Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar sangat dibutuhkan


terutama saat menggunakannya di ruang publik. Sebuah papan peringatan atau
penanda tertentu harus mematuhi kaidah bahasa, karena ia tidak berhadapan
dengan suatu kelompok spesifik yang menuntut konvensi berbeda, misalnya;
bahasa nonformal/tak resmi seperti ke sesama teman.

Penulis menemukan beberapa penerapan bahasa Indonesia yang tidak sesuai


kaidah di ruang publik; yang seharusnya menjadi tempat penerapan kaidah Bahasa
Indonesia sesuai Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Pada penulisan makalah ini penulis memberi perhatian lebih terhadap


kesalahan ejaan, kesalahan penggunaan kalimat, kesalahan fonologi, kesalahan
tatabahasa serta kesalahan yang terdapat di ruang publik daerah Bandar Lampung.
Kesalahan – kesalahan berbahasa yang dalam tulisan ini sebenarnya lebih
diarahkan kepada kesalahan berbahasa Indonesia, bukan sebagai sebuah teori
belaka melainkan konsep analisi kesalahan berbahasa harus diarahkan kepada
penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Penggunaan kata apa saja, yang sering ditemukan kesalahan
penulisannya di ruang publik?
2. Kata tidak baku apa saja yang sering salah dalam menulis ataupun
mengujarkannya?
3. Tanda baca apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penempatanya di
ruang publik?

1
1.3 Tujuan

Tujuan-tujuan dapat dirumskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kesalahan ejaan yang ada di ruang publik.


2. Mendeskripsikan kata dan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang terdapat di ruang publik.
3. Mendeskripsikan tanda baca apa saja yang banyak ditemukan kesalahan
yang ada di ruang publik

1.4 Manfaat
Hasil analisis ini diharapkann dapat membantu mahasiswa program studi
bahasa Indonesia. Bagi seorang mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang
baku dan benar adalah sebuah keharusan. Karena ragam bahasa baku digunakan
dan dipelajari di sekolah atau institusi pendidikan. Kesesuaian penggunaannya
juga perlu diperhatikan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ejaan

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan


(EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga
dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan
ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal
dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik
Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).

2.2 Kesalahan Berbahasa

Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam.Kesalahan


berbahasaadalah penyimpangan penyimpangyang dilakuan oleh seseorang secara
sistematis dankonsisten. Menurut Djargo Tarigan (1997:29) kesalahan berbahasa
adalah penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan yang menyimpang dari fak
tor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa.Kesalahan berbahasa
memiliki keterkaitan dengan pengajaran bahasa, pemerolehan bahasa,
kedwibahasaan, interferensi yang menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa.
Adadua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa. Dari
sudut guru,kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa.
Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran
bahasa tidak berhasil atau gagal.Karena itu kesalahan berbahasa itu harus

3
dihindari agar pengajaran bahasa berhasil.Sementara dari sudut siswa, kesalahan
berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa.
Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan denganmenata
lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa.Kesalahan berbahasa
dianggap sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Artinya,kesalahan bahasa
merupakan bagian yang integral dari pengajaran bahasa, baik
pengajaran bahasa yang bersifat formal maupun informal. Kesalahan berbahasa da
pat terjadi dalamsetiap unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Karenanya,
kesalahan berbahasa bisa diklasifikasikan berdasarkan tataran linguistik seperti fo
nologi, morfologi,kelompok kata, frasa, klausa, kalimat wacana, dan semantik.

2.3 Tanda Baca

Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi,
waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya
spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.

4
BAB III
HASIL ANALISIS

1. Perubahan Fonem Konsonan

Aqiqah
Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas jika dianalisis dari tataran
fonologinya adalah kesalahan pelafalan karena perubahan fonem konsonan /k/
menjadi /q/ pada kata akikah menjadi aqiqah. Kata aqiqah pada gambar di atas
merupakan kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia.
Dalam KBBI kata akikah memiliki makna yaitu, /aki·kah/ n
[1]
penyembelihan ternak (seperti kambing atau lembu) sebagai pernyataan syukur
orang tua atas kelahiran anaknya, lazimnya dilaksanakan pada hari
ketujuh; [2] tradisi penyembelihan ternak pada upacara pencukuran rambut bayi
ketika berusia tujuh hari sebagai pernyataan syukur. Sementara kata aqiqah dalam
KBBI tidak memiliki makna apapun.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kata aqiqah yang
digunakan pada gambar di atas adalah tidak baku. Untuk memperbaiki kesalah
kata aqiqah bisa diperbaiki dengan menggunakan kata akikah.

