Anda di halaman 1dari 26

Fungsi Perencanaan Pembelajaran IPS

Perencanaan pembelajaran mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:


a. Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan
umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan
dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami
jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan
diprogram secara utuh.
c. Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif
dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi
pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang
terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan
masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang
baik mengenai tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e. Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang
akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun.
Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang
akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f. Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran
efektif.
g. Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang
utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam
sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar
dapat dilakukan secara seimbang.
h. Fungsi kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan
sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan
dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran
selanjutnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Pembelajaran IPS


1. Faktor guru
Guru merupakan komponen yang menentukan, hal ini disebabkan guru merupakan orang
yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Disini guru bisa berperan sebagai
perencana atau desainer pembelajaran untuk mengimplikasikan sebagai implementator
dan atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara
benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada
sehingga semuanya di jadikan komponenen-komponen dalam rencana dan desain
pembelajaran. Menurut dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi
kualitas guru yaitu :
 Teacher formatif experience mengikuti jenis kelamin serta semua pengalaman
hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka, yang termasuk kedalam
aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru, termasuk suku, latar belakang
budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dimana guru itu berasal.
 Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan
dengan aktivitas dan latar pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan
professional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan,dsb.
 Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang
dimiliki guru terhadap siswa, sikap guru terhadap profesinya, kemampuan atau
intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik dalam pengelolaan
pembelajaran,termasuk didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan
evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
2. Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada
setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh
perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada
diri anak. Menurut Dunkin (1974) faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi:
 Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal
siswa, tingkat social ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan
lain sebagainya.
 Dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.
 Aspek sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran juga merupakan faktor
yang memengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat
aktif (hyperkinetic) dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa
yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar.
3. Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancarana
proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan
sekolah,dsb. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung
dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan menuju sekolah,
penerangan sekolah, kamar kecil,dsb.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi:
o Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas,
organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas
berkecenderungan:
o Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun.
o Perbedaan individidu antar anggota akan semakin tampak, sehingga akan
semakin sukar mencapai kesepakatan.
o Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya
siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah
faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang
yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial psikologis secara internal adalah
hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara
siswa denga siswa; antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru bahkan antara
guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan
hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar misalnya hubungan sekolah dengan
orang tua siswa, sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dsb.
 
PROSES PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
 Tahap Pra-rencana (analisis keadaan/masalah)
o Diagnosis tentang keadaan sistem (masalah dan kebutuhan)
o Formulasi tujuan
o Perkiraan sumber daya dan dana
o Perkiraan target
o Identifikasi kendala
 Formulasi rencana
 Eksplorasi , Elaborasi, Konfirmasi rencana
 Implementasi rencana
 Evaluasi, revisi dan perencanaan ulang

Sudut Pandang perencanaan pembelajaran IPS


Konsep perencanaan pembelajaran IPS dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu system
3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin.
4. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses
6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas

Dimensi - dimensi Perencanaan Perencaan Pembelajaran IPS


Berbicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni nerkaitan dengancakupan dan sifat-
sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan
terhadap dimensi-dimensi Perencanaan Pembelajaran itu menurut Harjanto (1997 : 5)
memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni:
a. Signifikansi
b. Feasibilitas.
c. Relevansi.
d. Kepastian.
e. Ketelitian.
f. Adaptabilitas.
g. Waktu.
h. Monitoring

PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS


Sebelum berbicara lebih jauh tentang Prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, alangkah
baiknya perlu kita ketahui terlebih dahulu prinsip-prinsip belajar dan mengajar dalam rangka 
untuk pengembangan pembelajaran, antara lain :
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses Belajar mengajar sanagt dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subyek yang
melakukan kegiatan belajar.
Artinya kondisi fisik/psikis (jasmani/mental) individu yang memungkinkan subyek dapat
melakukan belajar.
2.   Prinsip Motivasi (motivation)
Tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu
tutjuan   tertentu  (morgan,1986)
Peserta didik memiliki motivasi :
1)      Akan bersungguh-sungguh
2)      Berusaha keras dan meluangkan waktu cukup
3)      Terus bekerja sampai tugas-tugas selesai
Sumber motivasi :
1)      Motivasi instrinsik
2)      Motivsi ekstrensik
3.  Prinsip perhatian
Merupakan strategi kognitif yang mencakup 4 Ketrampilan :
1)  Berorientasi pada suatu masalah
2)  Meninjau sepintas isi masalah
3)  Memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan
4)  Mengabaikan semuah yang tidak relevan
4.  Prinsip persepsi
Adalah suatu proses yang bersifat komplek yang menyebabkan orang dapat menerima
/meringkas informasi yang di peroleh lingkungannya.
5.  Prinsip retensi
Adalah apa yang tertinggal dan dapat di ingat kembali setelah seseorang mempelajari
sesuatu. Prinsip-prinsip retensi :
1)  Isi pembelajaran yang bermakna akan lebih mudah di ingat di bandingkan dengan isi
pembelajaran yang tidak bermakna.
2)  Benda yang jelas dan kongkrit akan lebih mudah di ingat.
3)  Isi pembelajaran yang bersifat kontekstual atau serangkaian kata-kata yang
mempunyai kekuatan asosiatif.
4)  Tidak ada perbedaan antara retensi dengan apa yang telah di pelajari peserta didik
yang mempunyai berbagai tingkatan IQ
Cara-cara meningkatkan retensi belajar
1. Usahakan isi pembelajaran di susun dengan baik dan bermakna
2. Pembelajaran dapat di bantu denganjembatan keledai ( mac monic)
3. Berikan resitasi .
4. Susun dan sajikan konsep yang jelas
5. Berikan latihan pengulangan terutama untuk pembelajaran ketrampilan motorik
6. Prinsip transfer
Suatu proses di mana sesuatu yang pernah di pelajari dapat mempengaruhi proses dalam
mempelajari sesutu yang baru.
Lebih jelasnya adalah pengaitan pengetahuan yang sidah di pelajari dengan pengatahuan
yang baru di pelajari.
Bentuk-bentuk transfer
1.  Transfer positif
2.  Transfer negatif
3.  Transfer nol

