Anda di halaman 1dari 18

MORFOFONEMIK

BAHASA INDONESIA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia

Dosen : Drs. Samsul Bahri, M. Pd.

Disusun Oleh:

1. Kevin Jurokhman NPM: 882010123007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS WIRALODRA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Indramayu, 24 Maret 2024

Kevin Jurokhman

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 Proses Morfofonemik........................................................................................3

2.2 Proses Perubahan Fonem..................................................................................7

2.3 Proses Penambahan Fonem...............................................................................9

2.4 Proses Hilangnya Fonem.................................................................................10

BAB III PENUTUPAN.......................................................................................14

3.1 Kesimpulan......................................................................................................14

3.2 Saran................................................................................................................14

Daftar Pustaka.......................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk
dan kata logi yang berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik,
morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata,
sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-
bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup. Memang selain bidang kajian
linguistik, di dalam kajian biologi ada juga digunakan istilah morfologi.
Kesamaannya, sama-sama mengkaji tentang bentuk.

Kalau dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan


pembentukan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni
morfem dengan segala bentuk dan jenisnya perlu dibicarakan. Lalu, pembicaraan
mengenai pembentukan kata akan melibatkan pembicaraan mengenai komponen
atau unsur pembentukan kata itu, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun
morfem afiks, dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu afiks
dalam proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses pembentukan
kata melalui proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata
melalui komposisi, dan sebagainya. Jadi, ujung dari proses morfologi adalah
terbentuknya kata dalam bentuk dan makna sesuai keperluan dalam satu tindak
pertuturan.

Bila bentuk dan makna yang terbentuk dari satu proses morfologi sesuai
dengan yang diperlukan dalam pertuturan, maka bentuknya dapat dikatakan
berterima, tetapi jika tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka bentuk itu
dikatakan tidak berterima. Keberterimaan atau ketidakberterimaan bentuk itu
dapat juga karena alasan sosial.

1
Dengan ringkas dapatlah dikatakan bahwa morfologi adalah bagian dari
ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata,
atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik. Dari berbagai batasan tentang morfologi yang
dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa
morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan kami bahas
adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana proses morfofonemik?


b. Bagaimana proses perubahan fonem?
c. Bagaimana proses penambahan fonem?
d. Bagaimana proses hilangnya fonem?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses morfofonemik.


b. Untuk mengetahui proses perubahan fonem.
c. Untuk mengetahui proses penambahan fonem.
d. Untuk mengetahui proses hilangnya fonem.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Morfofonemik

Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan


bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik adalah
peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem.
Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan
realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfcm), baik prefiks,
sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).

Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya


pada prefiks me-. Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah
menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan
fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis” menunjukkan kaidah yang
menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara fonemis.

Morfofonemik Bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam


yaitu:

1. Penghilangan bunyi
2. Penambahan bunyi
3. Perubahan bunyi
4. Perubahan dan penambahan bunyi
5. Perubahan dan penghilangan bunyi
6. Peloncatan bunyi

Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya.


Proses tersebut adalah proses yang secara otomatis dan proses yang tidak

3
otomatis. Menurut Harimurti Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10
yaitu:

1. Pemunculan fonem
2. Pengekalan fonem
3. Pemunculan dan pengekanan fonem
4. Pergeseran fonem
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Perluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem Bahasa sumber

Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah Kedua ahli bahasa ini


mengelompokkan proses morfofonemik pada afiks-afiks yang mengalaminya.

a. Morfofonemik Prefiks meng-


Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk meng- tetap meng-/men-/. Misalnya:
mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang,
menghitung.

2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan


fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-.
Misalnya: melalui, meronta, meyakini, mewariskan.

3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan


fonem /d/, atau /t/, prefiks tersebut berubah menjadi men-. Misalnya:
mendengar, menulis.

4
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /b/, /p/, atau /f/, prefiks tersebut berubah menjadi mem-.
Misalnya: membawa, memarkir, memfitnah.

Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata
patuhi dan pakai, fonem /p/ luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak
terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per-
atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu. Misalnya:
mempelajari, memperbincangkan.

5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan


fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk meng- berubah menjadi men-, meny-,
men-. Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan,
menyapu.

6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk
meng- berubah menjadi menge-. Misalnya: mengetik, mengerem,
mengepel, mengebom.

7) Jika verba yang berdasar Tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi


dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang
bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang
direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi. Misalnya:
menulis-nulis, menari-nari, mengelap-ngelap.
b. Morfofonemik Prefiks per-
Ada tiga peristiwa morfofonemik pada prefiks per-, yaitu:
1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang
dimulai fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan
/er/. Misalnya : perasa, peraba, pekerja, peserta.

5
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk
dasar ajar. Misalnya pelajar: per- + ajari.

3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan


dasar lain di luar kaidah 1 dan 2 di atas. Misalnya: perdalam, perluas,
perkaya, perindah, perbaiki.

c. Morfofonemik Prefiks ber-


Ada empat peristiwa morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu:
1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang
dimulai dengan fonem /r/. Misalnya: beransel, berupa, berenang,
berendam.

2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang
suku pertamanya berakhir dengan /er/.

Misalnya:
bekerja = ber + kerja
beserta = ber + serta
berkarya = ber + karya
berkurban = ber + kurban
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku
pertamanya tidak berakhir dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.

3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
Misalnya: belajar = ber + ajar.

4) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar


di luar kaidah 1-3 di atas. Misalnya: berlayar= ber + layar, bermain=
ber + main, berperan = ber + peran.

6
d. Morfofonemik Prefiks ter-
Morfofonemik ter- mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:
1) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/
pada prefiks terada yang muncul dan ada pula yang tidak. Misalnya:
terpercaya= ter + percaya, tercermin= ter + cermin.

2) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. Misalnya:


terpilih= ter + pilih, terbawa= ter + bawa.

2.2 Proses Perubahan Fonem

Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meN- dan
peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem berubah
menjadi /m, n, ‘n, ng/ sehingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-,
meny-, dan meng dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan
peng-.

Perubahan-perubahan itu bergantung pada kondisi dasar yang mengikutinya.


Dalam hal ini bunyi/N/ harus menjadi bunyi nasal yang artikulator dan daerah
artikulasinya sama homorgan dengan bunyi pertama bentuk dasarnya. Misalnya,
meN- berubah menjadi mem- apabila melekat pada bentuk dasar yang diawali
fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan /b/ adalah /m/.

1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p, b, f/.
Adapun kaidah-kaidah perubahan-perubahan fonem yang terpenting
adalah sebagai berikut.
Misalnya:
meN + paksa = memaksa
meN + bantu = membantu
peN + picu = pemicu

7
meN + besar = membesar
peN + fitnah = memfitnah
meN + baca = membaca

2. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dari fonem /t, d, s/. Fonem /s/
khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang
masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya:
meN + tolak = menolak
meN + tusuk = menusuk
peN + tebas = penebas
peN + diam = pendiam
peN + survei = pensurvei
meN + support = mensupport
meN + sinyalir = mensinyalir

3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /’n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /c, j, s, ’s/.
Misalnya:
meN + cuci = mencuci
meN + cakar = mencakar
peN + cinta = pencinta
peN + judi = penjudi
meN + serang = menyerang
meN + syukuri = mensyukuri

4. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /ng/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /g, h, k, x dan vokal/.
Misalnya:
meN + gempur = menggempur

8
peN + gali = penggali
meN + hias = menghias
peN + hubung = penghubung
meN + kutip = mengutip
peN + keras = pengeras
peN + khianat = pengkhianat
meN + adu = mengadu
peN + isi = pengisi
meN + uap = menguap
meN + eram = mengeram
meN + omel = mengomel

5. Perubahan fonem /N/ dan /r/


Selain perubahan fonem /N/, juga ada perubahan fonem /r/ pada morfem
ber- dan morfem per-, yaitu berubah menjadi fonem /l/ sebagai akibat
pertemuan morfem tersebut dengan bentuk dasar (dasar kata) yang berupa
morfem ajar. Dalam bahasa Indonesia perubahan fonem /r/ ini tidak
produktif.
Misalnya:
ber- + ajar = belajar
per- + ajar = pelajar

2.3 Proses Penambahan Fonem


Proses penambahan fonem terjadi akibat pertemuan meN- dan peN- dengan
bentuk dasar yang bersuku satu. Fonem tambahannya adalah /”/ sehingga meN-
berubah menjadi menge- dan peN- menjadi penge-. Selain itu ada pula
penambahan fonem apabila morfem –an, ke-an, peN-an bertemu dengan bentuk
dasarnya, terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan
vokal /a/, penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasarnya berakhir /u, o, aw/, dan
penambahan fonem /y/ apabila bentuk dasar berakhir dengan /i, ay/.

9
Proses penambahan fonem antara lain terjadi pada bentuk dasar (dasar kata)
yang bersuku satu. Hal ini terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan
morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri dari satu suku. Fonem
tambahannya adalah /”/ sehingga meN- berubah menjadi mengedan peN- berubah
menjadi penge-.
Misalnya:
meN- + las = mengelas
meN- + cat = mengecat
meN- + los = mengelos
meN- + lus = mengelus
peN- + bom = mengebom
peN- + pak = mengepak
peN- + cat = pengecat
peN- + las = pengelas
peN- + bor = pengebor
Jika diteliti dengan saksama, ternyata bahwa pada contoh-contoh di atas selain
proses penambahan fonem /¶/, terjadi juga proses perubahan fonem, yaitu
perubahan fonem /N/ menjadi /η/, seperti pada contoh di atas. Selain penambahan
fonem yang terjadi pada bentuk dasar yang bersuku satu, terjadi juga penambahan
fonem yang lain, yaitu penambahan fonem /?/ apabila morfem -an, ke-an, peN-an
bertemu dengan bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /a/, penambahan /w/
apabila bentuk dasar berakhir dengan /u, o, aw/, dan penambahan /y/ apabila
bentuk dasar berakhir dengan /i, ay/ (Ramlan, 1983: 84).
Misalnya:
-an + hari = harian/hariyan
-an + lambai =
lambay/lambaian/lambayyan
-an + terka = terkaan/terka?an
ke-an + lestari =
kelestarian/kələstariyan

10
ke-an + pulau =
pulaw/kepulauan/kəpulawwan

2.4 Proses Hilangnya Fonem


1. Proses hilangnya fonem /N/ akan terjadi apabila morfem-morfem meN-
dan peN- bertemu atau bergabung dengan bentuk dasar (dasar kata) yang
berfonem awal /l, r, y, w, dan nasal/.
Misalnya:
meN- + lupakan = melupakan
peN- + lawak = pelawak
meN- + rampas = merampas
peN- + ramal = peramal
meN- + warnai = mewarnai
peN- + waris = pewaris
peN- + nyanyi = penyanyi

2. Proses hilangnya fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- akibat
pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan/∂r/.
Misalnya:
ber- + rencana = berencana
ber- + revolusi = berevolusi
ber- + ragam = beragam
ber- + rantai = berantai
per- + rindu = perindu
per- + rasa = perasa
per- + ramping = peramping
ter- + rekam = terekam
ter- + rasa = terasa
ter- + raba = teraba
ter- + rombak = terombak

11
ber- + kerja = bekerja
ber- + terbang = beterbang (an)
ber- + serta = beserta
ber- + ternak = beternak
ter- + pergok = tepergok
ter- + perdaya = teperdaya

3. Proses hilangnya fonem-fonem /k, p, t, s/ akibat pertemuan antara morfem


meN- dan morfem peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-
fonem /k, p, t, s/.
Misalnya:
meN- + kosong = mengosongkan
meN- + kontrol = mengontrol
meN- + karang = mengarang
meN- + kipas = mengipas
peN- + kait = pengait
peN- + kuat = penguat
peN- + kacau = pengacau
meN- + paksa = memaksa
meN- + pudar = memudar
meN- + perintah = memerintah
meN- + pinta = meminta
peN- + pasang = pemasang
peN- + putih = pemutih
peN- + pukul = pemukul
meN- + tulis = menulis
meN- + tolak = menolak
peN- + tusuk = penusuk
peN- + teliti = peneliti
meN- + suap = menyuap
meN- + sekap = menyekap

12
peN- + sandra = penyandra
peN- + sulam = penyulam

4. Bila meN- bertemu dengan bentuk dasar (bentuk) kompleks yang


berfonem awal /p/ dan /t/ tidak hilang karena fonem-fonem itu merupakan
fonem awal afiks.
Misalnya:
meN- + peragakan = memperagakan
meN- + persatukan = mempersatukan
meN- + tertawakan = mentertawakan

5. Demikian pula meN- dan peN- bila bertemu dengan bentuk dasar yang
berawal fonem /k, t, s/ yang berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya, fonem /k, t, s/ itu tidak hilang.
Misalnya:
Mengkondisikan
Pentafsirkan
Mentabulasikan
Menskor
Mensurvey
Penterjemah
Pensuply

13
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya adalah
morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan penambahan afiksasi
seperti, prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-, dan kan- juga sufiks -i, dan -an.

Morfofonemik juga memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti


Kridalaksana yaitu proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis,
dan proses morfofonemik menurut Ramlan terbagi tiga proses yaitu: Proses
perubahan fonem, proses penambahan fonem dan proses penghilangan fonem.

3.2 Saran

Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu


memahami masalah-masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari
pemahaman berbahasa yang kita miliki.

14
Daftar Pustaka

Fitriana. 2017. Morfofonemik. (Makalah, Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pendidikan, Universitas Abulyatama: Aceh). Diakses dari:

https://id.scribd.com/document/383427966/MAKALAH-
MORFOFONEMIK

Hadi Susanto. 2016. Proses Morfofonemik dan Morfologis. Cirebon. Diakses


dari:

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/09/13/proses-
morfofonemik-dan-morfologis/

15

Anda mungkin juga menyukai