Anda di halaman 1dari 10

SENYAPAN DAN KILIR LIDAH DALAM PRODUKSI UJARAN

(KAJIAN PSIKOLINGUISTIK)

Ira Mayasari

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI
Jl. Nangka 58, Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530
bunazmina@gmail.com

Abstrak

Penelitian senyapan dan kilir lidah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk senyapan dan kilir lidah
yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan menggunakan kajian psikolinguistik,
yaitu bahasa dan pikiran atau bahasa kaitannya dengan proses-proses mental yang dilalui manusia dalam
membentuk suatu ujaran. Terjadinya peristiwa ini sering tidak disadari. Metode pengumpulan dilakukan
menggunakan metode simak dan metode cakap karena berupa pengamatan atau observasi agar pemerolehan data
bisa mencukupi. Metode analisis data dilakukan dengan cara mentranskripsikan data yang telah diperoleh atau
dicatat ke dalam kartu data secara ortografis, sedangkan hasil analisis data disajikan dalam bentuk uraian dengan
cara mendeskripsikan bentuk-bentuk senyapan dan kilir lidah serta penyebab terjadinya senyapan dan kilir lidah
dalam kehidupan sosial. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya dua macam senyapan, yaitu senyapan
karena pernapasan dan senyapan karena penutur mengalami keragu-raguan. Terjadinya senyapan pada seseorang
bisa disebabkan sikap grogi, tidak dan belum siap, takut melakukan kesalahan, dan terlalu berhati-hati dalam
berbicara. Untuk penyebab seseorang melakukan kilir lidah juga berbeda-beda. Kilir lidah bisa terjadi pada
karena penutur berbicara tergesa-gesa, humor, tidak sengaja, dan tidak konsentrasi. Unit-unit dalam kilir lidah,
yaitu terjadinya kekeliruan pada segmen fonetik, kekeliruan suku kata, dan kekeliruan kata.

Kata Kunci: senyapan, kilir lidah, produksi ujaran, psikolinguistik

PAUSE AND SLIP OF THE TONGUE SPEECH PRODUCTION


(A PSIKOLINGUISTIC STUDY)

Abstract
This purpose of this research is describing pause and slip of the tongue in daily life. This research is using study
of psycholinguistic. Language and mind and language related to mental processes that human being done to
make some speech. It is not conciuosly by ourselves. However, there are some people do it to create humour
situation deliberately. Methode collection is using listening and speaking method because the research is also
using observation in order to data acquicition can be enough. The result of this research is found two kinds of
pause, respiratory and besitate from the speaker. Another case with pause it happens because and selection
mistakes and assembles. For the selection mistakes, there are some mistakes in semantic, malapropism, and
blends. For the assembles mistakes, there are some mistakes in transposition, anticipation, and preservation.
The are many cauces of pause, nervoust, not ready yet, afraid to make mistake and too cautious in speaking.
Pause and slip of the tongue occurring with different causes. It causes by the speaker speak hurry, humour, not
intentionally, and not concentration. Slip of the tongue units are happened the mistake in phonetics, syllables,
and words.

