Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

Bahasa Indonesia

OLEH :
I kadek Pande Dodik Widiartama (2204742010002)
Kadek Oka Dharmaputra (2204742010028)
Prajanatha Kusuma (2204742010037)
Ni Kadek Sonia Anggra Anggreni (2204742010031)
Komang Arie Fatmaswari Pande (2204742010035)

FAKULAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Pengertian Pembentukan Kata


Kata atau ayat merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti atau satu pengertian.
Dalam bahasa Indonesia kata adalah satuan bahasa terkecil yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan) dalam suatu kalimat. morfologis dan
nonmorfologis

Inflektif yaitu Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang
mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi internal, yakni perubahan
yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.Derivatif, Pembentukan kata secara infektif, tidak
membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya.
Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata
secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata.
Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu morfologis dan nonmorfologis :

Proses Morfologis:

proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.macam-
macam proses pembentukan morfologis :

1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang
dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem
dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem ber-, ter-,
ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak dapat langsung menjadi kata.
Seperti halnya juang tidak dapat langsung menjadi kata karena juang termasuk
morfem terikat. Sedangkan rumah dapat langsung menjadi kata karena dapat berdiri
sendiri dan bermakna.

2. Afiks(imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata
dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri
sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. istilah afiks termasuk,
prefiks, sufiks, dan konfiks.

a. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan
arti yang berbeda.

b. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
c. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang
bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks adalah satu afiks
dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan
kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an,
per-…-an, dan ber-…-an.Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.

d. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara kombinasi
dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa
Indonesia misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan,
memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya

1 Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi, seperti
meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan
reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik).
Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya
sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.

Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula bersifat
derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal,
melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti “banyak
meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang bersifat derivasional
membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk
dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari
dasar pura.
Khusus mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada beberapa catatan yang
perlu dikemukakan, yakni:

Pertama, bentuk dasar reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat berupa morfem
dasar seperti meja yang menjadi meja-meja, bentuk berimbuhan seperti
pembangunan yang menjadi pembangunan-pembangunan, dan bisa juga berupa
bentuk gabungan kata seperti surat kabar yang menjadi surat-surat kabar atau surat
kabar-surat kabar.

Kedua, bentuk reduplikasi yang disertai afiks prosesnya mungkin; Proses reduplikasi
dan proses afiksasi itu terjadi bersamaan seperti pada bentuk berton-ton dan
bermeter-meter.
Proses reduplikasi terjadi lebih dahulu, baru disusul oleh proses afiksasi, seperti pada
berlari-lari dan mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingat-ingat). proses afiksasi
terjadi lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh proses reduplikasi, seperti pada
kesatuan-kesatuan dan memukul-memukul (dasarnya kesatuan dan memukul).
Ketiga, pada dasar yang berupa gabungan kata, proses reduplikasi mungkin harus
berupa reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa reduplikasi parsial.
Misalnya, ayam itik-ayam itik dan sawah ladang-sawah ladang (dasarnya ayam itik
dan sawah ladang) contoh yang reduplikasi penuh, dan surat-surat kabar serta rumah-
rumah sakit (dasarnya surat kabar dan rumah sakit) contoh untuk reduplikasi persial.

Keempat, banyak orang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa Indonesia


hanya bersifat paradigmatis dan hanya memberi makna jamak atau kevariasian.
Namun, sebenarnya reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga bersifat derivasional.
Oleh karena itu, munculnya bentuk-bentuk seperti mereka-mereka, kita-kita, kamu-
kamu, dan dia-dia tidak dapat dianggap menyalahi kaidah bahasa Indonesia.

Kelima, ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantis, yakni dua buah
kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal.
Misalnya, ilmu pengetahuan, hancur, luluh, dan alim ulama.

Keenam, dalam bahasa Indonesia ada bentuk-bentuk seperti kering kerontang, tua
renta, dan segar bugar di satu pihak; pada pihak lain ada bentuk-bentuk seperti
mondar-mandir, tunggang-langgang, dan komat-kamit, yang wujud bentuknya perlu
dipersoalkan.

2. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar,
baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang
memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini dapat dipahami,
karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali memerlukan kosakata
untuk menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya atau istilahnya dalam
bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi itu dalam bahasa Indonesia
menumbulkan berbagai masalah dan berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki
jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain masalah kata
majemuk.

Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:


a. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
b. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah
pengertian. Contoh: orang-tua muda.
c. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.
d. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh:
menyebarluaskan.
e. Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan. Contohnya: manakala,
kilometer.

3. Konversi dan Modifikasi Internal


Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan
internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur
(yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap
Contoh: 'dia laki-laki menulis'
'sudah ditulis’

4. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan
leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan
makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya,
bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam
(utuhnya pertahanan dan keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar)

Nonmorfologis

Selain pembentukan kata secara morfologis, ada juga pembentukan kata secara
nonmorfologis. Pembentukan kata secara nonmorfologis dapat berupa abreviasi ataupun
perubahan bentuk kata

a. Abreviasi

Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau kombinasi kata
sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses
abreviasi disebut kependekan.

Contoh: DKI (Daerah Khusus Ibukota), DI (Daerah Istimewa), KKN( Kuliah Kerja
Nyata), sendratari dibentuk dari frasa seni drama dan kata tari

b. Perubahan Bentuk KataProses pembentukan kata melalui perubahan bentuk kata dapat
disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis.

Contoh: Proses perubahan dari asal kata samanantara menjadi sementara

Anda mungkin juga menyukai