5
2. Perubahan Fonem Vokal

Telor
Kesalahan yang terdapat pada tataran fonologi kemasan makanan di atas
adalah kesalahan pelafalan karena perubahan fonem. Dalam lafal baku penulisan
yang benar adalah telur, bukan telor.
[1]
Dalam KBBI kata telur memiliki makna yaitu, /te·lur/ n sel (terdapat
pada wanita) yang akan menjadi bakal anak, jika dibuahi oleh sperma; [2] benda
bercangkang yang mengandung zat hidup bakal anak yang dihasilkan oleh unggas
(ayam, itik, burung, dan sebagainya), biasanya dimakan (direbus, diceplok,
didadar, dan sebagainya); [3] benda kecil-kecil bercangkang, (biasanya
berkelompok) mengandung bakal anak, dihasilkan oleh binatang (cecak, buaya,
penyu, nyamuk, kutu, dan sebagainya); [4] berbagai-bagai benda yang bentuknya
(rupanya, sifatnya, dan sebagainya) menyerupai telur;-- di ujung tanduk, pb dalam
keadaan yang sangat sulit (berbahaya); -- sesangkak, pecah satu pecah semua,
pb bersatu hati dalam segala hal.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kata telor yang
digunakan pada gambar di atas adalah tidak baku. Untuk memperbaiki kesalah
kata telor bisa diperbaiki dengan menggunakan kata telur.

6
3. Penghilangan Fonem Vokal

Kriting
Pada gambar bungkus makanan di atas jika dianalisis dari tataran
fonologinya terdapat kesalahan pelafalan yaitu kesalahan akibat penghilangan
fonem vokal /e/ pada kata keriting. Kata kriting yang digunakan pada kemasan
tersebut tidaklah merupakan kata yang tidak baku.
Dalam KBBI kata kriting memiliki makna yaitu, /ke·ri·ting/ n ikal kecil-
kecil (tentang rambut). Sedangkan kata kriting dalam KBBI tidak memiliki makna
apapun.
Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan penjelasan di atas adalah
bahwa kata kriting yang digunakan pada kemasan makanan di atas adalah tidak
baku, sehingga agar kata itu yang sesuai dengan aturan dalam bahasa Indonesia
maka harus menggunakan vokal /e/ menjadi keriting.

7
4. Penempatan Preposisi

GURUKE RUMAH
Kata depan atau disebut juga dengan preposisi adalah kata – kata yang
secara sintaksis berada di depan kata benda, kata kerja, dan kata sifat sedangkan
secara semantis kata depan menunjukan hubungan – hubungan makna antara kata
depan dengan kata yang berada di depan preposisi dan kata yang berada di
belakang preposisi tersebut.
Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata, bentuk
preposisi tunggal tersebut dapat berupa (1) kata dasar, misalnya di, ke, dari, dan
pada (Moeliono, 1998: 294).
Preposisi ke menyatakan arah atau tujuan.
Pada gambar di atas jika dianalisis preposisinya terjadi kesalahan
penulisan akibat penggabungan kata GURUKE RUMAH. Kata yang seharusnya
atau kata yang benar penulisannya adalah Guru ke rumah.

