Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSPERIMEN

Dosen Pengampu : Dr. Sigit Nugroho, M.Psi., Psikolog.

Asisten Praktikum : Ela Putri Olivia.

OLEH:

Agus Nicholas Yosafat Siahaan.

218110050

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

FAKULTAS PSIKOLOGI

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR.

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
ini, Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah
Psikologi Eksperimen Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau, Pekanbaru.

Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Sigit Nugroho, M.Psi., Psikolog. Selaku dosen mata kuliah
Psikologi Eksperimen, Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau.
2. Saudari Ela Putri Olivia. selaku asisten praktikum eksperimen yang telah
membimbing kami dalam laporan praktikum ini.
3. Orang tua terkasih serta keluarga yang menjadi supporter terhebat yang
pernah saya miliki.
4. Seluruh temen-teman yang juga sama-sama menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Pekanbaru,16 Mei 2023

Agus Nicholas Yosafat Siahaan

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI EKSPERIMEN (PUZZLE)

I. Permasalahan .................................................................................... 1
II. Dasar Teori ........................................................................................ 2
III. Hipotesis ........................................................................................... 4
IV. Variabel Independen .......................................................................... 5
V. Variabel Dependen ............................................................................ 5
VI. Bahan dan Peralatan .......................................................................... 5
VII. Rancangan Eksperimen ..................................................................... 5
VIII. Prosedur Pelaksanaan ........................................................................ 6
IX. Pencatatan Hasil ................................................................................ 7
X. Pengolahan Hasil .............................................................................. 8
XI. Kesimpulan ....................................................................................... 14
XII. Kesan Kesan Eksperimen ................................................................. 15
XIII. Kegunaan Sehari hari ........................................................................ 17
Daftar Pustaka.................................................................................... 19
LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI EKSPERIMEN (MEMORI)
I. Permasalahan .................................................................................... 20
II. Dasar Teori ........................................................................................ 21
III. Hipotesis ........................................................................................... 23
IV. Variabel Independen .......................................................................... 23
V. Variabel Dependen ............................................................................ 23
VI. Bahan dan Peralatan .......................................................................... 24
VII. Rancangan Eksperimen ..................................................................... 24
VIII. Prosedur Pelaksanaan ........................................................................ 25
IX. Pencatatan Hasil ................................................................................ 27
X. Pengolahan Hasil .............................................................................. 28

ii
XI. Kesimpulan ....................................................................................... 31
XII. Kesan Kesan Eksperimen ................................................................. 32
XIII. Kegunaan Sehari hari ........................................................................ 33
Daftar Pustaka.................................................................................... 34

iii
LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKOLOGI EKSPERIMEN

Nama Eksperimenter : Agus Nicholas Yosafat Siahaan

Nama Subjek : Dodi Christian

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 20 Tahun

Pendidikan : Mahasiswa

Nama Eksperimen : Puzzle

Nomor Eksperimen : 01/Eks

Waktu Eksperimen : Pukul 08.00 - 10.00 WIB

Tempat Eksperimen : Laboratorium Eksperimen Psikologi UIR

I. PERMASALAHAN

Permasalahan berasal dari kata awal yaitu “masalah” yang berarti sesuatu yang
harus dipecahkan atau diselesaikan. Suatu keadaan dimana seseorang kesulitan
dalam menghadapi masalah, yang mengakibatkan dimana orang tersebut akan
merasa kebingungan akan situasi yang di hadapinya yang menimbulkan
kecemasan. Permasalahan juga dapat diartikan sebuah kesenjangan atau
ketidaksetaraan antara yang diharapkan dengan realita yang terjadi. Kemampuan
penyelesaian masalah diperlukan setiap individu, setiap individu harus mampu
menerapkan ilmu yang telah dimiliki sebelumnya ke permasalahan baru yang
akan dihadapinya. Permasalahan yang dialami seseorang dapat diselesaikan
dengan mudah tetapi ada juga yang sampai membuatnya merasa terbebani dan
membuatnya gelisah apabila tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut,

v
masalah ini dapat timbul dari lingkungan maupun dari dalam diri sendiri, setiap
orang memiliki cara pemecahan masalah yang berbeda-beda, dalam menghadapi
masalah yang banyak individu akan cenderung bekerja keras untuk memecahkan
masalahnya dalam kurun waktu singkat, namun apabila individu menghadapi
masalah yang kecil maka akan lebih cepat selesainya.

II. DASAR TEORI

Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai pemecahan masalah:

Pemecahan Masalah sebuah proses yang dijalani seseorang untuk


menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga masalah itu tidak menjadi
masalah lagi baginya, Ansori dan Herdiman, (2019). Pemecahan masalah adalah
suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat
diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru dan tidak sekedar sebagai
bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui
kegiatan belajar terdahulu, Rejeki (2019:770).

Problem solving dapat diartikan sebagai langkah awal dalam


mengembangkan ide-ide atau kreativitas dalam membangun pengetahuan baru.
Sehingga dapat dikatakan apabila kemampuan problem solving sudah tertanam
maka kemampuan yang lain akan muncul dengan sendirinya. (Purnamasari,dkk.,
2019) Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung
untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang
spesifik, (Suparwi, 2020:119).

Pemecahan masalah membantu siswa berpikir analitik dalam mengambil


keputusan dalam kehidupan sehari-hari dan membantu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dalam menghadapi situasi baru. Masalah ialah sesuatu yang harus di
selesaikan atau di pecahkan, H. Laia (2019). Kemampuan pemecahan masalah
sangat penting bagi siswa karena dengan siswa mampu menyelesaikan suatu
masalah siswa memperoleh pengalaman, menggunakan pengetahuan dan

vi
keterampilan yang sudah dimiliki oleh siswa untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, Elita, dkk. (2019).

