Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROSES MORFOLOGIS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi

Dosen Pengampu: Sigit Andi Prasetya Dinata, M.Pd

Disusun oleh:

1. Diana (10221004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

STKIP DARUSSALAM CILACAP

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
proses morfologis ini dengan maksimal.

Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Morfologi. Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung
penulisan makalah, sehingga makalah ini bisa selesai tepat waktu.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
saya menerima segala saran dan kritik agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi.

Cimanggu, 9 April 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

A. Pengertian Morfologi ......................................................................................... 2


B. Proses Morfologi ................................................................................................ 2

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 8

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 8
B. Saran.................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu bahasan yang turut menyumbangkan keilmuan kebahasaan
dalam buku tersebut adalah mengenai proses morfologis. Bahasa adalah alat
komunikasi yang paling efektif, dengan bahasa pembicara dapat
menyampaikan maksudnya kepada pendengar dan penulis dapat
menyampaikan maksudnya kepada pembaca. Penutur bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari sudah seharusnya dapat menggunakan bahasa Indonesia
tersebut dengan baik dan benar, mulai kalimat per kalimat hingga kata per
kata, bahkan dalam setiap satu kata atau kosakata tersebut masih bisa
dijabarkan lagi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa morfologi?
b. Bagaimana proses morfologis?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu morfologi
b. Untuk mengetahui proses morfologi

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MORFOLOGI
Dalam kajian linguistik atau ilmu kebahasaan, morfologi adalah ilmu
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata (Chaer, 2015, hlm. 3). Lebih
lanjut, Ramlan (2009, hlm. 29) menyatakan bahwa morfologi adalah bagian
ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari
seluk-beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk tersebut, baik
dalam fungsi gramatik (arti kata berdasarkan konteks penggunaan) maupun
fungsi semantik (arti kata berdasarkan makna leksikal/kamus).
B. PROSES MORFOLOGIS
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau
yang mempelajari selukbeluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik (Ramlam:2007). Proses morfologis adalah proses
pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya
(Ramlan, 2009, hlm. 51). Selanjutnya, Ramlan (2009, hlm.51-82) juga
membagi proses ini menjadi beberapa klasifikasi, meliputi: afiksasi,
reduplikasi, komposisi dan morfofonemik.
1. Afiksasi
Proses afiksasi merupakan suatu proses yang paling umum dalam
bahasa. Proses afikasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan
atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus (Parera,
1994: 18). Sedangkan menurut Surono (2015:15) afiksasi adalah proses
morfologi berupa penambahan afiks pada bentuk pradasar, kata dasar,
atau bentuk dasar. Menurut Surono (2015:15) jenis-jenis afiks ialah
prefiks, sufiks, infiks, simulfiks, konfiks, dan kombinasi afiks. Jenis afiks
yang dapat bergabung dengan kata main yang penulis temukan ada empat,
yaitu prefiks, sufiks, konfiks, dan kombinasi afiks.
Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan akar
kata atau pokok dengan afiks. Afiks ada tiga macam, yaitu awalan,

v
sisipan, dan akhiran. Karena letaknya yang selalu di depan bentuk dasar,
sebuah afiks disebut awalan atau prefiks. Afiks disebut sisipan (infiks)
karena letaknya di dalam kata, sedangkan akhiran (sufiks) terletak di
akhir kata. Dalam bahasa Indonesia, dengan bantuan afiks kita akan
mengetahui kategori kata, diatesis aktif atau pasif, tetapi tidak diketahui
bentuk tunggal atau jamak dan waktu kini serta lampau seperti yang
terdapat dalam bahasa Inggris.
Afiksasi dalah proses pembubuhan afiks (imbuhan) pada sebuah
morfem dasar atau bentuk dasar (Dhanawaty, 2017, hlm. 58). Proses ini
melibatkan unsur-unsur dasar atau bentuk dasar, afiks, dan makna
gramatikal yang dihasilkannya. Contoh afiksasi sederhana:
a. ubah + {ber-} > berubah
b. ajar + {ber-} > belajar
c. rupa + {ber-} > berupa
Dilihat dari posisi melekatnya bentuk dasar, afiks dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Prefiks, adalah afiks yang diimbuhkan di awal bentuk dasar, seperti
me- pada kata menghibur. Prefiks dapat muncul bersama dengan
sufiks atau afiks lain. Misalnya, prefiks ber- bersama sufiks -kan
pada kata berdasarkan
b. Infiks, adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Dalam
bahasa Indonesia, misalnya infiks -el- pada kata telunjuk dan -er-
pada kata seruling.
c. Sufiks, adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar.
Umpamanya, dalam bahasa Indonesia, sufiks -an pada kata bagian
dan sufiks -kan pada kata bagaikan.
d. Konfiks, adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian
pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua
berposisi pada akhir bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, ada
konfiks per-/-an seperti terdapat pada kata pertemuan, konfiks ke-/-an
seperti pada kata keterangan, dan konfiks ber-/-an seperti pada kata
berciuman.
e. Sirkumfiks, adalah gabungan afiks yang bukan konfiks, seperti ber-/-
an pada kata beraturan yang memiliki makna ‘mempunyai aturan’.
2. Reduplikasi