Pembelajaran dulunya pengajaran = upaya untuk mempelajarkan siswa(degeng.  1989)


Konsep pembelajaran mengandung implikasi
I. Perlu di upayakan agar menjadi proses belajar mengajar yang interaktif antara peserta
didik dan sumber belajar yang di rencanakan
II. Di tinjau dari sudut peserta didik mengandung makna bahwa terjadi proses internal
interaksi antara seluruh potensi individu dengan sumber-sumber belajar yang dapat berupa
pesan-pesan ajaran.
III. Di tinjau dari pemberi rangsangan mengandung makna pemilikan penetapan dan
pengembangan metode pembelajran yang memberikan kemunglki baiknan masing-masing

Adapun Kriteria dalam penyusunan perencanaan pembelajaran IPS harus


memegang prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu :
1. Signifikansi, artinya kebermaknaan, bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya
bermakna agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
2. Relevan, artinya sesuai, bahwa perencanaan pembelajaran yang kita susun memiliki
kesesuaian baik internal maupun eksternal.
3. Kepastian, artinya sesuatu yang dijadikan pedoman dalam perencanaan pembelajaran
bersifat pasti, tidak lagi memuat lalternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi
langkah-langkah pasti sehingga dapat meminimalisir persoalan yang timbul secara tak
terduga.
4. Adaptabilitas, artinya bersifat lentur atau tidak kaku, bahwa perencanaan pembelajaran
disusun untuk diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi.
5. Kesederhanaan,artinya perencanaan pembelajaran mudah diterjemahkan dan mudah
diimplementasikan.
6. Prediktif, artinya perencanaan pembelajaran memiliki daya ramal yang sangat kuat.

Prosedur perencanaan pembelajaran IPS


Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah
sebagai berikut :
 Merumuskan tujuan Pembelajaran, adapun rumusan tujuan pembelajaran, harus
meliputi pengembangan aspek domain kognitif, afektif, dan domain psikomotorik.
 Pengalaman belajar   
 Kegiatan belajar mengajar
 Orang-orang yang terlibat
 Bahan dan alat
 Fasilitas fisik
 Perencanaan Evaluasi dan pengembangan

Prosedur Pengembangan Rancangan Pembelajaran


Lebih jelas di paparkan oleh Slameto (1991 : 47) bahwa prosedur pengembangan rancangan
pembelajaran meliputi :   
a.  Kaji dan pahami baik-baik tujuan kurikulum.
b. Kenali dan pahami karakteristik siswa yang mengikuti pelajaran, meliputi :
1. kemampuan awal siswa
2. karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan
3. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang
c. Renungkan kembali dan buat analisa. 
d. Rumuskan Tujuan Instruksional Umum dan Khususnya. 
e. Susun Alat Evaluasi.  
f. Memanfaatkan Buku Sumber
g. Pemilihan Materi berdasarkan karakteristik tertentu.
h. Rancang Strategi Belajar mengajar

Isi / Muatan Perencanaan Pembelajaran


Isi perencaan merujuk pada hal - hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang
baik perlu memuat :
1. Tujuan apa yang diinginkan, atau bagaimana cara mengorganisasiaktivitas belajar dan
layanan - layanan pendukungnya
2. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan
± layanan pendukungnya.
3. Tenaga manusia, yakni mencakup cara mengembangkan prestasi,spesialisasi, perilaku,
kompetensimaupun kepuasan mereka.
4. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaane.
5. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusidan kaitannya
dengan pengembangan psikologis.
6. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi danmanajemen operasi
dan pengawasan program dan aktivitas kependidikanyang direncanakan.
7. Konteks social atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkandalam
perencanaan pengajaran

Hidayat (1990 : 11) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkandalam


perencanaan pembelajaran antara lain :
1. Memahami kurikulum
2. Menguasai bahan ajar
3. Menyusun program pengajaran
4. Melaksanakan program pengajaran
5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Manfaat Perencanaan Pembelajaran IPS


Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya.
Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam
proses belajar mengajar yaitu :
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yangterlibat
dalam kegiatan
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik untuk guru maupun unsur murid
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahuiketepatan
dan kelambatan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data agar erjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat ± alat dan biaya