Keyword: pause, slip of the tongue, speech production, psikolinguistic

123
DEIKSIS | Vol. 07 No.02 | Mei 2015 : 79-170

PENDAHULUAN lectures”. Untuk itu, sesuai dengan


namanya Spooner, jenis kilir lidah
Interaksi antarmanusia terjadi untuk berupa penukaran bunyi awal kata pada
menciptakan suatu komunikasi yang kalimat yang sama dinamakan
baik. Dengan komunikasi yang baik, spoonerisme. Hal itulah yang
pesan yang disampaikan dapat diterima menyebabkan Spooner diberi julukan
sesuai dengan tujuan. Seseorang dapat quin old dean ‘dekan tua yang aneh’,
menyampaikan gagasan, pesan, serta yakni istilah yang sengaja dibentuk dari
pikirannya melalui bahasa karena bahasa kilir lidah dear old quin ‘ratu tua yang
merupakan alat komunikasi. Untuk itulah terkasih’.
dalam kehidupan bermasyarakat
diperlukan satu sistem yang disebut Menurut Jaeger (2005:2) kilir lidah
komunikasi. adalah suatu kekeliruan dalam
perencanaan produksi tuturan; yakni
Salah satu bentuk komunikasi adalah ketika pembicara ingin menuturkan
berbicara (komunikasi lisan/bahasa beberapa kata, frasa, atau kalimat, dan
lisan). Dalam menggunakan bahasa lisan, selama proses perencanaan berlangsung
terkadang seseorang melakukan terjadi sesuatu yang keliru sehingga
kekeliruan. Adanya kesulitan dan produksinya tidak sesuai dengan
ketidaklancaran merupakan penyebab perencanaannya.
terjadinya kekeliruan berbahasa. Pada
waktu tertentu, mereka bisa Senyapan dan kilir lidah dapat terjadi
memproduksi tuturan yang tidak sesuai pada setiap penutur dalam berbagai
dengan apa yang sebenarnya ingin situasi. Ada yang terjadi pada situasi
diucapkan dan ingin dimaksudkan. Ada resmi, ada juga situasi tidak resmi.
juga penutur yang harus berhenti sejenak Senyapan merupakan ketidaklancaran
untuk mendapatkan kata-kata yang tepat. seseorang dalam berbicara, sedangkan
Terjadinya ketidaksesuaian antara hasil kilir lidah merupakan kekeliruan dalam
produksi dengan apa yang ingin berbicara. Contoh kilir lidah, pada saat
diucapkan oleh penutur adalah slip of the dosen menjelaskan di depan kelas, dosen
tongue (kilir lidah). Kilir lidah termasuk tersebut memberikan contoh kalimat
dalam kekeliruan wicara karena tidak kepada mahasiswa, “Setelah melakukan
memproduksi kata yang sebenarnya kita perjalanan dari Jakarta – Subaraya ia
kehendaki (Dardjowidjojo, 2008:147). kecapean.”

William Archibald Spooner (seorang Pernyataan tersebut merupakan kilir


pendeta, sipir, dan dekan di Oxford) lidah karena yang dimaksud penutur
adalah orang yang paling populer karena adalah Surabaya, tetapi tanpa disadari
tuturannya banyak mengandung kilir produksi ujaran yang dikeluarkan adalah
lidah (Cristal, 2003:264). Karena Subaraya. Dosen tersebut baru
kegugupannya, ia sering mengalami kilir menyadari bahwa apa yang diucapkan
lidah. Ia sering melakukan kilir lidah salah ketika mahasiswa tertawa dan
dengan menukar bunyi awal kata-kata mengingatkan bahwa ucapannya terbalik,
dalam kalimat yang sama, seperti “you bukan Subaraya melainkan Surabaya.
have hissed all my mystery lectures”
untuk “you have missed all hystery

124
Senyapan dan Kilir Lidah dalam Produksi Ujaran (Kajian Psikolinguistik),
(Ira Mayasari)

Senyapan dan kilir lidah yang terjadi kilir lidah, penyebab terjadinya senyapan
pada setiap penutur dapat dilakukan dan kilir lidah, dan unit-unit kilir lidah.
dengan segaja maupun tidak. Akan
tetapi, pada kasus senyapan cenderung
lebih sering terjadi karena faktor PEMBAHASAN
ketidaksengajaan. Kilir lidah yang biasa Tinjauan Teori
dituturkan secara sengaja biasanya
memiliki maksud tertentu, yaitu sengaja Psikolinguistik
ingin menciptakan suatu lelucon Penelitian tentang senyapan dan kilir
(humor). Misalkan, “Panas-panas gini lidah masuk dalam lingkup
enaknya minum eh tes.” Pada contoh psikolinguistik. Menurut Darwowidjojo
tersebut, penutur sengaja ingin (2008:7), psikolinguistik merupakan ilmu
menciptakan suasana humor, sehingga yang mempelajari proses-proses mental
kata yang seharusnya diucapkan sebagai oleh manusia dalam berbahasa.
es teh menjadi eh tes. Darwowidjojo juga menyebutkan bahwa
psikolinguistik mempelajari empat topik
Teori yang digunakan dalam penelitian utama, yaitu komprehensi, produksi,
ini adalah kajian psikolinguistik, yaitu landasan biologis serta neurologis yang
ilmu yang menyelidiki bagaimana membuat manusia bisa berbicara, dan
meramu ujaran dan tulisan; bagaimana pemerolehan bahasa. Sejalan dengan itu,
menyimpan dan memanfaatkan kosakata; menurut Field psikolinguistik
serta bagaimana bisa mengalami berhubungan dengan apa yang kita
kekeliruan dalam berbahasa (Field, lakukan dan bahasa.
2004:9).
Ketidaklancaran dan Kekeliruan Wicara
Penelitian ini menarik bagi penulis
karena fenomena senyapan dan kilir lidah
sering terjadi dalam kehidupan sosial,
tetapi sering tidak disadari penyebabnya.
Populasi lingual dalam penelitian ini
adalah semua tuturan yang mengandung
senyapan dan kilir lidah dalam
komunikasi berbahasa Indonesia dan
bahasa Jawa di sekitar peneliti. Populasi
dalam penelitian ini masih sangat luas. Senyapan
Menurut Darwowidjojo (2008:142),
Jadi, pengambilan sampel didasarkan ujaran ideal adalah ujaran yang kata-
pada data yang bersifat representatif dan katanya terangkai dengan rapi, diujarkan
bisa mewakili data yang lain. Hal dalam satu urutan yang tak terputus, dan
tersebut dilakukan karena kerterbatasan misalkan ada senyapan, senyapan itu
waktu penulis. Karena beberapa sampel terjadi pada konstituen –konstituen yang
data memiliki kesamaan karakteristik, memang memungkinkan untuk disenyapi.
data diklasifikasikan dalam kelompok- Selain itu, intonasinya pun merupakan
kelompok. Oleh sebab itu, data penelitian suatu kesatuan dari awal sampai akhir.
diambil secara acak berdasarkan satuan Akan tetapi, seseorang tidak selamanya
kebahasaan yang ada pada senyapan dan bisa berujar dengan lancar, ada