8
5. Penulisan Gelar

CHRISA ,SST
Menulis atau membaca gelar akademik dengan benar sangatlah penting
untuk menghindari keslahpahaman atau menyingung orang yang menyandang
gelar tersebut. Menulis gelar memang sangatlah sepele namun pada kenyataannya
banyak yang keliru dan salah ketika menulis.
Berikut ini adalah tata cara penulisan gelar akademik yang benar menurut
EYD yang telah disepakati bersama. Aturan ini menetapkan penulisan singkatan,
tanda baca seperti pemakain titik (.) dan koma (,) yang benar:
1. Setiap gelar ditulis dengan menggunakan tanda titik sebagai penghubung antara
huruf pada singkatan gelar yang dimaksud.
3. Nama orang dan gelar dihubungkan dengan tanda koma (,)
4. Jika seseorang menyandang gelar lebih dari satu, maka gelar-gelar tersebut
dipisahkan dengan tanda koma
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa penulisan gelar salah. Penulisan
gelar tersebut tidaklah benar. Penulisan gelar seharusnya tidak di tulis seperti ini
CHRISA ,SST penulisan gelar yang benar adalah Chrisa,S.S.T

9
6. Penghilangan Fonem

Coklat
Pada gambar bungkus makanan di atas jika dianalisis dari tataran
fonologinya terdapat kesalahan pelafalan yaitu kesalahan akibat penghilangan
fonem vokal /e/ pada kata coklat. Kata coklat yang digunakan pada kemasan
tersebut tidaklah merupakan kata yang tidak baku.
Demi tercapainya suatu ukuran lafal bahasa Indonesia baku, sudah
seharusnya ciri-ciri lafal bahasa daerah jangan sampai terbawa ketika
berkomunikasi dalam berkomunikasi bahasa Indonesia. Salah satu bentuk
pelafalan kata coklat yang sudah lazim dilafalkan masyarakat, yaitu dengan
menghilangkan fonem /e/ pada kata tersebut. Meskipun lawan bicara memahami
maksud dari kata tersebut, namun penulisan kata tersebut tidak baku dan tidak
sesuai dengan kaidah penulisan dalam KBBI.
Dalam KBBI kata cokelat memiliki makna yaitu, /co·ke·lat/ n, yang artinya
gula-gula yang dibuat dari bubuk cokelat. Sedangkan kata coklat dalam KBBI
tidak memiliki makna apapun.

10
Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan penjelasan di atas adalah
bahwa kata coklat yang digunakan pada kemasan makanan di atas adalah tidak
baku, sehingga agar kata itu yang sesuai dengan aturan dalam bahasa Indonesia
maka harus menggunakan vokal /e/ menjadi cokelat.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan ejaan dan kalimat


tampak seperti hal yang lumrah terjadi bukan hanya di ruang publik, melainkan
juga di lembaga pendidikan seperti universitas. Data di atas hanya sebagian kecil
dari begitu banyaknya kesalahan yang terdapat di ruang publik. Kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah
bahasa yang benar. Kesalahan ejaan umumnya mencakup kesalahan tanda baca,
kesalahan penggunaan kata baku, dan kesalahan preposisi. Sedangkan kesalahan
kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan prinsip pemilihan kata.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan
mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa
tidak hanya terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai
bahasa ilmu, aspek gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan.
Jadi, setiap kalimat yang ditulis harus memenuhi syarat gramatikal.

12
MAKALAH
KESALAHAN TATABAHASA DI RUANG PUBLIK

Disusun Oleh:

Agnes Vina Gunawati 141210005


Kelas BINA V A

Dosen Pengampu : Dra. Fransisca S.O. Dedi, M.Pd.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) BANDAR LAMPUNG
2016

13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan karunia-Nya Makalah dengan judul
“KESALAHAN TATABAHASA DI RUANG PUBLIK” ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-
perbaikan lebih lanjut.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Desember 2016

Penulis

14
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Ejaan ................................................................................................ 3
2.2 Kesalahan Berbahasa ........................................................................ 3
2.3 Penggunaan Tanda Baca ................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Perubahan Fonem Konsonan............................................................. 5
3.2 Perubahan Fonem Vokal ................................................................... 6
3.3 Penghilangan Fonem Vokal .............................................................. 7
3.4 Penempatan Preposisi........................................................................ 8
3.5 Penulisan Gelar ................................................................................. 9
3.6 Penghilangan Fonem............................................................... .......... 10

BAB IIIPENUTUP
4.1 Simpulan .......................................................................................... 16

15

Anda mungkin juga menyukai