lingkungan fisik yang tertata dan aman dapat memudahkan anak tunanetra-rungu
untuk berkembang secara alamiah.
Anak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment berorientasi
dengan lingkungannya dengan memanfaatkan indera lain yang berfungsi selain
penglihatan dan pendengaran. Bagi anak tunanetra-rungu, untuk melakukan
kegiatan sehari-hari dan mengenal lingkungannya memerlukan teknik dan
pelayanan khusus.
8
AIDS, Rubella, Herpes, Syphilis, dan Toxoplasmosis juga dapat menjadi penyebab
terjadinya disabilitas majemuk.
10
Area komunikasi dan sosial, area yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk menyampaikan komunikasi ekspresif dan resesif (contoh : rasa
lapar, haus, sedih, senang, bercerita,dll.).
Area bekerja, area yang berhubungan untuk mengembangkan keterampilan
anak dalam menopang hidupnya di masa depan kelak (contoh : memasak,
mencuci piring, berbelanja, dll.).
4. Pendekatan Thematik, diperlukan untuk pembelajaran ketiga area diatas
didalam kehidupan nyata bukan hanya sebagai teori saja.
5. Penyusunan program pembelajaran individual, menjadi bagian yang penting
dalam proses pembelajaran bagi anak MDVI. Hal ini dikarenakan dapat
meningkatkan kemampuan yang belum dimiliki anak dan ditargetkan oleh
pendidik atau keluarganya berdasarkan hasil asesmen anak tersebut.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
12
DAFTAR PUSTAKA