Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

A. Pengertian Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan[1]. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa.kan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa[2]. Ukuran berbahasa yang baik ini adalah ukuran intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan meliputi :

fonologi(tata bunyi) morfologi(tata kata) sintaksis(tata kalimat) semantic(tata makna)

Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan antara kesalahan berbahasa(error) dengan kekeliruan berbahasa(mistake), keduanya memang sama-sama pemakaian bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya kaidah bahasa yang benar. Sedangkan kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis, melainkan dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai. Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa diantaranya[3] :

Pengertian kacau Interferensi Logika yang belum masak Analogi sembrono

B. Proses Terjadinya Kesalahan Berbahasa Proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa, oleh karena itu untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa. Belajar bahasa terdiri atas proses penguasaan bahasa pertama dan penguasaan kedua. Proses penguasaan pertama disebut pemerolehan bahasa (language acquisition). Proses ini bersifat ilmiah dan tampak adanya suatu perencanaan terstruktur. 1

Proses berbahasa kedua terjadi setelah penguasaan bahasa pertama dan disebut belajar bahasa (language learning) proses ini umumnya berlangsung secara terstruktur dan siswa menyadari bahwa dia sedang belajar bahasa dan juga menyadari motivasi apa yang mendorongnya untuk menguasai bahasa tersebut. Untuk memperkenalkan bahasa antara, salinker memperkenalkan pula konsep bahasa warisan atau bahasa ibu (B1) dan bahasa ajar (B2). Berikut proses belajar bahasa: Bahasa warisan bahasa antara bahasa ajaran Sebagian dari unsur-unsur interlanguage (bahasa antara) ini sama dengan unsur bahasa kedua yang dipelajari dan sebagian yang lain tidak sama. Kesalahan berbahasa terjadi pada sistem interlanguage ini, yaitu unsur-unsur atau bentuk tuturan pada interlanguage yang tidak sama dengan bentuk-bentuk tuturan pada bahasa kedua yang dipelajari. Secara teoritis, unsurunsur sistem interlanguage itu terdiri atas pembauran antara unsur-unsur bahasa pertama dan bahasa kedua yang di pelajari. kesalahan-kesalahan ini bersifat sistematik dan terjadi pada setiap orang yang belajar bahasa. C. Pandangan Audiolingualisme dan Psikologi Kognitif Terhadap Kesalahan Berbahasa Kurangnya ketrampilan berbahasa yang salah satunya disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa dapat menjadi hambatan dalam proses komunikasi. Salah satu pendekatan pengajaran berbahasa yang berkembang pada dasawarsa 50-an dan 60-an yakni pendekatan audiolingualisme menekankan pentingnya latihan-latihan untuk menguasai bahasa yang dilaksanakan secara intensif. latihan-latihan menguasai pola serta generalisasi gramatika. Pendekatan ini memandang kesalahan berbahasa sebagai sesuatu yang bersifat puritanistis, artinya kesalahan berbahasa dipandang sebagai dosa yang harus dihindari. Metode yang digunakan pendekatan ini untuk menghindari terjadi kesalahan dalam berbahasa adalah dengan melatihkan kepada si pembelajar model-model yang benar dalam waktu yang cukup lama. Berbanding terbalik dengan pandangan audiolinguisme, aliran psikologi kognitif justru memandang kesalahan berbahasa sebagai suatu yang wajar. Pendapat ini berangkat dari proses penguasaan bahasa pada anak, setiap anak hampir bisa dipastikan akan membuat kesalahan berbahasa, akan tetapi orang tua atau orang dewasa di lingkungannya memandang hal ini sebagai sesuatu yang wajar. D. Perbedaan Analisis Kesalahan Berbahasa dengan Analisis Konstrastif 1) Pengertian Analisis Konstrastif Analisis adalah suatu proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan bisa menemukan inti permasalahannya. Sedangkan makna dari konstrastif adalah membandingkan perbedaan. Jadi yang dimaksud analisis konstrastif (anakon) adalah kegiatan membandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan kedua bahasa[4].

