Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI SOSIAL

DOSEN PENGAMPU : Dr.Leny Armayati S.psi.,M.si

Kelompok:
 Amalia Fitri Yani (228110316)
 Yasirli Thursia (228110313)
 Putri Wiarti Purba (228110284)
 Andri Firman Alamsyah (228110240)

FAKULTAS PSIKOLOGI
PRODI ILMU PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
DAFTAR ISI

A. Menelaah konsep diri dan pengetahuan tentang diri menguraikan kajian teoritis
tentang diri..............................................................................................................................l.l

Definisi Konsep Diri.............................................................................................................1

Aspek aspek pengetahuan diri............................................................................................2

Regulasi Diri..........................................................................................................................3

Motivasi Diri.........................................................................................................................4

B. Menelaah Definisi Sikap Dan Teori Sikap......................................................................l.ll

Pengertian Sikap...................................................................................................................5

Proses pembentukan sikap dan perubahan sikap.............................................................6

Fungsi Sikap Saifuddin........................................................................................................7

Hubungan Antara Sikap Dan Tingkah Laku....................................................................8

Persuasi Dan Disonansi Positif............................................................................................9


A. Menelaah konsep diri dan pengetahuan tentang diri menguraikan kajian
teoritis tentang diri

Definisi Konsep Diri

Konsep diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan
dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Ada beberapa
ahli yang mendefinisikan dan mencoba menjelaskan tentang konsep diri, diantara ahli tersebut antara lain
yaitu:
 Menurut William D. Brooks yang dikutip Jalaluddin Rahmad.
Konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri, dalam hal ini bersifat fisik,
psikologis, dan sosial sebagai pengalaman dan interaksinya dengan orang lain.
 Anita Taylor (Jalaluddin Rakhmat, 2007: 100) mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and
feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”. Konsep diri
meliputi apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri dan yang kita rasakan tentang diri kita sendiri.
 Menurut William H. Fitts, seperti yang dikutip Agustiani, konsep diri merupakan gambaran yang
dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari
interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah
gambaran, pandangan, pikiran, perasaan, mengenai diri sendiri dan pandangan diri di mata orang lain yang
meliputi keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri adalah
apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri.

Ada dua konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan konsep diri komponen afektif. Komponen
kognitif disebut self image dan komponen afektif disebut self esteem. Komponen kognitif adalah
pengetahuan individu tentang dirinya mencakup pengetahuan “siapa saya” yang akan memberikan
gambaran tentang diri saya. Gambaran ini disebut citra diri. Sementara itu, komponen afektif merupakan
menilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan terhadap diri
dan harga diri individu.
Aspek aspek pengetahuan diri
Fitts membagi dimensi konsep diri menjadi dua yaitu :

1) Dimensi Internal

Dimensi internal atau disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian
yang dilakukan individu yaitu penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan
dunia dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu :

a) Diri Identitas (identity self)

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada
pertanyaan, “siapakah saya”. Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol- simbol yang
diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan
membangun identitasnya.

b) Diri Pelaku (behavioral self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran
mengenai apa yang dilakukan oleh dirinya. Selain itu, bagian ini juga berkaitan dengan diri identitas.

c) Diri Penerimaan atau Penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya sebagai
perantara antara diri identitas dan diri pelaku. Individu cenderung memberikan penilaian terhadap apa
yang dipersepsikannya. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakannya yang
akan ditampilkannya.

2) Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya sendiri melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai
yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi,
agama, dan sebagainya. Dimensi ini dibedakan atas lima bentuk, yaitu :

a. Diri Fisik (physical self)


Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap dirinya
sendiri secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan
dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan
kurus).

b. Diri Etik-moral (moral-ethical self)


Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral
dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasaan
seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi
batasan baik dan buruk.

c. Diri Pribadi (personal self)


Diri pribadi merupakan persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini dipengaruhi oleh sejauh
mana individu merasa puas dengan pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadinya
atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri Keluarga (family self)


Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota
keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa kuat terhadap dirinya sebagai
anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu
keluarga.

e. Diri Sosial (social self)


Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun
lingkungan di sekitarnya.

