MORFOFONEMIK
Disusun Oleh :
FITRIANA
Nim: 16113001
Fitriana
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Proses Morfofonemik.................................................................. 3
2.2 Proses Perubahan Fonem............................................................. 6
2.3 Proses Penambahan Fonem......................................................... 8
2.4 Proses Penghilangan Fonem........................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Padahal, kecermatan
berbahasa sangat diperlukan dalam rangka politik bahasa, yakni kecintaan
terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
Meskipun tidak mempengaruhi makna yang didukung, kesalahan
morfofonemik jelas tidak mencerminkan ketaatan dalam berbahasa. Oleh
karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia perlu
dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat diminimalisasi. Seberapa jauh
penutur bahasa Indonesia menggunakan kata-kata yang menyimpang dari
kaidah morfofonemik? Seperti apakah contoh-contoh kesalahan yang
dilakukannya? Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan beberapa bentuk
menyimpang dalam bahasa Indonesia yang sering muncul dalam pemakaian,
baik dalam ragam lisan maupun tulis sehingga memunculkan problematic
dalam bahasa Indonesia. Selain itu, tulisan ini juga akan membahas dan
meluruskan problematik tersebut dengan berlandaskan pada kaidah-kaidah
morfofonemik dalam bahasa Indonesia.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses morfofonemik.
2. Untuk mengetahui proses perubahan fonem.
3. Untuk mengetahui proses penambahan fonem.
4. Untuk mengetahui proses hilangnya fonem.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Peluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem bahasa sumber
Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah Kedua ahli bahasa ini
mengelompokkan proses morfofonemik pada afiks-afiks yang mengalaminya.
a. Morfofonemik Prefiks meng-
Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/,
/u/, /e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk meng- tetap meng-/men-/.
Misalnya : mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang,
menghitung
2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-
Misalnya : melalui, meronta, meyakini, mewariskan
3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /d/, atau /t/, prefiks tersebut berubah menjadi men-
Misalnya : mendengar, menulis
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /b/, /p/, atau /f/, prefiks tersebut berubah menjadi mem-
Misalnya : membawa, memarkir, memfitnah
Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata
patuhi dan pakai, fonem /p/ luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak
terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per-
atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu.
Misalnya : mempelajari, memperbincangkan
5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk meng- berubah menjadi men-, meny-,
men-,
Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu
4
6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk
meng- berubah menjadi menge-
Misalnya : mengetik, mengerem, mengepel, mengebom
7) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi
dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang
bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang
direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi, misalnya :
menulis-nulis, menari-nari, mengelap-ngelap
5
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku
pertamanya tidak berakhir dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar
tertentu
belajarMisalnya : ber + ajar
4) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar
di luar kaidah 1-3 di atas.
berlayarMisalnya : ber + layar
bermainber +main
berperanber+peran
6
1. Fonem /ng/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi fonem /m/
apabila bentuk dasar yang mengikutinyaberawal dengan /f,b,f/
Misalnya :
meng- + paksa = memaksa
meng- + bantu = membantu
peng- + bantu = pembantu
meng- + fitnah = memfitnah
peng- + fitnah = pemfitnah
2. Fonem /n/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dari fonem /t,d,s/.
Misalnya :
men- + tulis = menulis
pen- + datang = pendatang
men + supporf = menssupport
3. Fonem /ng/ pada morfem men- dan pen- berubah menjadi /ń/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s,s,c,j/.
Misalnya :
meN- + sapu = menyapu
peN- + cari = peńcari
peN- + judi = penjudi
4. Fonem /ng/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /ᶯ/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k,g,x,h dan vokal / .
Misalnya :
meN- + kacau = mengacau
peN- + garis = penggaris
meN- + angkut = mengangkut
Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-
an}, dan {memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/
menjadi /l/. Fonem /r/ pada morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i}
berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk dasar ajar. Kondisi inilah yang
disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).
7
Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik}
apabila bertemu dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi,
kondisi ini disebut berdistribusi komplementer. Dengan kata lain, morfem
{praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang sama terjadi pada
bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi
{apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).
8
contoh :
-an + terka => terkaan/terka?an/
Ke-an + raja => kerajaan /keraja?an/
peN-an + ada => pengadaan/pengada?an/
9
ber- + rapat = berapat
Berdasarkan pendapat dari Harimurti dengan Ramlan, maka kita akan
mengklasifikasikan kedua pendapat tersebut sehingga terdapat delapan jenis
morfofonemik, yaitu:
1. Proses Perubahan Bunyi
Misalnya :
meng- + fitnah = memfitnah
peng- + undang = pengundang
peng- + khutbah = pengkhutbah
2. Proses Penambahan Bunyi
Misalnya :
PeN-an + sandra = penyandra
Ke-an + punya = kepunyaan
-an+ buka = pembukaan
3. Proses Penghilangan Bunyi
Misalnya :
ber- + rumah= berumah
ter- + rasa = terasa
per- + ramping = peramping
4. Proses pengekalan bunyi
misalnya :
ter- + pukul = terpukul
ber- + hasil = berhasil
5. Proses Perubahan dan Penambahan bunyi
Misalnya :
men- + las = mengelas
peN- + cat = pengecat
6. Proses Perubahan dan Penghilangan bunyi
Misalnya :
meN- + suplai = mensuplai
meN- + kensel = mengkensel
10
7. Proses perubahan dan pengekalan bunyi
Misalnya :
meng- + kukur = mengkukur
peng- + kaji = pengkaji
8. pergeseran/ perubahan posisi fonem ( konsonan)
Misalnya :
teliti + peng-an menjadi /pe-ne-li-ti-yan/
bantu + an menjadi /ka-ji-yan/
bantu + -an menjadi /ban-tu-wan/
9. Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan
morfem meN- dan peN-
Contoh :
meN- + paksa => memaksa
meN- + tulis => menulis
meN- + sapu => menyapu
meN- + karang => mengarabg
peN- + pangkas => pemangkas
peN- + tulis => penulis
peN- + sapu => penyapu
peN- + karang => pengarang
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya
adalah morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan
penambahahan afiksasi seperti, prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-,dan kan-
dan Juga sufiks –i dan –an.
Morfofonemik juga memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti
Kridalaksana yaitu proses yang secara otomatis dan proses yang tidak
otomatis, dan proses morfofonemik menurut Ramlan terbagi tiga proses yaitu
: Proses perubahan fonem, proses penambahan fonem dan proses
penghilangan fonem.
3.2 Saran
Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu
memahami masalah-masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari
pemahaman berbahasa yang kita miliki
12
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga,
Jakarta : Balai Pustaka.
Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-
Flores: Penerbit Nusa Indah.
13