Faktor-faktor:

Siswono,dkk (2020) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah diantaranya yaitu:

1) Pengalaman awal.
2) Latar belakang.
3) Keinginan dan motivasi.
4) Struktur masalah.

Penjelasan dari keempat faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan


masalah:

1. Pengalaman Awal, Pengalaman terhadap tugas-tugas


menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi.
2. Latar Belakang, Kemampuan peserta didik terhadap tingkat
masalah dapat memicu perbedaan kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah.
3. Keinginan dan Motivasi Dorongan yang kuat dari dalam
diri (internal) seperti menumbuhkan keyakinan, maupun
eksternal, dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah.
4. Struktur Masalah yang diberikan kepada individu (pemecah
masalah), seperti format secara verbal atau gambar, kompleksitas
(tingkat kesulitan soal), konteks (latar belakang cerita atau tema), bahasa
soal, maupun pola masalah satu dengan masalah lain dapat mengganggu
kemampuan seorang individu dalam memecahkan masalah. Apabila
masalah disajikan dalam bentuk gambar atau gabungan verbal dan
gambar, maka gambar perlu informatif, mewakili ukuran yang
sebenarnya.
Menurut Polya (Sanidah & Sumartini, 2022), ada empat aspek
kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu:

vii
1) Memahami masalah, memahami masalah dengan baik. Ini
melibatkan membaca masalah dengan cermat, mengidentifikasi
informasi yang relevan, dan memahami apa yang diminta dalam
masalah tersebut. Penting untuk menjelaskan masalah dengan
jelas dan memastikan pemahaman yang benar.
2) Membuat rencana pemecahan masalah, merencanakan strategi
untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam langkah ini, anda
perlu memikirkan pendekatan yang akan digunakan, mencari
pola atau hubungan yang mungkin ada, dan mengembangkan
rencana umum tentang bagaimana akan menyelesaikan masalah.
3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah, melaksanakan
rencana yang telah dirumuskan. Ini melibatkan melakukan
langkah-langkah yang direncanakan dalam langkah sebelumnya.
Perlu menerapkan rumus, mengumpulkan data, menggambar
diagram, atau menggunakan alat atau strategi lain yang anda
pilih untuk memecahkan masalah.
4) Memeriksa ulang, mengevaluasi hasil yang diperoleh. Perlu
melihat kembali solusi yang telah ditemukan, memeriksa apakah
jawaban tersebut masuk akal, dan memastikan bahwa semua
persyaratan masalah telah terpenuhi.
III. HIPOTESIS
Dalam Eksperimen ini seseorang Akan diberikan 3 jenis puzzle
(tanpa guid, semi guide dan dengan guide) maka hipotesis yang dapat
ditarik:
a. Waktu penyelesaian puzzle tanpa guide lebih lama
dari pada puzzle dengan semi guide.
b. Waktu penyelesaian puzzle tanpa guide lebih lama
dari pada puzzle dengan guide.
c. Waktu penyelesaian puzzle dengan semi guide lebih
lama dari pada puzzle dengan guide.

viii
d. Kesalahan penyelesaian puzzle dengan semi guide
lebih sedikit dari pada puzzle dengan tanpa guide.
e. Kesalahan penyelesaian puzzle semi guide lebih
banyak dari pada puzzle dengan guide.
f. Kesalahan penyelesaian puzzle dengan semi guide
lebih banyak dari pada puzzle dengan guide
IV. VARIABEL INDEPENDEN
Jenis puzzle:
a. Tanpa guide.
b. Dengan semi guide.
c. Dengan guide.
V. VARIABEL DEPENDEN
Waktu dalam pemecaahan masalah diukur sejak subjek mengerjakan
sampai berhasil Menyusun puzzle menjadi bentuk yang benar.
VI. BAHAN DAN PERALATAN
Adapun bahan dan peralatan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Puzzle tanpa guide, puzzle dengan semi guide, dan puzzle
dengan guide.
b. Stopwatch.
c. Kertas observasi dan alat tulis.
d. Addo check.
VII. RENCANGAN EKSPERIMEN
Rencangan kelompok dengan Random Assignment

ix
X1 : Perlakuan dengan jenis puzzle tanpa menggunakan
guide.
X2 : Perlakuan dengan jenis puzzle dengan semi guide.
X3 : Perlakuan dengan jenis puzzle dengan guide.
O : Observasi, waktu pemecahan masalah.

VIII. PROSEDUR PELAKSANAAN


a. Subjek duduk pada kursi yang telah disediakan, berhadapan
dengan tester.
b. Eksperimenter melakukan pendekatan kepada subjek sehingga
suasana tidak terasa kaku dan menegangkan.
c. Eksperimenter mambacakan petunjuk untuk mengerjakan tes
puzzle denga instruksi sebagai berikut:
“ Sekarang didepan anda sudah ada suatu pola yang nanti akan
saya acak.Disini tugas anda adalah menyusun kembali pola-
pola ini dengan benar sehingga terbentuk seperti
semula.Perhatikan dengan benar pola-pola tersebut dan
kerjakan dengan teliti.Mulailah menyusun setelah saya
katakana mulai dan berhentilah menyusun ketika saya katakana
berhenti”.
d. Selain waktu pemecahan masalah, yang diukur sejak subjek
mengerjakan sampai berhasil menyusun bentuk yang benar,
diamati pula error dilakukan subjek, yaitu setiap percobaan
untuk melakukan kepingan puzzle yang tidak tepat pada tempat
yang semestinya

x
IX. PENCATATAN HASIL

Nama Waktu Error


A B C A B C
Agus Nicholas 1941 997 340 74 19 4
Alfardo 1654 433 118 102 18 6
Cantika Vira Azzahra 3565 440 141 110 14 10
Dodi Christian 930 1021 255 16 10 6
Fadillah Arisyandi Putri 1669 280 127 241 14 4
Ferrynda Fianissa 1596 425 333 106 25 20
Fitri Febriyanti 672 299 89 104 31 3
Hilya Syahwina Sari 822 1436 142 47 34 5
Indah Edria Chamisa 362 635 174 34 52 3
Nura Rezkhi Aryuni 841 1025 217 30 25 0
Putri Nia Adisti 1878 518 161 115 27 7
Rangga Adhitya Rosmah 699 520 131 22 23 2
Zulfanny Salsabila Utami 705 301 176 71 12 5