Regulasi Diri

1. Pengertian Regulasi Diri


Istilah regulasi diri pertama kali dimunculkan oleh Albert Bandura dalam teori belajar sosialnya,
yang diartikan sebagai kemampuan seseorang Regulasi diri merupakan motivasi internal, yang
dalam hidupnya, merencanakan strategi yang akan digunanakan, serta mengevaluasi dan
memodifikasi perilaku yang akan dilakukan Cervone & Regulasi diri dapat dimunculkan oleh
seseorang dengan cara berlatih, atau mengatur aktivitas-aktivitas yang akan Baumeister, dkk
(2006) beranggapan bahwa regulasi diri merupakan kemampuan untuk merencanakan,
mengarahkan, dan memonitori perilaku.

Dias dan Castillo (dalam Manab, 2016) Melihat juga bahwa regulas diri merupakan proses
psikologis yang dapat menentukan seseorang untuk melakukan tindakan, serta juga regulasi diri
bisa diatur mekanismenya pada setiap individu untuk menghasilkan perilaku yang positif agar
tercapai cita-cita yang diinginkan. Taylor (2006) mengatakan bahwa Regulasi diri (selfregulation)
mengacu pada cara orang mengontrol dan mengarahkan tindakan sendiri.

regulasi diri adalah mendapatkan umpan balik tentang bagaimana kerja individu dalam usaha
mencapai tujuan yang diinginkan. Suasana hati dianggap sebagai salah satu cara menerima umpan
balik. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri adalah kemampuan
diri seseorang untuk mengembangkan menerapkan dan menjaga perilaku sampai tujuan yang
diinginkan tercapai.
2. Tahapan – Tahapan Regulasi Diri
Manap (2016) tahapan–tahapan pembentukan regulasi diri setiap individu, ada beberapa proses
yang dilewati dan mendasarinya agar setiap individu dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Adapun tahapan regulasi diantaranya yaitu:

a. Receiving (penerimaan informasi), merupakan langkah yang dilakukan individu ketika


menerima informasi awal. Informasi awal yang didapatkan selayaknya relevan dan baik. Adanya
informasi yang didapatkan membuat individu menghubungkan dengan informasi yang telah
didapatkan
sebelumnya ataupun hubungan dengan aspek – aspek lainnya.
b. Evaluating (pengevaluasian informasi dan membandingkannya dengan norma-norma),
merupakan pengolahan informasi, ketika telah melewati tahap receiving. pada Proses evaluating
terdapat masalah yang didapat, maka individu dapat membandingkan masalah dari lingkungan
(eksternal) tersebut dengan pendapat diri pribadi (internal) yang telah didapatkan sebelumnya.
c. Searching (mencari pilihan), merupakan tahapan pencarian solusi masalah. Pada tahapan
evaluating individu akan melihat perbedaan antara lingkungan dan pendapat pribadinya, maka
individu akan mencari solusi untuk menekan perbedaan masalah tersebut.
d. Formulating (merumuskan rencana), merupakan penetapan tujuan atau rencana yang menjadi
target serta memperhitungkan masalah seperti waktu, tempat, media ataupun aspek lainnya yang
menjadi pendukung yang dapat mencapai tujuan secara efektif maupun efisien.
e. Implementing (menerapkan rencana), tahapan pelaksanaan rencana yang telah dirancang
sebelumnya. Tindakan yang dilakukan sebaiknya tepat dan mengarah pada tujuan, walaupun
dalam sikap cenderung dimodifikasi agar tercapai tujuan yang diinginkan.
f. Assessing (menilai efektivitas rencana, mengevaluasi tahap 1 dan 2 yaitu tahapan akhir untuk
mengukur seberapa maksimal rencana dan tindakan yang telah dilakukan pada proses sebelumnya
dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa
tahapan- tahapan regulasi diri adalah penerimaan informasi, evaluasi informasi, mendorong
berubah, mencari pilihan, merumuskan rencana, menerapkan rencana, menilai efektivitas rencana.

