Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

Rumusan masalah

Tujuan

Bab 11 pembahasan
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “perubahan fonem akibat proses afiksasi”

Makalah disusun untuk memenuhi tugas  mata kuliah morfologi Bahasa Indonesia. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang perubahan fonem bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak syukri adhy dwi,s,pd.M,pd selaku pengampuh
mata kuliah morfologi Bahasa Indonesia. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar 4 oktober 2022

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah


Dalam setiap bahasa, kata memegang peranan penting dalam membangun sebuah
kalimat. Demikian juga dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia dikenal berbagai
bentuk kata. Jika ditinjau dari bentuknya, kata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata
dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah kata-kata yang belum mendapat imbuhan (afiks)
(KBBI, 1997: 451). Kata dasar dapat menjadi dasar bagi pembentukan kata yang lebih
kompleks. Misalnya, kata duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk membentuk
kata menduduki dan mendudukkan.
Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses morfologis apa
pun sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal dalam kalimat, seperti
kata duduk. Namun kata itu lebih lazim disebut sebagai kata dasar bebas atau morfem bebas,
yaitu morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat (KBBI,
1997: 665). Kata turunan pada dasarnya merupakan kata yang dibentuk melalui proses
transposisi, pengimbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi/R), atau pemajemukan
(komposisi).
Beberapa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa ada
kalanya terdapat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan atau kesalahan logika. Salah
satu kesalahan dalam tataran morfologis adalah penggunaan kata dengan morfofonemik yang
tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Akan tetapi, penggunaan dalam masyarakat sama
kuatnya, atau susah dipastikan mana yang benar dan mana yang salah sehingga menimbulkan
problematik. Misalnya, adanya bentuk-bentuk mempesona dan menterjemahkan dalam
pemakaian bahasa. Sesuai dengan kaidah morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar
adalah memesona dan menerjemahkan.
Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik lebih
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Padahal, kecermatan berbahasa sangat diperlukan dalam rangka politik bahasa, yakni
kecintaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Meskipun
tidak mempengaruhi makna yang didukung, kesalahan morfofonemik jelas tidak mencerminkan
ketaatan dalam berbahasa. Oleh karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia
perlu dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat diminimalisasi. Seberapa jauh penutur
bahasa Indonesia menggunakan kata-kata yang menyimpang dari kaidah morfofonemik? Seperti
apakah contoh-contoh kesalahan yang dilakukannya? Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan
beberapa bentuk menyimpang dalam bahasa Indonesia yang sering muncul dalam pemakaian,
baik dalam ragam lisan maupun tulis sehingga memunculkan problematic dalam bahasa
Indonesia. Selain itu, tulisan ini juga akan membahas dan meluruskan problematik tersebut
dengan berlandaskan pada kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka masalah yang akan
kami bahas adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses morfofonemik?
2.      Bagaimanakah proses perubahan fonem?
3.      Bagaimana proses penambahan fonem?
4.      Bagaimana proses hilangnya fonem?

1.3  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui proses morfofonemik.
2.      Untuk mengetahui proses perubahan fonem.
3.      Untuk mengetahui proses penambahan fonem.
4.      Untuk mengetahui proses hilangnya fonem.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PROSES MORFOFONEMIK
            Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan  bunyi diakibatkan
adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi
karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya
terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik
prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
            Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya pada prefiks
me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-,
menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis”
menunjukkan kaidah yang menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan
secara fonemis.
Morfofonemik bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu:
1.         Penghilangan bunyi
2.         Penambahan bunyi
3.         Perubahan bunyi
4.         Perubahan dan penambahan bunyi
5.         Perubahan dan penghilangan bunyi
6.         Peloncatan bunyi
            Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya.  Proses tersebut
adalah proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Menurut Harimurti
Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10 yaitu:
1. Pemunculan fonem
2. Pengekalan fonem
3. Pemunculan dan pengekanan fonem
4. Pergeseran fonem
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Peluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem bahasa sumber
Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah
Kedua ahli bahasa ini mengelompokkan proses morfofonemik pada afiks-afiks yang
mengalaminya.
a.  Morfofonemik Prefiks meng-
Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk
meng- tetap meng-/men-/.
Misalnya : mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang, menghitung
2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/,
atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-
Misalnya : melalui, meronta, meyakini, mewariskan
3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau /t/, prefiks
tersebut berubah menjadi men-
Misalnya : mendengar, menulis
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/,
prefiks tersebut berubah menjadi mem-
Misalnya : membawa, memarkir, memfitnah
Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata patuhi dan pakai, fonem /p/
luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali
prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu.
Misalnya : mempelajari, memperbincangkan
5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk
meng- berubah menjadi men-, meny-, men-,
Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu
6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi
menge-
Misalnya : mengetik, mengerem, mengepel, mengebom
7) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan
peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan
dasar yang direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi, misalnya : menulis-nulis,
menari-nari, mengelap-ngelap
b. Morfofonemik Prefiks per-
Ada tiga peristiwa morfofonemik pada prefiks per-, yaitu:
1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem /r/ atau
dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/
Misalnya : perasa, peraba, pekerja, peserta
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
 pelajariàMisalnya : per- + ajari
3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain di luar
kaidah 1 dan 2 di atas.
Misalnya : perdalam, perluas, perkaya, perindah, perbaiki
c. Morfofonemik Prefiks ber-
Ada empat peristiwa morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu :
1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/
Misalnya : beransel, berupa, berenang, berendam
2) Prefks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/
 bekerjaàMisalnya : ber + kerja
 besertaàber + serta
 berkaryaàBandingkan dengan : ber + karya
 berkurbanàber + kurban
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku pertamanya tidak berakhir
dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
 belajaràMisalnya : ber + ajar
4) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di
atas.
 berlayaràMisalnya : ber + layar 
 bermainàber +main 
 berperanàber+peran
d. Morfofonemik Prefiks ter-
Morfofonemik ter mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:
1) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter- ada yang
muncul dan ada pula yang tidak.
 terpercayaàMisalnya : ter + percaya 
 tercerminàter + cermin
2) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
 terpilihàMisalnya : ter + pilih 
 terbawaàter + bawa