Keterangan: A: Puzzle non-guide

B: Puzzle semi-guide

C: Puzzle with-guide

xi
X. PENGOLAHAN HASIL
WAKTU (DETIK)
A:B

t-Test: Paired Two Sample for Means

Variable 1 Variable 2
1333.38461
Mean 5 640.7692308
731276.089
Variance 7 131135.6923
Observations 13 13
-
0.20728444
Pearson Correlation 3
Hypothesized Mean
Difference 0
df 12
2.50883778
t Stat 2
0.01373317
P(T<=t) one-tail 2
1.78228755
t Critical one-tail 6
0.02746634
P(T<=t) two-tail 3
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangann:

T Hitungan > t table

2.508837782 > 1.782287556

Jadi, hasilnya signifikan

xii
A:C

t-Test: Paired Two Sample for


Means

Variable 1 Variable 2
Mean 1333.384615 184.9230769
Variance 731276.0897 6366.74359
Observations 13 13
Pearson Correlation 0.089063163
Hypothesized Mean Difference 0
df 12
t Stat 4.861528483
P(T<=t) one-tail 0.000195269
t Critical one-tail 1.782287556
P(T<=t) two-tail 0.000390539
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangan:

T Hitungan > t table

4.861528483 > 1.782287556

Jadi, hasilnya signifikan

xiii
B:C

t-Test: Paired Two Sample for Means

Variable 1 Variable 2
640.769230
Mean 8 184.9230769
131135.692
Variance 3 6366.74359
Observations 13 13
0.33765279
Pearson Correlation 3
Hypothesized Mean
Difference 0
df 12
4.78484673
t Stat 2
0.00022243
P(T<=t) one-tail 4
1.78228755
t Critical one-tail 6
0.00044486
P(T<=t) two-tail 8
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangan:

T Hitungan > t table

4.784846732 > 1.782287556

xiv
Jadi, hasilnya signifikan

ERROR

A:B

t-Test: Paired Two Sample for Means

Variable 1 Variable 2
82.4615384
Mean 6 23.38461538
3582.10256
Variance 4 128.4230769
Observations 13 13
-
0.28250445
Pearson Correlation 6
Hypothesized Mean
Difference 0
df 12
3.32911827
t Stat 8
0.00300394
P(T<=t) one-tail 9
1.78228755
t Critical one-tail 6
P(T<=t) two-tail 0.00600789

xv
8
t Critical two-tail 2.17881283

Keterengan:

T hitungan > t table

3.329118278 > 1.782287556

Jadi, hasilnya signifikan

A:C

t-Test: Paired Two Sample for


Means

Variable 1 Variable 2
Mean 82.46153846 5.769230769
Variance 3582.102564 24.35897436
Observations 13 13
Pearson Correlation 0.241595646
Hypothesized Mean Difference 0
df 12
t Stat 4.698415476
P(T<=t) one-tail 0.000257853
t Critical one-tail 1.782287556
P(T<=t) two-tail 0.000515705

xvi
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangan;

T Hitungan > t table

4.698415476 > 1.782287556

Jadi, Hasilnya Signifikan

B:C

t-Test: Paired Two Sample for Means

Variable 1 Variable 2
23.3846153
Mean 8 5.769230769
128.423076
Variance 9 24.35897436
Observations 13 13
-
0.14876441
Pearson Correlation 5
Hypothesized Mean
Difference 0
df 12

xvii
4.87952473
t Stat 4
0.00018941
P(T<=t) one-tail 3
1.78228755
t Critical one-tail 6
0.00037882
P(T<=t) two-tail 5
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangan:

T hitungan > t table

4.879524734 > 1.782287556

Jadi, Hasilnya signifikan

XI. KESIMPULAN
Seseorang diberikan 3 jenis puzzle (tanpa guide, dengan semi guide,
dan dengan guide) maka:
a. Waktu penyelesaian puzzle tanpa guide lebih lama dari pada puzzle
dengan semi guide. Hipotesis diterima.
b. Waktu penyelesaian puzzle tanpa guide lebih lama dari puzzle
guide
Hipotesis diterima.
c. Waktu penyelesaian puzzle semi guide lebih lama dari pada puzzle
guide.Hipotesis diterima.

