PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa kesatuan Negara republik Indonesia sebagaimana telah
disebutkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan bahasa Indonesia adalah bahasa
nasional yang menjadi pemersatu dari bahasa-bahasa daerah
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.
Dalam penggunaan bahasa tersebut pemakaian bahasa tetaplah harus mengikuti kaidah -
kaidah atau aturan yang benar karena bahasa yang benar akan dijadikan sebagai acuan atau
model oleh masyarakat pemakai bahasa, kumpulan ragam itu digunakan dalam situasi
resmi. Kenyataannya sekarang banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa
bahasa yang digunakannya kurang benar atau masih terdapat kesalahan – kesalahan.
Dalam pemakaian bahasa sehari – hari sering kita tidak menyadari apakah pemakaian
bahasa kita lakukan itu, apakah sudah benar atau tidak. Dalam ilmu bahasa Indonesia,
bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Akan tetapi kesalahan berbahasa indonesia masih banyak kita jumpai dan temui
dalam lingkungan sekitar kita, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pembentukan kata
“These may merge into or become identical with morphological categories, and in some
languages this section is to be transferred from the lexeme to the word: morphology”
Penggunaan istilah kata kerja dan sebagainya memberi kesan seolah-olah kategorisasi
hanya ada pada tataran kata, padahal ada juga pada tataran diatasnya.
Penghindaran istilah, benda, kerja, dan sebagainya dapat menyirnakan kesan seolah-
olah kita membuat kategorisasi alam di luar bahasa. Pemakaian istilah nomina, verba, dan
sebagainya berarti bahwa kategorisasi itu hanya berlaku dalam gramatika.
Dalam pembentukan kata leksem atau gabungan leksem memperoleh makna gramatikal,
misalnya prefiksasi dengan me- atas leksem darat menghasilkan kata mendarat dan artinya
lebih kurang menuju darat, atau sampai ke darat. Bisa diperdebatkan apakah makna
‘menuju’ atau ‘sampai’ itu makna leksikal atau makna gramatikal. Mengingat bahwa
makna leksikal bersifat unik dan menjadi pendukung dari leksem, dan mengingat bahwa
makna prefiks tersebut menjadi ciri yang muncul lebih dari sekali, maka dianggap makna
prefiks tersebut makna gramatikal.
Disamping kenyataan tersebut, ada gejala yang perlu disunggung serba sedikit disini.
Untuk menjelaskannya, perhatikan contoh berikut :
Masuk angin
Kata majemuk ini jelas merupakan hasil perpaduan leksem masuk dan angin dan dapat
diberi makna “X berkeadaan ‘masuk’ oleh ‘angin”, tetapi dalam pemakaian bahasa
maknanya lebih khusus, yaitu ‘sakit ringan’. Makna khusus ini diperoleh dalam proses
leksikalisasi.
Penulisan kata
Kata Dasar
Misalnya :
Kata Turunan
Misalnya :
Bergeletar
Dikelola
Penetapan
Menengok
Mempermainkan
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
Bertepuk tangan
Garis bawahi
Sebar luaskan
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
Menggarisbawahi
Menyebarluaskan
Dilipatgandakan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya :
Mahasiswa
Mancanegara
Narapidana
Kolonialisme
Paripurna
Poligami
Transmigrasi
Catatan :
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara
kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya :
Non-Indonesia
Pan-Afrikanisme
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kat yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Kata depan di,ke,dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Catatan:
per+gunakan = pergunakan
Kita sering menjumpai pemakaian dua kaa sambung yang mengandung makna yang
sama dipakai sekaligus dalam sebuah kalimat. Padahal, menurut kaidah yang berlaku, hal
semacam itu termasuk pemakaian kata yang mubazir tau penggunaan kata yang tidak
hemat. Bentuk-bentuk salah yang sering dijumpai itu, mislnya terdapat dalam kalimat-
kalimat berikut.
Kredit investasi kecil membantu masyarakat, seperti misalnya petani dan pedagang.
Kita pun juga harus berbuat baik kepada mereka, seperti mereka berbuat baik kepada
kita.
Jelas terasa bahwa kata-kata yang dicetak miring di atas tidak perlu digunakan sekaligus
dalam sebuah kalimat. Penggunaan dua kata yang bersinonim sekaligus dalam suatu
kalimat dianggap mubazir karena tidak hemat. Perhatikan perbaikannya.
Gejala salah urutan sebagian besar disebabkan oleh pengaruh bahasa asing. Kebanyakan
salah urutan itu merupakan terjemahan harfiah dari bahasa asing. Padahal, struktur bahasa
Indonesia berbeda dengan struktur bahasa asing. Perhatikan contoh berikut :
Bentuk-bentuk lain yang dianggap urutannya keliru adalah tadi pagi, ini hari, saya
belum terima, lain waktu, lain kesempatan. Dalam bahasa Indonesia baku bentuk-bentuk
itu harus pagi tadi, hari ini, belum saya terima, waktu lain, dan kesempatan lain.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Saran
Dengan ini, kami menyarankan bahwa dalam menggunakan sebuah bahasa memilih
kata yang benar itu sangat penting , karena kita sebagai mahkluk sosial tidak luput dari
sebuah interaksi yang tentunya tak terlepas dari bahasa. Oleh sebab itu pentingnya
penggunaan bahasa yang baik dan benar harus diketahui.
Daftar Pustaka
Junus, Husain. Banasuru, Aripin. Tinjauan Sejarah dan Pemakaian Kalimat yang Baik
dan Benar. 1996. Surabaya. Usaha Nasional.