2.2  PROSES PERUBAHAN FONEM


Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meng-dan peng- dengan
bentuk dasarnya. Fonem /ng/ pada kedua morfem berubah menjadi /m,n,/ hingga morfem meng-,
berubah menjadi mem-, meny-,dan meng dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-,
peny-, dan peng-,.
  Perubahan-perubahan itu bergantung pada kondisi dasar yang mengikutinya. Dalam hal
ini bunyi/N/ harus menjadi bunyi nasal yang artikulator dan daerah artikulasinya sama homorgan
dengan bunyi pertama bentuk dasarnya. Misalnya, meN- berubah menjadi mem- apabila melekat
pada bentuk dasar yang diawali fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan b/ adalah/m/.
1.      Fonem /ng/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinyaberawal dengan /f,b,f/
Misalnya :
meng-  +  paksa     =          memaksa
meng-  +  bantu     =          membantu
peng-   +  bantu     =          pembantu
meng-   +  fitnah   =          memfitnah
peng-    +  fitnah   =          pemfitnah

2.      Fonem /n/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dari fonem /t,d,s/.
Misalnya :
men-  +  tulis         =          menulis
pen-   +  datang     =          pendatang
men   +  supporf    =          menssupport
3.      Fonem /ng/ pada morfem men- dan pen- berubah menjadi /ń/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan /s,s,c,j/.
Misalnya :
meN-  +  sapu        =          menyapu
peN-   +   cari        =          peńcari
peN-   +   judi        =          penjudi
4.       Fonem /ng/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /ᶯ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berawal dengan fonem /k,g,x,h dan vokal / .
Misalnya :
 meN-  +  kacau     =          mengacau
 peN-   +  garis      =          penggaris
meN-  +  angkut    =          mengangkut

     Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan
{memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada
morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk
dasar ajar. Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).
                  Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik} apabila bertemu
dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi
komplementer. Dengan kata lain, morfem {praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang
sama terjadi pada bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi
{apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).

2.3    PROSES PENAMBAHAN FONEM


Proses penambahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dengan
bentuk dasar yang terdiri atas dua suku kata.
1.      Fonem tambahannya adalah /g/, sehingga meN- berubah menjadi menge-
Misalnya :
meN-  +  bom  =          mengebom
peN-   +  bor    =          pengebor
            meN- + bur     =          mengebur
2.      Fonem tambahan /e/ juga terjadi pada :
peN- + bentuk dasar satu suku kata sehingga :
peN- => penge-
Contoh :
                peN- + bom => pengebom
                peN- + cat => pengecat
                peN-+ las => pengelas

#namun pada contoh-contoh diatas selain penambahan fonem / / juga terjadi proses penambahan
fonem yaitu fonem /N/ => /n,/

·         akibat pertemuan morfem


Terjadi penambahan fonem /?/ apabila
bentuk dasar berakhir dengan vocal /a/

-an + bentuk dasar


Ke-an + bentuk dasar
peN-an + bentuk dasar

contoh :
                -an + terka => terkaan/terka?an/
                Ke-an + raja => kerajaan /keraja?an/
                peN-an + ada => pengadaan/pengada?an/