xviii
d. Kesalahan penyelesaian puzzle semi guide lebih sedikit dari pada
puzzle tanpa guide: Hipotesis diterima.
e. Kesalahan penyelesaian puzzle tanpa guide lebih banyak dari pada
puzzle guide. Hipotesis diterima.
f. Kesalahan penyelesaian puzzle semi guide lebih banyak dari pada
puzzle guide Hipotesis diterima.
XII. DISKUSI
Dalam teori pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu sebagai proses
penghilang perbedaan atau suatu ketidaksuaian. Pemecahan Masalah
sebuah proses yang dijalani seseorang untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya, sehingga masalah itu tidak menjadi masalah lagi baginya,
Ansori dan Herdiman, (2019).
Dalam proses eksperimen puzzle ditemukan dua cara pengerjaan
yakni insight dan trial error. Insight yaitu wawasan atau mencari tahu
pengetahuan secara mendalam, contohnya yaitu saat kita menyusun puzzle
16 ada salah satu bagian yang kita coba ternyata tidak pas untuk diletakkan
dan di sini kita telah belajar untuk mengetahui jika bagian ini tidak pas
untuk diletakkan maka kita mencoba bagian yang lain atau berusaha
mencari bagian yang cocok dengan tempatnya atau mencari tahu kembali
warna puzzle yang cocok dengan warna puzzle sebelumnya. Sedangkan
trial dan error yaitu percobaan yang gagal contohnya adalah ketika kita
mencoba menyusun sebuah puzzle ternyata bagian yang kita pilih itu atau
yang kita kira pas untuk mengisi bagian yang kosong ternyata tidak cocok
dengan bagian tersebut.
Namun dalam pengerjaan eksperimen puzzle ini lebih banyak
menggunakan trial dan error untuk menyelesaikan puzzle. Banyak terjadi
kesalahan saat menyelesaikan puzzle –puzzle. Terjadi banyak kesalahan
dan lebih banyak membutuhkan waktu pengerjaan dalam menyusun puzzle
tanpa guide (polos) dari pada puzzle dengan guide (warna-warni) Dan

xix
terdapat sedikit kesalahan dan waktu dalam menyelesaikan puzzle guide
(warna-warni) dari pada puzzle semi guide (berwarna merah).
Kesimpulannya bahwa setiap orang memiliki berbaagai macam cara
dalam menyelesaikan masalah hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor
bisa dari lingkungan tempat tinggal maupun pertemanan, Kemampuan
penyelesaian masalah diperlukan setiap individu, setiap individu harus
mampu menerapkan ilmu yang telah dimiliki sebelumnya ke permasalahan
baru yang akan dihadapinya. Permasalahan yang dialami seseorang dapat
diselesaikan dengan mudah tetapi ada juga yang sampai membuatnya
merasa terbebani dan membuatnya gelisah apabila tidak bisa
menyelesaikan permasalahan tersebut, masalah ini dapat timbul dari
lingkungan maupun dari dalam diri sendiri, setiap orang memiliki cara
pemecahan masalah yang berbeda-beda, dalam menghadapi masalah yang
banyak individu akan cenderung bekerja keras untuk memecahkan
masalahnya dalam kurun waktu singkat, namun apabila individu
menghadapi masalah yang kecil maka akan lebih cepat selesainya.
XIII. KESAN-KESAN DALAM EKSPERIMEN

A. Fisik
Eksperimen dilakukan dilakukan di Laboratorium
Eksperimen lantai 2 Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau.
Kondisi tempat eksperimen pada saat itu meja dan kursi tersusun
rapih dan keadaan ruangan bersih dan dingin, dalam proses
praktikum yang sedang berlangsung. Suasana atau kondisi pada
saat melaksanakan praktikum tenang dan tidak bising karena
teman-teman yang lain sibuk melakukan eksperimen dengan
teman sebangkunya. Hanya terdengar bising sebentar Ketika
teman-teman hendak menyerakkan puzzle
Dalam pengamatan yang telah dilakukan perilaaku subjek
pada saat mengerjakan puzzle non-guide yaitu subjek terlihat
kebingungan dengan menggaruk kepalanya, dan bersandar

xx
kedinding, hal itu diakibatkan karena puzzle non-guide tidak ada
petunjuk hanya putih polos, subjek sering kali mengajak
eksperimenter ngobrol. Pada saat mengerjakan puzzle semi guide
subjek terlihat sedikit kebingungan namun tetap dapat
mengerjakannya sesekali dia melirik keareah belakang untuk
melihat teman yang lain yang sedang mengerjakan puzzle, Ketika
itu subjek dengan sengaja menysun puzzle diluar kotak dengan
tujuan menghindari error ketika observer mengatakan tidak boleh
menyusun bagian puzzle diluar kotak karena itu sama saja subjek
melakukan kecurangan, dan saat mengerjakan puzzle dengan
guide subjek terlihat serius dan focus mengerjakannya.

B. Psikologis
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perilaku subjek
Adapun yang terlihat adalah Ketika subjek sedang mengerjakan
puzzlenya dia terlihat sangat terburu-buru hal itu diakibatkan
karena subjek belum makan, dia terlihat emosi dengan puzzle yang
dikerjakan, sesekali mengetuk-ngetuk meja dengan cukup keras,
dan Ketika ada puzzle yang menurut subjek susah maka dia akan
mengeluh.

C. Asisten
Sebelum mengerjakan pratikum, asisten praktikum terlebih
dahulu menerangkan serta menjelaskan secara ingkat dan rincian
tata cara instruksi pemberian insrtuksi puzzle. Asisten juga
menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dilakukan eksperimenter
pada saat subjek mengerjakan puzzle. Sehingga, subjek dan
eksperimenter pun memahami apa yang telah dikatakan oleh
asisten sampai berakhirnya waktu pratikum.

XIV. KEGUNAAN SEHARI-HARI

xxi
1. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran kepada suatu objek


tertentu Semua kegiatan kita membutuhkan konsentrasi. Dengan
konsentrasi kita dapat mengerjakan pekerjaan lebih cepat dan dengan
hasil yang lebih baik. Karena kurang konsentrasi hasil pekerjaan
biasanya tidak dapat maksimal dan diselesaikan dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu, konsentrasi sangat penting dan perlu dilatih
Pikiran kita tidak boleh dibiarkan melayang-layang karena dapat
menyebabkan gangguan konsentrasi Pikiran harus diarahkan ke suatu
titik dalam suatu pekerjaan Dengan begitu pikiran kita makin hari akan
semakin kuat.