3. Aspek – aspek Reguliasi diri


Ormrod (2009) menjelaskan aspek-aspek regulasi diri sebagai berikut:

a. Menetapkan standar dan tujuan yang ditentukan sendiri menunjukkan adanya standar dan
tujuan tertentu yang dianggap bernilai dan menjadi arah dan sasaran perilaku.
b. Pengaturan emosi
Proses yang selalu menjaga atau mengelola setiap perasaan, amarah, dendam, kebencian, atau
kegembiraan yang berlebihan agar tidak menghasilkan respon yang kontraproduktif.
c. Melakukan instruksi diri
Instruksi yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri sambal melakukan suatu perilaku yang
kompleks.
d. Melakukan evaluasi diri
Menunjukkan penilaian terhadap performa atau perilaku sendiri.
e. Membuat kontingensi yang ditetapkan sendiri
Menunjukkan adanya penguatan atau hukuman yang ditetapkan sendiri yang menyertai suatu
perilaku

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek regulasi diri adalah
Menetapkan standar dan tujuan yang ditentukan sendiri, mengatur emosi, melakukan intruksi
pada diri, melakukan evaluasi diri serta melakukan penguatan yang ditetapkan diri.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri

Menurut Zimmerman & Pons (1986) ada beberapa faktor yang mempengaruhi regulasi diri,
diantaranya sebagai berikut, yaitu:
a. Individu
Individu meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman individu, maka akan semakin membantu
individu dalam meregulasi diri.
 Kemampuan metakognisi yang tinggi yang dimiliki individu akan membantu pelaksanaan
regulasi diri dalam diri individu.
 Semakin banyak tujuan yang ingin diraih, maka akan semakin besar kemungkinan individu
untuk meregulasi diri.
b. Perilaku
Perilaku mengacu pada upaya individu untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Semakin
besar upaya individu yang dikerahkan dalam mengoptimalkan suatu aktivitas maka semakin besar
meregulasi diri pada individu tersebut.

c. Lingkungan
Lingkungan akan sangat mempengaruhi individu untuk dapat dan meningkatkan regulasi dirinya.
Menurut Bandura ( dalam Alwisol, 2009) adapun faktor yang mempengaruhi regulasi diri terdiri
dari faktor internal dan eksternal , yaitu sebagai berikut:

I. Faktor internal
Bandura mengemukan tiga bentuk pengaruh internal yaitu:

 Observasi diri yang dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan dan orisinalitas
tingkah laku diri.
 Proses penilaian atau mengadili tingkah laku yaitu meilihat kesesuaiantingkah laku dengan
standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah
laku oranl lain berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi.
 Reaksi diri berdasarkan pengamatan dan tingkah laku.

II. Faktor eksternal

Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara yaitu :

 Memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku, dimana factor lingkungan berinteraksi
dengan pengaruh pribadi
 Mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi
diri adalah faktor individu itu sendiri atau perilaku yang ia munculkan (faktor internal), dan
lingkungan yang mendukung (faktor eksternal )

5. Bentuk-Bentuk Regulasi Diri


Menurut Brown dan Ryan (Ghufron, 2011) ada tiga bentuk regulasi diri berdasarkan teori
determinasi diri, yaitu :
 Amotivition regulation, yaitu keadaan yang individu rasakan ada atau tidaknya hubungan dan
hasil dari tindakan tersebut. individu yang ada pada kondisi ini akan bertindak tanpa atensi atau
memiliki keinginan untuk bertindak
 Extrernal regulation, yaitu perilaku yang diregulasi karenanya factor ektrernal seperti adanya
hadiah dan sebagainya.

 Introjection regulation, yaitu adanya tekanan dari dalam diri individu yang membuat individu
untuk dapat meregulasi diri.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dari regulasi diri yaitu
adanya keinginan individu untuk bertidak, faktor dari luar diri individu serta factor dari dalam diri
individu.

Motivasi Diri

1. Pengertian Motivasi

Motivasi menurut pakar psikologi didevinisikan sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun,
dan mempertahankan perilaku dari waktu- kewaktu. Seseorangberbuat atau melakukan sesuatu
didorong oleh sebuah kekuatan dari dalam dirinya. Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
selektif, berorientasi tujuan (goal-oriented), dan dilakukan secara terus menerus (persisten). Dalam
bahasa latin movore berarti menggerakkan, istilah itu kemudian lebih dikenal dengan motivasi
(motivation). Motivasi dalam kamus bahasa Indonesia diartikan:

a. dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan sesuatu
tindakan dengan tujuan tertentu.
b. usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut McClelland sebagai berikut :

a. Keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari seorang yang ahli.

Individu ingin mengerjakan suatu hal yang menantang, yaitu suatu yang belum dikerjakan oleh orang
lain, sehingga hasil kerja yang dikerjakannya itu mendapat pengakuan dari orang lain, misalnya dari
orang tua dan guru. Kinginan ini mulai terbentuk pada masa kanak-kanak. Menurut Bandura dan
Walters seringkali anak belajar meniru perilaku orang lain seperti orang tua dan kemudian di gunakan
sebagai model untuk dirinya.

b. Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan.

