LOW VISION
171073
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan peulisan ini
tentang “Low Vision”.
Penulisan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penulisan ini.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan pada
fungsi penglihatannya.
Saat ini, jumlah penyandang low vision di seluruh dunia mencapai 245
juta orang. Angka tersebut lebih banyak daripada jumlah penyandang tuna netra
yang jumlahnya 39 juta orang.Low vision adalah gangguan penglihatan dan
lapang pandang menetap setelah melalui tindakan pengobatan dan atau operasi
yang maksimal.Beberapa tindakan yang bisa diberikan kepada para penderita
3
gangguan penglihatan tersebut adalah meliputi evaluasi dan rehabilitasi. Evaluasi
bertujuan untuk menentukan alat bantu yang dibutuhkan oleh para penderita.
6. Apa saja alat bantu yang dapat digunakan bagi para penderita low vision?
4. Untuk memahami dan mengatahui etiologi dan gejala klinis low vision
6. Untuk memahami dan mengatahui apa saja alat bantu yang dapat digunakan
bagi para penderita low vision
4
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan ini untuk penulis adalah untuk dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai penyakit-penyakit mata,
khususnya low vision. Sedangkan manfaat dari penulisan ini untuk pembaca
adalah dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan untuk menggali informasi serta
dapat dijadikan referensi mengenai penyakit-penyakit mata, khususnya low
vision.
5
BAB II
PEMBAHASAN
“Seorang dengan low vision merupakan orang yang mengalami kerusakan fungsi
penglihatan setelah penatalaksanaan dan/atau koreksi refraksi standar, dan
mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18 (20/60) terhadap persepsi cahaya
atau lapang pandangan kurang dari 100 dari titik fiksasi.”
6
dicetak besar dan tebal baik menggunakan alat Bantu penglihatan maupun
tidak (Dr. Juang Sunanto).
Adapun ciri-ciri anak penderita low vision secara umum, antara lain:
Adapun ciri-ciri anak penderita low vision secara fisik, antara lain:
Adapun ciri-ciri anak penderita low vision dilihat dari sikapnya, antara lain:
7
11. tulisannya buruk dan susunanya tidak rapi
12. tidak dapat menggambar sebuah bangun geometri an tidak bisa mencari
peta
13. kesulitan memotong atau menjahit
14. kelihatan kaku dan tidak bisa mengkoordinasikan mata atau tangan
15. posisi kepalanya tidak benar
16. posisi tubuhnya tidak benar bila berjalan atau bekerja
17. penuh keraguan, dan bila berjalan sering tersandung
18. sering membentur benda
19. mudah tergelincir dan sering menabrak benda atau sulit naik dan turun
tangga
20. mudah terkejut bila ada orang atau sesuatu yang tiba-tiba datang ke
arahnya
21. tidak mau bermain secara berkelompok.
22. selalu kelihatan bingung pada suatu tempat, misalnya mencari suatu benda.
Gerakannya, postur tubuhnya, wajahnya menunjukkan rasa kesal.
2. Severe visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi
kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapang pandangan adalah 20
derajat atau kurang ( diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah 1114e,
3/100, objek putih ).
8
4. Near-total vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi
20/1250 atau kurang.
1. ANAMNESA
Pemeriksaan low vision dimulai dengan anamnesa yang lengkap.
Mengidentifikasi pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting di
dalam pencegahan, terapi medis dan pembedahan. Pasien harus ditanyai mengenai
sifat, lama dan kecepatan gangguan penglihatan. Aktivitas-aktivitas sehari-hari
yang tidak dapat dilakukan harus dibahas secara spesifik. Pasien harus didorong
9
untuk memahami efek keadaan mereka pada sistem visual. Kecemasan akan
kemungkinan terjadinya kebutaan harus disampaikan dan diatasi.
2. PEMERIKSAAN/EVALUASI FUNGSI VISUAL
Penilaian fungsi visual merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana
menjadi penunjuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi visual melalui
latihan-latihan dan peresepan alat-alat bantu. Pemeriksaan terhadap penderita low
vision berbeda dari pemeriksaan ophthalmologi yang lazim diterapkan.
A. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi visual. Ketajaman
penglihatan menunjukkan kemampuan pengenalan detail yang berbeda dengan
kemampuan pengenalan benda. Aktivitas sehari-hari sering membutuhkan
pengenalan detail seperti pengenalan wajah dan identifikasi uang. Untuk
pemeriksaan penderita low vision, snellen chart sering tidak memuaskan sehingga
tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan menggunakan The Early
Treatment Diabetic Retinopathy Charts(ETDRS)
Iluminasi standar untuk pemeriksaan mata normal yaitu 100 candela/m2,
tetapi untuk penderita low vision membutuhkan iluminasi yang lebih. Ketajaman
penglihatan yang telah terkoreksi maksimum diukur pada jarak 4 m, 2 m atau 1 m
dengan ETDRS, yang memiliki baris-baris (masing-masing dengan lima huruf).
Jarak pemeriksaan 4 m digunakan untuk ketajaman penglihatan dari 20/20 sampai
20/200; jarak pemeriksaan 2 m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari
20/200 dan jarak pemeriksaan 1 m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari
20/400. Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat bervariasi
sehingga tidak spesifik terhadap suatu gangguan.
B. Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca
Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan
pengukuran ketajaman penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat perbedaan
jarak standar baca. Beberapa menggunakan 33 cm (untuk 3-D add); yang lain
menggunakan 14 inchi (35 cm, 2.86-D add) atau 40 cm (16 inchi, 2.5-D add).
Tetapi ukuran ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jarak baca pasien low
vision. Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. kartu bacaan dengan ukuran-
10
ukuran huruf yang geometrik dan dengan pencatatan ukuran simbol lebih disukai
karena dilengkapi dengan perhitungan.
Kartu yang memenuhi standar di atas adalah the Minnesota Low Vision
Reading Test(MNReadtest) , dimana setiap kalimat disesuaikan jarak dan
penempatannya. Colenbrander 1-m chart juga mempunyai segmen-segmen
pembacaan yang sama (Gambar 3) . Rangkaian-rangkaian ini mengikuti
perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca dan ketepatan di dalam
hubungannya dengan ukuran huruf.
Jenis uji baca lain adalah pepper visual skills for Reading test, The
Morgan Low
Vision Reading Comprehension assessment.
C. Pengukuran Sensitivitas Kontras
Bukan merupakan indikator yang spesifik untuk masalah-masalah yang
bervariasi di dalam sistem penglihatan. Sensitivitas kontras merupakan
kemampuan mendeteksi benda pada kontras yang rendah. Pasien akan mengalami
kesulitan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti mengendarai
kendaraan di saat hujan atau kabut, menuruni tangga, menuangkan susu ke dalam
mangkuk putih.
Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras
tinggi saat membaca.Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada
penderita macular oedem. Pelli-Robson chart dan LEA low-contrast
chartmemberikan huruf-huruf atau simbol-simbol yang besar dengan penurunan
kontras. Alternatif lain yaitu Bailey-Lovie Chart.
Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card yang
mengkombinasikan efek-efek kontras dengan iluinasi rendah. Pada salah satu sisi
mempunyai huruf-huruf regular (huruf berwarna hitam dengan latar
belakang putih); sisi yang lainnya mempunyai kontras yang rendah, low
luminance chart (huruf berwarna hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).
Sensitivitas kontras dapat dinilai baik secara monokular maupun binokular
dengan vistech Contrast Sensitivity Vision Test.
Hilangnya sasaran frekuensi tinggi dan sedang adalah tanda kesulitan
membaca tulisan dengan alat bantu optis untuk low vision
11
D. Pemeriksaan Lapang Pandangan
Perimetri makular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari
aspek-aspek penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan). Skotoma
makular memberikan dampak mayordi dalam aktivitas sehari-hari dan terjadi pada
83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral menimbulkan masalah
di dalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan pada tajam penglihatan.
Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan
menentukan posisi dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat
apakah distorsi yang dilihat pasien berkurang pada penglihatan binocular atau
monocular. Apabila dengan penglihatan binokular distorinya kurang maka pasien
mungkin calon untuk penggunaan lensa baca yang mengkoreksi kedua mata
daripada penggunaan lensa monokular biasa. Skotoma sentralis jugadapat
digrafikkan pada layar singgung.
Walaupun mudah digunakan, uji Amsler Grid dan perimetri lainnya tidak
sensitif untuk mendeteksi skotoma macular yang kecil dan tidak akurat dalam
menentukan perluasan skotoma. Scanning Laser Ophthalmoscope (SLO) adalah
instumen yang lebih disukai tetapi harganya mahal. Tangent screen dapat
memberikan hasil yang tepat jika dilakukan oleh perimetrist yang ahli dan sesuai
dengan protocol pengujian. Perimetri makular paling baik dilakukan dengan
teknik hybrid dimana menggunakan intensitas stimulus yang tunggal untukseluruh
lokasi uji, seperti perimetri kinetik, tetapi target berada pada lokasi retina yang
spesifik, seperti perimetri statik.
Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapang pandangan perifer sebaiknya
diperiksa pada layar singgung dan untuk pasien glaukoma dan defisit neurologik
pada perimeter Goldmann.
2.6 ALAT BANTU
Tersedianya banyak alat bantu low vision memberi para praktisi dalam
bidang low vision berbagai opsi untuk membantu anak-anak yang menyandang
ketunanetraan. Seyogyanya tidak akan dijumpai suatu kondisi di mana anak low
vision tidak dapat dibantu dengan suatu bentuk alat bantu low vision yang sesuai
dengan kebutuhan pendidikannya.
12
Sebuah tim pembina penglihatan, yang keanggotaannya mencakup seorang
optometris, guru spesialis tunanetra, petugas rehabilitasi dan orang tua anak, perlu
mengadakan pertemuan konsultasi bersama anak untuk menentukan bentuk alat
bantu low vision yang paling sesuai dengan kebutuhan individu anak itu.
Pentingnya asesmen oleh seorang optometris yang berkualifikasi tidak dapat
terlalu ditekankan, karena kaca mata dengan resep yang tepat hanya merupakan
langkah awal dari penanganan low vision.
Optometris, yang memiliki pengetahuan luas tentang proses penyakit
tertentu yang mengakibatkan ketunanetraan itu, dapat melakukan pemeriksaan
refraksi dan melakukan asesmen serta memberi advis sehubungan dengan masalah
low vision yang dihadapi anak. Bagi banyak anak, sebuah alat bantu low vision
dapat merupakan alat yang serba guna. Akan tetapi, bagi kasus-kasus tertentu,
alat-alat ini mungkin terbatas atau spesifik kegunaannya, dan tidak ada
pendekatan yang standar ataupun cara pemecahan yang seragam, karena setiap
anak memiliki kebutuhan visual yang berbeda.
Perbedaan dalam proses pembelajaran anak low vision dengan yang awas
adalah penggunaan alat bantu penglihatan. Alat bantu penglihatan adalah alat
yang membantu penglihatan anak low vision untuk melihat objek lebih jelas, lebih
besar, kontras dan sebagainya.
Alat bantu tersebut bisa berupa alat bantu optik dan non optik. Optik
banyak berhubungan dengan lensa dan kaca pembesar, sedangkan non optik
banyak berhubungan dengan sarana lain diluar optik.
Alat-alat bantu optik maupun non optik dapat membantu penderita
menggunakan sisa penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup penderita
serta mengurangi ketergantungan penderita kepada orang lain. Apabila telah
diketahui rentang dioptrik (berkisar +3 D sampai +68 D) maka dipilihlah jenis alat
bantu low visionyang paling sesuai dengan tujuan derajat low vision.
Terdapat tiga jenis dasar alat bantu optik untuk low vision, antara lain:
1. Alat bantu lensa konveks misalnya kacamata, kaca pembesar dan kaca
pembesar berdiri (stand magnifiers).
2. Sistem teleskopik misalnya teleskop kacamata, lup teleskop yang dapat
disangkutkan (clip-on)dan alat-alat bantu yang dapat digenggam.
13
3. Sistem membaca elektronik yang mencakup mesin pembaca Closed
Circuit Television (CCTV) dan computer yang mampu mencetak tulisan dalam
ukuran besar.
Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi
pasien yang benar. Peresepan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil pada
50% kasus, sedangkan dengan instruksi angka keberhasilannya meningkat sampai
90%. Pasien menggunakan alat di bawah pengawasan seorang instruktur terlatih
sampai tercapai kecakapan dan efikasi. Dilakukan pembahasan tentang mekanika
alat-alat bantu, semua pertanyaan pasien dijawab, tujuan pemakaian alat diperjelas
dan pasien diberi cukup waktu dalam keadaan tenang untuk mencoba ketrampilan
yang baru mereka peroleh. Hal ini mungkin berlangsung dalam satu sesi atau lebih
karena sebagian pasien memerlukan pearacobaan pemakaian alat bantu di rumah
atau pekerjaan sebelum mereka yakin.
Dokter harus terbiasa dengan alat-alat yang tersedia serta keunggulan dan
kekurangan masing-masing alat agar dapat memberi petunjuk yang sesuai bagi
instruktur maupun pasien. Peresepan alat bantu low vision mengharuskan dokter
dan instruktur memahami bagaimana gejala penyakit dan ketajaman penglihatan
mempengaruhi indikasi pemakaian kacamata, lensa kontak, teleskop, lensa
intraokular dan alat-alat bantu low vision.
Kemajuan pasien ditinjau setelah dua sampai tiga minggu. Pasien didorong
untuk menelepon apabila timbul masalah-masalah baru. Banyak kesulitan-
kesulitanteknis minor dapat diatasi melalui telepon.
AKTIVITAS ALAT BANTU OPTIK ALAT BANTU NON OPTIK
Berbelanja Kaca pembesar Cahaya,petunjuk warna
Menyusun makanan Kacamata bifokal Petunjuk warna, penyimpanan
kecil konstan
Makan di luar Kaca pembesar Senter,lampu meja
Membedakan uang Kacamata bifocal,kaca Susun dalam kompartemen-
pembesar kompartemen
Kacamata Cahaya,tulisan berkontras
berkekuatan tinggi,tulisan
tinggi, kacamata bifocal, berukuran besar
14
kaca pembegsar, kaca
pembesar berdiri, CCTV
Menulis Kaca pembesar sedang, Cahaya,pena berujung
teleskop yang dapat besar,tinta hitam
difokuskan,CCTV
Menelpon Kaca Huruf
pembesar telepon berukuran besar,catatan
dengan tulisan tangan
Menyeberang Teleskop Tongkat,menanyakan
arah
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
“Seorang dengan low vision merupakan orang yang mengalami kerusakan fungsi
penglihatan setelah penatalaksanaan dan/atau koreksi refraksi standar, dan
mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18 (20/60) terhadap persepsi cahaya
atau lapang pandangan kurang dari 100 dari titik fiksasi.”
2. Severe visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi
kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapang pandangan adalah 20
derajat atau kurang ( diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah 1114e,
3/100, objek putih ).
4. Near-total vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi
20/1250 atau kurang.
Alat bantu yang dapat digunakan oleh para penyandang low vision dapat
berupa alat bantu optik dan non optik. Optik banyak berhubungan dengan lensa
16
dan kaca pembesar, sedangkan non optik banyak berhubungan dengan sarana lain
diluar optik.
Alat-alat bantu optik maupun non optik dapat membantu penderita
menggunakan sisa penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup penderita
serta mengurangi ketergantungan penderita kepada orang lain. Apabila telah
diketahui rentang dioptrik (berkisar +3 D sampai +68 D) maka dipilihlah jenis alat
bantu low visionyang paling sesuai dengan tujuan derajat low vision.
Terdapat tiga jenis dasar alat bantu optik untuk low vision, antara lain:
1. Alat bantu lensa konveks misalnya kacamata, kaca pembesar dan kaca
pembesar berdiri (stand magnifiers).
2. Sistem teleskopik misalnya teleskop kacamata, lup teleskop yang dapat
disangkutkan (clip-on)dan alat-alat bantu yang dapat digenggam.
3. Sistem membaca elektronik yang mencakup mesin pembaca Closed
Circuit Television (CCTV) dan computer yang mampu mencetak tulisan dalam
ukuran besar.
3.2 SARAN
Dokter harus terbiasa dengan alat-alat yang tersedia serta keunggulan dan
kekurangan masing-masing alat agar dapat memberi petunjuk yang sesuai bagi
instruktur maupun pasien. Peresepan alat bantu low vision mengharuskan dokter
dan instruktur memahami bagaimana gejala penyakit dan ketajaman penglihatan
mempengaruhi indikasi pemakaian kacamata, lensa kontak, teleskop, lensa
intraokular dan alat-alat bantu low vision.
17
DAFTAR PUSTAKA
18