Dalam analisis konstrastif dikenal dua istilah penting yang akan selalu muncul dalam proses analisa, yakni transfer dan interferensi. Konsep transfer di hubungkan dengan proses belajar bahasa, yakni pengalihan dari kebiasaan ber B1 ke dalam proses ke B2. Sedangkan kesalahan yang di akibatkan proses transfer yang tidak cocok atau tidak sama antara B1 dan B2 disebut interferensi. 2) Perbedaan Analisis Kesalahan Berbahasa dengan Analisis Konstrastif Jadi jelaslah perbedaan antara kesalahan berbahasa (anakes) dengan analisis konstrastif (anakon). Anakes menganalisis kesalahan-kesalahan tersebut dengan cara membuat kategori kesalahan, sifat, jenis, dan daerah kesalahan, sedangkan anakon membandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan kedua bahasa. Berikut ini perbedaan anakon dan anakes jika ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek permasalahan

Permasalahan anakon meliputi permasalahan bidang keterampilan (membaca, menyimak, berbicara dan menulis) dan juga bidang linguistik (tata bunyi tata bentuk kata dan tata kalimat). Sedangkan permasalahan anakon terletak pada pengaruh dari B1 ke dalam B2, pengaruh inilah yang menyebabkan kesalahan berbahasa.

Aspek batasan kajian

Batasan kajian dari analisis kesalahan adalah memberikan kategori, sifat, jenis, dan daerah kesalahan. Sedangkan batasan kajian analisis konstrastif adalah perbandingan antara B1 dan B2.

Aspek ruang lingkup

Ruang lingkup anakes meliputi fonologi (tata bunyi), morfologi (tata bentuk kata), sintaksis (tata kalimat) dan semantik (tata makna). Sedangkan ruang lingkup anakes terbatas hanya menganalisis dua bahasa dengan cara membandingkannya.

Aspek objek analis

Anakes dan anakon memiliki objek yang sama yakni bahasa. Namun keduanya berbeda pada titik tekannya. Anakes menitikberatkan objek analisis kesalahan pada bahasa siswa yang sedang mempelajari B2 atau bahasa asing. Objek yang lebih khusus lagi adalah kesalahan bahasa siswa yang bersifat sistematis dan menyangkut analisis kesalahan yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, dan tata makna. Sedangkan objek anakon adalah bahasa itu sendiri atau sebagai bahan pengajaran.

Aspek tujuan

Tujuan dari anakes adalah agar dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat siswa , daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan kesalahan-kesalahan tersebut , guru dapat mengubah metode dan 3

teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri Perhatikan kalimat-kalimat berikut : 1. Kepada Bapak Dekan waktu dan tempat kami persilahkan. 2. Di Kota Solo menyelenggarakan Pekan Pembangunan Naional yang dihadiri Bapak Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Kalimat-kalimat diatas termasuk kalimat yang salah. Ada yang salah nalar, ada yang rancu aktif pasifnya, ada yang boros kata-kata (tidak efisien), ada yang slah makna dan ada yang kata-katanya tidak baku. Untuk lebih jelasnya mari kita analisis satu persatu. Kalimat 1. Kepada bapak dekan waktu kami persilahkan. Kesalahan : 1. Waktu dan tempat tidak mungkin bisa dipersilahkan, karena bukan manusia (subjek). 2. Kata kepada adalah jenis kata sambung, seharusnya tidak digunakan untuk mengawali kalimat. 3. Kesalahan kalimat datas termasuk salah bernalar dan salah dalam menempatkan kata. Seharusnya : 1. Bapak Dekan kami persilahkan memberikan sambutan. 2. Waktu dan tempat kami serahkan kepada Bapak dekan. Kalimat 2. Di Kota Solo menyelenggarakan Pekan Pembangunan Naional yang dihadiri Bapak Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Kesalahan : 1. Kalimat ini tidak memiliki subjek, siapa yang menyelenggarakan pekan Pembangunan Nasional? Tentu saja bukan di kota Solo. 2. Pilihan kata Bapak Presiden salah, yang benar Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. 3. Kesalahan kalimat ini karena tidak memiliki subjek dan salah dalam berlogika. 4