vi
Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan
merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Dalam
bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam
pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi
(Chaer, 2008: 178).
Ramlan (2009, hlm. 63) mengemukakan bahwa proses reduplikasi
atau pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya
maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan tersebut disebut kata ulang (terumasuk kata majemuk),
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Terdapat beberapa jenis reduplikasi, yakni:
a. Pengulangan seluruh, ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa
perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks, contohnya: sepeda menjadi sepeda-sepeda, pohon
menjadi pohon-pohon.
b. Pengulangan sebagian, merupakan pengulangan sebagian dari bentuk
dasarnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini
berupa bentuk kompleks, seperti: mengambil menjadi mengambil-
ambil, berjalan menjadi berjalan-jalan.
c. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks,
dalam jenis ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks. Artinya, pengulangan itu terjadi
bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama
pula mendukung suatu fungsi, contohnya: kereta menjadi kereta-
keretaan, pohon menjadi pohon-pohonan.
d. Pengulangan dengan perubahan fonem, sebetulnya pengulaman yang
termasuk dalam golongan ini sangatlah Contohnya: bolak-balik yang
dibentuk dari dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan
fonem /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.
3. Komposisi
Komposisi atau kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki
makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya
(Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 61). Untuk lebih jelas, perhatikan contoh
berikut.
a. Komposisi : Mata hati

vii
Bukan komposisi : Mata kiri
b. Komposisi : Matahari
Bukan komposisi : Mata adik
c. Komposisi : Kamar mandi
Bukan komposisi : Adik mandi
Kata majemuk dikelompokan menjadi dua jenis, yakni kata
majemuk setara, dan kata majemuk tak setara. Berikut adalah
penjelasannya.
a. Kata majemuk setara
Disebut juga sebagai kata majemuk kompulatif atau kata
majemuk gabungan, yakni kata majemuk yang bagian-bagianya
sederajat. Kata majemuk setara terbagi lagi menjadi beberapa jenis,
sebagai berikut.
1) Bagian-bagianya terdiri dari wakil-wakil keseluruhan yang
dimaksud, misalnya: kaki tangan, tikar bantal, orangnya tua.
2) Bagian-bagianya terdiri dari kata-kata yang berlawanan, misalnya:
besar kecil, tua muda, tinggi rendah.
3) Bagian-bagianya terdiri dari kata-kata yang maknanya hampir
sama, misalnya panjang lebar, susah payah, hancur lebur.
b. Kata majemuk tak setara
Disebut juga kata majemuk determinatif, yaitu kata majemuk
yang tidak mempunyai inti, terdiri dari:
1) Kata majemuk dengan susunan DM (Diterangkan Menerangkan),
misalnya: raja muda, orang tua, rumah obat.
2) Kata majemuk dengan susunan MD (Menerangkan Diterangkan),
misalnya purbakala, bumiputera, maharaja (kata majemuk seperti
ini juga disebut rangkaian sansekerta).
4. Morfofonemik
Proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan
fonem awal yang dilekatinya dinamakan proses morfofonemik (Alwi
dkk., 2010, hlm. 113). Proses morfofonemik juga mengatakan bahwa
suatu morfem dapat berubah bentuk dasarnya sebagai akibat pertemuan
morfem tersebut dengan morfem yang lainnya.
Umumnya dalam berbagai bahasa terdapat tiga proses
morfofonemik yang meliputi: proses perubahan fonem, proses

