Anda di halaman 1dari 11

Asesmen self concept dan locus of control

1. Pengertian
A. Self concept
Calhaun dan Acocella (1990 : 67) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah
pandangan diri anda tentang anda sendiri yang meliputi tiga dimensi yakni:
1) pengetahuan atau apa yang diketahui tentang dirinya sendiri
2) pengha- rapan mengenai dirinya dan pengharapan ini merupakan diri ideal
3) penilaian tentang dirinya sendiri.
Hal ini seperti apa yang dinyatakan oleh Fitts (1971:3) "the self as seen,
perceived, and experienced by him" konsep diri sebagai diri yang dia rasakan,
dan dia alami. Rogers (Burn, 1993: 49) menggunakan istilah konsep diri untuk
menunjuk bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri.
Senada dengan itu Burn (1982: 1) menyatakan “the self-concept is composed
of all the beliefs and evaluations you have about yourself”, konsep diri adalah
terdiri dari semua keyakinan dan evaluasi yang anda miliki tentang diri anda.
Dari para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri merupakan
hasil evaluasi terhadap dirinya sendiri. Sementara itu Brooks (1974: 40)
mendefinisikan konsep diri adalah “those physical, social, and psychological
perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our
inteaction with others” atau persepsi fisis, sosial, dan psikologis tentang
dirinya sendiri yang ia dapat melalui pengalaman dan interaksi dengan orang
lain.
Senada dengan itu Hurlock (1990: 25) menyatakan bahwa konsep diri sebagai
gambaran tentang dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan
fisis, psikologis, emosional, aspirasi, dan prestasi yang ingin dicapai. Dengan
demikian konsep diri secara sederhana dapat diartikan sebagai penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, sosial, maupun psikologis
yang terbentuk melalui proses interaksi dengan diri dan lingkungannya.
Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dikemukakan oleh
Hurlock (1990) yang menyatakan bahwa terdapat tiga belas faktor yang
mempengaruhi konsep diri, yaitu bentuk tubuh, cacat tubuh, kondisi tubuh,
kelenjar tubuh, pakaian, nama panggilan, intelegensi, tingkat aspirasi, emosi,
pola kebudayaan, sekolah, status sosial, dan pengaruh keluarga. Sementara itu
Rais (1989) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu
jenis kelamin, harapan – harapan, suku bangsa, nama, dan pakaian. Rapport
(Suwido, dkk, 1979) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
konsep diri, antara lain : perubahan fisik, hubungan dengan teman sebaya,
hubungan dengan keluarga, perkembangan kognitif dan identitas personal.
Dari faktor-faktor tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah
: keadaan jasmani, perkembangan psikologis, lingkungan keluarga, lingkungan
sosial, dan budaya.
B. Locus of control
Konsep locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966) yaitu
seorang ahli teori pembelajaran sosial dari Amerika. Menurut Rotter locus of
control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality) yang berkaitan
dengan keyakinan individu bahwa mereka mampu mengontrol peristiwa-
peristiwa dalam kehidupannya atau sebaliknya bahwa lingkunganlah yang
mampu mengontrol peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya. Owie (1993)
menyebutkan bahwa locus of control adalah karakteristik individu yang
didasarkan pada keyakinan bahwa kehidupan seseorang ditentukan oleh
kombinasi kekuatan internal dan eksternal.
Oleh Murisal (2003) keyakinan itu disebutkan akan menjadi sumber penentu
perilaku seseorang. Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Capel
(1992) bahwa locus of control merupakan persepsi umum terhadap hubungan
antara perilaku dengan peristiwa yang menyertainya. Menurut Degeng dan Pali
(2002) lokus kendali merupakan kecenderungan pebelajar terhadap general
expectancy (harapan umum) dalam menerima hadiah dan hukuman sebagai
variabel yang berpengaruh dalam bertingkahlaku. Senada dengan itu,
Abimanyu (1990) menyebutkan locus of control adalah cara pebelajar
menyikapi reinforcement yang diterimannya. Putra (2012) yang
mensintesiskan berbagai pengertian di
atas sampai pada simpulan bahwa locus of control dapat dipahami sebagai
kecenderungan seseorang dalam menyikapi apa yang diterimanya
(reinforcement) apakah dipersepsikan sebagai faktor dari dalam (internal
orientation) atau faktor dari luar (external orientation). Dengan demikian
terdapat dua orientasi locus of control, yaitu orientasi internal dan eksternal.
Secara singkat orietasi locus of control internal dan eksternal dapat dijelaskan
sebagai berikut. Rosen dan Osmon (dalam Degeng dan Pali, 2002)
menyebutkan bahwa seseorang dikatakan memiliki orientasi lokus kendali