2. Untuk meningkatkan keterampilan kognitif Bermain

Puzzle sangat menyenangkan yang bisa digunakan untuk


mengembangkan kemampuan berpikir atau kemampuan kognitif anak
untuk memecakan suatu masalah Puzzle diyakini sebagai media yang
tepat karena media tersebut dapat memberikan stimulus yang menarik,
serta dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak terutama
kemampuan mengingat, kemampuan bilangan, dan kemampuan
nalar/berpikir logis. 19

3. Melatih kesabaran

Menghadapi keadaan yang menyenangkan bukan sikap sabar, justru


kesabaran adalah sikap yang tenang dengan dilandasi sikap yang benar
Pada saat menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan, seperti melihat
orang lain yang berbuat jahat kepada kita, mencela, menghina,
memfitnah, atau melakukan perbuatan buruk apa saja kepada kita,
sesungguhnya itu merupakan sikap yang baik dalam melatih kesabaran,

xxii
untuk melatih kesabaran kalau menghadapi kondisi yang tidak
menyenangkan. Kalau ada masalah timbul, biasanya muncul kemarahan,
dendam, kebencian, saat itulah betapa rapuhnya batin kita menghadapi
keadaan yang tidak menyenangkan, menghadapi orang yang
menyulitkan kita Kalau timbul emosi sikap yang didorong oleh
kemarahan, sesungguhnya sikap seperti itu sangat merugikan kita
sendiri. Tampak dengan jelas tidak ada ketahanan mental dalam diri kita
untuk menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan.
4. Meningkatkan keterampilan sosial.

Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial


dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada
saat bersamaan dapat menguntungkan individu atau bersifat saling
menguntungkan. Tanpa memiliki keterampilan ini manusia tidak akan
mulus dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga hidupnya kurang
harmonis Dalam kelompok anak akan saling menghargai, saling
membantu dan berdiskusi satu sama lain.

Pekanbaru,03 Juni 2023


Penyusun,

Agus Nicholas Yosafat Siahaan

DAFTAR PUSTAKA

La'ia, H. T., & Harefa, D. (2021). Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Aksara:
Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(2), 463-474.
Suparwi, S. (2020). Pengantar psikologi kognitif. Salatiga: LP2M IAIN
Salatiga.

xxiii
Ansori, Y., & Herdiman, I. (2019). Pengaruh Kemandirian Belajar terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Journal of
Medives: Journal of mathematics Education IKIP Veteran Semarang,
3(1), 11-19.
Rejeki, Tintrim Sri. Rini Wulandari. Kristina Wijayanti. 2019. Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Percaya Diri Siswa
Kelas VII SMP Negeri 39 Semarang Melalui PBL Berbantuan Kartu
Masalah. Journal Unnes Universitas Negeri Semarang Indonesia. Volume
II Tahun 2019; 770-777
Rambe, A. Y. F., & Afri, D. L. (2020). Analisis kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dalam menyelesaikan soal materi barisan dan
deret. AXIOM : Jurnal Pendidikan dan Matematika, 09(2), 175–187.
Sanidah, S., & Sumartini, T. S. (2022). Kesulitan siswa kelas viii dalam
menyelesaikan soal cerita spldv dengan menggunakan langkah polya di
desa cihikeu. Jurnal Inovasi Pembelajaran Matematika: PowerMathEdu,
1(1), 15-26.

LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI EKSPERIMEN

Nama Eksperimenter : Agus Nicholas Yosafat Siahaan


Nama Subjek : Dodi Christian
Jenis Kelamin : Laki-laki

xxiv
Usia : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Nama Eksperimen : Memori
Nomor Eksperimen : 01/Eks
Waktu Eksperimen : Pukul 08.00 – 10.00 WIB
Tempat Eksperimen : Laboratorium Eksperimen Psikologi UIR

I. PERMASALAHAN
Pengertian memory (ingatan) adalah kemampuan kepala atau lebih
tepatnya otak untuk mempertahankan dan mengingat informasi atau
pengalaman pada masa lalu yang juga bisa dikeluarkan pada masa
sekarang tetapi ingatan yang sekarang cuman bisa bertahan beberapa
saat saja. Memori merupakan kemampuan individu untuk
mengontrol,mengingat dan mengulang Kembali sebuah info untuk
dipergunakan pada masa mendatang jika memory itu berguna. Daya
ingat dan memori merupakan kemampuan kognitif yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, yang memungkinkan kita untuk
menyimpan,mengingat dan mengambil Kembali informasi yang
diperlukan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita, namun
setiap orang memiliki kemampuan mengingat yang berbeda-beda hal
itu dapat terjadi karena factor seperti usia dan pola hidup, daya ingat
atau memori sangat berpengaruh dalam kehidupan seorang individu
baik itu tentang kenangan baik ataupun buruk, ada beberapa jenis daya
ingat yang meliputi memori jangka pendek, dan memori jangka
Panjang, semakin sering kita mengingat atau memikirkan ulang
kejadian tersebut maka semakin susah ingatan itu untuk pudar dalam
memori individu.

II. DASAR TEORI


Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai memori atau daya ingat:

xxv
Definisi daya ingat menurut James Patrick Chaplindalam
(Arifudin, 2020) adalah fungsi yang terlibat dalam mengenang atau
mengalami lagi pengalaman masa lalu. Daya ingat merupakan
kemampuan seseorang untuk memanggil kembali informasi yang telah
dipelajarinya dan yang telah disimpan dalam otak. Daya ingat
seseorang tidak terlepas dari kemampuan otaknya untuk menyimpan
informasi. Informasi di dalam otak disimpan dalam bentuk memori
Menurut Rokan, dkk. (2021) memori merupakan suatu
mekanisme penyimpanan informasi yang didapat untuk diingat
kembali. Khususnya bagi mahasiswa yang sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk menerima pengetahuan baru, memori jangka pendek
lebih sering digunakan. Bentuk memori ini kemudian akan diteruskan
ke memori jangka Panjang.
Menurut Mestika, dkk. (2022) memori adalah fungsi transversal
dari sistem kognitif. Dalam semua situasi yang kita hadapi, kita
mengandalkan pengalaman masa lalu untuk menghadapi masa kini.
Sebaliknya, sebagian besar aktivitas kognitif menimbulkan bentuk
retensi informasi.
Menurut Berimau (2021) memori adalah sebuah fenomena yang
bersifat individu di mana seseorang mulai mengingat-ingat sesuatu
yang terjadi dalam diri pribadinya. Seseorang dapat melakukan
aktivitas mengingat-ingat ketika sedang berbicara, mendengarkan dan
masih banyak lagi cara mengingat-ingat.
Menurut Cluley (2019) memori atau ingatan merupakan
kemampuan untuk menyimpan mempertahankan, dan untuk mengingat
kembali kejadian, pengalaman, serta aktivitas yang pernah dilakukan.
Memori dibagi menjadi tiga penyimpanan, pertama memori sensori,
kedua memori jangka panjang dan ketiga adalah memori jangka
pendek. Ingatan jangka pendek sendiri merupakan tempat manusia
menyimpan ingatan atas sesuatu yang baru saja kita alami atau kita
pikirkan.

xxvi
Menurut Zlotnik, dkk. (2019) ingatan atau memory merupakan
bagian dari kognisi individu yang berguna dalam menyimpan berbagai
informasi. Sejauh ini, ahli psikologi menemukan bahwa memori terdiri
dari tiga komponen penting, yaitu sensorik, ingatan jangka pendek dan
ingatan jangka panjang yang masing masing memiliki atribut yang
berbeda beda.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat
didefinisikan bahwa memori adalah daya ingat, untuk mengelola
informasi baik informasi yang sudah lama maupun yang baru.
Menurut Mones (2020) Proses mengingat dalam belajar banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a) Lingkungan belajar dan fisik, Ketika lingkungan belajar
tidak baik maka seorang individu akan terganggu dalam
proses belajar, sehingga apa yang dipelajari pada hari itu
tidak dapat diingat secara baik.
b) System belajar yang tidak sesuai jadwal yang berlaku
secara umum.
c) Sarana pembelajaran yang tidak memadai dan guru masih
menjadi pusat dalam proses pembelajaran.
d) Metode pembelajaran yang digunakan hanya satu yang
membuat pembelajaran bosan.
e) faktor Individu proses mengingat dipengaruhi dari dalam
individu seperti sifat, keadaan jasmani, keadaan rohani
dan umur. Mengingat akan lebih efektif apabila individu
memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki
metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran, dan
memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang baik.
f) faktor objek yang diingat. Sesuatu yang memiliki
organisasi dan struktur yang jelas, mempunyai arti,
mempunyai keterkaitan dengan individu, mempunyai

xxvii
intensitas rangsangan yang cukup kuat lebih mudah
diingat oleh seseorang.
g) Faktor Lingkungan. Proses mengingat akan lebih efektif
apabila ada lingkungan yang menunjang dan terhindar dari
adanya gangguan.

III. HIPOTESIS
1. Jika seseorang diberi stimulus yang jenisnya berbeda (berupa
pasangan kata tak bermakna, pasangan kata bermakna namun tidak
saling berhubungan, pasangan kata bermakna saling berhubungan),
maka daya ingat akan berbeda.
2. Jika seseorang diberi stimulus berupa jumlah pasangan kata-kata,
maka pasangan kata-kata yang dapat diingat subjek dipengaruhi
oleh urutan penyajian.

IV. VARIABEL INDEPENDEN

1. Jenis pasangan kata yang menjadi stimulus, yaitu pasangan kata


tidak bermakna, pasangan kata bermakna tidak saling berhubungan,
dan pasangan kata bermakna dan saling berhubungan.
2. Urutan penyajian stimulus, yaitu urutan awal (1-3), urutan tengah (4
7), dan urutan akhir (8-10).

V. VARIABEL DEPENDEN

Daya ingat, yang ditunjukkan melalui presentasi menjawab dengan


benar atau presentasi pasangan kata yang mampu diingat.

VI. BAHAN DAN PERALATAN

A. Daftar pasangan kata sebagai stimulus

xxviii
Jenis A Pasangan kata-kata tak bermakna
- Per-sep - Sit-pun
- Sat-mal - Ram-sur
- Kim-pot - Kar-bar
- Bas-rab - Tum-kor
- Kes-dar - Mid-rus

Jenis B: Pasangan kata-kata bermakna tidak saling berhubungan

- Mulai-ayah - Beli-tidur
- Pisau-surat - Kakak-tanah
- Asing-niat - Siap-watak
- Gemar-maksud - Sore-negara
- Pohon-makan - Maksud-bangsa

Jenis C: Pasangan kata-kata bermakna salin berhubungan

- Surat-pos - Mencuri-polisi
- Musuh-racun - Buku-sekolah
- Nakal-hukuman - Air-mancur
- Ujian-lulus - Belajar-pandai
- Bapak-ibu - Meja-kursi