viii
penambahan fonem, dan proses hilangnya fonem. Berikut adalah
penjelasannya.
a. Proses Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat
pertemuan morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasarnya.
Misalnya, morfem meng- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan
meng-, dan morfem pe- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan
peng-.
Apa yang terjadi pada contoh di atas adalah perubahan
fonem /ŋ/ menjadi /m, n, n, n. Berikut adalah kaidah-kaidahan
perubahan fonem dalam bahasa Indonesia.
1) Fonem /ŋ/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi
fonem /m/ jika bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan
/p, b, f/, contohnya: meng- + paksa > memaksa, meng- + bantu >
membantu, meng- + fitnah >
2) Fonem /ŋ/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem
/t,d,s/. Contohnya adalah: meng- + tulis > menulis, peng- + dengar
> pendengar, meng- + survey > mensurvei.
3) Fonem /ŋ/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s, c, j/,
seperti: meng- + sapu > menyapu, peng- + cemas > pencemas,
meng- + jadi > menjadi.
4) Fonem /ŋ/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /η/ jika bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan
vokal/, contohnya: meng- + kacau > mengacau, meng- + garis >
menggaris, meng- + khianati > mengkhianati, peng- + hias >
penghias, meng- + angkut >
b. Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat
pertemuan morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasarnya yang
terdiri atas satu suku kata. Fonem tambahanya ialah /∂/
sehingga meng- berubah menjadi  menge dan peng- berubah
menjadi penge-.

ix
Misalnya: meng- + bor menjadi mengebor, peng- + cat menjadi penge
cat.
c. Proses Pelesapan Fonem
Pelesapan atau penghilangan fonem terjadi misalnya ketika
fonem /ŋ/ pada meng- (dan peng-) terjadi sebagai akibat pertemuan
morfem meng- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r,
y, w, dan nasal/, seperti pada contoh di bawah ini.
1) meng- + lerai > melerai
2) meng- + ramalkan > maramalkan
3) meng- + yakinkan > meyakinkan
4) meng- + wakili > mewakili
5) meng- + merahi > memerahi
6) meng- + nyanyi > menyanyi
Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- lesap sebagai akibat
pertemuan morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /∂/.
Contohnya:
1) ber- + rapat > berapat
2) ber- + kerja > bekerja
3) per- + ragakan > peragakan
4) ter- + rasa > terasa
Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang akibat
pertemuan morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasar yang
berawal dengan fonem-fonem itu. Misalnya:
1) meng- + paksa > memaksa
2) meng- + tulis > menulis
3) peng- + sapu > penyapu
4) peng- + karang > pengarang

x
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kajian linguistik atau ilmu kebahasaan, morfologi adalah ilmu
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Morfologi adalah bagian dari
ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari selukbeluk bentuk kata
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantic.
Proses morfologis terbagi menjadi 4 yaitu diantaranya afiksasi,
reduplikasi, komposisi, dan Morfofonemik. Proses afiksasi merupakan suatu
proses yang paling umum dalam bahasa. Reduplikasi atau pengulangan bentuk
satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di
dunia ini. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang
penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi, dan
akronimisasi. Komposisi atau kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki
makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya. Proses
berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal yang
dilekatinya dinamakan proses morfofonemik.
B. Saran
Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini, untuk selanjutnya
penulis berharap bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan menjadi salah satu sumber pengetahuan dan
informasi.

xi
DAFTAR PUSTAKA
Habibie, Wildan. Proses Morfologi Kata Main: Afiksasi, Reduplikasi, Dan
Komposisi. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegor.
Lestari, N, F, D. Dkk. (2020). Proses Morfologis Bahasa Slang Di Kalangan
Teknisi Handphone. Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia Unpam.
Hal 115-128.
Suparman, Tatang. (2008). Proses Morfologis Dalam Bahasa Indonesia
(Analisis Bahasa Karya Samsuri). Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
Bandung.
https://serupa.id/morfologi-pengertian-proses-morfologis-morfofonemik/

xii

Anda mungkin juga menyukai