Anda di halaman 1dari 27

Psikologi pendidikan

PLANNING &
motivatio
n
By:
A N D R I F I R M A N A L A M S YA H
D h e w i A S T U T I WA R U W U
F A J R I AT I R A H M A
N I T A S YA F I T R I
S A L S A B I L A E N D R YAT I
PLANNING
Page 02 of 27

Perencanaan adalah aspek penting untuk menjadi guru yang kompeten (Parkay
Mass, 2000)

• Perencanaan instruksional
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi
sistematik dan tertata untuk merencanaan pelajaran.Guru perlu menentukan
seperti apa dan bagaimana mereka akan mengajar. Walaupun beberapa momen
instruksional yang baik kadang terjadi spontan, pelajaran masih harus tetap
direncanakan dengan cermat.
Perencanaan instruksional melibatkan pengembangan strategi instruksi yang
sistematis dan tertata yang berguna bagi pembelajaran murid.

Perencanaan yang baik harus menyentuh aspek tugas (menentukan tujuan


instruksional, merencanakan aktivitas, dan menentukan prioritas) dan waktu
(menyusun perkiraan waktu, jadwal dan fleksibel). Anda perlu membuat
rencana untuk kerangka waktu yang berbeda, dari perencanaan tahunan
sampai harian.
Page 03 of 27

Perencanaan &
Instruksi TEACHER-
centered
Perencanaan & Page 04 of 27

Instruksi teacher-
Perencanaan Pelajaran Teacher-CenteredTiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered adalah

centered
menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan me- nyusun taksonomi (klasifikasi)
instruksional.Menciptakan Sasaran Behavioral. Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalahpernyataan tentang
perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam erja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus
spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian:
1. Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
2. Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan di-evaluasi atau dites.
3. Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima.
Perencanaan & Page 05 of 27

Instruksi teacher-centered
• Instruksi LangsungAtau (direct instruction)
• Menganalisis Tugas
adalah pendekatan teacher-centered yang terstruktur yang
Alat lain dalam perencanaan teacher-centered adalah analisis tugas,
dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang
yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari
tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang
murid menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999).
dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh
Analinis inidapat melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978):
guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid
1. Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk
(Joyce & Weil, 1996).Fokus instruksi langsung adalah
mempelajaritugas.
aktivitas akademik; materi non-akademik (seperti mainan,
2. Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti
game, dan teka tekij cenderung tidak dipakai; interaksi murid-
kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya.
guru (seperti percakapan atau perhatian tentang diri atau
3. Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan
pribadi) juga tidak begitu ditekankan.Tujuan penting dari
instruksi langsung adalah memaksimalkan waktu belajar
murid (Stevenson, 2000).
Page 06 of 27

Perencanaan &
Instruksi LEARNED-
centered
Perencanaan & Page 07 of 27

Instruksi learned-centered
Prinsip learner-centered intruksi dan perencaanaan learner centered terletak pada siswa, bukan guru. Presepsi murid terhadap lingkungan
pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan
prestasi murid.Prinsip learner-centered menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Menururut kelompok kerja ini,
pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamaa nya adalah pada orang yang belajar.Prinsip learner-centered yang dikembangkan oleh
gugus tugas American psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan 4faktor :
- kognitif dan metakognitif
- motivasional dan emosional-
- perkembangan dan sosial-
- perbedaan individualFaktor kognitif dan metakognitif
Perencanaan & Page 08 of 27