125
DEIKSIS | Vol. 07 No.02 | Mei 2015 : 79-170

ketidaklancaran dalam bunyi ujaran. diam adalah ketika pembicara berhenti


Berkaitan dengan senyapan, sejenak dan diam saja. Kalimat akan
Darwowidjojo (2008:144) mengatakan dilanjutkan kembali setelah menemukan
bahwa ada berbagai alasan ketika kata-kata yang dicari. Berbeda dengan
seseorang senyap dalam berujar. senyapan diam, senyapan terisi
Pertama, orang senyap karena terlanjur merupakan senyapan yang diisi dengan
mulai dengan ujarannya, tetapi sesuatu.
sebenarnya belum siap untuk seluruh
kalimat itu. Kedua, karena lupa akan Ada dua macam kilir lidah, yaitu
kata-kata yang diperlukan. Ketiga, kekeliruan seleksi dan kekeliruan
berhati-hati dalam memilih kata. assembling. Kekeliruan seleksi meliputi,
kekeliruan semantik, kekeliruan
Kekeliruan Wicara malapropism, campur kata, dan
Kilir Lidah transposisi. Berbeda dengan kekeliruan
Kekeliruan dalam berujar dapat semantik, kekeliruan assembling
disebabkan oleh kilir lidah atau penyakit meliputi, kekeliruan antisipasi dan
afasia (Darwowidjojo, 2008:147). Kilir preservasi.
lidah merupakan kekeliruan karena tidak
memproduksi kata yang sebenarnya Afasia
dikehendaki, sedangkan kekeliruan afasik Kekeliruan afasik muncul karena otak
muncul karena otak terganggu sehingga terganggu sehingga menjadi tidak
menjadi tidak mampu untuk mengujarkan mampu untuk mengujarkan kata yang
kata yang sebenarnya diinginkan. diinginkan. Afasia adalah suatu penyakit
wicara, yaitu keadaan seseorang yang
Menurut Dardjowidjojo (2008:147) kilir tidak dapat berbicara dengan baik karena
lidah merupakan suatu fenomena dalam adanya penyakit pada otak. Penyakit ini
produksi ujaran ketika pembicara umumnya muncul karena orang tadi
“terkilir” lidahnya sehingga kata-kata mengalami stroke, yakni sebagian dari
yang diproduksi bukanlah kata yang otaknya kekurangan oksigen sehingga
dimaksudkan. Ketika penutur menyadari bagian tadi menjadi cacat.
kesalahan yang telah diberbuat, biasanya
mereka melakukan perbaikan, senyap Senyapan dan Kilir Lidah
sebentar, membetulkan ucapannya, atau Menurut Aitchison (2008:235) hal yang
melanjutkan tuturannya lagi, atau dapat dipakai untuk menyimpulkan
terkadang membumbuinya dengan proses mental yang terjadi pada waktu
komentar atas kekeliruan yang telah berujar ada dua, yaitu senyapan (pause)
diucapkan tersebut (Jaeger, 2005:2). dan kekeliruan (errors).