internal bila ia menganggap reinforcement yang diterimanya sebagai
konsekuensi logis dari hasil kerja keras dirinya sendiri. Senada dengan itu
Abimanyu (1990) menyatakan bahwa jika pebelajar lebih menganggap
reinforcement yang diterimanya sebagai konsekuensi logis dari hasil kerja
dirinya sendiri, maka pebelajar demikian dikatakan memiliki lokus kendali
internal. Mahasiswa yang memiliki lokus kendali internal memiliki
kecenderungan sifat yang lebih aktif dalam mencari, mengelola,
memanfaatkan berbagai informasi, serta memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi (Mukhadis, 2003; Degeng dan Pali, 2002).
2. Tujuan dan kegunaan
A. Tujuan
Tujuan observasi atau pengamatan self concept adalah mendapatkan data dari
obyek pengamatan yang sesuai dengan tujuan dilakukannya observasi dalam
hal ini untuk melakukan identifikasi konsep diri dan bagaimana keyakinan
individu terhadap dirinya yang menjadi sumber perilaku individu tersebut.
Untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaiamana sikap,
kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan.
B. Kegunaan
1. Hasil observasi yang dibuat dapat dikomfirmasikan dengan hasil
penelitian.
2. Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata.
3. Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap temuan
dan bagaimana akan diinterpretasikan.
4. Dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji
kualitas, memperkirakan mengapa sesuatu terjadi dalam seting nyatanya.
5. Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya.
6. Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen.
7. Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan berurutan.
8. Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen.
9. Observasi dapat dikombinasikan dengan metode lain.
3. Jenis dan bentuk
A. Skala penilaian
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan,
menilai tingkah laku individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
Skala penilaian adalah jenis instrumen yang paling sering digunakan dalam
asesmen self concept. Sebagian besar instrumen yang saat ini diterbitkan
adalah jenis ini. Skala penilaian biasanya terdiri dari seperangkat pernyataan
yang responden menyatakan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuannya.
Pernyataan yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui self
concept siswa terhadap objek misalnya pembelajaran matematika). Skala self
concept dapat menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat pilihan
jawaban, yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak
Setuju STS. Respons kemudian dijumlahkan untuk membentuk skor untuk
skala tertentu (mis., Konsep diri matematika) atau ukuran konsep diri global.
B. Daftar cek
melibatkan meminta responden memeriksa semua kata sifat yang mereka
yakini berlaku untuk diri mereka sendiri. Karena kata sifat telah ditetapkan
untuk kategori, seperti "self-favorability," berdasarkan kriteria rasional atau
empiris, pilihan orang tersebut dapat ditabulasi untuk membentuk ukuran
konsep diri. Daftar cek memberikan informasi kualitatif yang menarik, tetapi
memiliki dua kekurangan. Pertama, tanggapan bersifat dikotomis (ya / tidak);
tidak ada cara bagi responden untuk menunjukkan tingkat persetujuan. Kedua,
kategorisasi kata sifat dilakukan oleh pihak luar, tanpa mengetahui apa arti kata
sifat tersebut bagi individu.
C. Q-Sorts
telah digunakan secara luas dalam penelitian konsep diri tetapi jarang
digunakan oleh praktisi konselor karena mereka menyita waktu dan
membutuhkan komitmen yang cukup besar dari klien. Singkatnya, teknik Q-
sort melibatkan pengurutan kartu orang yang berisi deskriptor-sendiri (mis.,
"Saya kuat") ke dalam tumpukan yang telah ditentukan, mulai dari "paling
suka saya" hingga "paling tidak suka saya". Biasanya, 100 kartu atau lebih akan
digunakan dan setiap tumpukan hanya boleh berisi jumlah kartu yang
ditentukan sebelumnya.
D. Tanggapan bebas
responden biasanya melengkapi pernyataan sebagian (mis., Saya merasa
paling baik ketika ...). Meskipun beberapa rangkaian tugas penyelesaian
kalimat ini telah dipublikasikan secara resmi, lengkap dengan skema penilaian
kuantitatif, respons lebih sering dievaluasi secara kualitatif. Metode respons
bebas jarang digunakan dalam penelitian konsep diri tetapi disukai oleh banyak
konselor karena sifat kualitatif tugas yang terbuka cenderung cocok untuk
memfasilitasi diskusi dengan klien. Namun, keandalan yang agak rendah dari
metode-metode semacam itu menentang interpretasi hasil sebagai "ukuran"
konsep-diri.
4. Latihan penyusunan program observasi
Berikut adalah contoh skala konsep diri