Instruksi learned-centered
ada 6 prinsip yakni
1. sifat proses pembelajaran
Pembelajaran subjek materi yang kompleks akan samgat efektif jika dilakukan dengan melalui proses pengkontruksian makna dari
informasi dan pengalaman
2. tujuan proses pembelajaran
Murid perlu menciptakan representasi pengetahuan yang relevan secara personal yang bisa menyukseskan si pelajar, mulanya murid
mungkin membuat tujuan pembelajaran jangka pendek, tapi seiring berjalan nya waktu pemahaman mereka dapat ditingkatkan dengan
menambah pengetahuan, memecahkan problem, memperdalam pemahaman terhadap suatu pelajaran sehingga mereka dapat mencapai
tujuan jangka panjang.
3. kontruksi pengetahuan
Pelajar yang sukses bisa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki nya dengan cara yang mengandung
makna tertentu. pengetahuan akan bertambah luas jika murid terus membangun hubungan antara informasi baru dengan pengalaman
mereka yang sudah ada.
Perencanaan & Page 09 of 27

Instruksi learned-centered
4. pemikiran strategis
pelajar yang sukses dapat menciptakan dan menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.Terus mengembangkan ketrampilan strategis mereka dengan mendalami ulang strategis yang sukses, dengan menerima
petunjuk dan tanggapan (feedback) dan dengan berinteraksi dengan model yang tepat.
5. Metakognisi
Mereka merenungkan cara mereka belajar dan berfikir, menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable, memilih strategi yang tepat,
dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan pembelajaran.
6. konteks pembelajaran
pembelajaran dipengaruhi oleh faktor faktor lingkungan spt kultur, teknologi dan praktik intruksionalKultur bisa mempengaruhi banyak
aspek pembelajaran dan pendidikan seperti motivasi, proses belajar, dan cara berfikir. Teknologi dan praktik intruksional harus
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan, kemampuan, dan strategi pembelajaran anak.
Perencanaan & Page 10 of 27

Instruksi learned-centered
Faktor motivasi dan emosional
1. Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaranEmosi positif seperti rasa ingin tahu, biasanya akan membantu memperlancar
proses belajar. Namun emosi negatif yang parah seperti kecemasan yang besar, panik, kemarahan, dan pemikiran yang terkait dengan
emosi negatif seperti takut berlebihan, takut gagal dam takut hukuman dapat melemahkan pembelajaran.
2. motivasi intriksik untuk belajar, adalah motivasi dari diri sendiri (self determind). Rasa ingin tahu, pemikiran mendalam, dam
kreativitas adalah indikator yang baik dari motivasi intriksik anak untuk belajar. motivasi intriksik dapat menguat jika anak
menganggap tugas sebagai sesuatu yang menarik, relevan secara personal, bermakna dan pada level yanh sesuai dengan kemampuan
anak sehingga mereka berangggapan dalat menyelesaikan tugas itu.
3. Efek motivasi terhadap usaha usaha ada aspek penting dari motivasi untuk belajar.
Perencanaan & Page 11 of 27

Instruksi learned-centered
Faktor sosial dan delevopmental
1. pengaruh perkembangan pada pembelajaranIndividu ada berkembang dengan baik ketika pembelajaran nya sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Karna perkembangan fisik kofnitif dan domain sosioemosional individu itu bervariasi maka prestasi dalam
domain ini juga bervariasi
2. pengaruh sosial terhadap pembelajaranpembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal dan komunikasi dengan
orang lain. Hubungan interpersonal yang berkualitas dapat menghasilkan rasa percaya dan perhatian sehingga meningkatkan rasa
memiliki, penghargaan diri, penerimaan diri, dan menghasilkan iklim yang sangat penting dalam sosial anak dan hubungan mereka.
Perencanaan & Page 12 of 27

Instruksi learned-centered
Beberapa strategi Intruksional Learner-centered :
• Pembelajaran berbasis problem
Adalah pendekatan learner centered. perencanaan dan intruksi nya sangat berbeda dengan teacher-centered. Problem fokus nya
adalah pada suatu problem yang harus dipecahkan murid melalui kerja kelompok kecil.

• Pertanyaan esensial
adalah pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal yang paling penting yang harus di eksplorasi dan dipelajari oleh
murid.