Letak senyapan, yaitu pada pernapasan Senyapan diam


dan keraguan. Artinya bahwa senyap (1) Konteks: Presentasi mahasiswa, mata
dapat terjadi ketika penutur mengambil kuliah menulis ilmiah
jeda untuk bernapas atau memang
mengalami keragu-raguan saat berbicara. A : Dalam penelitian ini saya mengambil
Ada dua macam senyapan, yaitu judul, yaitu Analisis Tokoh Utama Pada
senyapan diam dan senyapan terisi Novel 4 Musim Karya…, (sambil
(Darwowidjojo, 2008:114). Senyapan

126
Senyapan dan Kilir Lidah dalam Produksi Ujaran (Kajian Psikolinguistik),
(Ira Mayasari)

berpikir) karyaaa, karya siapa ya, besok Seleksi semantik yang keliru (Freudian
ya Bu, tiba-tiba saya lupa. Slips)
Contoh:
Pada contoh (1), ada tuturan yang
diucapkan oleh seorang mahasiswa (1) Yur…, No…, Ji…, Mut…
ketika presentasi di depan kelas. Karena (2) Kiriiiii…kiriiiii, piye to??? Lha iki
mahasiswa tersebut kurang siap, tiba-tiba kiri. Eh…, maksute kanan.
dia lupa pada saat mempresentasikan Pada contoh (1) tuturan yang
makalahnya. Dia senyap sesaat karena diucapkan oleh seorang ibu rumah
kalimat yang sebenarnya ingin tangga yang memiliki empat orang
disampaikan tiba-tiba hilang. Kalimat anak laki-laki. Ketika ingin
yang ada dalam memori otaknya hilang memanggil salah satu anaknya, dia
sebagian dan ketika berusaha selalu menyebut nama keempat
mengingatnya kembali ternyata tidak anaknya. Apa yang ada dalam
bisa. Jadi, senyapan yang dihasilkan otaknya, berbeda ketika dilisankan.
adalah senyapan diam karena berupa Dalam memori otaknya tersimpan
kekosongan. nama keempat anaknya, yaitu Yuri,
Pono, Muji, dan Blumut. Jadi, ketika
Senyapan terisi memanggil salah satu nama anaknya,
(2) Konteks: Presentasi mahasiswa, mata semua nama keempat anaknya
kuliah menulis ilmiah disebut. Terkadang juga salah
memanggil nama. Nama anak yang
A : Alasan saya memilih judul ini ingin dipanggil adalah Yuri, tapi
karena mmm, ada sesuatu yang yang keluar secara lisan adalah Muji.
menarik… Kekeliruan pada seleksi semantik
umumnya berwujud kata yang utuh
Pada contoh (2), terjadi senyapan terisi, dan berasal dari medan semantik
yaitu pada saat mahasiswa yang sama, yaitu sama-sama nama
mempresentasikan hasil makalahnya dia orang. Orang mungkin sekali
gugup sehingga ada senyapan terisi, membuat kekeliruan seperti ini.
mmm ketika mengucapkan kalimat
tersebut. Pada contoh (2) tuturan yang
diucapkan oleh seorang kakak
Kekeliruan Wicara perempuan terhadap adik
Kilir Lidah perempuannya. Mereka pergi dengan
mengendarai sepeda motor, adiknya
Ada dua macam kilir lidah : di depan dan kakaknya di belakang
Kekeliruan Seleksi sebagai penunjuk jalan. Dalam
Kilir lidah yang munculnya disebabkan memori otak sang kakak ada kata
oleh seleksi yang keliru. kanan dan kiri yang memiliki medan
semantik sama. Saat itu sang kakak
ingin mengatakan bahwa untuk
menuju tempat yang dicari harusnya
belok ke kanan, tetapi ketika
dilisankan menjadi kiri. Mendengar
petunjuk dari kakanya sang adik pun