3.      Penambahan fonem  /w/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan/u,o,aw/


Contoh :
                peN-an + temu => pertemuan / pertemuwan
                peN-an + toko => pertokoan / pertokowan
                peN-an + kacau/kacaw => pengacauan / pengacauwan

4.      Penambahan fonem  /Y/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan /i,ay/


Contoh :
                -an + hari => harian / hariyan
                -an + lambai/lambay => lambaian / lambaiyyan
                ke-an + lestari => kelestarian

                Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem
/ə/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ɧ/.
Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-an} dengan bentuk dasarnya, terjadi
penambahan fonem /ʔ/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/
apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila
bentuk dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.
2.4    PROSES PENGHILANGAN FONEM
 Proses hilangnnya fonem /ng/ pada meng-dan peng- terjadi karena adanya pertemuan
morfem meng- dan peng- dgan bentu dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w,dan nasal/.
Misalnya :
meng-  +   lerai            =          melerai
per-     +   ragakan       =          peragakan
ber-     +   rapat            =          berapat

Berdasarkan pendapat dari Harimurti dengan Ramlan, maka kita akan mengklasifikasikan
kedua pendapat tersebut sehingga terdapat delapan jenis morfofonemik, yaitu:
1.         Proses Perubahan Bunyi
Misalnya :
meng-   +   fitnah        =          memfitnah
peng-    +   undang      =          pengundang
peng-    +   khutbah     =          pengkhutbah
2.       Proses Penambahan Bunyi
Misalnya :
PeN-an  +   sandra      =          penyandra
Ke-an    +        punya  =          kepunyaan
-an+  buka                   =          pembukaan
3.      Proses Penghilangan Bunyi
Misalnya :
ber-   +  rumah =          berumah
ter-    +  rasa    =          terasa
per-   +  ramping          =          peramping
4.      Proses pengekalan bunyi
misalnya :
ter-  +    pukul =          terpukul
ber-  +   hasil   =          berhasil

5.       Proses Perubahan dan Penambahan bunyi


Misalnya :
men-  +   las     =          mengelas
peN-  +   cat    =          pengecat
6.       Proses Perubahan dan Penghilangan bunyi
Misalnya :
meN-   +   suplai          =          mensuplai
meN-   +          kensel  =          mengkensel
7.       Proses perubahan dan pengekalan bunyi
Misalnya :
meng-    +  kukur         =          mengkukur
peng-     +        kaji      =          pengkaji
8.       pergeseran/ perubahan posisi fonem ( konsonan)
Misalnya : 
teliti + peng-an  menjadi   /pe-ne-li-ti-yan/
bantu   +  an    menjadi   /ka-ji-yan/
bantu + -an      menjadi   /ban-tu-wan/
9.      Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN-
Contoh :
                meN- + paksa => memaksa
                meN- + tulis => menulis
    meN- + sapu => menyapu
    meN- + karang => mengarabg
    peN- + pangkas => pemangkas
    peN- + tulis => penulis
    peN- + sapu => penyapu
                peN- + karang => pengarang

BAB III
KESIMPULAN
3.1  Kesimpulan
 Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya adalah morfofonemik
menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan penambahahan afiksasi seperti, prefiks meng-, per-,
ber-, ter-, di-,dan kan- dan Juga sufiks –i dan –an.
Morfofonemik juga memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti Kridalaksana yaitu
proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis, dan proses morfofonemik menurut
Ramlan  terbagi tiga proses yaitu : Proses perubahan fonem, proses penambahan fonem dan
proses penghilangan fonem.
3.2   Saran
Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu memahami masalah-
masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari pemahaman berbahasa yang kita miliki

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka masalah yang akan
kami bahas adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses morfofonemik?
2.      Bagaimanakah proses perubahan fonem?
3.      Bagaimana proses penambahan fonem?
4.      Bagaimana proses hilangnya fonem?