Seharusnya : 1. Di Kota Solo diselenggarakan pekan pembangunan Nasional yang dihadiri Presiden Indonesia Bapak susilo Bambang Yudhoyono. 2. Pemerintah daerah Kota Solomenyelenggarakan Pekan Pembangunan Nasional yang dihadiri Presiden Indonesia Bapak susilo Bambang Yudhoyono. SEBAB-SEBAB KETIDAKBAKUAN KALIMAT Banyak hal yang berkaitan dalam rangka menyusun sebuah kalimat. Hal-hal tersebut adalah ejaan, pilihan kata, pembentukan kata, pembentukan frasa, dan tata bahasa. Oleh karena itu, banyak hal yang menyebabkan sebuah kalimat menjadi tidak baku, 1. Pelesapan Imbuhan Perlu diketahui bahwa yang termasuk imbuhan adalah awalan, akhiran, dan sisipan. Yang sering dilesapkan dalam penyusunan kalimat adalah awalan dan akhiran. 1. Pelesapan Awalan Awalan yang sering dilesapkan mengakibatkan kalimat yang terbentuk menjadi tidak baku. Awalan yang dimaksud adalah me-/ meN-, ber-, dan di-. Awalan me- atau meN Bentuk yang mengandung awalan me- atau meN yang tidak dilesapkan merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk awalan me- atau meN- yang dilesapkan merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Iran akan meratakan Bagdad dengan rudal. b. Presiden meresmikan delapan pabrik kertas. Tidak Baku: a. Iran akan ratakan Bagdad dengan rudal. b. Presiden resmikan 8 pabrik kertas.

Awalan berBentuk-bentuk yang mengandung kata kerja berawalan ber- tanpa pelesapan merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung awalan berdengan pelesapan merupakan kalimat yang tidak baku. Baku: a. Engkau harus berhati-hati jika bertemu dengan dia. b. Sopir andong, Ngadiman, bertabrakan. Tidak Baku: a. Engkau harus berhati-hati jika temu dengan dia. b. Sopir andong Ngadiman tabrakan. Awalan diBentuk-bentuk yang mengandung kata kerja berawalan di- tanpa pelesapan merupakan kalimat baku. Sedangkan mentuk-bentuk yang mengandung kata kerja berawalan diyang disertai pelesapan, merupakan kalimat yang tidak baku. Baku: a. Dua orang gadis kecil mengaku diperkosa seorang pelajar SLTA. b. Dua orang pemulung dihukum dus tahun, Tidak Baku: a. Dua orang gadis kecil mengaku perkosa seorang pelajar SLTA. b. Dua orang pemulung hukum dua tahun, Pelesapan Akhiran Ada dua buah akhiran yang penggunaannya dilesapkan, yaitu akhiran kan dan i. Akibatnya, kalimat-kalimat yang dibangunnya menjadi tidak baku. Baku: a. Laporkan kejadian itu. b. Kita menantikan hubungan dengan Jakarta. Tidak Baku: a. Lapor kejadian itu. b. Kita menanti hubungan dengan Jakarta. 6

2. Pemborosan Penggunaan Kata Sesungguhnya kata-kata yang dipilih untuk menyusun sebuah kalimat , yang benarbenar diperlukan. Akan tetapi, kenyataannya ada sejumlah kata yang sesungguhnya tidak perlu digunakan, tetapi kenyataannya kata itu dipakai juga dalam kalimat. Hal inilah yang dimaksud dengan pemborosan pilihan kata. Akibatnya, kalimat-kalimatnya menjadi tidak baku. Pemborosan kata : di mana Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata: di mana, merupakan bentuk baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata: di mana merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Ketika bertanding di Jakarta tahun lalu, ia kalah angka. Tidak Baku: a. Ketika bertanding di Jakarta di mana tahun lalu, ia kalah angka. b. Pemborosan kata: daripada Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata: daripada merupakan bentuk-bentuk kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata-kata: daripada merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Peta itu merupakan bagian Kabupaten Magelang. Tidak Baku: a. Peta itu merupakan bagian daripada Kabupaten Magelang. Pemborosan kata: dalam dan di dalam Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata: dalam dan di dalam merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata: dalam dan di dalam merupakan kalimat yang tidak baku.

Baku: a. Rapat pimpinan kemarin memutuskan besarnya sumbangan pendidikan. Tidak Baku: a. Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan besarnya sumbangan pendidikan. Pemborosan kata: kepada Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata: kepada, merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata kepada, merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Bapak Gubernur dimohon berkenan menyerahkan hadiah. Tidak Baku a. Kepada Bapak Gubernur dimohon berkenan menyerahkan hadiah. Pemborosan kata: dari Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata: dari merupakan bentuk kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang menggunakan kata: dari merupakan bentuk kalimat baku. Baku: a. Hasil penyelidikan laboratorium criminal menunjukkan bahwa pelaku tindak criminal itu seorang wanita. Tidak Baku: a. Dari hasil penyelidikan laboratorium criminal menunjukkan bahwa pelaku tindak criminal itu seorang wanita. Pemborosan kata: maka Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata: maka, merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata: maka, merupakan bentuk yang tidak baku. Baku: a. Dengan ini kami sampaikan data seorang ibu dari Kelurahan Kotabaru. Tidak Baku: a. Maka dengan ini kami sampaikan data seorang ibu dari Kelurahan Kotabaru. 3. Ketidaktepatan Pemilihan Kata Dalam menyusun sebuah kalimat harus diperhatikan ketepatan pemilihan kata. JIka pemilihan katanya sudah tepat, bentuk yang tersusun merupakan kalimat baku. Ketidaktepatan pemilihan kata, maka kalimat yang terbentuk menjadi tidak baku. 8

Penggunaan Kata Bahasa Jawa: Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata bahasa Jawa merupakan bentuk kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata bahasa Jawa merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Di muara sungai itulah terdapat sebuah keratin roh halus. Tidak Baku: a. Di muara sungai itulah terdapat sebuah keraton roh lelembut.. Penggunaan Kata yang Termasuk Ragam Tidak Baku: Bentuk-bentuk yang tidak menggunakan kata yang termasuk ragam tidak baku, merupakan bentuk kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata yang termasuk ragam tidak baku merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Ia sedang membuat rak buku. Tidak Baku: a. Ia sedang membikin rak buku. Yang dimaksudkan dengan kata-kata tidak baku dalam kalimat-kalimat di atas ialah: membikin,. Kata-kata itu lazim digunakan sebagai ragam percakapan. Kesalahan Pembentukan Kata: Bentuk-bentuk yang pembentukan kata-katanya sudah benar merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung bentukan kata tidak benar merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Permintaan para pelanggan belum ada yang dipenuhi karena sediaan barang sudah habis. Tidak Baku: a. Permintaan para langganan belum ada yang dipenuhi karena sediaan barang sudah habis. 9

Yang pembentukannya salah ialah kata: langganan, Pembentukan yang benar adalah pelanggan, Ketidaktepatan Penggunaan kata: di mana Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata: di mana merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata: di mana, merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Akhirnya, sampailah ia di tepi jurang yang dalam yang di dasar jurang itu mengalir sebuah sungai kecil. Tidak Baku: a. Akhirnya, sampailah ia di tepi jurang yang dalam di mana yang di dasar jurang itu mengalir sebuah sungai kecil. Ketidaktepatan Penggunaan Imbuhan meN-i Bentuk-bentuk yang mengandung imbuhan meN-kan merupakan bentuk kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung imbuhan meN-I merupakan kalimat tidak baku. Baku a. Ia menjagokan kesebelasan Putra Mataram. Tidak Baku: a. Ia menjagoi kesebelasan Putra Mataram. Ketidaktepatan Penggunaan Bentuk nya Bentuk-bentuk yang tidak mengandung bentuk nya merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung imbuhan nya merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Atas bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih. b. Atas kehadiran Saudara, kami ucapkan terima kasih. Tidak Baku: a. Atas bantuannya, kami ucapkan terima kasih. b. Atas kehadirannya, kami ucapkan terima kasih. 10

Ketidaktepatan Penggunaan Kata-kata Tertentu Bentuk-bentuk yang menggunakan kata-kata yang sudah tepat merupakan kalimat baku. Sedaangkan bentuk-bentuk yang menggunakan kata-kata tidak tepat merupakan kalimat yang tidak baku. Baku: a. Pak Amat hamper mendapat hadiah mobil. Tidak Baku: a. Pak Amat nyaris mendapat hadiah mobil. Kata-kata yang penggunaannya tidak tepat sehingga menyebabkan kalimatnya menjadi tidak baku ialah: nyaris, Kata-kata yang seharusnya digunakan ialah: hamper, 4. Penggunaan Konjungsi Ganda 1. Konjungsi karena dan maka Bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi tunggal merupakan bentuk kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi ganda merupakan bentuk kalimat tidak baku. Baku: a. Karena nilainya kurang dari batas minimal, ia tidak dapat diterima sebagai siswa. Tidak Baku: a. Karena nilainya kurang dari batas minimal, maka ia tidak dapat diterima sebagai siswa. 2. Konjungsi meskipun dan tetapi Bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi tunggal merupakan bentuk kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi ganda merupakan bentuk kalimat tidak baku. Baku: a. Meskipun kita tidak berperang, kita harus waspada. b. Kata-kata pengantar itu tidak selalu mendukung arti, tetapi ternyata pemakaiannya pada waktu itu sangat digemari. 11

Tidak Baku: a. Meskipun kita tidak berperang, tetapi kita harus waspada. b. Meskipun kata-kata pengantar itu tidak selalu mendukung arti, tetapi ternyata pemakaiannya pada waktu itu sangat digemari. 3. Konjungsi walaupun dan namun Bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi tunggal merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi ganda merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Walaupun keringat membasahi seluruh badan, ia tetap bekerja. Tidak Baku: a. Walaupun keringat membasahi seluruh badan, ia tetap bekerja. 4. Konjungsi setelah dan maka Bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi tunggal merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi ganda merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Setelah mengetahui bahwa Putri Ruyung Wulan lari bersama Dalang Sapanyana, prajurit kadipaten mulai mengejar. Tidak Baku: a. Setelah mengetahui bahwa Putri Ruyung Wulan lari bersama Dalang Sapanyana, maka prajurit kadipaten mulai mengejar. 5. Konjungsi meskipun dan namun Bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi tunggal merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi ganda merupakan kalimat tidak baku. Baku:

12

a. Oleh karena itu, meskipun objek material sama, yaitu bahasa, perbedaan objek formal menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang masingmasing cabang itu berdaulat. Tidak Baku: a. Oleh karena itu, meskipun objek material sama, yaitu bahasa, perbedaan objek formal menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang masingmasing cabang itu berdaulat. 5. Kerancuan Bentuk Kta kerancuan bermakna hal yang rancu atau kacau, tidak teratur, campur aduk (Moelinono, 1988:725). Karena adanya kerancuan bentuk, kalimatkalimat yang mengandung bentuk rancu tersebut menjadi kalimat yang tidak baku. 1. Rancu dalam hal bentuk kata Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata rancu merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata rancu merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Hal itu belum diajarkan kepada kami. Tidak Baku: a. Hal itu belum dipelajarkaaaan kepada kami. Kata dipelajarkan sesungguhnya terbentuk dari diajarkan dan pelajari, 2. Rancu dalam hal kelompok kata bentuk-bentuk yang tidak mengandung kelompok kata yang rancu merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kelompok kata yang rancu merupakan bentuk kalimat baku. Baku: a. Mereka saling memandang. Tidak Baku: a. Mereka saling pandang-memandang. Kelompok kata atau frase saling pandang-memandang terbentuk dari kata saling memandang dan pandang-memandang. 13

6. Kesalahan Ejaan Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan sebuah kalimat. Karena ejaannya benar, sebuah kalimat dapat menjadi kalimat baku. Dan karena ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi kalimat tidak baku. 1. Penggunaan Tanda Koma yang Salah Bentuk-bentuk yang tidak mengandung tanda koma merupakan kalimat yang baku. Sedangkan bentu-bentuk yang mengandung tanda koma merupakan kalimat tidak baku karena penggunaaannya salah. Baku: a. Pemilik gubuk itu mengatakan bahwa kita tidak boleh membawa jimat dalam bentuk apa pun. Tidak Baku: b. Pemilik gubuk itu mengatakan,bahwa kita tidak boleh membawa jimat dalam bentuk apa pun. 2. Pelesapan Tanda Koma Bentuk-bentuk yang mengandung tanda koma merupakan kalimat yang baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang tidak mengandung tanda koma merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Jadi, batasan bahasa adalah sebagai berikut. Tidak Baku: b. Jadi batasan bahasa adalah sebagai berikut. 3. Kesalahan Penulisan Sapaan Bentuk-bentuk yang penulisan sapaannya sudah benar merupakan bentuk baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang penulisan sapaannya salah merupakan kalimat yang tidak baku. Baku: a. Silakan duduk, Dik! Tidak Baku: 14

a. Silakan duduk, dik! Kata sapaan dalam kedua kalimat tersebut adalah Dik dan Saudara. 7. Kesalahan Pelesapan Salah Satu Fungsi Kalimat Yang dimaksud dengan fungsi-fungsi kalimat adalah sibjek, predikat, objek, dan keterangan. 1. Pelesapan Subjek pada Induk Kalimat Bentuk-bentuk yang induk kalimatnya mengandung subjek merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang induk kalimatnya tidak mengandung subjek merupakan kalimat yang tidak baku. Baku: a. Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, dia tidak memperlihatkan kelebihannya. Tidak Baku: a. Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, tidak memperlihatkan kelebihannya. 2. Pelesapan Subjek pada Anak Kalimat Jika subjek anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat tidak sama dengan subjek indukkalimat, subjek anak kalimat dan subjek induk kalimat harus disebutkan atau harus dinyatakan secara nyata. Oleh karena itu, kalimatnya menjadi tidak baku jika salah satu subjek itu, yaitu subjek anak kalimat atau subjek induk kalimat dilesapkan. Baku: a. Setelah disiapkan segalanya, acara pelatihan itu segera dimulai. Tidak Baku: a. Setelah menyiapkan segalanya, acara pelatihan itu segera dimulai.

15

3. Pelesapan Predikat Bentuk-bentuk yang mengandung predikat merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang tidak mengandung predikat merupakan bentuk kalimat yang tidak baku. Baku: a. Ia sedang pergi ke luar negeri. Tidak Baku: a. Ia sedang ke luar negeri. 8. Kesalahan Struktur Kalimat Bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar, merupakan kalimat baku. Sedangkan bentuk-bentuk yang dtrukturnya masih salah merupakan kalimat tidak baku. Baku: a. Surat Anda sudah saya baca. Tidak Baku: a. Surat Anda saya sudah baca Referensi Pustaka : [1] http://gemasastrin.wordpress.com/2009/06/14/analisis-kesalahan-berbahasa/ [2] http://elyhamdan.wordpress.com/2009/02/10/sekilas-analisis-kesalahan-berbahasaindonesia/ [3] Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996. [4] http://binekasnetwork.blogspot.com/2008/10/analisis-konstrastif.html [5] Jos Daniel Parera, Linguistik Educational, Jakarta: Erlangga, 1997, hal: 107 Indah Laily. 2011. Kesalahan Berbahasa dan Proses Terjadinya Kesalahan Berbahasa (http://indahqonieeth.wordpress.com/2011/04/12/kesalahan-berbahasa-dan-prosesterjadinya-kesalahan-berbahasa/) Diakses : 02 April 2013

16

Anda mungkin juga menyukai