127
DEIKSIS | Vol. 07 No.02 | Mei 2015 : 79-170

langsung berbelok ke kiri, tetapi Kekeliruan Asembling


spontan kakaknya terus berteriak Bentuk kekeliruan, yaitu kata-kata yang
bahwa beloknya ke kiri. Setelah dipilih sudah benar tetapi assemblingnya
adiknya menjawab bahwa dia keliru.
berbelok ke kiri, sang kakak baru
menyadari bahwa apa yang ada di Transposisi
otaknya dengan apa yang dilisankan Salah satu bentuk kekeliruan ini akibat
berbeda. dari transposisi, yaitu memindahkan kata
atau bunyi dari suatu posisi ke posisi
Malaproprisme yang lain.
Contoh:
(1) Yaaa, panteslah, statusisasinya aj gi Contoh:
kok. Konteks: komunikasi suami isteri
(menggunakan bahasa Jawa)
Kata stastusisasi dipopulerkan oleh A: Lho, gentong ning kene mau ndi?
Vicky Prasetyo. Statusisasi memiliki arti (Lho, guci di sini tadi mana?)
segala sesuatu yang ditulis di sosial B: Junjunge tak gentong. Eeeee…,
media atau status seseorang. Kata maksute gentonge tak junjung.(diangkat
tersebut mengalami kekeliruan. Contoh gucinya. Eeeee…, gucinya diangkat).
(1) diucapkan oleh seorang anak SMP
yang sedang mengobrol di depan rumah. Pada kalimat kedua, yaitu junjunge tak
Kekeliruan semacam ini biasanya gentong mengalami pertukaran kata.
bertujuan agar penutur terlihat intelektual Kata gentong yang harusnya berada pada
dan keren, tetapi sebenarnya salah. awal bertukar posisi dengan kata
junjunge yang harusnya berada di akhir
Campur kata (blends) kalimat.
Contoh:
Antisipasi
(1) Bajunya di sinu yaaa…, eh di situ. Pembicara mengantisipasi akan
(2) Inu…, eh… munculnya suatu bunyi, lalu bunyi itu
Kekeliruan ini terjadi apabila orang diucapkan sebagai ganti dari bunyi yang
tergesa-gesa sehingga dia seharusnya.
mengambil satu atau sebagian suku Contoh:
dari kata pertama dan satu atau
sebagian suku lagi dari kata yang Konteks: Presentasi mahasiswa
kedua dan kemudian kedua bentuk
itu dijadikan satu. Pada contoh (1) A: Informasi lainnya saya ambil dari
kata di sinu adalah gabungan dari jeraring sosial.
kata di sana dan di situ. Pada B: Jejaring!
contoh (2) kata inu merupakan A: eh…, jejaring sosial.
gabungan dari kata ini dan itu.
Suku kata kedua, yaitu ja seharusnya
huruf awal adalah /j/, tetapi karena
penutur mengantisipasi adanya huruf /r/
maka kata tersebut menjadi jeraring,
bukan jejaring.