1.3  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui proses morfofonemik.
2.      Untuk mengetahui proses perubahan fonem.
3.      Untuk mengetahui proses penambahan fonem.
4.      Untuk mengetahui proses hilangnya fonem.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PROSES MORFOFONEMIK
            Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan  bunyi diakibatkan
adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi
karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya
terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik
prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
            Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya pada prefiks
me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-,
menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis”
menunjukkan kaidah yang menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan
secara fonemis.
Morfofonemik bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu:
1.         Penghilangan bunyi
2.         Penambahan bunyi
3.         Perubahan bunyi
4.         Perubahan dan penambahan bunyi
5.         Perubahan dan penghilangan bunyi
6.         Peloncatan bunyi
            Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya.  Proses tersebut
adalah proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Menurut Harimurti
Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10 yaitu:
1. Pemunculan fonem
2. Pengekalan fonem
3. Pemunculan dan pengekanan fonem
4. Pergeseran fonem
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Peluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem bahasa sumber
Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah
Kedua ahli bahasa ini mengelompokkan proses morfofonemik pada afiks-afiks yang
mengalaminya.
a.  Morfofonemik Prefiks meng-
Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk
meng- tetap meng-/men-/.
Misalnya : mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang, menghitung
2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/,
atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-
Misalnya : melalui, meronta, meyakini, mewariskan
3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau /t/, prefiks
tersebut berubah menjadi men-
Misalnya : mendengar, menulis
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/,
prefiks tersebut berubah menjadi mem-
Misalnya : membawa, memarkir, memfitnah
Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata patuhi dan pakai, fonem /p/
luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali
prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu.
Misalnya : mempelajari, memperbincangkan
5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk
meng- berubah menjadi men-, meny-, men-,
Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu
6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi
menge-
Misalnya : mengetik, mengerem, mengepel, mengebom
7) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan
peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan
dasar yang direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi, misalnya : menulis-nulis,
menari-nari, mengelap-ngelap
b. Morfofonemik Prefiks per-
Ada tiga peristiwa morfofonemik pada prefiks per-, yaitu:
1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem /r/ atau
dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/
Misalnya : perasa, peraba, pekerja, peserta
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
 pelajariàMisalnya : per- + ajari
3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain di luar
kaidah 1 dan 2 di atas.
Misalnya : perdalam, perluas, perkaya, perindah, perbaiki
c. Morfofonemik Prefiks ber-
Ada empat peristiwa morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu :
1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/
Misalnya : beransel, berupa, berenang, berendam
2) Prefks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/
 bekerjaàMisalnya : ber + kerja
 besertaàber + serta
 berkaryaàBandingkan dengan : ber + karya
 berkurbanàber + kurban
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku pertamanya tidak berakhir
dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
 belajaràMisalnya : ber + ajar
4) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di
atas.
 berlayaràMisalnya : ber + layar 
 bermainàber +main 
 berperanàber+peran
d. Morfofonemik Prefiks ter-
Morfofonemik ter mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:
1) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter- ada yang
muncul dan ada pula yang tidak.
 terpercayaàMisalnya : ter + percaya 
 tercerminàter + cermin
2) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
 terpilihàMisalnya : ter + pilih 
 terbawaàter + bawa

2.2  PROSES PERUBAHAN FONEM


Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meng-dan peng- dengan
bentuk dasarnya. Fonem /ng/ pada kedua morfem berubah menjadi /m,n,/ hingga morfem meng-,
berubah menjadi mem-, meny-,dan meng dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-,
peny-, dan peng-,.
  Perubahan-perubahan itu bergantung pada kondisi dasar yang mengikutinya. Dalam hal
ini bunyi/N/ harus menjadi bunyi nasal yang artikulator dan daerah artikulasinya sama homorgan
dengan bunyi pertama bentuk dasarnya. Misalnya, meN- berubah menjadi mem- apabila melekat
pada bentuk dasar yang diawali fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan b/ adalah/m/.

1.      Fonem /ng/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinyaberawal dengan /f,b,f/
Misalnya :
meng-  +  paksa     =          memaksa
meng-  +  bantu     =          membantu
peng-   +  bantu     =          pembantu
meng-   +  fitnah   =          memfitnah
peng-    +  fitnah   =          pemfitnah

2.      Fonem /n/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dari fonem /t,d,s/.
Misalnya :
men-  +  tulis         =          menulis
pen-   +  datang     =          pendatang
men   +  supporf    =          menssupport
3.      Fonem /ng/ pada morfem men- dan pen- berubah menjadi /ń/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan /s,s,c,j/.
Misalnya :
meN-  +  sapu        =          menyapu
peN-   +   cari        =          peńcari
peN-   +   judi        =          penjudi
4.       Fonem /ng/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /ᶯ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berawal dengan fonem /k,g,x,h dan vokal / .
Misalnya :
 meN-  +  kacau     =          mengacau
 peN-   +  garis      =          penggaris
meN-  +  angkut    =          mengangkut

     Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan
{memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada
morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk
dasar ajar. Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).
                  Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik} apabila bertemu
dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi
komplementer. Dengan kata lain, morfem {praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang
sama terjadi pada bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi
{apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).