VII. RANCANGAN EKSPERIMEN


Rancangan kelompok dengan Random Assignment

K1 X1 O
R K2 X2 O
K3 X3 O

xxix
X1=Perlakuan dengan jenis stimulus berupa pasangan kata tak
bermakna.
X2=Perlakuan dengan jenis stimulus berupa pasangan kata bermakna
yang tidak saling berhubungan.
X3=Perlakuan dengan jenis stimulus berupa pasangan kata bermakna
saling berhubungan.
O=Observasi, daya ingat.
VIII. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Subjek duduk pada kursi yang telah disediakan, berhadapan


dengan eksperimenter.
2. Eksperimenter melakukan pendekatan pada subjek sehingga
suasana tidak terasa kaku dan menegangkan.
3. Eksperimenter melakukan petunjuk untuk mengerjakan tes
memori dengan instruktur sebagai berikut: “ Saya akan
membacakan 10 pasangan kata-kata. Pembacaan akan dilakukan
5 kali.Tugas anda adalah mendengarkannya dengan seksama
dan berusaha mengingat-ingatnya. Anda akan ditanya tentang
pasangan kata-kata tersebut" Daftar pasangan kata-kata
dibacakan dengan nada yang mendekati sama dengan cara: jarak
pembacaan antara pasangan kata-kata adalah 2 detik, dan jarak
antara setiap ulangan adalah 15 detik.
4. Setelah diulang 5 kali, subjek diberi kesempatan untuk
beristirahatselama 15 menit, dan selama itu pula subjek diajak
bercakap-cakap sehingga tidak ada kesempatan bagi subjek
untuk mengingat-ingat materi yang telah diberikan.
5. Subjek di minta duduk kembali berhadapan kembali dengan
ekperimenter, dan eksperimenter membacakan instruksi sebagai
berikut: " Sekarang saya akan membacakan pada anda satu kata,
dan tugas anda adalah mengatakan pasangannya".Apabila

xxx
subjek menjawab benar maka eksperimenter langsung
meneruskan dengan pertanyaan berikutnya namun, apabila
jawaban subjek salah maka tunggu kira kira 4 detik untuk
memberi kesempatan untuk mengeroksi jawaban sebelumnya.

IX. PENCATATAN HASIL


1. Data Individu (terlampir)
2. Data Kelompok

NAMA MEMORY Memory Sesuai Dengan Penyajian

xxxi
(% Jawaban
A B C
yang Benar)
1- 4- 8- 1- 4- 8- 1- 4- 8-
A B C
3 7 10 3 7 10 3 7 10
Agus Nicholas 70 20 80 3 1 3 1 0 1 3 3 2
Alfardo 90 70 70 2 4 3 1 3 3 2 3 2
Cantika Vira
100 70 90 3 4 3 2 3 2 3 3 3
Azzahra
Dodi Christian 70 90 80 1 3 3 3 3 3 3 2 3
Fadillah
50 30 80 2 2 1 1 0 2 3 2 3
Arisyandi Putri
Ferrynda Fianissa 80 70 70 3 3 2 2 2 3 2 3 2
Fitri Febriyanti 30 100 100 3 0 0 3 4 3 3 4 3
Hilya Syahwina
50 60 90 2 1 2 2 3 1 3 4 2
Sari
Indah Edria
80 90 100 3 3 2 3 4 2 3 4 3
Chamisa
Nura Rezkhi
20 60 90 1 1 0 3 2 1 3 4 2
Aryuni
Putri Nia Adisti 60 60 90 3 2 1 3 1 2 3 3 3
Rangga Adhitya
100 80 100 3 4 3 3 3 2 3 4 3
Rosmah
Zulfanny
90 20 90 3 4 2 1 1 0 3 4 2
Salsabila Utami

A : Pasangan kata tak bermakna


B : Pasangan kata bermakna tidak saling berhubungan
C : Pasangan kata bermakna saling berhubungan
a : Urutan Awal ( 1 – 3)
b : Urutan Tengah ( 4 - 7 )
c : Urutan Akhir ( 8 – 10 )

X. PENGOLAHAN HASIL

A:B

xxxii
t-Test: Paired Two Sample for Means

Variable 1 Variable 2
Mean 68.46153846 63.07692308
Variance 647.4358974 673.0769231
Observations 13 13
-
Pearson Correlation 0.030102763
Hypothesized Mean Difference 0
df 12
t Stat 0.526400112
P(T<=t) one-tail 0.304101326
t Critical one-tail 1.782287556
P(T<=t) two-tail 0.608202652
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangan:
T Hitungan < T Table
0.526400112 < 1.782287556
Jadi hasilnya tidak signifikan

A:C

t-Test: Paired Two Sample for Means

xxxiii
Variable 1 Variable 2
86.9230769
Mean 68.46153846 2
106.410256
Variance 647.4358974 4
Observations 13 13
Pearson Correlation -0.146533364
Hypothesized Mean Difference 0
df 12
t Stat -2.309401077
P(T<=t) one-tail 0.019759526
t Critical one-tail 1.782287556
P(T<=t) two-tail 0.039519052
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangan:
T Hitungan < T Table
-2.309401077 < 1.782287556
Jadi, hasilnya tidak signifikan

B:C

t-Test: Paired Two Sample for Means

xxxiv
Variable 1 Variable 2
Mean 63.07692308 86.92307692
Variance 673.0769231 106.4102564
Observations 13 13
Pearson Correlation 0.318568586
Hypothesized Mean Difference 0
df 12
t Stat -3.484099219
P(T<=t) one-tail 0.002256073
t Critical one-tail 1.782287556
P(T<=t) two-tail 0.004512146
t Critical two-tail 2.17881283

Keterangan:
T Hitunggan < T Table
-3.484099219 < 1.782287556
Jadi, hasilnya tidak signifikan

XI. KESIMPULAN

xxxv
1. Jika seseorang diberi stimulus yang jenisnya berbeda (berupa pasangan
kata tak bermakna, pasangan kata bermakna namun tidak saling
berhubungan, pasangan kata bermakna saling berhubungan). maka daya
ingatnya akan berbeda :

a. Jika seseorang diberi stimulus berupa pasangan kata tak bermakna


dan pasangan kata tak bermakna tidak berhubungan, maka tidak
ada perbedaan daya ingat yang signifikan di antara keduanya.
Hipotesis ditolak
b. Jika seseorang diberi stimulus berupa kata tak bermakna dan
pasangan kata bermakna saling berhubungan, maka terdapat
perbedaan daya ingat yang sangat signifikan. Hipotesis ditolak.
c. Jika seseorang di beri stimulus berupa pasangan kata bermakna
tidak berhubungan dan pasangan kata bermakna
berhubungan,maka tidak ada perbedaan daya ingat yang
signifikan. Hipotesis ditolak.