128
Senyapan dan Kilir Lidah dalam Produksi Ujaran (Kajian Psikolinguistik),
(Ira Mayasari)

Perseverasi (Perseverations) di sawah itu ada kambing dan sapi. Jadi,


Kekeliruan ini kadang-kadang disebut kata-kata yang keluar dari mulutnya
juga sebagai repetisi, yaitu kebalikan dari kacau karena berbicara tergesa-gesa.
antisipasi. Kalau pada antisipasi Pada kalimat (2) kata ini bercampur
kekeliruan terjadi di muka, pada dengan itu sehingga menjadi inu. Pada
perseverasi kekeliruan terjadi pada kata kalimat (3) juga demikian, penutur
yang di belakang. sedang tergesa-gesa, jadi ketika ingin
mengucapkan kata di situ, bercampur
Contoh: dengan kata di sana sehingga menjadi di
A: Sandal sepite, eh…sandal jepite sinu.
pintenan Bu?
Grogi
Bunyi /j/ pada kata jepit terbawa ke Grogi, gugup, malu, takut salah
belakang sehingga kata yang harusnya merupakan sikap yang sangat
diucapkan adalah jepit menjadi sepit. memengaruhi seseorang dalam berbicara.
Jika seseorang sudah merasa grogi, apa
Penyebab Terjadinya Senyapan dan yang tersimpan dalam otaknya bisa tiba-
Kilir Lidah tiba hilang, contoh.
Dalam proses berbicara, psikologi
seseorang tersentuh sehingga (1) Lha iyes…
memunculkan beberapa efek psikologi (2) Dalam penelitian ini saya
tertentu, seperti tergesa-gesa, grogi mengambil judul, yaitu Analisis
(gugup, gelisah, takut salah, khawatir), Tokoh Utama Pada Novel 4
humor (lelucon), tidak sengaja dan tidak Musim Karya…, (sambil berpikir)
konsentrasi. karyaaa, karya siapa besok ya Bu,
tiba-tiba saya lupa.
Tergesa-gesa (3) Alasan saya memilih judul ini
Seseorang yang berbicara tergesa-gesa karena mmm, ada sesuatu yang
cenderung akan mengalami kekeliruan menarik…
dalam memproduksi kalimat. Kata-kata
yang diproduksi dalam otak tidak keluar Tuturan (1) terjadi pada saat presentasi
secara baik ketika dilisankan, contoh. bahasa Inggris. Karena hanya
diperbolehkan menggunakan bahasa
(1) Eh…, kae, weduse mangan sapi, kae Inggris, penutur grogi dan lupa sehingga
weduse mangan sapi. (Eh…, itu ketika berbisik-bisik dengan temannya
kambingnya makan sapi, itu dan akan menjawab “lha iya…”, ternyata
kambingnya makan sapi). kata yang ke luar adalah “lha iyes”. Pada
(2) Inu…, eh… tuturan (2) dan (3) mahasiswa juga grogi
(3) Bajunya di sinu yaaa…, eh di situ. dan takut salah karena tidak siap saat
akan presentasi sehingga terjadi
Pada kalimat (1), seorang ibu rumah senyapan ketika berbicara.
tangga kaget melihat padi di sawahnya di
makan kambing. Karena panik, ia
tergesa-gesa dan spontan teriak bahwa
kambingnya makan sapi. Ia mengatakan
bahwa sapinya dimakan kambing karena

129
DEIKSIS | Vol. 07 No.02 | Mei 2015 : 79-170

Humor (lelucon) (6) Bun, nanti ke Tip-Top Wawa mau


naik kancir.
(1) A : Ka, tolong ambilkan Bunda apel (7) Es teh panas setunggal Mas. (Es teh
di kuklas ya! panas satu Mas).
B : (sambil tertawa) Eeee…, Bunda
salah, kok kuklas, kul-kas, Bunda Pada contoh (1)—(7) penutur tidak
ngarang. sengaja melakukan kekeliruan ucapan.
(2) A : Kubu mana kubu??? Apabila tidak diingatkan oleh lawan
B : Kubu apaan? tuturnya dia tidak akan menyadarinya.
A : Buku…, hahahahaha
(3) Panas-panas gini enaknya minum eh Tidak konsentrasi
tes. Ketika seseorang sedang berbicara
kemudian ada yang mengacaukan
Pada percakapan (1), sang bunda konsentrasinya, ada kemungkinan orang
mengajak anaknya untuk bercanda tersebut mengalami kekeliruan dalam
dengan mengucapkan kata kulkas berbicara, contoh.
menjadi kuklas. Selain untuk bercanda,
sang bunda ingin mengetahui (1) Bunda, di TV ada polosi, eh
kemampuan sang anak yang berumur 3 polosi, eh polisi.
tahun lebih, apakah dia mengerti atau
tidak bahwa kata-kata yang diucapkan Pada contoh (1), ketika sang anak sedang
bundanya salah. Percakapan (2) juga berusaha memberitahu bundanya bahwa
bertujuan untuk lelucon, yaitu dengan di televisi ada polisi kemudian yang
membalik suku kata bu-ku menjadi ku- bunda menggodanya dengan
bu. Pada contoh (3), penutur sengaja mengacaukan kata-katanya, ada
ingin menciptakan suasana humor, yaitu kemungkinan kata yang diucapkan oleh
dengan mengucapkan kata es teh menjadi sang anak menjadi kacau. Seperti contoh
eh tes. tersebut, polisi menjadi polosi.

Tidak Sengaja (spontan) Unit-Unit Kilir Lidah;


Kilir lidah juga bisa terjadi karena Kekeliruan Segmen Fonetik
ketidak sengajaan (spontanitas), jadi Kekeliruan fonetik terjadi karena fonem
penutur tidak menyadari bahwa yang bertukar tempat, contoh.
diucapkan salah ketika tidak diingatkan,
contoh. (1) A : Panas-panas gini enaknya
minum eh tes.
(1) Mbah, badhe tumbas tigan sedono.
Eh…, sedoso. Pada contoh tersebut terjadi pertukaran
(2) Misalkan dari Subaraya – Bandung. fonem, yaitu fonem /h/ pada kata teh
(3) Kiriiiii…kiriiiii, piye to??? Lha iki bertukar dengan fonem /s/ pada es. Jadi,
kiri. Eh…, maksute kanan. kata yang seharusnya es teh menjadi eh
(4) Bun, itu cingkir ya? Eh cingkir, tes.
…kincir.
(5) Bun, nanti kalau bobok, Bunda
cerita cangkil yaaa.

130
Senyapan dan Kilir Lidah dalam Produksi Ujaran (Kajian Psikolinguistik),
(Ira Mayasari)

Kekeliruan Suku Kata PENUTUP


Tidak mustahil pula bahwa kekeliruan
terjadi pada suku kata. Biasanya hampir Senyapan merupakan ketidaklancaran
selalu yang tertukar itu adalah konsonan dalam berbicara, sedangkan kilir lidah
pertama dari suatu suku dengan merupakan kekeliruan wicara yang sering
konsonan pertama dari suku lain, contoh. terjadi dalam kehidupan sosial. Kedua
peristiwa ini dapat terjadi pada siapa
(1) Misalkan dari Subaraya – Bandung. saja, baik anak-anak, maupun orang
(2) Bun, itu cingkir ya? Eh cingkir, dewasa. Senyapan dan kilir lidah juga
…kincir. dapat terjadi dalam situasi apa pun dan
(3) Bun, nanti kalau bobok, Bunda kapan pun. Situasi santai maupun formal
cerita cangkil yaaa. tidak menutup kemungkinan akan terjadi
(4) Bun, nanti ke Tip-Top Wawa mau peristiwa senyapan dan kiilir lidah.
naik kancir. Senyapan terjadi karena belum siap
untuk memproduksi kalimat secara
Pada contoh (1), terjadi kekeliruan suku keseluruhan, lupa kata-kata yang akan
kata pada kata Subaraya. Suku kata /ra/ diucapkan, berhati-hati dalam memilih
bertukar dengan suku kata /ba/, jadi kata kata, grogi, dan ragu-ragu karena takut
yang seharusnya diucapkan Surabaya salah.
menjadi Subaraya. Pada contoh (2)
terjadi pembalikkan suku kata, yaitu Lain halnya dengan senyapan, ada hal-
/cing/ dan /kir/. Jadi, kata yang hal tertentu yang dapat menyebabkan
seharusnya diucapkan kincir menjadi kilir lidah, yaitu tergesa-gesa, grogi,
cingkir. Pada contoh (3) dan (4) juga lelucon, tidak sengaja, dan tidak
terjadi pembalikkan suku kata, yaitu konsentrasi. Jadi, penyebab paling
cang dan kil untuk kata kancil dan kan banyak dalam peristiwa senyapan adalah
dan cir untuk kata cangkir. grogi, sedangkan pada kilir lidah adalah
faktor ketidaksengajaan. Pada umumnya
Kekeliruan Kata seseorang menyadari ketika membuat
Kekeliruan ini terjadi bila yang tertukar kekeliruan seperti ini dan
tempat adalah kata. Contoh seperti di mengoreksinya. Akan tetapi, kadang-
bawah ini: kadang kekeliruan itu berlalu tanpa
pembicara menyadarinya jika tidak ada
(1) Konteks: komunikasi suami isteri yang mengingatkannya.
(menggunakan bahasa Jawa)
A: Lho, gentong ning kene mau ndi?
B: Junjunge tak gentong. Eeeee…, DAFTAR PUSTAKA
maksute gentonge tak junjung.
Aitchison, Jean. 2008. The Articulate
Pada kalimat kedua, yaitu junjunge tak
Mammal. Edisi kelima. London dan
gentong mengalami pertukaran kata.
New York: Routledge.
Kata gentong yang harusnya berada pada
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008.
awal bertukar posisi dengan kata
Psikolinguistik: Pengantar
junjunge yang harusnya berada di akhir
Pemahaman Bahasa Manusia.
kalimat.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

131
DEIKSIS | Vol. 07 No.02 | Mei 2015 : 79-170

Field, Jhon. 2004. Psycolinguistics: They


Key Concepts. London: Routledge.
Jeager. Jeri G. 2005. Kid’s Slips: What
Young Children’s Slip of the
Tongue, Reveal about Language
Development. New Jersey:
Lawrence Erlbaum.

132

Anda mungkin juga menyukai