2.3    PROSES PENAMBAHAN FONEM


Proses penambahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dengan
bentuk dasar yang terdiri atas dua suku kata.
1.      Fonem tambahannya adalah /g/, sehingga meN- berubah menjadi menge-
Misalnya :
meN-  +  bom  =          mengebom
peN-   +  bor    =          pengebor
            meN- + bur     =          mengebur
2.      Fonem tambahan /e/ juga terjadi pada :
peN- + bentuk dasar satu suku kata sehingga :
peN- => penge-
Contoh :
                peN- + bom => pengebom
                peN- + cat => pengecat
                peN-+ las => pengelas

#namun pada contoh-contoh diatas selain penambahan fonem / / juga terjadi proses penambahan
fonem yaitu fonem /N/ => /n,/
·         akibat pertemuan morfem
Terjadi penambahan fonem /?/ apabila
bentuk dasar berakhir dengan vocal /a/

-an + bentuk dasar


Ke-an + bentuk dasar
peN-an + bentuk dasar

contoh :
                -an + terka => terkaan/terka?an/
                Ke-an + raja => kerajaan /keraja?an/
                peN-an + ada => pengadaan/pengada?an/

3.      Penambahan fonem  /w/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan/u,o,aw/


Contoh :
                peN-an + temu => pertemuan / pertemuwan
                peN-an + toko => pertokoan / pertokowan
                peN-an + kacau/kacaw => pengacauan / pengacauwan

4.      Penambahan fonem  /Y/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan /i,ay/


Contoh :
                -an + hari => harian / hariyan
                -an + lambai/lambay => lambaian / lambaiyyan
                ke-an + lestari => kelestarian

                Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem
/ə/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ɧ/.
Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-an} dengan bentuk dasarnya, terjadi
penambahan fonem /ʔ/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/
apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila
bentuk dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.
2.4    PROSES PENGHILANGAN FONEM
 Proses hilangnnya fonem /ng/ pada meng-dan peng- terjadi karena adanya pertemuan
morfem meng- dan peng- dgan bentu dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w,dan nasal/.
Misalnya :
meng-  +   lerai            =          melerai
per-     +   ragakan       =          peragakan
ber-     +   rapat            =          berapat

Berdasarkan pendapat dari Harimurti dengan Ramlan, maka kita akan mengklasifikasikan
kedua pendapat tersebut sehingga terdapat delapan jenis morfofonemik, yaitu:
1.         Proses Perubahan Bunyi
Misalnya :
meng-   +   fitnah        =          memfitnah
peng-    +   undang      =          pengundang
peng-    +   khutbah     =          pengkhutbah
2.       Proses Penambahan Bunyi
Misalnya :
PeN-an  +   sandra      =          penyandra
Ke-an    +        punya  =          kepunyaan
-an+  buka                   =          pembukaan
3.      Proses Penghilangan Bunyi
Misalnya :
ber-   +  rumah =          berumah
ter-    +  rasa    =          terasa
per-   +  ramping          =          peramping
4.      Proses pengekalan bunyi
misalnya :
ter-  +    pukul =          terpukul
ber-  +   hasil   =          berhasil

5.       Proses Perubahan dan Penambahan bunyi


Misalnya :
men-  +   las     =          mengelas
peN-  +   cat    =          pengecat
6.       Proses Perubahan dan Penghilangan bunyi
Misalnya :
meN-   +   suplai          =          mensuplai
meN-   +          kensel  =          mengkensel
7.       Proses perubahan dan pengekalan bunyi
Misalnya :
meng-    +  kukur         =          mengkukur
peng-     +        kaji      =          pengkaji
8.       pergeseran/ perubahan posisi fonem ( konsonan)
Misalnya : 
teliti + peng-an  menjadi   /pe-ne-li-ti-yan/
bantu   +  an    menjadi   /ka-ji-yan/
bantu + -an      menjadi   /ban-tu-wan/
9.      Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN-
Contoh :
                meN- + paksa => memaksa
                meN- + tulis => menulis
    meN- + sapu => menyapu
    meN- + karang => mengarabg
    peN- + pangkas => pemangkas
    peN- + tulis => penulis
    peN- + sapu => penyapu
                peN- + karang => pengarang

BAB III
KESIMPULAN
3.1  Kesimpulan
 Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya adalah morfofonemik
menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan penambahahan afiksasi seperti, prefiks meng-, per-,
ber-, ter-, di-,dan kan- dan Juga sufiks –i dan –an.
Morfofonemik juga memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti Kridalaksana yaitu
proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis, dan proses morfofonemik menurut
Ramlan  terbagi tiga proses yaitu : Proses perubahan fonem, proses penambahan fonem dan
proses penghilangan fonem.
3.2   Saran
Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu memahami masalah-
masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari pemahaman berbahasa yang kita miliki

Anda mungkin juga menyukai