Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puji syukur kehadirat Allah swt karena dengan rahmat dan karunia-Nya jua lah saya
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Berbicara tentang kekayaan Indonesia tidak ada habisnya membahas masalah itu
dengan flora dan Fauna yang beragam tentu saja membuat siapa saja yang memandangnya
terpesona, Indonesia juga dikenal sebagai negara maritime karena sebagian wilayahnya
tediri atas pulau-pulau. Sebagai Negara kepulauan, Indonesia tidak terlepas dari hilangnya
pulau mereka, yang mana posisi geografis Indonesia di titik yang sangat rawan dari
bencana alam, selain itu juga ada berbagai persoalan dan ancaman, terutama yang datang
dari luar, ancaman tersebut tersebut bisa berupa aneksasi wilayah, penguasaan sumber daya
alam dan masih banyak lagi.
Semoga dengan makalah yang telah saya buat, kita dapat memahami betapa
pentingnya memahami permasalah hilangnya pulau terluar Indonesia, serta tidak
menyepelekan persoalan-persoalan yang terjadi di Negeri ini, karena hal ini menyangkut
harga diri kita sekaligus identitas bangsa kita sebagai Negara Kepulauan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang membuat Indonesia sebagai Negara Kepulauan?
2. Apa saja penyebab hilangnya pulau-pulau terluar Indonesia?
3. Bagaimana upaya pemerintah dalam mempertahankan pulau terluar indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Indonesia Sebagai Negara Kepulauan


Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang memiliki wilayah laut terluas di
dunia, Hal tersebut telah disuarakan oleh presiden Republik Indonesia yaitu bapak Joko
Widodo dalam Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur yang berlangsung di Myanmar
pada tanggal 13 November 2015, sebagai Negara Kepulauan, Indonesia memiliki struktur
pulau-pulau yang tersebar luas dalam jumlah lebih dari 13.000 pulau besar dan pulau kecil,
dengan garis pantai yang panjangnya sekitar 81.000 km memberikan ciri khas pada
lingkungan laut alamnya1.
Dari keseluruhan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, sekitar 23,5% merupakan
sumbangan dari sektor kelautan2. Dengan potensi kekayaan alam yang dimilikinya serta
luas wilayah dan letak pulau yang tersebar dalam hamparan garis pantai yang panjang itu,
Indonesia sangat rawan dari ancaman kepentingan asing melalui kegiatan yang beragam
dalam bidang sosial, ekonomi, militer, dan lain-lain. Maka dari itu, di aturlah perbatasan
itu dalam Amandemen II UUD 1945 Pasal 25A menyebutkan bahwa NKRI adalah sebuah
negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah dan batas-batas dan haknya
ditetapakan dengan peraturan perundang-undangan.
Secara geologi, pulau-pulau kecil di Indonesia mempunyai genetik yang berbeda-
beda, sehingga setiap pulau kecil mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan
tersebut menyangkut daya tahannya terhadap fenomena dan bencana kelautan. Hal ini
tercantum dalam UU No.32 Tahun 2014 pasal 53 meyatakan bahwa bencana kelautan dapat
berupa bencana yang disebabkan oleh fenomena alam, pencemaran lingkungan,
dan/pemanasan global.

1
M. Daud Silalahi, Pengaturan Hukum Lingkungan Laut Indonesia dan implementasinya Secara Regional,
(Jakarta : Sinar Harapan, 1992), hal. 66
2
Informasi dari prof. tridoyo kusumaston, Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir Lautan IPB pada
wawancara di Kampus Pasca Sarjana IPB Bogor pada 11 agustus 2011

2
B. Hilangnya Pulau-Pulau Terluar Indonesia
Wilayah adalah satu unsur utama dalam suatu negara, disamping rakyat dan
pemerintahan. Wilayah dalam suatu negara perlu ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan yang jelas. Dalam UUD 1945 yang asli tidak tercantum pasal mengenai ‘Wilayah
Negara Republik Indonesia”. Meskipun demikian umumnya sepakat bahwa pendiri bangsa
memproklamasikan kemerdekaan Indoensia pada 17 agustus 1945. Wilayah negara
Republik Indonesia punya cakupan wilayah Hindia Belanda. Wilayah Negara Indonesia
mengacu pada Ordonasi Hindia Belanda 1939, pulau-pulau di wilayah ini dipisahkan oleh
laut di sekelilingnya3.
Adapun berikut beberapa penyebab hilangnya pulau-pulau terluar wilayah
Indonesia:
1. Berpotensi mengalami tenggelam akibat faktor alamiah
a. Faktor Gempa bumi
Jika gempa bumi terjadi di sekitar area pulau kecil maka sangat
mungkin terjadi deformasi, bahkan bisa tenggelam tersapu gelombang
pasang/tsunami. Hal ini dikarenakan sepanjang tepi pantai Indonesia
terdapat titik gempa, dapat dilihat pada peta daerah Rawan Bencana Gempa
bumi.