XII. DISKUSI
Pada dasarnya terdapat 3 tahapan pemrosesan teori, tahapan
pemerosesan tersebut meliputi tahap pengodean atau encodin,tahap
penyimpanan atau storage, dan tahap pemanggilan kembali atau
retrieval.Contoh dari encoding adalah ketika kita harus mengingat kata-
kata yang harus kita hafal, kita membuat kode kode tersendiri sehingga
membuat kita sangat mudah untuk dihafal.Contoh dari storage yaitu
ketika kita harus mengingat sesuatu, kita membuat kata-kata yang
menarik atau yang memiliki arti sehingga sangat mudah untuk
dipahami dan dihafal. Dan contoh yang terakhir adalah retrieval yaitu
saat teman kita menyebutkan bagian salah satu dari kata yang kita hapal
maka otak kita akan mencoba mengingat kembali.Pasangan dari kata
tersebut.Pada eksperimen ini, dapat dilihat bahwa subjek diberikan
pasangan kata tidak bermakna, pasangan kata bermakna 33 namun

xxxvi
tidak saling berhubungan, dan pasangan kata bermakna saling
berhubungan.
Pada saat mengingat pasangan kata tidak bermakna,intensitas
kesulitan mengingat lebih sulit.Pada saat mengingat kata-kata pasangan
kata bermakna tidak saling berhubungan intensitas mengingat ada yang
lebih mudah, ada yang lebih sulit.Pada saat mengingat pasangan kata
bermakna saling berhubungan, intensitas mengingat lebih mudah.

XIII. KESAN-KESAN DALAM EKSPERIMEN

A. Fisik
Eksperimen dilakukan di laboratorium eksperimen di
lantai 2 fakultas psikologi Universitas Islam Riau. Saat itu
situasi ruangan cukup bising karena teman-teman yang lain
sedang mengingat kata-kata yang dibacakan oleh eksperimenter,
banyak yang keluar masuk laboratorium untuk permisi ke toilet,
ada juga yang bercanda Ketika menjawab sambungan kata yang
dibacakan eksperimenter, dan ada juga yang bermain HP.
Perilaku yang terlihat Ketika subjek menghafal jenis A
yaitu, subjek mendengarkan dengan baik dan mengucapkan
kembail yang dibacakan oleh observer.
Perilaku yang terlihat Ketika subjek menghafal kata jenis
B yaitu subjek mendengarkan dengan baik, sesekali melirik
kebelakang melihat teman lain, sesekali juga bersandar ke
tembok, dan juga subjek mengucapkan Kembali kata yang
diucapkan observer.
Perilaku yang terlihat ketika subjek menghafal kata jenis C
yaitu subjek mengucapkan Kembali kata yang dibacakan
observer dan kadang bermain HP.

B. Psikologis

xxxvii
Kesimpulan dari perilaku subjek yang terlihat adalah
subjek berusaha untuk menghafal kata-kata namun banyak hal
yang mengganggu baik dalam diri subjek sendiri maupun
sekitarnya, seperti Ketika hendak menghafal tiba-tiba nada
dering HP subjek berbunyi yang membuat focus terganggu tapi
setelah itu subjek Kembali mendengarkan observer.
C. Asisten
Pada saat pratikum eksperimen, asisten menerangkan dan
memberikan arahan kepada kelompok eksperimen, apa yang
harus dilakukan oleh subjek dan apa yang harus dilakukan oleh
eksperimenter. Sehingga pratikum berjalan dengan lancar atas
keterangan yang telah diberikan oleh asisten, baik dengan cara
menilai daya ingat maupun cara mengisi hasil data laporan.Dan
pratikum pun berjalan dengan baik hingga waktu pratikum
selesai.

XIV. KEGUNAAN SEHARI-HARI


1. Untuk mengingat materi pelajaran.
2. Untuk mengingat kejadian yang pernah dialami.
3. Untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Pekanbaru,03 Juni 2023


Penyusun,

Agus Nicholas Yosafat Siahaan

DAFTAR PUSTAKA

xxxviii
Arifudin, O. (2020) Psikologi Pendidikan (Tinjauan Teori Dan Praktis).
Bandung : Widina Bhakti Persada

Fatmawati, R., sulaeman, o., & pramaknik, n. d. (2020). PENGARUH


PENGGUNAAN METODE BERNYANYI TERHADAP kemampuan
mengingat lambang bilangan pada anak usia dini. jurnal nstitut Agama
Islam Latifah Mubarokiyah , 94.

Hidayat, S. A., Erwansyah, R. A., & Lestari, A. N. (2021). LATIHAN SENAM


OTAK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMORI
JANGKA PENDEK PADAANAK DISABILITAS INTELEKTUAL.
JINTAN : Jurnal Ilmu Keperawatan, 110-118.

Hidayat, S. A., Erwansyah, R. A., & Lestari, A. N. (2021). LATIHAN SENAM


OTAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMORI
JANGKA PENDEK PADA ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL.
JINTAN : Jurnal Ilmu Keperawatan, 110-118.

Mones, Yata. (2020). UPAYA MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA


KELAS IV MELALUI PENERAPAN METODE PRAKTEK DAN
LATIHAN TERSTRUKTUR PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ( Studi Lapangan di SD Negeri
Nunbai, TIMOR NTT): Jurnal Selidik, 20

Pratiwi, a. f. (2019). PENINGKATAN DAYA INGAT ANAK USIA DINI


MELALUI MEDIA MIND MAPPING. 50.

xxxix

Anda mungkin juga menyukai