Individu menginginkan hasil kerjanya dihargai oleh orang lain. Selain status, kehormatan dan materi,
tidak seorangpun yang tidak ingin diberi penghargaan atas hasil jerih payahnya sendiri. Individu yang
memiliki motivasi berprestasi cenderung melihat penghargaan sebagai pengukur kesuksesan.
c. Kebutuhan untuk sukses karena usaha sendiri.

individu yang memiliki motivasi berprestasi memiliki keinginan untuk sukses dalam mengerjakan suatu
tugas.

d. Kebutuhan untuk dihormati teman.

Individu memiliki keinginan untuk dihormati oleh orang lain disekitarnya seperti orang tua ataupun oleh
teman-teman mereka. Pada individu yang memiliki motivasi berprestasi mereka terfokus untuk
memperoleh kehormatan dan status dari teman-teman mereka.

e. Kebutuhan untuk bersaing.

Individu memiliki keinginan untuk bersaing dengan orang lain, misalnya dalam prestasi di sekolah atau
bahkan dalam pertandingan olahraga. Keinginan tersebut sangat mendasar dan merupakan kebutuhan
manusia. Seperti yang dijelaskan oleh Murray bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi
memiliki tujuan untuk bersaing dengan orang lain.

f. Kebutuhan untuk bekerja keras dan lebih unggul.

Dalam memenuhi kebutuhannya manusia harus bekerja untuk mendapatkan sesuatu. Bekerja
merupakan suatu hakekat dalam kehidupan manusia, karena dalam hidup manusia bekerja untuk
mencapai suatu kebutuhan. Murray juga menambahkan bahwa yang memiliki motivasi berprestasi
bertujuan untuk menyelesaikan tugas dan berusaha melebihi orang lain.

3. Macam-macam Motivasi

Dalam membicarakan macam-macam motivasi, bisa dilihat dari dua macam sudut pandang, dalam
penelitian ini diambil dari sudut pandang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. Yaitu motivasi
yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang
berasal dari luar diri seseorang yang biasa disebut “motivasi ekstrinsik”.

a) Motivasi Intrinsik

Menurut Syaiful Bahri motifasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu suda ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni menyebutkan
bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry
Sutikno mengartikan motivasi sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa
memerlukan rangsangan dari luar.

Penggolongan motivasi internal (intrinsik) yang dapat diterima secara umum tidak ada kesepakatan di
antara para ahli. Namun demikian, para ahli menyetujui bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu :

1. Motivasi Fisiologis yaitu merupakan motivasi yang bersifat alamiah atau biologis, seperti lapar, haus
dan seks.
2. Motivasi Psikologis, dapat dikelompokkan dalam kategori dasar, yaitu:

a. Motivasi kasih sayang yaitu motivasi untuk

menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan batiniah (emosional) dalam
berhubungan dengan orang lain.

b. Motivasi mempertahankan diri yaitu motivasi untuk mengembangkan kepribadian berprestasi,


menaikkan prestasi dan mendapatkan pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya
terhadap orang lain.

c. Motivasi memperkuat diri yaitu motivasi untuk mengembangkan kepribadian berprestasi, menaikkan
prestasi dan mendapatkan pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap
orang lain.

b) Motivasi Ekstrinsik

Menurut A.M Sardiman motivasi ekstrinsik adalahmotif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri.

Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari
luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan
demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan,
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi

B. Menelaah Definisi Sikap Dan Teori Sikap

Pengertian Sikap
Sikap menunjukkan penilaian, perasaan, serta tindakan terhadap suatu objek. Sikap yang berbeda-beda
terjadi karena adanya pemahaman, pengalaman, dan pertimbangan yang sudah pernah dialami
seseorang dalam suatu objek. Maka dari itu hasil sikap terhadap suatu objek ada yang bersifat positif
(menerima) dan negatif (tidak menerima).