Langkah-langkah menyusun perencanaan pengajaran IPS

a. Menetapkan Misi dan Tujuan


Dalam pendidikan misi dan tujuan pengajaran mengacu kepada misi dan tujuan
pendidikan mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler,
tujuan pengajaran atau tujuan instruksional baik umum maupun khusus (standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil belajar).
b. Diagnosa Hambatan dan Peluang
Diagnosa hambatan dan peluang termasuk kedalam bagian dari analisis SWOT
(Strengths Weakness Opportunities Threats). Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang dihadapi suatu lembaga  atau organisasi. Analisis SWOT bila diterapkan secara
akurat akan membawa keberhasilan suatu program kegiatan yang direncanakan.
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan madrasah.
Ancaman merupakan situasi-situasi penting yang tidak menguntungkan bagi lembaga dan
merupakan gangguan terhadap eksistensi lembaga di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang.
Ancaman terhadap lembaga pendidikan Madrasah bisa datang dari pesaing baru,
kebijakan pemerintah, kondisi makro serta mikro ekonomi yang sulit dan kesadaran yang
rendah dari masyarakat tentang pentingnya pendidikan Madrasah.
c. Menilai Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan adalah sumber daya yang dimiliki baik sumber daya personal maupun
sumber daya material, maupun sumber daya keuangan. Kelemahan adalah kekurangan
atau keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki lembaga yang berkaitan dengan sumber daya
manusia dengan kualitas dan kapabilitasnya, sumber daya material yang terbatas baik
kualitas maupun kuantitasnya, sumber daya keuangan yang terbatas, serta kecintaan dan
loyalitas yang kurang baik dari guru, pegawai maupun siswa.
d. Mengembangkan Tindakan Alternatif
Setelah analisis SWOT maka kepala sekolah dan guru membuat perencanaan
pengajaran harus dapat memilih alternatif tindakan dan langkah-langkah yang terbaik yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
e. Mengembangkan Rencana Strategi
Dalam perencanaan pengajaran strategi yang dikembangkan adalah strategi
pengajaran. Strategi pengajaran adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana
pengajaran dengan menggunakan berbagai komponen pengajaran (tujuan, bahan, metode,
alat, sumber serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa untuk melakukan kegiatan
belajar dalam ranga mencapai tujuan belajar dan pengajaran yang telah ditetapkan.
f. Mengembangkan Rencana Strategi
Pengembangan rencana strategi pengajaran dilakukan dengan membuat model
pengembangan sistem pengajaran. Model pengembangan merupakan kerangka dasar
yang dijadikan acuan dalam melakukan pengajaran yang meliputi dua dimensi yaitu
dimensi rencana dan dimensi proses yang nyata.
Dimensi rencana : prosedur dan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan dalam
mempersiapan proses belajar mengajar. Dimensi proses yang nyata : interaksi belajar
mengajar yang berlangsung di kelas.
g. Mengembangkan Rencana Operasional
Diawali dengan melakukan analisis materi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum,
analisis terhadap kalender pendidikan, pembuatan program tahunan, program semester
serta pembuatan silabus dan sistem penilaian.

Macam macam perencanaan pengajaran IPS


Perencanaan termasuk perencanaan pengajaran dapat dilihat dari beberapa  segi:
Berdasarkan jangka waktu dapat di bedakan lagi menjadi :
1) Perencanaan Jangka Panjang
Rencana jangka panjang adalah perencanaan yang meliputi kurun waktu 10, 20, atau 25
tahun. Parameter atau ukuran keberhasilannya bersifat sangat umum, global dan tidak
terperinci. Namun demikian perencanaan jangka panjang dapat memberi arah untuk
jangka menengah dan jangka pendek.
2) Perencanaan Jangka Menegah
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dilaksanakan dalam kurun
waktu antara 4-7 tahun. Perencanaan jangka menengah merupakan penjabaran dari
perencanaan jangka panjang dan perlu dijabarkan dalam perencanaan jangka pendek.
3) Perencanaan Jangka Pendek
Merupakan perencanaan dengan kurun waktu antara 1 sampai 3 tahun dan merupakan
penjabaran dari perencanaan jangka menengah.

Berdasarkan luas jangkauannya.


Dibedakan pula menjadi :
1)   Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang bersifat menyeluruh (umum) dan bersifat
nasional.
2)   Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro adalah perencanaan yang memiliki ruang lingkup terbatas, hanya untuk
satu institusi. Perencanaan ini lebih rinci, konkrit dan operasional dengan memperhatikan
karakteristik lembaga, namun tidak boleh bertentangan dengan perencanaan makro atau
nasional.

Perencanaan Dilihat dari Telaahnya


Dibedakan menjadi :
1)   Perencanaan Strategis
Merupakan rencana yang berkaitan dengan kegiatan menetapkan tujuan,
pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan. Biasanya diambil oleh pucuk
pimpinan yang kadang kurang didukung oleh data-data statistik
2)   Perencanaan Manajerial
Merupakan perencanaan yang ditujukan untuk menggerakan dan mengarahkan
proses pelaksanaan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Dalam perencanaan ini sudah lebih terperinci dan didukung data-data statistik.
3)   Perencanaan Operasional
Merupakan rencana apa yang akan dikerjakan dalam tingkat pelaksanaan di
lapangan. Perencanaan ini bersifat konkret dan spesifik serta berfungsi memberikan
petunjuk teknis mengenai aturan, prosedur serta ketentuan-ketentuan lain yang telah
ditetapkan.

Karakteristik Perencanaan Pengajaran IPS


Menurut Banghart dan Trull dalam Harjanto ada beberapa karakteristik perencanaan
pengajaran yaitu :
a. Merupakan proses rasional.
b. Merupakan konsep dinamik.
c. Terdiri dari beberapa aktivitas.
d. Berkaitan dengan pemilihan sumberdana, sehingga mampu mengurangi pemborosan,
duplikasi, salah pengunaan dan salah dalam manajemennya.

Dimensi-dimensi perencanaan pengajaran


Merupakan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam
perencanaan pengajaran. Dimensi perencanaan pengajaran meliputi :
a. Signifikansi
Merupakan tingkat kekuatan atau pengaruh serta ketergantungan antara tujuan
pendidikan yang diajukan dengan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses
perencanaan.
b. Feasibilitas
Bahwa dalam perencanaan pengajaran harus disusun dengan pertimbangan
realitas dengan sumber-sumber pembiayaan serta pertimbangan-pertimbangan lainnya
yang bersifat realisitik untuk dicapai.
c. Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran
memungkinkan penyelesaian masalah-masalah secara lebih spesifik dan mendetail serta
tercapai tujuan spesifik secara optimal sesuai waktu yang telah ditetapkan.
d. Kepastian
Konsep kepastian mengarahkan agar dalam perencanaan pengajaran perlu
mempertimbangkan serta memilih hal-hal yang sifatnya pasti dan dapat dilaksanakan.
e. Ketelitian
Yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk
yang sederhana dengan mempertimbangkan pengambilan keputusan dari alternatif yang
terbaik dan efektif serta efisien untuk dilaksanakan.
f. Adaptabilitas    
Karena dunia pendidikan dan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu
senantiasa mencari informasi yang terbaru sebagai umpan balik
g. Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu harus diperhatikan, baik untuk prediksi jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
h. Monitoring  
Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa
berbagai komponen perencanaan pengajaran berjalan dan dikembangkan secara efektif
dengan berbagai variasi.