Skala konsep diri

Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Usia :

Petunjuk Pengisian
Bacalah tiap pernyataan dengan teliti kemudian berikan jawaban saudara pada
lembar atau kolom yang telah disediakan. Isilah dengan tanda centang (√) pada
setiap pernyataan. Bacalah tiap pernyataan dengan hati-hati.
SS, apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang saudara
rasakan sekarang.
S, apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yang saudara rasakan
sekarang.
KS, apabila pernyataan tersebut Kurang Sesuai dengan keadaan yang saudara
rasakan sekarang.
TS, apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yang saudara
rasakan sekarang.
No. Daftar Pernyataan SS S KS TS
1 Saya adalah orang yang menarik
2 Saya adalah orang yang jujur
3 Saya bagian dari keluarga yang bahagia
4 Saya berharap lebih terpercaya
5 Saya adalah orang yang bersahabat
6 Saya memiliki tingkah laku yang dapat
dipertanggungjawab-kan secara moral
7 Saya termasuk orang yang memiliki bakat tertentu
8 Saya berusaha sebaik yang saya bisa
9 Sangat mudah bagi saya untuk mempelajari hal-hal
baru
10 Saya nyaman berhubungan dengan keluarga saya
11 Saya bukanlah orang yang apa adanya
12 Saya mengerti baik tetang keluarga saya
13 Saya meremehkan diri saya sediri
14 Saya tidak merasakan apa yang seharusnya saya
rasakan
15 Saya nyaman dengan apa adanya saya
16 Saya berhubungan baik dengan orang lain
17 Saya memiliki tubuh yang sehat
18 Saya rupanya anak yang tidak rapi
19 Saya berusaha menjauh dari permasalahan saya
20 Saya adalah orang yang gembira
21 Saya bukan siapa-siapa
22 Keluarga saya selalu membantu saya ketika saya
menghadapi masalah
23 Kadang-kadang saya marah
24 Saya penuh dengan kesakithatian
25 Saya orang yang sering sakit
26 Saya adalah orang yang lemah moralnya
27 Saya adalah orang yang percaya diri
28 Saya termasuk orang yang pembenci
29 Terkadang saya kehilangan akal saya
30 Saya tidak dicintai oleh keluarga saya
31 Saya merasa bahwa keluarga saya tidak
mempercayai saya
32 Apa yang saya lakukan dalam bekerja hasilnya
tidak baik
33 Terkadang saya suka melakukan hal-hal yang tidak
baik
34 Saya sulit berteman
35 Saya adalah orang yang selalu berpikir positif
36 Saya tidak pernah menjadi pandai seperti orang
lain
37 Saya termasuk orang yang bersosialisasi
38 Saya mempunyai masalah ketika ingin melakukan
hal baik
39 Terkadang saya mengeluarkan bahan lelucon yang
jorok
40 Saya memiliki daya tarik untuk menarik lawan
jenis saya
41 Saya tidak suka berbohong
42 Saya memperlakukan orang tua saya sebaik yang
saya bisa
43 Saya terlalu sensitif tetang hal-hal yang dikatakan
oleh anggota keluarga saya
44 Saya seharusnya mencintai keluarga saya lebih
45 Saya cukup yakin dengan cara saya
memperlakukan orang lain
46 Saya ska bergosip
47 Saya menjaga baik keadaan fisik saya
48 Saya menjaga betul penampilan saya
49 Apa yang saya lakukan sehari-harinya sesuai
dengan keyakinan yang saya anut
50 Saya kurang memahami diri saya sendiri
51 Saya dapat menjaga diri saya sendiri pada berbagai
situasi
52 Saya berusaha sebaik mungkin pada setiap
pekerjaan yang saya lakukan
53 Saya merasa enjoy setiap saat
54 Saya sangat menyayangi keluarga saya
55 Saya lebih baik menang dalam permainan daripada
kalah
56 Saya berusaha untuk mengerti pandangan orang
lain yang berbeda dengan saya
57 Saya keliahatan baik jika menjadi diri saya sendiri
58 Saya tidak bisa bekerja dengan baik
59 Saya mempunyai masalah dalam hal tidur
60 Saya sering melakukan hal-hal baik
61 Saya tidak bisa bersosialisasi
62 Saya menyelesaikan masalah saya dengan mudah
63 Saya adalah orang yang tidak baik
64 Hubungan saya dengan Tuhan baik
65 Saya bertengkar dengan keluarga saya
66 Saya melihat sesuatu yang baru ketika saya
bertemu dengan orang lain
67 Sangat susah bagi saya untuk berbicara dengan
orang yang belum saya kenali
68 Terkadang saya menunda pekerjaan saya hari ini
69 Mudah bagi saya untuk mengerti apa yang saya
baca
70 Saya mempunyai kotrol diri yang baik

5. Pengadministrasian dan teknik pengolahan


1) Menentukan tujuan observasi, atau penelitian yang akan dilakukan dengan
observasi.
2) Menentukan perilaku yang akan diobservasi, dalam hal ini terkait konseep diri
siswa
3) Mendefinisikan perilaku yang akan diamati, pengertian yang jelas betas-
batasnya atau yang diseduaikan dengan teori.
4) Menjabarkan pengertian perilaku atau konstruk psikologi yang akan
diobservasi dalam satuan indikator yang lebih mudah untuk diamati.
5) Menentukan metode yang akan digunakan (apakah dengan intervensi atau
tanpa intervensi).
6) Menentukan situasi atau setting observasi.
7) Menentukan jumlah observer apabila akan digunakan observasi dengan
observer lebih dari satu.
8) Menentukan teknik pencatatan, dengan check list, anecdotal record, narrative
recording, interval recording, rating scale, dan lain-lain.
9) Menyusun panduan observasi, agar observasi berjalan standar, meskipun
dilakukan beberapa kali atau orang yang berbeda.
10) Membuat format pencatatan, dimana dalam pembuatannya dapat
menggunakan salah satu metode penggabungan beberapa metode, atau
modifikasi beberapa teknik pencatatan.
11) Mengadakan pengarahan pada para bserver (apabila observer lebih dari satu)
12) Mengestimasi reliabilitas dan validitas observasi.
13) Menginterpretasikan hasil observasi dan menysun laporan observasi.

Daftar Pustaka
Mifta fariz putra. 2016. Gaya Belajar, Motivasi Berprestasi, Locus of Control dan
Academic SelfConcept Mahasiswa FIK Uncen. Diakses 21 November 2019, dari
http://journal.unesa.ac.id/index.php/jossae/index.
Subaryana. 2015. Konsep diri dan prestasi belajar. Diakses 21 November 2019, dari
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/Dinamika/article/view/929/868.
Jajang Rahmatudin. 2013. Penerapan model pembelajaran search, solve, create, and
share untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan self concept siswa
SMPN 1 Kedawung. Diakses 21 November 2019, dari https://text-
id.123dok.com/document/7q02w6dgy-skala-self-concept-siswa.html.
Strein, William. 1995. Assessment of Self-Concept. ERIC Digest. Diakses 21
November 2019, dari https://www.ericdigests.org/1996-3/self.htm.

Anda mungkin juga menyukai