Ada beberapa pendapat tentang sikap/atitude yaitu :

 Menurut LL.Thursione yang dikutip oleh abu ahmadi menyatakan,sikap yang cenderung
memiliki positif dan negatif dan berhubungan dengan objek psikologi.objek psikologi meliputi
simbol,kata kata,slogan,orang,lembaga,ide,dan lainya.
 La Pierre berpendapat bahwa sikap sebagai pola perilaku kesiapan antisipatif, presdisposisi
untuk menyesuiakan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap
stimuli sosial yang telah terkondisikan.
 Menurut Cardno, menyatakan bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan
tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. sikap merupakan
suatu kesesuaian individu terhadap objek dari berbagai stimulus yang ada di sekitar seperti sosial
dan emosi.
 Menurut Sarwono, sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak
senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseotrang terhadap “sesuatu”. “sesuatu” itu bisa
benda,kejadian, situasi, orang-orang, atau kelompok.Dari penyataan tersebut, sikap merupakan
sesuatu hal rasa suka atau tidak suka yang muncul karena adanya objek tertentu.

Maka, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah respon seseorang untuk menanggapi, menilai, dan bertindak
terhadap objek sosial yang meliputi symbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan lain sebagainya
dengan hasil yang positif atau negatif.

Proses pembentukan sikap dan perubahan sikap


Dalam buku umi kulsum ia menyatakan sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam hal
yaitu:

 Adopsi adalah kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-
menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan memengaruhi
terbentuknya sikap.contohnya,seorang wanita yang terlahir dalam keluarga yang keras akan
membentuk sikapnya menjadi wanita yang kasar.
 Diferensiasi yaitu dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri
lepas dari jenisnya. Contohnya yaitu,seorang anak kecil mula-mula takut kepada tiap orang dewasa
yang bukan ibunya, tetapi lama-kelamaan ia dapat membeda-bedakan antara ayah, paman, bibi,
kakak, yang disukainay dengan orang asing yang tidak disukainya.
 .Integrasi: Pembentukan sikap ini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tersebut.contohnya,aca melihat tetangganya melanjutkan
perkuliahan ke universitas negri jogja.karena rasa ketertarikanya ia pun terdorong untuk
mencari tahu dan belajar agar bisa diterima oleh universitas tersebut juga.
 Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada
jiwa orang yang bersangkutan.contohnya,anak yang sering melihat pertengkaran orang tua nya
membuat ia takut untuk menikah.

Dalam referensi lain, Pembentukan sikap terjadi karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dan lainnya,
dan terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masingmasing individu sebagai
anggota masyarakat.

Maka dari itu pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut
 Pengalaman pribadi, haruslah meninggalkan kesan yang kuat dengan melibatkan faktor emosional.
 Kebudayaan, pengaruh lingkungan sangatlah penting dalam membentuk pribadi seseorang
 Orang lain yang dianggap penting, seperti orang tua, teman sebaya merupakan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.
 Media massa, penyampaian informasi sugestif, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Fungsi Sikap Saifuddin


azwar mengutip pendapat Katz yang menjelaskan empat fungsi sikap yaitu:

a) Fungsi penyesuaian diri berarti sikap berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan
meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan.

b) Fungsi pertahanan ego yang akan melindungi dari pahitnya kenyataan. Maksudnya, sikap dapat
merefleksikan problem kepribadian yang tidak terselesaikan.

c) Fungsi ekspresi nilai berarti sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang,
memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi dirinya.

d) Fungsi pengetahuan berarti sikap sebagai suatu skema, yaitu suatu cara strukturisasi agar dunia di
sekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena
luar yang ada dan mengorganisasikannya.

Hubungan Antara Sikap Dan Tingkah Laku

Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Ellis
mengemukakan bahwa sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang sesuatu.

Namun aspek yang esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap
perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan. Dalam beberapa hal, sikap adalah penentu yang paling
penting dalam tingkah laku manusia.

Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang (like) dan tidak senang
(dislike) untuk melaksanakan atau menjauhinya. Dengan demikian pengetahuan tentang sesuatu adalah
awal yang mempengaruhi suatu sikap yang mungkin mengarah kepada suatu

perbuatan.Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas."
Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan
kepribadian, motif, tingkah laku, keyakinan dan lain-lain.
Namun dapat diambil pengertian yang memiliki persamaan karakteristik; sikap ialah tingkah laku yang
terkait dengan kesediaan untuk merespon objek sosial yang membawa dan menuju ke tingkah laku yang
nyata dari seseorang.

Hal itu berarti suatu tingkah laku dapat diprediksi apabila telah diketahui sikapnya. Walaupun manifestasi
sikap itu tidak dapat dilihat langsung tapi sikap dapat ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih
tertutup.Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan
beralasan dan berdampak sebagai berikut:

 Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu.
 Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan
kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat.
 Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat
untuk berperilaku tertentu.

Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial yang dinyatakan dengan cara
berulang-ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya disebut kebiasaan, motif merupakan
dorongan, keinginan dan hasrat yang berasal dari dalam diri, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif
sedangkan kekuatan pendorong dan kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan
informasi.

Persuasi Dan Disonansi Positif


Proses disonansi yang diawali persepsi masyarakat yang berkelanjutan hingga perubahan sikap bahkan
perilaku.

Hasil penelitian menunjukkan masyarakat yang mempersepsikan informasi mengenai pandemi COVID-19
sebagai hal yang bertentangan dengan kepercayaannya berada dalam rentang penolakan informasi, dan
mengalami disonansi kognitif yang bervariasi tingkatannya sesuai dengan latar belakang dirinya dan nilai-
nilai yang dia anut.

Adanya disonansi kognitif mengenai pandemi COVID-19 didorong oleh kemampuan adaptasi nilai ke dalam
sikap dan perilaku yang berbeda pada setiap orang. Kebingungan akibat banjir informasi dan keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki membuat kelompok-kelompok dalam masyarakat melakukan rasionalisasi
informasi pandemi COVID-19 yang dianggap sesuai dengan kepercayaan pribadinya. Kata kunci: disonansi
kognitif, banjir informasi, proses persepsi, teori pertimbangan sosial Sumber informasi yang terlalu banyak
mengakibatkan arus informasi yang beredar tidak lagi dapat dikontrol, sehingga banjir informasi pun tidak
dapat dicegah.

Akibat yang paling riskan dari kebanjiran informasi ini adalah tersebarnya berita bohong atau hoaks. Tidak
semua informasi dan berita tentang COVID-19 adalah benar, banyak pula yang berasal dari sumber yang
tidak kredibel. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Komunikasi dan Informatika, ada 554 isu hoaks yang
tersebar di 1.209 platform (Umah, 2020).
Seringkali informasi yang sudah terkonfirmasi kebenarannya bercampur dengan informasi hoaks. Informasi
yang benar justru terdistorsi oleh banyak informasi yang keliru. Kondisi ini jelas menimbulkan kebingungan
masyarakat dalam memilah dan memilih informasi yang layak dipercaya. Meskipun setiap orang memiliki
referensi informasi yang berbeda, di era banjir informasi seperti sekarang, menjadi tidak mungkin untuk
bisa mengelak dari paparan informasi seputar COVID-19. Baik itu dari media maisntream maupun media
sosial. Melalui saluran-saluran itulah beragam informasi dan berita membombardir masyarakat dengan
pergerakan yang sangat cepat dan masif.

Selain makin maraknya hoaks, kondisi seperti ini juga berpengaruh terhadap masyarakat secara psikologis
berupa terjadinya disonansi kognitif. Menurut Festinger (dalam West dan Turner, 2013:137) disonansi
kognitif yaitu perasaan yang dimiliki oleh orang ketika mereka menemukan diri mereka dalam sesuatu yang
tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui.

Proses ini menimbulkan rasa tidak nyaman karena terjadi ketidakseimbangan antara apa yang ia inginkan
dan apa yang ia ketahui.Banyak informasi yang bersumber dari pemerintah dan berbagai pihak terkait
secara intensif mengampanyekan langkah-langkah pencegahan terhadap COVID-19, seperti penggunaan
masker, rajin cuci tangan, dan menghindari berkerumun. Pemerintah di level provinsi hingga
kabupaten/kota juga membuat berbagai kebijakan untuk mencegah penularan virus di ruang-ruang publik.
Termasuk kebijakan meliburkan sekolah, menghentikan kegiatan di rumah-rumah ibadah, dan larangan
membuat kegiatan yang melibatkan banyak orang. Masyarakat tentu sudah terpapar dengan informasi
tersebut, ketika masih ada pelanggaran atas apa yang dilarang pemerintah, jelas bukan karena
ketidaktahuan.
Daftar Pustaka

Aprianto, A. (2012). Konsep Diri. 1 .

LN. (2017). motivasi. teori motivasi, 1-5.

Martinovita, I. (2015). Teori Disonansi Kognitif, 1-5.

RadenF. (2019). Regulasi Diri.

Anda mungkin juga menyukai