Gambar 1. 1 : Peta daerah rawan bencana Gampa bumi

3
Joenil Kahar, Penyelesaian Batas Maritim NKRI, (Jakarta: Rakyat Cyber Media, 2004), Hal. 1

3
b. Faktor Jenis Genetika Batuan
Pada dasarnya batuan pulau-pulau kecil berasal dari berbagai jenis
batuan dan dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan malihan (metamorf). Ketiga jenis batuan tersebut
mempunyai karakter fisik dan kimiawi yang berbeda, sehingga mempunyai
ketahanan yang berbeda pula terhadap proses-proses eksogen yang
mengakbatkan disentegrasi dan dekomposisi batuan. Maka dari itu,
beberapa pulau memeliki kerentanan tinggi terhadap abrasi dan erosi. Pulau
ini dinamakan pulau alluvium yang sebarannya terdapat di pesisir
Kalimantan bagian timur. Berupa delta dan gosong-gosong pasir depan
muara sungai-sungai besar.

c. Faktor Bencana Alam Global


Menurut UU No. 32 Tahun 2014, bencana kelautan yang disebabkan oleh
pemanasan global (global warming) dapat berupa: Kenaikan suhu,
Kenaikan muka air laut, dan El nino dan La nina. Bagi Indonesia, dengan
adanya peningkatan permukaan air laut dampaknya menyebabkan banyak
pulau-pulau kecil dan daerah Indonesia yang tenggelam. Menurut IPCC
(Intergovernmental Panel of Climate Change) dalam AR5 (Assessment
Report ke-5) mengkonfirmasikan bahwa kenaikan permukaan air laut
meningkat dari per sepuluh millimeter per tahun menjadi 2 milimeter per
tahun sejak tahun 1939. Jika scenario IIPC tersebut terjadi, dalam waktu
tertentu diperkirakan Indonesia akan kehilangan terutama pulau-pulau
kecilnya.
2. Persengketaan Terkait Kedaulatan Atas Pulau di Indonesia
Masalah ketidakjelasan batas-batas negara dan status wilayah seringkali
menjadi sumber persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda
terhadap penetapan batas-batas landas kontingen di antara negara-negara
bertetangga sehingga menimbulkan wilayah “tumpang tindih” yang dapat
menimbulkan persengketaan. Menurut hasil identifikasi pulau-pulau yang telah
dilakukan terdapat 17.508 pulau di seluruh Indonesia. Yang terinventarisasi

4
7.353 pulau yang bernama di seluruh kesatuan Republik Indonesia4. Dari 7.353
pulau yang bernama, terdapat 67 pulau yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga, 10 pulau diantaranya perlu mendapat perhatian khusus, karena
terletak di perbatasan terluar. Kesepuluh pulau tersebut adalah Pulau sekatung
di provinsi kepulauan Riau, Pulau Marore dan Pulau Miangas di provinsi
Sulawesi Utara, Pulau Fani, Pulau Fanildo, dan Pulau Bras di provinsi Papua,
Pulau Rondo di Nangro Aceh Darussalam (NAD), Pulau Berhala di Provinsi
Sumatra Utara, Pulau Nipa di Provinsi Riau dan Pulau Batek di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT).
Berikut adalah beberapa sengketa yang sering terjadi antara Indonesia
dengan negara tetangga mengenai perbatasan teritorial :
a. Indonesia dan Singapura
Indonesia denga singapura memiliki permasalahan tentang batas
laut territorial walaupun sebenarnya telah terdapat perjanjian perbatasan
kedua negara. Indonesia juga merisaukan adanya perubahan batas kedua
negara di selat Malaka sebagai dampak dari kegiatan reklamasi yang
dilakukan yang dilakukan Singapura yang nota bene menggunakan pasir
laut di Indonesia. Penambangan pasir laut yang berlebihan juga berdampak
pada tenggelamnya Pulau Nipa yang merupakan titik dasar dalam
penentuan batas wilayah Indonesia dengan Singapura.
b. Indonesia dengan Malaysia
Indonesia dan Malaysia memiliki masalah perbedaan pemahaman
rezim laut dengan Malaysia di bagian utara Selat Malaka, Selat Singapura,
Laut Cina selatan. Pulau berhala yang terletak di kecamatan
Tanjungbintang, kabupaten Sardang Badagai, Provinsi Sumatera Utara
merupakan pulau terluar yang berada di Selat Malaka yang berbatasan
dengan Malaysia. Memiliki kekayaan alam berupa keindahan terumbu
karang bawah laut dan hutan tropis dengan keanekaragaman hayati tinggi
namun rawan illegal fishing dan effective occupation dari negara tetangga.

4
O.C Kaligis & Associates, Sengketa Sipadan-Ligitan : Mengapa kita kalah, (Jakarta: O.C Kaligis &
Associates, 2003) Hal.8.

5
Di samping itu pasca lepasnya pulau sipadan dan ligitan, masalah batas
wilayah di perairan sebelah timur pulau sebatik dan di sekitar Pulau Sipadan
dan Ligitan yang akan menjadi “pekerjaan rumah’ yang harus segera
diselesaikan.
c. Indonesia dengan Filipina
Indonesia dan Filipina memiliki perbedaan secara fundamental mengenai
perbatasan-perbatasan wilayah laut. Hal ini karena undang-undang Filipina
telah menetapkan garis batas lainnya, sedangakan pemerintah pemerintah
Indonesia belum menyatakan dalam peraturan perundang-undangan. Pulau
lain yang berbatasan dengan Filipina adalah Pulau Miangas. Ada
penduduknya yang mayoritas suku Talaud, perkawinan dengan warga
Filipina tidak bisa dihindari lagi. Wilayah ini rawan terorisme dan
penyeludupan. Pulau Marampit juga merupakan pulau terluar yang
berbatasan dengan Filipina. Pulau marampit terletak di kecamatan Pulau
Karatung, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara.
C. Upaya Mempertahankan Pulau Terluar Indonesia
Dalam rangka menjaga keutuhan wilayah negara, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan, maka perlu pengelolaan pulau-pulau kecil
terluar dengan memperhatikan keterpaduan pembangunan di bidang sosial ekonomi,
budaya, hukum, sumber daya manusia, pertahanan, dan keamanan. Pulau-pulau terluar
Indonesia memiliki nilai strategis sebagai titik dasar dari garis pangkal kepulauan
Indonesia dalam penetapan wilayah perairan Indonesia, zona ekonomi ekslusif Indonesia
dan landas kontingen Indonesia. Berdasarkan pertimbangan di atas muka pemerintahan
telahmenetapkan Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar.
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dilakukan dengan tujuan :
a. Menjaga keutuhan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keamanan
nasional, pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas kawanan.
b. Memanfaatkan sumber daya alam dalam rangka pembangunan yang
berkelanjutan.
c. Memberdayakan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan.

6
Dalam rangka memberdayakan pulau-pulau terluar Indonesia, pemerintah telah
mengambil langkah-langkah taktis meliputi tiga aspek yaitu aspek kelembagaan, aspek
yuridis dan aspek program.
Untuk menangani masalah-masalah perbatasan umumnya dan pulau-pulau terluar
khususnya agar lebih efektif dan optimal pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi
mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan dan merekomendasikan penetapan rencana
dan pelasanaan pulau-pulau kecil terluar. Tim ini juga melakukan pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar

Dalam penanganan pengelolaan perbatasan negara dengan negara tetangga,


pemerintah masih memprioritaskan batas-batas darat, karena kejelasan batas fisik di darat
dapat diketahui bahwa Republik Indonesia berbataan darat dengan papua New Guinea,
Malaysia dan Republik Demoktratik Timor Leste/Timor Lorosae.
Dari aspek yuridis penanganan pulau-pulau kecil terluar masih memerlukan
perangkat perundang-undangan yang memadai dalam rangka mempertahankan serta
memberdayakannya. Peninjauan berbagai peraturan perundang-undangan seperti UU, PP,
Kepres dll yang berkaitan dengan penanganan batas dan perbatasan negara baik di darat
maupun batas laut kiranya menjadi hal yang sangat mendesak. PP No 38 Tahun 2002
tentang Daftar Koordianat Geografis Titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia.
Kiranya perlu segera direvisi menyusul keputusan tentang Kepemilikan pulau sipadan dan
Ligitan

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang besar yang terdiri atas
ribuan pulau, Namun dengan jumlah pulau yang begitu banyak, membuatnya
sangat rawan untuk hilang ataupun hancur, penyebabnya tidak lain adalah
karena faktor alami dan juga berbagai konflik antar negara atas perebutan
wilayah, meskipun begitu pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
menjaga demi kesatuan dan persatuan Republik Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hendro, Harkins, dan Salahudin, Muhammad, (2016), Potensi Tenggelamnya Pulau-pulau


Terluar Wilayah NKRI, Vol 14: 116-120

Kahar, Joenil, 2004, Penyelesaian Batas Maritim NKRI, Jakarta: Rakyat Cyber Media

Kaligis, O.C & Associates, 2003 Sengketa Sipadan-Ligitan : Mengapa kita kalah, Jakarta: O.C
Kaligis & Associates

Kusumaston, Tridoyo, 2011. Sumber Daya Pesisir Lautan, wawancara di Kampus Pasca Sarjana
IPB Bogor

Silalahi, M. Daud, (1992), Pengaturan Hukum Lingkungan Laut Indonesia dan implementasinya
Secara Regional, Jakarta : Sinar Harapan

Widiyanata, Danar, (2007), Upaya Mempertahankan Kedaulatan dan Memberdayakan Pulau-


Pulau Terluar Indonesia Pasca Lepasnya Sipadan dan Ligitan, Vol 1: 2- 7

9
10

Anda mungkin juga menyukai