Anda di halaman 1dari 18

MULTIPLE DISABILITIES:

VISUAL AND HEARING IMPAIRMENT

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan


Pendidikan Khusus dosen pengampu Dr. Nia Sutisna, M. Si.
dan Dr. Imas Diana Aprilia, M. Pd.

oleh:
Kelompok 1
Chyntia Eka NIM 1606939
Ielsa Natasha NIM 1903636
Redha Dzil Izati NIM 1900404
Shafira Dyas NIM 1901032

PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MULTIPLE DISABILITIES: VISUAL AND HEARING IMPAIRMENT
Chyntia Eka, Ielsa Natasha, Redha Dzil Izati Qotru, Shafira Dyas Aulia
Mahasiswa Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, 2020

ABSTRAK
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk berbagai hal,
terutama dalam aspek-aspek kehidupan. Tidak hanya manusia biasa yang
membutuhkan pendidikan, penderita disabilitas juga membutuhkan pendidikan
agar menjadi manusia yang terdidik. Multiple Disabilities and Visual Impairment
(MDVI) adalah anak yang memiliki lebih dari satu ketunaan, salah satu kombinasi
ketunaan yang dimiliki berupa gangguan penglihatan. Salah satu hambatan
majemuk yang sering dijumpai ialah Multiple Disabilities: Visual and Hearing
Impairment atau tunanetra-rungu, merupakan kombinasi dari gangguan
pendengaran dan penglihatan pada anak-anak yang menyebabkan gangguan berat
pada komunikasi dan perkembangan lainnya, serta kebutuhan pendidikan. Dimana
kebutuhan mereka tidak dapat dipenuhi pada program yang diperuntukan bagi
anak dengan gangguan penglihatan saja, atau bahkan program bagi anak
berkelainan ganda secara umum. Penulisan ini bertujuan untuk memahami anak
Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment dan cara menanganinya
dengan baik. Metode penulisan yang digunakan adalah dengan metode deskriptif.

Kata kunci: Pendidikan, Multiple Disabilities and Visual Impairment, Multiple


Disabilities: Visual and Hearing Impairment

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan..............................................................................................................2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................4
2.1 Multiple Disabilities.........................................................................................................4
2.2 Multiple Disabilities and Visual Impairment....................................................................5
BAB III
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
3.1 Hakikat Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment.......................................6
3.2 Faktor Penyebab Terjadi Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment............8
3.3 Dampak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment......................................9
3.4 Pelayanan Anak Multiple Disabilities and Visual Impairment......................................10
BAB IV
PENUTUP...............................................................................................................................12
4.1 Simpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan akhir pendidikan menurut kaum naturalisme yang dipelopori oleh Jean
Jaques Rousseau adalah self realization (penonjolan pribadi) dan potensi-potensi
manusia untuk menjadi kenyataan di dalam tindakan nyata. Dikemukakan oleh
Rousseau:
“education should aim to perfect the individual in all his powers ... that the
object of education is not to make a soldier, magistrate, or priet, but to make a
man”. (Pendidikan bertujuan untuk menyempurnakan semua potensi individu.
Dan, sasaran pendidikan bukan berfungsi untuk membina manusia untuk
menjadi prajurit, hakim, atau pendeta, tetapi untuk membina seseorang
menjadi manusia).
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk berbagai hal,
terutama dalam aspek-aspek kehidupan. Tidak hanya manusia pada umumnya
yang membutuhkan pendidikan, penderita disabilitas juga membutuhkan
pendidikan agar menjadi manusia yang terdidik.
Penderita disabilitas mempunyai kendala yang berbeda-beda sesuai
pengelompokannya. Ada tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, tuna laras, dan tuna
laras. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka yang memiliki hambatan, mempunyai
lebih dari satu hambatan yang diderita. Misalnya anak Multiple Disabilities and
Visual Impairment (MDVI).
Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI) adalah anak yang
memiliki lebih dari satu ketunaan, salah satu kombinasi ketunaan yang dimiliki
berupa gangguan penglihatan. Memiliki ganda hambatan bukan tidak mungkin
terjadi. Seperti salah satu tokoh dunia yang sangat berjasa dalam penanganan anak
yang menderita dabel hambatan yaitu Hellen Keller, penderita tunaganda yang
telah membuktikan dengan segala keterbatasannya yang tidak dapat melihat dan
mendengar, dengan niat dan usaha yang gigih dalam belajar, bukan tidak mungkin
penderita dapat belajar dan memahami kata-kata, atau bahkan mengenal nama-
nama benda yang ada di sekitarnya. Hellen Keller sangat berpengaruh dalam
kemajuan pendidikan bagi anak yang memiliki hambatan, terutama gangguan
penglihatan.
Pemberian pendidikan yang sesuai dengan hambatan yang diderita anak
Multiple Disabilities and Visual Impairment dapat menjadi penanganan yang baik