Isi Perencanaan Pembelajaran IPS


Perencanaan yang baik perlu memuat :Tujuan apa yang diinginkan.
1) Program dan layanan.
2) Tenaga manusia.
3) Keuangan.
4) Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara pengunaan pola distribusi dan kaitannya
dengan pengembangan psikologis.
5) Struktur organisasi.
6) Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan pengajaran.
7) Manfaat dan pentingnya perencanaan pengajaran

Banyak manfaat yang diperoleh dari perencanaan pengajaran dalam proses belajar
mengajar yaitu :
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terlibat dalam kegiatan.
c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja.
e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Perencanaan memiliki arti penting sebagai berikut :
a. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada
pencapaian tujuan pembangunan.
b. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (fore-casting) terhadap
hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
c. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara
terbaik (the best alternatif) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik
(the best combination).
d. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
e. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk
pendidikan.

Sementara faktor luar dari perencana yang juga mempengaruhi Perencanaan


Pembelajaran IPS meliputi:
1. Tingkat lembaga pendidikan (SD, SMP. SMU).
2. Macam jenis pendidikan (formal, non formal).
3. Pesan-pesan yang terkandung dalam kurikulum (pembentukan karakteristik tertentu dari
peserta didik).
4. Kaidah-kaidah pendidikan, teori belajar yang dijadikan acuan (mementingkan produk
atau mementingkan proses).
5. Peserta didik (karakteristik peserta didik).
6. Tingkat dan jenis tujuan (aspek dari kompetensi) yang ingin dicapai.
7. Tipe-tipe materi pelajaran misalnya, teori (berupa fakta, konsep dan prinsip), hitungan,
gambar atau praktek (praktek untuk mempertinggi pemahaman atau untuk
menghasilkan skill).
8. Tipe-tipe belajar.
9. Prinsip-prinsip mengajar yang dipergunakan.
10. Sarana yang tersedia.
11. Kondisi umum, dan lain-lain.

Pertimbangan  yang memungkinkan diadakannya perencanaan Pembelajaran IPS


komprehensif yang menalar dan efisien, yakni :
1.  Signifikasi. Tingkat signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan
yang diajukan. Dalam mencapai tujuan itu, mengambil keputusan perlu mempunyai garis
pembimbing yang jelas dan mengajukan criteria evaluasi sekali keputusan telah diambil
dan tujuan telah ditentukan, setiap pengamat pendidikan dapat mengadakan evaluasi
kontribusi perencanaan, dan signifikasi dapat ditentukan berdasarkan kreteria-kreteria yang
dibangun sesame proses perencanaan.
2.   Feasibilitas. Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan pengajaran.
Salah satu faktor penentu adalah otoritas political yang memadai, sebab dengan itu
feabisibilas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lainnya dapat dibuat dalam
pertimbangan yang realistic.
3.   Relevansi. Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran
memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar
dapat dicapai tujuan spesifik secara opimal.
4.   Kepastian atau definitiveness. Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya kebutulan
dapat dimasukan dalam perencanaan pengajaran, namun perlu diupayakan agar sebanyak
mungkin hal-hal tersebut dimasukan dalam pertimbangan. Penggunaan teknik atau metode
simulasi sangat menolong mengantipasi hal-hal tersebut. Konsep kepastian menimbulkan
atau mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
5.   Ketelitian atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar
perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk sederhana, serta perlu diperhatikan secara
sensitive kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen. Dalam penerapan
prinsip ini berarti diperlukan waktu yang lebih banyak dalam menggali beberapa alternative,
sehingga perencanaan dan mengambil keputusan dapat mempertimbangkan alternative
mana yang paling efisien.
6.   Adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamik, sehingga perlu
senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik atau balikan. Kalau perencanaan
pengajaran sudah lengkap, penyimpangan-penyimpangan sedah semakin berkurang dan
aktivitas-aktivitas spesifik dapat ditentukan. Penggunaan berbagai proses memungkinkan
perencanaan pengajaran yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari
hal-hal yang tidak diharapkan.
7.   Waktu. Faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan
perencanaan dalam memperediksi masa depan, juga validasi dan realibilitas analisis yang
dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan pendidikan masa kini dalam kaitannya
dengan masa mendatang.
8.   Monitoring atau pemantauan. Termasuk di dalamnya adalah mengembangkan kreteria
untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. Ukurannya dibangun
untuk selama pelaksanan pengajaran, namun perlu diberi pertimbangan tentang toleransi
terbatas atas penyimpangan perencanaan. Menjamin agar pelaksanaan dapat mulus, perlu
dikembangkan suatu prosedur yang memungkinkan perencanaan pengajaran menentukan
alasan-alasan mengadakan variasi dalam perencanaan.
9.   Isi perencanaan. Dimensi terakhir adalah hal-hal yang akan direncanakan.

Perencanaan pengajaran IPS yang terbaik perlu memuat :


i. Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
j. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-
layanan pendukungnya.
k. Tenaga manusia, yakni mencangkup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi,
perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.
l. Bangunan fisik mencangkup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya
dengan bangunan fisik lain.
m. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
n. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi
dan pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
o. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan pengajaran.

Dalam buku yang berjudul Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa
perencanaan pembelajaran IPS dibangun dari dua kata, yaitu:
Perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan.
Pembelajaran, berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar
pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.
Jadi, perencanaan pembelajaran IPS adalah rencana guru mengajar mata pelajaran IPS, pada
jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih.

