BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS WIRALODRA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kevin Jurokhman
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
Daftar Pustaka.......................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk
dan kata logi yang berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik,
morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata,
sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-
bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup. Memang selain bidang kajian
linguistik, di dalam kajian biologi ada juga digunakan istilah morfologi.
Kesamaannya, sama-sama mengkaji tentang bentuk.
Bila bentuk dan makna yang terbentuk dari satu proses morfologi sesuai
dengan yang diperlukan dalam pertuturan, maka bentuknya dapat dikatakan
berterima, tetapi jika tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka bentuk itu
dikatakan tidak berterima. Keberterimaan atau ketidakberterimaan bentuk itu
dapat juga karena alasan sosial.
1
Dengan ringkas dapatlah dikatakan bahwa morfologi adalah bagian dari
ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata,
atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik. Dari berbagai batasan tentang morfologi yang
dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa
morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan kami bahas
adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penghilangan bunyi
2. Penambahan bunyi
3. Perubahan bunyi
4. Perubahan dan penambahan bunyi
5. Perubahan dan penghilangan bunyi
6. Peloncatan bunyi
3
otomatis. Menurut Harimurti Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10
yaitu:
1. Pemunculan fonem
2. Pengekalan fonem
3. Pemunculan dan pengekanan fonem
4. Pergeseran fonem
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Perluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem Bahasa sumber
4
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /b/, /p/, atau /f/, prefiks tersebut berubah menjadi mem-.
Misalnya: membawa, memarkir, memfitnah.
Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata
patuhi dan pakai, fonem /p/ luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak
terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per-
atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu. Misalnya:
mempelajari, memperbincangkan.
6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk
meng- berubah menjadi menge-. Misalnya: mengetik, mengerem,
mengepel, mengebom.
5
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk
dasar ajar. Misalnya pelajar: per- + ajari.
2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang
suku pertamanya berakhir dengan /er/.
Misalnya:
bekerja = ber + kerja
beserta = ber + serta
berkarya = ber + karya
berkurban = ber + kurban
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku
pertamanya tidak berakhir dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
Misalnya: belajar = ber + ajar.
6
d. Morfofonemik Prefiks ter-
Morfofonemik ter- mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:
1) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/
pada prefiks terada yang muncul dan ada pula yang tidak. Misalnya:
terpercaya= ter + percaya, tercermin= ter + cermin.
Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meN- dan
peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem berubah
menjadi /m, n, ‘n, ng/ sehingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-,
meny-, dan meng dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan
peng-.
1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p, b, f/.
Adapun kaidah-kaidah perubahan-perubahan fonem yang terpenting
adalah sebagai berikut.
Misalnya:
meN + paksa = memaksa
meN + bantu = membantu
peN + picu = pemicu
7
meN + besar = membesar
peN + fitnah = memfitnah
meN + baca = membaca
2. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dari fonem /t, d, s/. Fonem /s/
khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang
masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya:
meN + tolak = menolak
meN + tusuk = menusuk
peN + tebas = penebas
peN + diam = pendiam
peN + survei = pensurvei
meN + support = mensupport
meN + sinyalir = mensinyalir
3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /’n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /c, j, s, ’s/.
Misalnya:
meN + cuci = mencuci
meN + cakar = mencakar
peN + cinta = pencinta
peN + judi = penjudi
meN + serang = menyerang
meN + syukuri = mensyukuri
4. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /ng/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /g, h, k, x dan vokal/.
Misalnya:
meN + gempur = menggempur
8
peN + gali = penggali
meN + hias = menghias
peN + hubung = penghubung
meN + kutip = mengutip
peN + keras = pengeras
peN + khianat = pengkhianat
meN + adu = mengadu
peN + isi = pengisi
meN + uap = menguap
meN + eram = mengeram
meN + omel = mengomel
9
Proses penambahan fonem antara lain terjadi pada bentuk dasar (dasar kata)
yang bersuku satu. Hal ini terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan
morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri dari satu suku. Fonem
tambahannya adalah /”/ sehingga meN- berubah menjadi mengedan peN- berubah
menjadi penge-.
Misalnya:
meN- + las = mengelas
meN- + cat = mengecat
meN- + los = mengelos
meN- + lus = mengelus
peN- + bom = mengebom
peN- + pak = mengepak
peN- + cat = pengecat
peN- + las = pengelas
peN- + bor = pengebor
Jika diteliti dengan saksama, ternyata bahwa pada contoh-contoh di atas selain
proses penambahan fonem /¶/, terjadi juga proses perubahan fonem, yaitu
perubahan fonem /N/ menjadi /η/, seperti pada contoh di atas. Selain penambahan
fonem yang terjadi pada bentuk dasar yang bersuku satu, terjadi juga penambahan
fonem yang lain, yaitu penambahan fonem /?/ apabila morfem -an, ke-an, peN-an
bertemu dengan bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /a/, penambahan /w/
apabila bentuk dasar berakhir dengan /u, o, aw/, dan penambahan /y/ apabila
bentuk dasar berakhir dengan /i, ay/ (Ramlan, 1983: 84).
Misalnya:
-an + hari = harian/hariyan
-an + lambai =
lambay/lambaian/lambayyan
-an + terka = terkaan/terka?an
ke-an + lestari =
kelestarian/kələstariyan
10
ke-an + pulau =
pulaw/kepulauan/kəpulawwan
2. Proses hilangnya fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- akibat
pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan/∂r/.
Misalnya:
ber- + rencana = berencana
ber- + revolusi = berevolusi
ber- + ragam = beragam
ber- + rantai = berantai
per- + rindu = perindu
per- + rasa = perasa
per- + ramping = peramping
ter- + rekam = terekam
ter- + rasa = terasa
ter- + raba = teraba
ter- + rombak = terombak
11
ber- + kerja = bekerja
ber- + terbang = beterbang (an)
ber- + serta = beserta
ber- + ternak = beternak
ter- + pergok = tepergok
ter- + perdaya = teperdaya
12
peN- + sandra = penyandra
peN- + sulam = penyulam
5. Demikian pula meN- dan peN- bila bertemu dengan bentuk dasar yang
berawal fonem /k, t, s/ yang berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya, fonem /k, t, s/ itu tidak hilang.
Misalnya:
Mengkondisikan
Pentafsirkan
Mentabulasikan
Menskor
Mensurvey
Penterjemah
Pensuply
13
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya adalah
morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan penambahan afiksasi
seperti, prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-, dan kan- juga sufiks -i, dan -an.
3.2 Saran
14
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/document/383427966/MAKALAH-
MORFOFONEMIK
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/09/13/proses-
morfofonemik-dan-morfologis/
15