• Pembelajaran penemuan
Pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan intruksi langsung,
dimana guru menjelaskan secara langsung informasi pada murid. dalam pembelajaran penemuan, murid harus mencari tahu sendiri.
pembelajaran penemuan ini berhubungan dengan ide piaget yang pernah mengatakan bahwa setiap kali anda memberi tahu murid,
maka murid tidak belajar.
MOTIVATION
Page 13 of 27

Motivasi adalah proses yang memberi semangat,arah,dan kegigihan


perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi,terarah,fab bertahan lama.Perspektif tentang motivasiperspektif
psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan
perspektif yang berbeda pula. Perspektif terbagi menjadi empat
bagian,yaitu:
1. Perspektif Behavioral
2. Perspektif Humanistik
3. Perspektif Kognitif
4. Perspektif Sosial
Page 14 of 27

2.Perspektif
1.Perspektif
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman Humanistis
Behavioral
eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih
Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang
dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan Perspektif
nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan
pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar
insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau
tertentu dipuaskan dahulu sebelum memuaskan
kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
kebutuhan yang lebih tinggi.
perilaku yang dapat menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak
tepat (Emmer dkk.,2000).Insentif yang dipakai guru didalam
kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi
tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian
jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik.
Page 15 of 27

3.Perspektif kognitif 4.Perspektif


Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan
perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi
mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari
penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju
SOSIAL
dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan,
pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.
Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk
suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000;Zimmerman & Schunk ,
menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan
2001).Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan
orang tua, dan keinginan positif untuk menjalin hubungan dengan guru.Murid
R.W White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi
sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya
kopentensi , yakni ide bahwa orang yang termotivasi untuk
memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker,
menghadapi lingkungan merekan secara efektif, menguasai dunia
1999;Stipek, 2002). Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor
mereka, dan memproses informasi secara efisien.
penting dalam motivasi dan presentasi murid adalah persepsi mereka
mengenai apakah mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (Mc Combs,
2001).
Page 16 of 27

motivasi
Untuk meraih
1. Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
2. Proses kognitif lainnya

sesuatu
3. Kecemasan dan Prestasi
4. Ekspektasi Guru
motivasi Page 17 of 27

Untuk meraih
1. Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatuyang lain . Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhioleh insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman. Perspektif behavioral menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalamprestasi ini,

sesuatu
sedangkan pendekatan kognitif dan humanistis lebih menekankanpada arti penting dari motivasi intrinsik dalam prestasi.
Motivasi intrinsik adalahmotivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri .Pujian jugabisa memperkuat motivasi
intrinsik murid.
Determinasi Diri dan Pilihan Personal. Dalam pandangan ini,murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan
sendiri, bukan karena kesukesan atau imbalan eksternal.

Csikszentmihalyi menggunakan isti flow untuk mendeskripsikan pengalaman optimal dalam hidup. Dia menemukan bahwa pengalaman
optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mamp menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Ketika
level tantangan dan keahlian adalah rendah, murid merasa apati. Dan ketika murid menghadapi tugas sulit yang dirasa tidak bisa mereka
tangani, maka mereka merasa cemas eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Akan tetapi, dalam beberapa situasi imbalan atau
hadiah dapat melemahkan pembelajaran.
bukan imbalan itu sendiri yang menyebabkan efek, tetapi tawaran atau ekspektasi atas imbalan itulah yang memberikan efek . Imbalan
yang digunakan sebagai insentif menimbulkan persepsi bahwa perilaku murid disebabkan oleh imbalan eksternal, bukan oleh motivasi
dalam diri murid untuk menjadi pandai.
motivasi Page 18 of 27

Untuk meraih
hadiah verbal dapat dipakai untuk memperkuat motivasi intrinsik Dia juga menyimpulkan jika hadiah yang jelas seperti medali emas dan
uang ditawarkan secara mendadak atau diberikan tanpa pem beritahuan lebih dahulu, maka motivasi intrinsik akan tetap terjaga. Beberapa
kritikus percaya bahwa analisis Cameron itu cacat-misalnya, analisis itu tidak mendeteksi beberapa efek kognitif dari imbalan terhadap

sesuatu
motivasi . Ketika hadiah dikaitkan dengan kompetensi, maka hadiah bisa menaikkan motivasi dan minat. Jika tidak, hadiah tidak akan
menaikkan motivasi atau mungkin justru melemahkan motivasi ketika hadiah tak diberikan lagi

Pergeseran Developmental dalam Motivasi Ekstrinsik dan intrinsik. Banyak psikolog dan pendidik percaya adalah penting bagi murid
untuk mengembangkan inter- nalisasi dan motivasi intrinsik yang lebih besar saat mereka tumbuh. Akan tetapi, periset menemukan bahwa
saat
Salah satu penjelasannya adalah karena praktik kenaikan kelas memperkuat orientasi motivasi eksternal. Artinya, saat murid bertambah
usia, mereka terkungkung dalam penekanan pada tujuan naik kelas dan karenanya motivasi internalnya.
motivasi Page 19 of 27

Untuk meraih
2.Proses kognitif lainnya
Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk menemukan sebab-sebab dari perilaku dalam rangka memahami perilaku.
Weiner mengidentifikasi tiga dimensi atribusi kausal:

sesuatu
(1) lokus; Persepsi murid tentang kesuksesan atau kegagalan sebagai akibat dari faktor internal atau eksternal yang memengaruhi harga diri
murid.
(2) stabilitas; Persepsi murid terhadap stabilitas dari suatu sebab yang meme- ngaruhi ekspektasi kesuksesannya. Jika dia menisbahkan
hasil positif dengan sebab yang stabil , maka dia akan memperkirakan keberhasilan di masa depan. Demikian pula, jika dia
menghubungkan hasil negatif dengan sebab yang stabil, maka dia akan memperkirakan kegagalan di masa mendatang.
(3) daya kontrol; Persepsi murid tentang daya kontrol atas suatu sebab ber hubungan dengan sejumlah hasil emosional seperti kemarahan,
rasa bersalah rasa kasihan dan malu.

Kombinasi dari tiga dimensi ini menghasilkan penjelasan yang berbeda tentang kegagalan dan kesuksesan. Orientasi penguasaan (mastery)
berfokus pada tugas bukan pada kemampuan, dan melibatkan sikap positif dan strategi berorientasi solusi. Orientasi helpless fokus pada
kelemahan personal menghubungkan kesulitan dengan kekurangan kemampuan, dan menunjukkan sikap negatif (seperti rasa bosan dan
cemas). Orientasi kinerja lebih memerhatikan hasil daripada proses pencapaiannya
motivasi Page 20 of 27

Untuk meraih
3.Kecemasan dan Prestasi
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Tetapi, beberapa murid punya
tingkat kecemasan yang tinggi dan konstan, sehingga bisa menganggu kemampuan mereka untuk meraih prestasi. Beberapa anak mengidap

sesuatu
kecemasan tingkat tinggi lantaran orang tuanya mem- bebankan standar prestasi yang tidak realistis pada diri anak mereka.
Program intervensi terhadap kecemasan difokuskan pada aspek kekhawatiran, di mana program ini berusaha mengganti pemikiran yang
destruktif dan negatif tentang kecemasan dengan pemikiran yang lebih positif dan konstruktif , Program ini lebih efektif dalam menaikkan
prestasi ketimbang program relaksasi.

4.Ekspektasi Guru
Motivasi dan kinerja murid mungkin dipengaruhi oleh ekspektasi guru. Guru sering kali punya ekspektasi lebih positif untuk murid
berkemampuan tinggi ketimbang murid berkemampuan rendah. Ekspektasi ini kemungkinan akan memengaruhi sikap dan perilaku murid
terhadap guru. Hal yang sebaliknya terjadi untuk kasus anak berkemampuan rendah .Salah satu strategi pengajaran yang penting adalah
memantau ekspektasi.
Page 21 of 27
alfredo torres

MOTIVASI,H
UBUNGAN
DAN
Terdiri dari:

KONTEKS
1. Motif sosial
2. Hubungan sosial
3. Konteks sosial kultural

SOSIOKULTU
MOTIVASI,HUBUNGAN DAN KONTEKS
1. Motif Sosial

SOSIOKULTURAL
Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan dunia sosial. Perhatian terhadap motif
sosial muncul dari katalog kebutuhan yang disusun Henry murray (1938), yang mencakup kubutuhan akan afiliasi atau
keterhubungan, yakni motif untuk merasa cukup terhubung dengan orang lain. Kebutuhan ini membutuhkan pembentukan,
pemeliharaan, dan pemulihan hubungan yang akrab, hangat, dan personal.

Page 22 of 27
2. Hubungan sosial
• Orang tua
Orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan mungkin lebih percaya
bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah penting. Mereka
lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam pendidikan anak dan memberi stimuli
intelektual dirumah (Schneider & Coleman,1993). Walaupun faktor demografis
dapat mempengaruhi motivasi murid, faktor yang lebih penting adalah praktik
pengasuhan anak oleh orang tuanya (Eccles,1993;Eccles, Wigfield,&
Schiefele,1998).Berikut ini beberapa praktik parenting positif yang dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi:
1. Mengenal betul anak dan memberi tantangan dan dukungan dalam kadar
yang tepat.
2. Memberikan iklim emosional yang positif, yang memotivasi anak untuk
manginternalisasikan nilai dan tujuan orang tua.
3. Menjadi model perilaku yang memberi motivasi: bekerja keras dan gigih
menghadapi

Page 23 of 27
Page 24 of 27

• Teman
Teman sebaya (Peer). Teman sebaya dapat mempengaruhi

sebaya
motivasi anak melalui perbandingan sosial, kompetensi dan
motivasi sosial, belajar bersama, dan pengaruh kelompok
teman sebaya (Eccles ,wigfield,&Schiefele, 1998). Murid
dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya
mereka dengan secara akademik dan sosial (Ruble,1983).
Dibandingkan anak kecil remaja lebih mungkin
membandingkan melakukan perbandingan sosial, walaupun
remaja lebih gampang menyangkal bahwa mereka
membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain
(Harter,1990).
Page 25 of 27
alfredo torres

• guru
Nel Noddings (1992,1998,2001) percaya bahwa murid kemungkinan
besar akan berkembang menjadi manusia yang kompeten apabila
mereka merasa dipeehatikan. Karenanya guru harus mengenal murid
dengan baik. Dia percaya bahwa keadaan sulit terwujud disekolah
besar dengan murid yang banyak disetiap kelasnya. Dia
menganjurkan agar guru mengajar murid yang sama selama dua atau
tiga tahun (dimana kedua belah pihak sama sama setuju) sehingga
guru akan bisa lebih mengenal minat dan kapasitas masing-masing
murid (Thornton 2001).
3. KONTEKS SOSIOKULTURAL
Bagian ini berfokus pada bagaimana latar belakang status sosioekonomi, etnis, dan gender bisa mempengaruhi motivasi dan
prestasi.Status Sosioekonomi dan Etnisitas. Sandra Graham (1986,1990) telah melakukan sejumlah studi yang bukan hanya
mengungkapkan peran status ekonomi yang lebih kuat ketimbang peran etnisitas dalam mempengaruhi prestasi, tetapi juga
memgungkapkan arti penting dari pengkajian motivasi murid etnis minoritas dalam konteks teori motivasi umum. Dalam sebuah
studi dimana partisipannya terutama adalah murid etnis minoritas dari keluarga berpendapatan rendah, kelas yang mampu
memotivasi murid menguasai materi dan memberi dukungan yang cukup ternyata mempengaruhi peningkatan motivasi murid
untuk belajar dan membantu menghindarkan adanya tekanan emosional yang mengganggu prosea belajar mereka
(Strobel,2001).

Page 26 of 27
Page 27 of 27

THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai