KALIMAT EFEKTIF KALIMAT BAHASA INDONESIA • Kalimat adalah susunan kata-kata yang mempunyai makna. • Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya memiliki satu klausa. • Klausa adalah bagian kalimat yang memiliki subjek dan predikat. • Frase adalah bagian kalimat yang tidak melampaui batas Subjek dan Predikat. • Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. • Kalimat majemuk ditandai oleh adanya konjungsi sebagai kata yang menyambung atau menyatukan bagian-bagian kalimat itu. • Konjungsi (kata penghubung) adalah kata yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf. • Konjungsi intrakalimat adalah kata yang menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, misalnya: agar, dan, sehingga. SUBJEK, PREDIKAT, OBJEK, PELENGKAP, KETERANGAN • Kalimat terdiri dari unsur utama Subjek (S) dan Predikat (P). Unsur lain selain S dan P adalah Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket). • Subjek selalu terdiri dari kata nomina atau frase nominal, kata pronomina atau frase pronominal. • Predikat dapat terdiri dari kata verba atau frase verbal, kata adjektiva atau frase adjektival, kata nomina atau frase nominal, kata pronomina atau frase pronominal, kata atau frase numeral, frase preposisional. • “Para anggota DPR sedang mengikuti sidang paripurna.” Para anggota DPR = Frase Nominal; sedang mengikuti = Frase verbal; sidang paripurna = frase nominal. • Objek dan Pelengkap bertugas melengkapi Predikat. Objek mengikuti predikat berawalan me- sedang pelengkap mengikuti predikat berawalan ber-. OBJEK DAN PELENGKAP
“Mahasiswa mengikuti kuliah umum.”
“kuliah umum” = objek karena terletak di muka kata mengikuti (berawalan me-). “Kami berharap orang itu datang lagi sore ini.” “orang itu” = Pelengkap karena terletak di muka berharap (berawalan ber-) Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan predikat. Keterangan terdiri dari keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan alat, dan sebagainya. Frase sore ini, kemarin, pagi tadi merupakan keterangan waktu. Frase di pasar, di rumah, di sungai merupakan keterangan tempat. Frase dengan cangkul, dengan jarum suntik, merupakan keterangan alat. Konjungsi Konjungsi intratekstual adalah kata yang menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf, Misalnya: apalagi, bahkan, bahwa, begitu. Salah satu fungsi konjungsi atau kata penghubung adalah untuk menghubungkan satu klausa dengan klausa lain untuk membentuk kalimat majemuk. Berdasarkan sifat hubungannya, konjungsi atau kata penghubung dibedakan menjadi dua, yakni konjungsi setara (koordinatif) dan konjungsi yang tidak setara atau subordinatif. Ada 29 kata konjungsi. Sembilan di antaranya tidak lazim digunakan dalam karangan ilmiah, yaitu: lagi, lantas, malah, malahan, tapi, tambahan lagi, tambahan pula, dan baik.....maupun. Yang biasa digunakan untuk karangan ilmiah: tetapi, akan tetapi, hanya, melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedang, sedangkan, atau, bahkan, dan serta, dan lagi, lagi pula, kemudian, lalu. KALIMAT, KLAUSA, FRASE “Setiap negara melakukan pembangunan nasionalnya untuk berbagai tujuan.” S : Setiap negara P : melakukan O : pembangunan nasionalnya Ket : untuk berbagai tujuan Kalimat ini disebut kalimat tunggal karena hanya terdapat satu subjek dan satu predikat. Bagian kalimat “Setiap negara melakukan pembangunan nasionalnya,” adalah satu klausa karena terdapat S dan P. Kalimat, “Muhammad Ali memukul lawannya dengan kepalan tinju andalannya dan Foreman membalas pula dengan kepalan tinju yang tak kalah kerasnya.” Kalimat ini merupakan kalimat majemuk karena terdapat dua klausa yang digabungkan menjadi kalimat, yakni, (i) Muhammad Ali memukul lawannya dengan kepalan tinju andalannya, (ii) Foreman membalas pula dengan kepalan tinju yang tak kalah kerasnya. Kalimat majemuk ini dihubungkan oleh konjungsi dan. KALIMAT MAJEMUK • Kalimat majemuk terjadi karena dua kalimat (dua klausa) digabungkan menjadi satu kalimat. • Kalimat majemuk dibedakan menjadi dua macam, yakni Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat. • Kalimat Majemuk Setara dibedakan menjadi Kalimat Majemuk Setara Gabungan, Kalimat Majemuk Setara Perlawanan, Kalimat Majemuk Setara Pertentangan, dan Kalimat Majemuk Setara Pemilihan. • Kalimat Majemuk Setara Gabungan adalah kalimat yang menggunakan konjungsi: dan, serta, lalu, kemudian, dan baik....maupun. • Contoh Kalimat Majemuk Setara Gabungan. “Obat generik cukup berkualitas dan harganya murah.” “Obat generik cukup berkualitas dan harganya murah serta tersedia di toko- toko obat.” CONTOH KALIMAT MAJEMUK SETARA GABUNGAN “Perawat itu masuk ke kamar lalu berganti pakaian.” “Dokter memeriksa suhu badan pasien kemudian menulis resep.” “Baik dokter maupun perawat wajib mematuhi tata tertib rumah sakit.” “Buku ini sangat bermanfaat baik bagi murid maupun guru. 2. Kata Majemuk Setara Perlawanan adalah kalimat yang ditandai oleh konjungsi tetapi, melainkan, tidak hanya..., tetapi juga....., bukan hanya....., melainkan juga. Contoh: “Dia miskin, tetapi hidupnya bahagia.” “Pak Amran bukan perawat melainkan dokter.” “Tugas dosen tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik.” “Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan juga berfungsi sebagai pemersatu bangsa.” 3. Kalimat Majemuk Setara Pertentangan adalah kalimat yang ditandai oleh konjungsi sedangkan dan padahal. Contoh: “Para tamu sudah berdatangan, sedangkan kami belum siap melayani.” “Giginya sudah ompong, padahal umurnya masih muda.” 4. Kalimat Majemuk Setara Pemilihan adalah kalimat yang ditandai oleh konjungsi atau. Contoh: “Saya harus berhenti sekolah atau bekerja membantu orang tua.” “Kami mengundang Ketua dan/atau sekretaris panitia.” KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT • Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya mempunyai hubungan tidak setara. Klausa tersebut ada yang berkududukan sebagai klausa utama (induk kalimat) dan ada yang berkedudukan sebagai klausa subordinatif (anak kalimat). • Klausa subordinatif pada kalimat majemuk bertingkat diantar oleh konjungsi. • Konjungsi adalah kata penghubung yang bertugas menghubungkan dua klausa atau lebih sehingga terbentuk satu kalimat majemuk. • Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi (i) Kalimat majemuk bertingkat hubungan pemerlengkapan, (ii) Kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu, (iii) Kalimat majemuk bertingkat hubungan syarat, (iv) Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian, (v) Kalimat majemuk bertingkat hubungan tujuan, (vi) Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengakuan, (vii) Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan, (ix) Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban, (x) Kalimat majemuk bertingkat hubungan cara, (xi) Kalimat majemuk bertingkat hubungan alat, (xii) Kalimat majemuk bertingkat hubungan atributif. KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT HUBUNGAN PEMERLENGKAPAN, HUBUNGAN WAKTU, DAN HUBUNGAN SYARAT • Kata majemuk bertingkat hubungan pemerlengkapan ditandai oleh konjungsi bahwa. Contoh: 1. “Dia sudah menyadari bahwa merokok itu tidak baik.” 2. “Bahwa merokok itu tidak baik, sudah disadainya. • Kata majemuk bertingkat hubungan waktu ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa, seperti: sejak, sedari, ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, dan sebagainya. Contoh: 1. “Rini suka menari sejak dia berumur lima tahun.” 2. “Selagi masih muda, kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh.” • Kata majemuk bertingkat hubungan syarat ditandai oleh konjungsi: jika, jikalau, kalau, asalkan, bila, bilamana, apabila. Contoh: 1. “Jika ada uang, saya akan melanjutkan sekolah tahun depan. 2. “Gelar sarjana akan kita raih, asalkan kita mau belajar sungguh-sungguh.” KALIMAT MAJEMUK BERTNGKAT HUBUNGAN PENGANDAIAN DAN HUBUNGAN TUJUAN • Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian adalah kalimat majemuk yang menyatakan andaian terlaksananya suatu pekerjaan atau hal seperti yang dinyatakan dalam klausa utama (induk Kalimat). Konjungsi yang digunakan: andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya. Contoh: 1. “Andaikan aku menurut kata ayah-ibu, aku tidak menjadi pengangguran seperti sekarang ini.” 2. “Sekiranya dia cepat datang, saya pun segera pergi ke kampus.” • Kalimat majemuk bertingkat hubungan tujuan adalah kalimat majemuk yang menyatakan tujuan atau harapan terlaksananya suatu pekerjaan atau hal. Konjungsi yang digunakan adalah: agar atau supaya. Contoh: 1. “Ibu itu sengaja tidak bekerja di kantor agar dapat mengasuh anak- anaknya dengan baik.” 2. “Supaya dapat menghidupi keluarganya, Pak Karto harus bekerja keras.” Catatan: agar dan supaya = sinonim, maka pilih satu saja. KATA MAJEMUK BERTINGKAT HUBUNGAN PENGAKUAN DAN HUBUNGAN PERBANDINGAN
• Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengakuan adalah kalimatmajemuk
yang menyatakan pengakuan yang berlawanan dengan apa yang disebutkan klausa utama (induk kalimat). Konjungsi yang digunakan: meskipun, sungguhpun, biarpun, walaupun, sekalipun, kendatipun. Contoh: 1. “Dosen yang rajin itu tetap memberi kuliah walaupun hari hujan.” 2. “Rakyat yang setia kepada raja tak beranjak dari tempat upacara sekalipun hari panas terik. • Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan adalah kalimat majemuk yang menyatakan perbandingan, kemiripan, atau kesataraan. Konjungsi yang digunakan: seperti, sebagai, bagaikan, sebagaimana, laksana, ibarat, seolah-olah, seakan-akan, makin....makin, kian....kian. Contoh: 1. “ Makin jauh kita berjalan makin banyak yang kita lihat. 2. “Bu Rini menyayangi anak asuhnya bagaikan dia menyayangi anaknya sendiri.” KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT HUBUNGAN PENYEBABAN, HUBUNGAN AKIBAT, HUBUNGAN CARA, DAN HUBUNGAN ALAT. • Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban ditandai oleh konjungsi: sebab, karena, berkat, akibat. Contoh: “Berkat doa restu ayah-bunda, kita mampu menyelesaikan kuliah dalam waktu yang singkat.” • Kalimat majemuk bertingkat hubungan akibatditandai oleh konjungsi: maka, sehingga, sampai, sampai-sampai. Contoh: “Diterangkannya hal itu sejelas-jelasnya, hingga semua orang puas dan mengerti duduk persoalannya.” • Kalimat majemuk bertingkat hubungan cara ditandai oleh konjungsi: dengan, tanpa. Contoh: “Rumah itu dibeli tanpa ditawar lebih dahulu.” • Kalimat majemuk bertingkat hubungan alat ditandai oleh konjungsi: dengan, tanpa. Contoh: “Pembangunan desa tidak mungkin terlaksana tanpa bantuan pemerintah.” KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT HUBUNGAN ATRIBUTIF • Kalimat majemuk bertingkat hubungan atributif terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa subordinatinya (anak kalimat) berupa klausa relatif. Klausa relatif adalah klausa yang diawali oleh pronomina yang. Contoh: 1. “Anak saya yang tinggal di Jakarta akan wisuda pada bulan Desember ini.” 2. “Anak saya, yang baru lulus doktor itu, akan bekerja di kedutaan besar.” SOAL LATIHAN 1. Fonem apa saja yang terbukti pada deretan kata-kata: panah, parah, papah, patah, payah. 2. Gugus konsonan apa saja yang ada pada kata-kata: drama, kontraktor, diagram, blangko, plagiat. 3. Morfem apa saja yang ada dalam kata-kata: kebijaksanaan, memberlakukan, pedalaman, kelakuan, dipertahankan. 4. Mana di di bawah ini yang merupakan kata depan dan mana yang merupakan awalan: di + gerbang; di + jual; di + halaman; di + mana; di + sebut. 5. Bahasa Indonesia berkedudukan ganda, yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebutkan fungsi bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional. JAWABAN DAN PEDOMAN PENILAIAN Jawaban: 1. Fonem /n/, /r/, /p/, /t/, /y/ (benar semua skor 100; salah satu dikurangi 20 dst). 2. Gugus konsonan /dr/, /tr/, /gr/, /bl/, /pl/ (benar semua skor 100; salah satu dikurangi 20 dst.). 3. kebijaksanaan (bijaksana, ke-an); memberlakukan (laku, ber-, -kan, mem- pedalaman (dalam, pe-an); kesejahteraan (sejahtera, ke-an); dipertahankan (tahan, per-kan, di-) (benar semua skor 100; salah satu dikurangi 20, dst.). 4. di + gerbang (di = kata depan); di + jual (di = awalan); di + halaman (di = kata depan; di + mana (di = kata depan), di + sebut ( di = awalan). 5. Fungsi bahasa nasional: (i) lambang kebanggaan nasional, (ii) lambang identitas nasional, (iii) alat pemersatu berbagai etnik, (iv) alat perhubungan antarbudaya antardaerah (benar semua skor 100; salah satu dikurang 25, dst,