1
bagi mereka dalam mengenal dunianya. Juga dapat menjadi bekal bagi mereka
untuk hidup mandiri. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi dasar
mengenai anak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment, ditujukan
untuk semua kalangan yang membutuhkan informasi agar menjadi ilmu yang
melekat dan memahami bagaimana cara menangani anak dengan kasus Multiple
Disabilities: Visual and Hearing Impairment.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka


dapat dirumuskan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Multiple Disabilities: Visual and Hearing
Impairment?
2. Apa saja faktor penyebab anak mengalami Multiple Disabilities: Visual
and Hearing Impairment?
3. Dampak apa saja yang diterima anak Multiple Disabilities: Visual and
Hearing Impairment dari berbagai aspek kehidupan?
4. Bagaimana pelayanan untuk anak Multiple Disabilities: Visual and
Hearing Impairment?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka
penelitian ini berujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Multiple Disabilities:
Visual and Hearing Impairment
2. Untuk mengetahui faktor penyebab anak mengalami Multiple Disabilities:
Visual and Hearing Impairment
3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang diterima anak Multiple
Disabilities: Visual and Hearing Impairment dari berbagai aspek
kehidupan
4. Untuk mengetahui pelayanan untuk anak Multiple Disabilities: Visual and
Hearing Impairment

1.4 Metode Penulisan


Dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif. Tujuan dari metode
ini adalah untuk mendapatkan data yang mendalam tentang Multiple
Disabilities and Visual Impairment melalui penelitian-penelitian terdahulu.
Dalam penulisan ini kami melakukan pengumpulan data dengan via online.

2
Tahap terakhir setelah pengumpulan data yaitu menyusun laporan hasil
penelitian dengan menyajikan data-data yang telah di dapat, mendeskripsikan
hasil analisa dan menarik suatu kesimpulan.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Multiple Disabilities

Mangunsong, dkk. (1998) menjelaskan definisi tunaganda atau Multiple


Disabilities, ialah anak yang menyandang kombinasi atau gabungan dari dua atau
lebih kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan, psikologis, medis, sosial, vokasional yang
berbeda dari anak berkelainan tunggal, agar dapat mengembangkan kemampuan
seoptimal mungkin agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat.
Mangunsok, dkk. (1998) juga mengatakan bahwa anak-anak tunaganda jika
dibandingkan dengan anak-anak yang berkelainan tunggal, memiliki kelainan
yang lebih komplek dalam hal fisik, dalam kemampuan bersosialisasinya, dan
juga dalam hal mental ataupun intelektualnya.
Heward dan Orlansky (dalam Abdurrachman & Sudjadi, 1994) menyebutkan
bahwa anak-anak tunaganda dan ketunaan yang berat merupakan anak-anak yang
mempunyai masalah jasmani, mental, atau emosional yang sangat berat, atau
kombinasi dari beberapa masalah tersebut. Mereka memerlukan pelayanan
pendidikan, sosial, psikologis, dan medis yang melebihi pelayanan program luar
biasa reguler. Agar potensi yang mereka dapat berkembang secara maksimal
sehingga berguna di masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi di atas ialah anak Multiple
Disabilities atau tunaganda ialah anak yang memiliki kombinasi atau gabungan
dari dua atau lebih kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan
sosial mengalami masalah pada jasmani, mental, emosi, serta intelektual. Oleh
karena itu, penyandang tunaganda memerlukan pelayanan pendidikan, psikologis,
medis, sosial dan vokasional melebihi pelayanan yang sudah tersedia bagi anak
berkelainan tunggal, agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari, serta dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin
untuk dapat berpartisipasi dan berguna dalam masyarakat.
Mangunsong, dkk. (1998) mengklasifikasikan anak tunaganda sebagai berikut:
(1) Anak tunaganda dan majemuk tingkat ringan; (2) Anak tunaganda dan
majemuk tingkat sedang; (3) Anak tunaganda dan majemuk tingkat berat.
Beberapa kombinasi ketunaan yang termasuk tunaganda adalah tunanetra-
tunarungu, tunanetra-tunadaksa, tunanetra-tunagrahita, tunarungu-tunadaksa,

4
tunarungu-tunagrahita, tunadaksa-tunagrahita, tunanetra-tunarungu-tunadaksa,
tunanetra-tunarungu-tunadaksa, dan lain-lain.

2.2 Multiple Disabilities and Visual Impairment

Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI) merupakan salah satu


dari kelainan majemuk. MDVI ialah anak yang memiliki lebih dari satu ketunaan,
salah satu kombinasi ketunaan yang dimiliki berupa gangguan penglihatan.
Kombinasi yang termasuk dalam MDVI yaitu kombinasi antara tunanetra-
tunarungu, tunanetra-tunadaksa, tunanetra-tunagrahita.
Kelainan penglihatan akan berdampak pada keterbatasan dalam aspek-
aspek kehidupan, terutama pengalaman. Hambatan majemuk dengan adanya
gangguan penglihatan memungkinkan terjadinya gangguan pemusatan perhatian
disertai hiperaktivitas. Anak dengan hambatan penglihatan yang disertai dengan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), termasuk ke dalam bagian
MDVI.
Menurut Riadi (dalam myyasmina.blogspot.co.id, 2014) “MDVI (Multiple
Disabilities with Visual Impairment) merupakan sebutan untuk anak hambatan
majemuk dengan gangguan penglihatan adalah anak yang mengalami hambatan atau
ketunaan (tunagrahita, tunadaksa, tunarungu, autisme dan lain lain) yang disertai
gangguan atau hambatan penglihatan”. Dari segi kemampuan kognitif anak MDVI
memiliki tingkat kognitif yang berbeda, tergantung kepada kelainannya. Sebab
keterbatasan fungsi penglihatan anak serta keterbatasan lain pada anak MDVI
menyebabkan anak MDVI mengalami kesulitan dalam mengembangkan potensi pada
berbagai aspek kehidupan.
Anak MDVI mengalami hambatan di bidang fisik, intelektual, sosial dan
emosi ataupun gabungan dari berbagai bidang tersebut yang membuat anak
mengalami hambatan dalam tumbuh, berkembang, dan belajar. Selain itu juga
berdampak pada keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi, perkembangan
fisik dan motorik, dan kemampuan bina diri. Sehingga anak MDVI jarang
menampilkan perilaku konstruktif dan berinteraksi dengan orang lain, dan juga
sering menunjukkan perilaku yang tidak sesuai di masyarakat.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hakikat Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment

Tuna netra atau visual impairment adalah sebutan untuk mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. IDEA, dalam Heward 2017 menyebutkan,
istilah visual impairment mencakup low vision dan totally blind. Kondisi ini
memberi dampak yang besar bagi penderitanya terutama dalam aspek-aspek
kehidupan. Hal ini memberi pengaruh yang kurang baik terhadap proses
pendidikan penyandangnya.
Tuna rungu atau hearing impairment, sebutan untuk mereka yang memiliki
hambatan dalam pendengarannya. Individu yang kurang pendengarannya atau tipe
gangguan pendengaran yang lebih ringan, dapat diatasi oleh alat bantu dengar dan
individu ini bukan merupakan sasaran utama pendidikan bagi penyandang
tunarungu, karena individu tersebut masih bisa dibantu secara medis dan
psikologis agar dapat mengikuti pendidikan biasa di sekolah normal
(Mangunsong, 1998: 66 ).
Hellen Keller telah membuktikan adanya tunaganda atau disebut dengan
Multiple Disabilities. Mangunsong, dkk. (1998) menjelaskan definisi tunaganda
atau multiple disabilities, ialah anak yang menyandang kombinasi atau gabungan
dari dua atau lebih kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan
sosial, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan, psikologis, medis, sosial,
vokasional yang berbeda dari anak berkelainan tunggal, agar dapat
mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin agar dapat berpartisipasi dalam
masyarakat.
Mangunsok, dkk. (1998) juga mengatakan bahwa anak-anak tunaganda jika
dibandingkan dengan anak-anak yang berkelainan tunggal, memiliki kelainan
yang lebih kompleks dalam hal fisik, dalam kemampuan bersosialisasinya, dan
juga dalam hal mental ataupun intelektualnya.
Dari pernyataan berikut dapat disimpulkan bahwa kondisi multiple disabilities
berdampak sangat besar dalam pembelajaran nilai-nilai kehidupan bagi mereka.
Salah satu tunaganda yang sering dijumpai adalah Multiple Disabilities and
Visual Impairment (MDVI). Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI)
adalah anak yang memiliki lebih dari satu ketunaan, salah satu kombinasi
ketunaan yang dimiliki berupa gangguan penglihatan. Multiple Disabilities and

6
Visual Impairment sendiri dapat terjadi kombinasi antara tunanetra-rungu,
tunanetra-grahita, dan tunanetra-daksa.
Sebelum adanya istilah Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI)
ketika berbicara tentang anak dengan hambatan majemuk selalu tertuju pada anak
tunanetra yang disertai tunarungu. Oleh sebab itu, muncul beberapa istilah yang
digunakan untuk menggambarkan anak dengan kombinasi antara tunanetra dan
tunarungu, yaitu deaf bild, dead/blind dan deafblindness. Secara harfiah semua
istilah tersebut berarti tunanetra-rungu.
Menurut the Individuals with Disabilities Education Act (IDEA), section 662
mendefinisikan tunanetra-rungu ialah anak dan seseorang yang mempunyai
kekurangan di penglihatan dan pendengaran, kombinasi dari keduanya
menyebabkan kesulitan berkomunikasi dan perkembangan lainnya. Sehingga
membutuhkan pelayanan khusus yang sejalan dengan kekurangan yang
dimilikinya. Pelayanan yang diberikan tidak dapat diakomodasi oleh pelayanan
untuk anak yang memiliki kelainan tunggal, seperti hambatan penglihatan saja,
hambatan pendengaran saja, atau anak-anak yang mempunyai ketunaan lain yang
berat (Miles dan Riggio, 1999).
Miles (2005) menyebutkan kondisi Multiple Disabilities: Visual and Hearing
Impairment atau tunanetra-rungu adalah suatu kondisi yang merupakan kombinasi
dari gangguan pendengaran dan penglihatan pada anak-anak yang menyebabkan
gangguan berat pada komunikasi dan perkembangan lainnya, serta kebutuhan
pendidikan. Kebutuhan mereka tidak dapat dipenuhi pada program yang
diperuntukkan bagi anak dengan gangguan penglihatan saja, atau bahkan program
bagi anak berkelainan ganda secara umum.
Penglihatan dan pendengaran merupakan saluran utama anak dalam mengenal
dunianya. Ketika saluran tersebut terhambat atau tidak berfungsi, tentu akan
berdampak pada beberapa aspek utama, yaitu: (1) Perkembangan komunikasi; (2)
Perkembangan gerak; (3) Perkembangan kognitif; (4) Perkembangan sosial-
emosi; (5) Perkembangan konsep dan citra diri.
Dari ke lima aspek tersebut, perkembangan komunikasi merupakan masalah
yang mendasar yang akan membuat masalah pada aspek-aspek kehidupan lainnya.
Sebab komunikasi merupakan peranan terpenting pada anak dalam mengenal
dunianya. Pendapat Janssen (2003:12) Komunikasi adalah sebuah bentuk interaksi
yang bermakna dengan dikirimkan melalui penggunaan tanda-tanda kemudian
diterima dan diterjemahkan oleh orang lain.

7
Metode komunikasi dan strategi pembelajaran yang digunakan anak tunanetra-
rungu sangat luas tergantung pada tingkat pendengaran dan penglihatan;
kemampuan untuk memadukan informasi sensoris dengan pengalamannya; sosial;
kepribadian; dan perkembangan perilaku; pengalaman sebelumnya; dan ada
tidaknya ketidakmampuan tambahan. Komunikasi pada anak tunanetra-rungu
berkembang dari tahapan konkret, baru kemudian ke abstrak. Bermula dari
penggunaan benda nyata hingga ke tulisan maupun bahasa verbal lainnya, dari
tanda-tanda hingga ke arah tanda-tanda gerakan (cues) dan gesture, kemudian
sistem isyarat, atau wicara.
Hambatan penglihatan sekaligus hambatan pendengaran dapat menyebabkan
anak tidak memiliki motivasi untuk bergerak. Sebab tidak adanya rangsangan atau
stimulasi visual layaknya manusia normal. Akibatnya anak mengalami hambatan
keterampilan fisik, khususnya dalam menggunakan tubuhnya seperti koordinasi
tangan dan motorik halus untuk mengenal lingkungannya. Pengenalan lingkungan
fisik di sekitarnya dapat memotivasi anak untuk bergerak. Selain itu membangun
lingkungan fisik yang tertata dan aman dapat memudahkan anak tunanetra-rungu
untuk berkembang secara alamiah.
Anak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment berorientasi
dengan lingkungannya dengan memanfaatkan indera lain yang berfungsi selain
penglihatan dan pendengaran. Bagi anak tunanetra-rungu, untuk melakukan
kegiatan sehari-hari dan mengenal lingkungannya memerlukan teknik dan
pelayanan khusus.

3.2 Faktor Penyebab Terjadi Multiple Disabilities: Visual and Hearing


Impairment
Penyebab kondisi Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment
atau tunanetra-rungu yang paling sering dijumpai adalah : Sindrom Down (Down
syndrome), dan Sindrom Usher (Usher syndrome). Selain itu, kondisi ini juga
dapat terjadi sejak lahir dikarenakan adanya kelainan-kelainan pada organ tubuh
seperti hydrocephaly, dan microcephaly diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan
yang salah oleh ibu pada saat masa kehamilan.
Hambatan ini juga dapat terjadi pada masa setelah kelahiran, diantaranya
encephalitis, stoke, meningitis atau terjadinya trauma pada kepala. Kelahiran
prematur juga sering menyebabkan kelainan-kelainan yang menyebabkan anak
menjadi disabilitas, termasuk disabilitas majemuk. Dan juga penyakit seperti

8
AIDS, Rubella, Herpes, Syphilis, dan Toxoplasmosis juga dapat menjadi penyebab
terjadinya disabilitas majemuk.

3.3 Dampak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment


Anak yang memiliki hambatan lebih dari satu dalam dunia pendidikan di
Indonesia disebut sebagai anak tunaganda misalnya anak tunanetra yang sekaligus
anak tunarungu. Indera penglihatan dan pendengaran merupakan yang paling
berperan dalam membawa informasi dalam kehidupan manusia. Hilangnya kedua
indera tersebut menyebabkan seseorang mengalami banyak tantangan dalam
belajar, perkembangan dan keterampilan berkomunikasi.
Beberapa anak tunaganda juga biasanya menunjukkan perilaku yang
berbeda seperti, sulit dalam keterampilan menolong diri sendiri, sulit berperilaku
dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif.
Sunanto (2010) mengatakan hilangnya indera penglihatan dan pendengaran
sekaligus akan berdampak utama dalam menerima informasi yang akan berdampak
pada perkembangan di beberapa area utama, yaitu: (1) perkembangan komunikasi;
(2) perkembangan gerak; (3) perkembangan kognitif; (4) perkembangan sosial dan
emosi; serta (5) perkembangan konsep dan citra diri.
A. Perkembangan Komunikasi
Masalah terbesar dari hilangnya penglihatan dan pendengaran ini membawa
dampak yang sangat besar pada kesulitan dalam memahami sesuatu yang
terjadi dan komunikasi.
Menurut Sunanto (2010), komunikasi merupakan salah satu masalah
mendasar dan sekaligus kebutuhan mutlak anak dengan MDVI karena tanpa
komunikasi mereka akan terisolasi dari lingkungannya dan tanpa interaksi yang
menyebabkan mereka semakin tidak berdaya.
B. Perkembangan Gerak
Anak dengan MDVI mengalami keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan fisik karena faktor lingkungan. Sunanto (2010) mengatakan
anak MDVI yang tidak memiliki penglihatan atau penglihatan yang terganggu,
ia tidak akan hanya memiliki kesulitan bergerak, tetapi juga mungkin tidak
memiliki motivasi untuk bergerak.
C. Perkembangan Kognitif
Gangguan yang dialami dalam kemampuan intelektual, emosional dan
sosial seperti hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, mudah depresi, cemas,
dan sangat berpusat pada diri sendiri atau self-centered (Mangunsong, dkk.,
1998).
9
Sulit mengenali bentuk, warna dan objek-objek lain. Walaupun ada
beberapa dari mereka yang cukup mampu melakukan hal-hal tersebut, namun
perkembangannya tidak bisa disamakan dengan anak yang normal (Guess dan
Mulligan, dalam Meyen 1982).
D. Perkembangan Sosial
Pada umumnya tunaganda mengalami kesulitan dalam melakukan
keseharian, merasa rendah diri, isolatif, kurang percaya diri, self-help yang
rendah, dan hambatan dalam melakukan interaksi sosial. Sebagian dari mereka
dapat bergaul dengan lingkungan sosialnya (Mangunsong, dkk., 1998).
E. Perkembangan Konsep
Menurut Sunanto (2010), untuk anak dengan MDVI, dunia ini jauh lebih
sempit. Jika seseorang kondisi ketunanetraan dan ketunarunguannya total,
maka pengalaman mereka terhadap dunia hanya sejauh yang dapat dicapai oleh
ujung jari. Konsep mereka tentang dunia sangat tergantung pada apa atau siapa
yang melakukan kontak fisik dengannya.