Komponen Perencanaan Pembelajaran IPS


Menurut buku yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar” karya Syaiful Bahri Djamarah &
Aswan Zain komponen perencanaan pembelajaran IPS terdiri dari:
1. Tujuan (Objective)
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan
dalam pembelajaran merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen
pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode,
alat, sumber, dan elat evaluasi.
2. Bahan Pelajaran (Material)
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.
Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang
akan disampaikannya pada anak didik.
3. Metode (Method)
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Metode-metode mengajar IPS mencakup:


1)   Metode Proyek; yaitu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah,
kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara
keseluruhan dan bermakna.
2)   Metode Eksperimen; yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
3)   Metode Tugas dan Resitasi; yaitu metode penyajian bahan di mana guru memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
4)   Metode Diskusi; yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
5)   Metode Sosiodrama; yaitu mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan
masalah sosial.
6)   Metode Demonstrasi; cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
7)   Metode Problem Solving; yaitu menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
8)   Metode Karya Wisata; yaitu mengajak siswa belajar keluar sekolah, untuk meninjau tempat
tertentu atau objek yang lain.
9)   Metode Tanya Jawab; yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
10)  Metode Latihan; yaitu suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-
kebiasaan tertentu.
11)  Metode Ceramah; yaitu cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan
atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

Alat (Media)
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Misalnya: bagan, grafik, komputer, OHP, dan lain-lain.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang
bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa
yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Misalnya: tes tulis, lisan,
praktek, dan lain-lain.

Kedudukan Perencanaan Pembelajaran IPS


Robert H. Davis mengidentifikasi lima tipe permasalahan pembelajaran, sehingga oleh
karenanya memerlukan perencanaan pembelajaran yang matang, yaitu:
a. Direction; yang dimaksud adalah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai oleh siswa.
b. Content and sequence; yaitu bahwa untuk mencapai setiap unsure tujuan dari masing-
masing kawasan yang menjadi sasaran pembelajaran, tentu saja diperlukan adanya materi
pembelajaran.
c. Methods; yaitu untuk mengkomunikasikan materi kepada siswa agar mencapai tujuan
sangat ditentukan pula oleh ketepatan memilih dan menggunakan metode pembelajaran
d. Constrains; yaitu batasan yang jelas sumber-sumber pembelajaran yang akan
digunakan dan mendukung terhadap proses pembelajaran. Robert H. Davis
mengklasifikasikan sumber-sumber kedalam tiga bidang besar yaitu: sumber-sumber
manusia (human), sumber kelembagaan (institusional), dan sumber pembelajaran
(instructional).
e. Evaluation; yaitu penilaian sebagai salah satu cara untuk memberikan harga atau nilai
terhadap objek yaitu siswa.

Aspek Perencanaan pembelajaran IPS meliputi beberapa aspek sebagi berikut:


1.   Tujuan pembelajaran, mencakup unsur-unsur tujuan yang luas yaitu meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan termasuk setiap unsur yang ada di dalamnya.
2.   Materi pembelajaran,  yaitu meliputi cakupan atau ruang lingkup dan urutannya, harus
direncanakan secara akurat dan terkontrol sesuai dengan unsur-unsur tujuan yang
ditetapkan sebelumnya.
3.   Metode dan sumber pembelajaran, sudah diidentifikasi dengan jelas, dan dipilih serta
ditetapkan metode dan sumber pembelajaran apa selain terkait dengan tujuan dan materi,
juga yang dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar.
4.   Penilaian, yaitu jenis, bentuk atau model penilaian yang akan digunakan harus
direncanakan secara akurat sehingga dari penilaian yang memenuhi persyaratan dapat
memberikan informasi yang akurat pula terhadap proses maupun hasil pembelajaran.

Teori Belajar Gestalt


Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler,
ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship);
yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk)
dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan
sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-
samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b. Kedekatan (proxmity);
bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang
pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c. Kesamaan (similarity);
bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek
yang saling memiliki.
d. Arah bersama (common direction);
bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung
akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan (simplicity);
bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana,
penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan
susunan simetris dan keteraturan; dan
f. Ketertutupan (closure)
bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan
yang tidak lengkap.

Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu


proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan
merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang
diterima. Esensi teori Gestalt dalam proses pembelajaran IPS antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight);
bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses
pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan
mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu
yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya
dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang
dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses
kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior);
bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space);
bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh
karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan
kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar (Transfer Knowledge)
pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut
pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari
suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.
f. Penekanan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.

Prinsip - prinsip Pengembangan Silabus


Ada beberapa prinsip yang harus diperhatkan para pengembang silabus, yakni:a.
1. Ilmiah, yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatandalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secarakeilmuan.
2. Relevan, yakni cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembanganfisik, intelektual, social, emosional,
dan spiritual peserta didik..
3. Sistematis, yakni komponen - komponen silabus saling berhubungansecara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asa) antara kompetensi
5. Memadai, maksudnya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
6. Aktual dan kontekstual, yakni cakupan indikator , materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatkan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel, maksudnya keseluruhan komponen silabus dapatmengakomodasi variasi
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan
masyarakat.
8. Menyeluruh, maksudnya komponen mencakup keseluruhan ranahkompetensi (kognitif,
afektif, dan psikomotorik)

Komponen dan Format Silabus


Komponen Silabus memuat sekurang - kurangnya komponen - komponen berikut ini :
a. Identifikasi
b. Standar Kompetensi
c. Materi Pokok
d. Pengalaman Belajar
e. Indikator
f. Penilaian
g. Alokasi Waktu
h. Media (sumber/bahan/alat)

Komponen dan Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Setelah silabus tersusun, langkah berikutnya adalah penyusunan RencanaPelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP merupakan penjabaran dari silabus.RPP disusun untuk setiap kali
pertemuan oleh guru. Di dalam RPP tercerminkegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik
untuk mencapai kompetensiyang telah ditetapkan. RPP minimal memuat komponen ±
komponensebagaimana berikut :
1. Tujuan Pembelajaran
2. Materi Ajar
3. Metode Pembelajaran
4. Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
5. Penilaian Hasil Belajar

Analisis Sumber Belajar & Media Pembelajaran


Sumber Belajar (Media Pembelajaran)´. Pada poin ini hendaknya dilakukan analisis terhadap
pertimbangan - pertimbangan pemilihan media sebagaimana telah dibahas pada bab terdahulu,
yakni meliputi :
(1) deskripsi singkat tentang karakterisistik siswa;
(2) analisis tujuan (meliputi kognitif,afektif, psikomotorik);
(3) analisis bahan ajar yang biasanya menuntut berbagaiaktivitas siswa;
(4) ketersediaan atau pengadaan media pembelajaran.