3.4 Pelayanan Anak Multiple Disabilities and Visual Impairment


Pelayanan pendidikan bagi anak MDVI sebenarnya tidak jauh beda dengan
anak berkebutuhan khusus lainnya. Anak MDVI/deafblind memerlukan kurikulum
yang berdasarkan keterampilan dan pengalaman hidup atau bisa disebut kurikulum
fungsional. Struktur bagi anak MDVI ini disusun dalam bentuk area yang meliputi
area bekerja, komunikasi dan sosialisasi dan bina diri.
Sebelum menentukan program pembelajaran, ada baiknya pendidik harus
melakukan beberapa langkah untuk menyesuaikan dengan kondisi para muridnya.
Pendidik harus melakukan langkah seperti :
1. Identifikasi, awal mula proses untuk mengenali tipe murid dan mengetahui
hambatan yang dimilikinya.
2. Asesmen, tindakan selanjutnya dari identifikasi guna memastikan dugaan
hambatan yang telah diidentifikasi.
3. Kurikulum,bagi anak MDVI harus memuat apa yang diajarkan, bagaimana
cara mengajarkan dan mengapa diajarkan kepada siswa. Dalam hal ini telah
ditentukan beberapa area penting, seperti :
 Area bina diri, area yang berhubungan dengan kemampuan anak pada
kegiatan dalam pemenuhan kebutuhannya dalam sehari-hari (contoh:
makan, minum, berpakaian, membersihkan diri, dll.).

10
 Area komunikasi dan sosial, area yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk menyampaikan komunikasi ekspresif dan resesif (contoh : rasa
lapar, haus, sedih, senang, bercerita,dll.).
 Area bekerja, area yang berhubungan untuk mengembangkan keterampilan
anak dalam menopang hidupnya di masa depan kelak (contoh : memasak,
mencuci piring, berbelanja, dll.).
4. Pendekatan Thematik, diperlukan untuk pembelajaran ketiga area diatas
didalam kehidupan nyata bukan hanya sebagai teori saja.
5. Penyusunan program pembelajaran individual, menjadi bagian yang penting
dalam proses pembelajaran bagi anak MDVI. Hal ini dikarenakan dapat
meningkatkan kemampuan yang belum dimiliki anak dan ditargetkan oleh
pendidik atau keluarganya berdasarkan hasil asesmen anak tersebut.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI) adalah anak yang


memiliki lebih dari satu ketunaan, salah satu kombinasi ketunaan yang dimiliki
berupa gangguan penglihatan. Salah satu hambatan majemuk yang sering
dijumpai ialah Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment atau
tunanetra-rungu, merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran dan
penglihatan pada anak-anak yang menyebabkan gangguan berat pada komunikasi
dan perkembangan lainnya, serta kebutuhan pendidikan. Dimana kebutuhan
mereka tidak dapat dipenuhi pada program yang diperuntukan bagi anak dengan
gangguan penglihatan saja, atau bahkan program bagi anak berkelainan ganda
secara umum.
Anak Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment yang sering
dijumpai adalah bawaan dari Sindrom Down dan Sindrom Usher. Kondisi ini juga
dapat terjadi akibat beberapa faktor baik pada saat proses kehamilan, persalinan,
hingga prapersalinan. Obat-obatan yang terlalu keras yang digunakan oleh ibu
hamil ketika mengandung dapat menyebabkan terjadinya disabilitas majemuk
pada calon bayi, penyakit bawaan seperti AIDS, Rubella, Herpes, Syphilis, dan
Toxoplasmosis juga dapat menjadi penyebab terjadinya disabilitas majemuk.
Proses persalinan seperti kelahiran prematur juga dapat menyebabkan terjadinya
disabilitas majemuk. Begitu juga terjadinya benturan atau trauma yang keras pada
kepala dapat menyebabkan kondisi disabilitas majemuk.
Sunanto (2010) mengatakan hilangnya indera penglihatan dan pendengaran
sekaligus akan berdampak utama dalam menerima informasi yang akan berdampak
pada perkembangan di beberapa area utama, yaitu: (1) perkembangan komunikasi;
(2) perkembangan gerak; (3) perkembangan kognitif; (4) perkembangan sosial dan
emosi; serta (5) perkembangan konsep dan citra diri.
Pelayanan pendidikan anak Multiple Disabilities: Visual and Hearing
Impairment memerlukan kurikulum yang berdasarkan keterampilan dan
pengalaman hidup atau bisa disebut kurikulum fungsional. Struktur bagi anak
Multiple Disabilities: Visual and Hearing Impairment disusun dalam bentuk area
yang meliputi area bekerja, komunikasi dan sosialisasi dan bina diri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar M. (2017). Filsafat Pendidikan. 193. [Daring]. Tersedia di :


https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=ffpDDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA123&dq=pengertian+pendi
dikan+menurut+para+ahli&ots=lFhxxLdZ4Y&sig=D1mvPSmnYXREzTlbsEB
ObkSXKnA&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20pendidikan
%20menurut%20para%20ahli&f=false
Rahmawati D. (2009). Gambaran Peran Guru dan Perkembangan Anak
Tunaganda-Netra. [Daring]. Tersedia di :
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126038-155.916%20FAR%20g%20-
%20Gambaran%20Harapan%20-%20Literatur.pdf
Anandhya Rizal Pratama, (2016) PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI
UNTUK MENGURANGI PERILAKU MALADAPTIF PADA PESERTA DIDIK
MULTIPLE DISABILITIES WITH VISUAL IMPAIRMENT DI SLBN A KOTA
BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia. [Daring]. Tersedia di:
http://repository.upi.edu/24775/4/S_PLB_1101747_Chapter1.pdf
Sa’diyah, S. N. R. (2019). Dukungan Sosial Orang Tua terhadap Anak Tunaganda-
Netra di Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan. [Daring]. Tersedia di:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12
3456789/49279/1/SITI%2520NUR%2520RACHIMATUN%2520SA
%2527DIYAH-
FDK.pdf&ved=2ahUKEwih1uGcvtTrAhVHOSsKHREJDVwQFjANegQIChA
B&usg=AOvVaw1iJbTIXE8648eKUmUNHrlo
Sunanto, J. (2010). Pengembangan Konsep, Komunikasi, dan Gerak terhadap Anak
dengan Hambatan Penglihatan yang disertai Hambatan Lain (MDVI). [Daring].
Tersedia di:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/do
wnload/3921/2805&ved=2ahUKEwih1uGcvtTrAhVHOSsKHREJDVwQFjAAe
gQIAxAB&usg=AOvVaw2c_wzlmg4typ2qKOmCeSqE
Weningsih. Panduan Pengembangan Kurikulum dan Program Pembelajaran bagi
Siswa MDVI/Deafblind. 51. [Daring]. Tersedia di :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.atmaluhur.ac.id/index.php/knsi2
018/article/view/478&ved=2ahUKEwihxaW70dnrAhWWXSsKHRNEB7Q
QFjANegQIBBAB&usg=AOvVaw0I-VIJxwSGUCKWh4_uHPb5
Etikasari B., dkk. (2018). Media Pembelajaran untuk Anak MDVI/Deafblind. 5.
[Daring]. Tersedia di :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.atmaluhur.ac.id/index.php/knsi2
018/article/view/478&ved=2ahUKEwje9PDf0dnrAhUWXn0KHYgQA6kQ
FjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw0I-VIJxwSGUCKWh4_uHPb5

Anda mungkin juga menyukai