Sifat Bahan Ajar


Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingindilakukan siswa.
Tugas - tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari parasiswanya.Banyak jenis
aktivitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut
aktivitas siswa. Ada delapan aktivitas belajar siswa disekolah di antaranya :
1. Visual Activities
yang termasuk di dalamnya adalah membaca,memperhatikan demonstrasi, percobaan dan
pekerjaan orang lain
2. Oral Activities,
seperti menyatakan, bertanya, member saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi
3. Listening Activities,
sebagai contoh mendengarkan uraian, diskusi
4. Writing Activities,
seperti menulis poin ± poin yang penting di dengarnya,menulis karangan
5. Drawing Activities,
seperti menggambar, membuat grafik, peta
6. Motor Activities
antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksimodel, mereparasi, beternak,
berkebun
7. Mental Activities
menanggapi, mengingat, memecahkan soal
8. Emotional Activities
seperti merasa bosan, berani, tenang, gugu

Bahan Ajar IPS disusun untuk :


1. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
2. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

Jenis Bahan ajar IPS dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori :


1. Bahan Ajar cetak (Printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
2. Bahan Ajar gambar (Audio) mencakup : kaset / piringan hitam.
3. Bahan Ajar pandang dengar (Audio Visual) yang meliputi : video, film, orang /nara
sumber .
4. Bahan Ajar interaktif yaitu multimedianya merupakan kombinasi dari dua atau
lebihmedia yang penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau
perilaku alami dari suatu presentasi

Fungsi & Manfaat Media Pembelajaran


Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh - pengaruh psikologis terhadap
siswa. Penggunaan media pembelajaran padatahap orientasi pembelajaran akan sangat
membantu keeftifan proses belajar mengajar.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual, yaitu :
a. Fungsi Atensi
b. Fungsi Afektif
c. Fungsi Kognitif
d. Fungsi Kompensatori

1. Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatiansiswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yangditampilkan
atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik
dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu oleh mereka sehingga mereka tidak
memperhatikan.Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead
projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang
akanmereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi
pelajaransemakin besar.
2. Fungsi afektif
media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca)
teks yang bergambar. Gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dansikap
siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras
3. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temuan ± temuan penelitian yangmengungkapkan bahwa lambing
visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris
media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa mediavisual yang memberikan
konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalammembaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengankata lain,
media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambatmenerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal.

Ciri - Ciri Media Pembelajaran :


a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
b. Ciri Manipulatif (Manipulatif Property)
c. Ciri Distributif (Distributif Property)

Teori Pembelajaran

Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-


pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi
pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar,
membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna,
mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual, Jika menelaah literatur
psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran
psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) teori
belajar behaviorisme; (B) teori belajar kognitivisme; (C) teori belajar konstruktivisme; (D) teori
belajar humanisme dan (E) teori belajar gestalt

1. Teori Belajar Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan
behaviorisme ini, diantaranya :

a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum


belajar, diantaranya:

 Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan,
maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang
terjadi antara Stimulus- Respons.
 Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana
unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu.

 Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang
atau tidak dilatih.

b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :

 Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
 Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung
merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

 Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
 Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut
akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam
operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan
oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

d. Social Learning menurut Albert Bandura

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar
yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan
penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata
refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar
menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih
memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Kajian konsep dasar belajar dalam Teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa
belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior) individu atau peserta didik yang
dilakukan secara sadar. Individu berperilaku apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat
dikatakan peserta didik di SD/MI akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru. Semakin
tepat dan intensif rangsangan yang diberikan oleh guru akan semakin tepat dan intensif pula
kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam belajar tersebut kondisi lingkungan
berperan sebagai perangsang (stimulator) yang harus direspon individu dengan sejumlah
konsekuensi tertentu. Konsekuensi yang dihadapi peserta didik, ada yang bersifat positif
(misalnya perasaan puas, gembira, pujian, dan lain-lain sejenisnya) tetapi ada pula yang
bersifat negatif (misalnya perasaan gagal, sedih, teguran, dan lain-lain sejenisnya).
Konsekuensi positif dan negatif tersebut berfungsi sebagai penguat (reinforce) dalam kegiatan
belajar peserta didik.

Seringkali guru mengaplikasikan konsep belajar menurut teori behaviorisme secara tidak tepat,
karena setiap kali peserta didik merespon secara tidak tepat atau tidak benar suatu tugas, guru
memarahi atau menghukum peserta didik tersebut. Tindakan guru seperti ini (memarahi atau
menghukum setiap kali peserta didik merespon secara tidak tepat) dapat disebut salah atau
tidak profesional apabila hukuman (negative consequence) tidak difungsikan sebagai penguat
atau reinforce.

Peserta didik seringkali melakukan perilaku tertentu karena meniru apa yang dilihatnya
dilakukan orang lain di sekitarnya seperti saudara kandungnya, orangtuanya, teman
sekolahnya, bahkan oleh gurunya. Oleh sebab itu dapat dikatakan, apabila lingkungan sosial di
mana peserta didik berada sehari-hari merupakan lingkungan yang mengkondisikan secara
efektif memungkinkan suasana belajar, maka peserta didik akan melakukan kegiatan atau
perilaku belajar yang efektif.

Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini,
seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan
teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold
method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The
Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

2. Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, yang didasarkan pada
kegiatan kognitif dalam belajar. Para ahli teori belajar ini berupaya menganalisis secara ilmiah
proses mental dan struktur ingatan atau cognition dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan
sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan
pengetahuan (Lefrancois, 1985). Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu
perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjangnya
(long-term memory). Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu aktif
mencari dan menyeleksi informasi untuk diproses. Perkatian utama psikologi kognitif adalah
upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi, mengorganisasikan, dan menyimpan
informasi. Belajar kognitif berlangsung berdasar schemata atau struktur mental individu yang
mengorganisasikan hasil pengamatannya.
Struktur mental individu tersebut berkembangan sesuai dengan tingkatan perkembangan
kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang semakin tinggi
pula kemampuan dan keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau
pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan, baik lingkungan phisik maupun lingkungan
sosial. Itulah sebabnya, teori belajar kognitivisme dapat disebut sebagai (1) teori perkembangan
kognitif, (2) teori kognisi sosial, dan (3) teori pemrosesan informasi.

a. Perkembangan Kognitif menurut Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan
untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan
individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
(1) sensory motor;
(2) pre operational;
(3) concrete operational dan
(4) formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the
process by which a person takes material into their mind from the environment, which may
mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the
difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke perbendaharaan informasi


yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian menggantikannya dengan informasi terbaru.
Individu mengorganisasikan makna informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang (long-term
memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan inilah yang diartikan sebagai struktur
kognitif. Struktur kognitif berisi sejumlah coding yang mengadung segi-segi intelek yang
mengatur atau memerintah perilaku individu; perubahan perilaku mendasari penetapan tahap-
tahap perkembangan kognitif. Tiap tahapan perkembangan menggambarkan isi struktur kognitif
yang khas sesuai perbedaan antar tahapan.

Tahapan perkembangan belajar menurut Piaget :

1. Sensorimotor inteligence (lahir s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca indera
dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan
kognitif telah dapat diamati
2. Preoperation thought (2-7 tahun): tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat
penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan
kognitif telah dapat diamati

3. Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk
memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas

4. Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak


perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang
hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa
gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir
abstrak dalam/melalui bahasa
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya
dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :


1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.

b. Kognisi Sosial oleh L.S. Vygotsky

L.S. Vygotsky, mendasari pemikiran bahwa budaya berperan penting dalam belajar
seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu berkembang dalam konteks
budaya, sehingga proses belajar individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya keluarga.
Budaya lingkungan individu membelajarkannya apa dan bagaimana berpikir. Konsep dasar teori
ini diringkas sebagai berikut:

1. Budaya memberi sumbangan perkembangan intelektual individu melalui 2 cara, yaitu


melalui (i) budaya dan (ii) lingkungan budaya. Melalui budaya banyak isi pikiran
(pengetahuan) individu diperoleh seseorang, dan melalui lingkungan budaya sarana
adaptasi intelektual bagi individu berupa proses dan sarana berpikir bagi individu dapat
tersedia.
2. Perkembangan kognitif dihasilkan dari proses dialektis (proses percakapan) dengan
cara berbagi pengalaman belajar dan pemecahan masalah bersama orang lain,
terutama orangtua, guru, saudara sekandung dan teman sebaya.

3. Awalnya orang yang berinteraksi dengan individu memikul tanggung jawab membimbing
pemecahan masalah; lambat-laun tanggung jawab itu diambil alih sendiri oleh individu
yang bersangkutan.

4. Bahasa adalah sarana primer interaksi orang dewasa untuk menyalurkan sebagian
besar perbendaharaan pengetahuan yang hidup dalam budayanya.

5. Seraya bertumbuh kembang, bahasa individu sendiri adalah sarana primer adaptasi
intelektual; ia berbahasa batiniah (internal language) untuk mengendalikan perilaku.

6. Internalisasi merujuk pada proses belajar. Menginternalisasikan pengetahuan dan alat


berpikir adalah hal yang pertama kali hadir ke kehidupan individu melalui bahasa.

7. Terjadi zone of proximal development atau kesenjangan antara yang sanggup dilakukan
individu sendiri dengan yang dapat dilakukan dengan bantuan orang dewasa.
8. Karena apa yang dipelajari individu berasal dari budaya dan banyak di antara
pemecahan masalahanya ditopang orang dewasa, maka pendidikan hendaknya tidak
berpusat pada individu dalam isolasi dari budayanya.

9. Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orangtua,


saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat memberi
sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.

c. Pemprosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.

Model belajar pemrosesan informasi ini (kognitif information processing), karena dalam
proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk
ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan
di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas
kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya
adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6)
generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan baru dikonstruksi
sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan
bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran
konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada
dalam diri mereka masing-masing.

Guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik
secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan
mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliki masing-masing. Berikt tabel peranan peserta didik dan guru dalam pembelajaran
konstruktivisme

Tasker (1992:30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai
berikut. Pertama adalah peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Wheatley (1991:12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara
pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan
membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:20) mengajukan beberapa
saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3)
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik, (5) mendorong peserta didik untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Diharapkan melalui pembelajaran konstruktivisme, peserta didik dapat tumbuh kembang menjadi individu
yang penuh kepercayaan diri yang memiliki sifat-sifat antara lain:

1. Bersikap terbuka dalam menerima semua pengalaman dan mengembangkannya menjadi persepsi
atau pengetahuan yang baru dan selalu diperbaharui;
2. Percaya diri sehingga dapat berperilaku secara tepat dalam menghadapi segala sesuatu;
3. Berperasaan bebas tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala sesuatu tanpa
mengharapkan atau tergantung pada bantuan orang lain;
4. Kreatif dalam mencari pemecahan masalah atau dalam melakukan tugas yang dihadapinya.

Teori Belajar Humanisme

Teori belajar humanisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan potensi psikis
yang bersifat kognitif, afektif, dan konatif. Ibu, yang dicontohkan di atas hanya melihat kegiatan belajar
anaknya dari sisi afektif semata tanpa menyadari bahwa sisi afektif (perasaan) dan konatif (psikomotorik)
turut pula berperan dalam belajar.

Salah seorang tokoh teori belajar humanisme adalah Carl Ransom Rogers (1902- 1987) yang lahir di Oak
Park, Illinois, Chicago, Amerika Serikat. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis. Ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalaman-pengalaman terapeutiknya yang banyak dipengaruhi oleh teori kebutuhan ( needs) yang
diperkenalkan Abraham H. Maslow.
Menurut teori kebutuhan Maslow, di dalam diri tiap individu terdapat sejumlah kebutuhan yang tersusun
secara berjenjang, mulai dari kebutuhan yang paling rendah tetapi mendasar ( physiological needs) sampai
pada jenjang paling tinggi ( self actualization). Setiap individu mempunyai keinginan untuk mengaktualisasi
diri, yang oleh Carl R. Rogers disebut dorongan untuk menjadi dirinya sendiri ( to becoming a person).
Peserta didik pun memiliki dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, karena di dalam dirinya terdapat
kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, menentukan hidupnya sendiri, dan menangani sendiri masalah
yang dihadapinya. Itulah sebabnya, dalam proses pembelajaran hendaknya diciptakan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.

Aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-
potensi psikologis yang unik. Proses aktualisasi diri seseorang berkembang sejalan dengan perkembangan
hidupnya karena setiap individu, dilahirkan disertai potensi tumbuh-kembang baik secara fisik maupun
secara phisik masing-masing. Proses tumbuh-kembang pada setiap individu mengikuti tahapan, arah,
irama, dan tempo sendiri-sendiri, yang ditandai oleh berbagai ciri atau karakteristiknya masing-masing. Ada
individu yang tempo perkembangannya cepat tetapi iramanya tidak stabil dan arahnya tidak menentu, dan
ada pula individu yang tempo perkembangannya tidak cepat tetapi irama dan arahnya jelas.

Dalam kaitannya dengan proses pendidikan formal (sekolah), Slavin (1994:70- 110)
mengelompokkan Tahapan perkembangan anak, yaitu (1) tahapan early childhood, (2) tahapan middle
childhood, dan (3) tahapan adolescence, dengan dimensi utama perkembangan mencakup (a) dimensi
kognitif, (b) dimensi fisik, dan (c) dimensi sosioemosi. Tiap dimensi perkembangan tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda antara tahapan perkembangan yang satu dengan tahapan perkembangan yang
lainnya.

Pada tahapan early childhood, perkembangan individu dalam dimensi perkembangan kognitif lebih ditandai
oleh penguasaan bahasa (language aquisition). Individu pada tahapan perkembangan ini mendapatkan
banyak sekali perbendaharaan bahasa. Sejak lahir sampai pada usia 2 tahun biasanya individu (bayi)
mencoba memahami dunia sekitarnya melalui penggunaan rasa ( senses). Pengetahuan atau apa yang
diketahuinya lebih banyak didasarkan pada gerakan fisik, dan apa yang dipahaminya terbatas pada
kejadian yang baru saja dialaminya.

Pada tahapan perkembangan middle childhoods, perkembangan kognitif seseorang mulai bergeser ke
perkembangan proses berpikir. Pada awalnya, proses berpikir individu pada tahapan perkembangan ini
dimulai dengan hal-hal konkrit operasional, dan selanjutnya ke hal-hal abstrak konseptual. Apabila individu
gagal dalam perkembangan proses berpikir dalam hal-hal konkrit operasional, maka besar kemungkinan
mengalami kesulitan dalam proses berpikir abstrak konseptual.

Pada tahapan perkembangan adollescence, perkembangan kognitif lebih ditandai oleh perkembangan
fungsi otak (brain) sebagai instrumen berpikir. Berpikir formal operasional atau berpikir abstrak konseptual
mulai berkembang; di samping itu mulai berkembang pola pikir reasoning (penalaran) baik secara induktif
(khusus=>umum) maupun secara deduktif (umum=>khusus). Dalam menghadapi segala kejadian atau
pengalaman tertentu, individu mengajukan hipotesis atau jawaban sementara yang menggunakan pola
pikir deduktif.

Teori Belajar Gestalt


Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip
organisasi yang terpenting yaitu :

1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu
obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang.
Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar
dan figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang)
dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang
sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam
arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang
sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan
susunan simetris dan keteraturan; dan
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau
pengamatan yang tidak lengkap.

Sesuai Aplikasi teori Gestalt, bahwa dalam proses pembelajaran IPS antara lain :

1. Pengalaman tilikan (experienced insight);

bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran,
hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);

kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta
didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior);

bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-
respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu,
guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik
dalam memahami tujuannya.

4. Prinsip ruang hidup (life space);

bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu,
materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.

5. Transfer Pengetahuan dalam Belajar ( transfer Knowledge);

yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut
pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain
dalam tata-susunan yang tepat.

Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan
kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru
hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
2. Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung:
Yrama Widya
3. Hornby, A S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Sixth
Edition. New York: Oxford University Press
4. Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 2008, Kencana Prenada
Media Group. Jakarta
5. Scriven, M., The methodology of evaluation, 1967. In R. W. Tyler, R. M.
6. Gagné, & M. Scriven (Eds.), Perspectives of curriculum evaluation, 39-83. Chicago,
IL: Rand McNally.
7. Seels, B. B., & Richey, R. C., Instructional Technology: the definition and domains of the
field, 1994, Association for Educational Communications and Technology, Bloomington, IN.
8. Seels, Barbara & Glasgow, Exercise in Instructional Design, 1990, Merii Publishing
Company
9. Tyler, R.W., Basic Principles of Curriculum and Instruction, 1949, University of Chicago
Press, Chicago.
10. Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, 2006, Bumi Aksara PT, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai