Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MORFOFONEMIK

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Jurnalistik

Disusun Oleh :

FITRIANA
Nim: 16113001

UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BAHASA INDONESIA
ACEH BESAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena


berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
MORFOFONEMIK. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Jurnalistik.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan manfaat pengetahuan kepada para
pembaca, dan juga untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
kami.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Aceh Besar, 20 Desember 2017

Fitriana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Proses Morfofonemik.................................................................. 3
2.2 Proses Perubahan Fonem............................................................. 6
2.3 Proses Penambahan Fonem......................................................... 8
2.4 Proses Penghilangan Fonem........................................................ 9

BAB III PENUTUP......................................................................................... 12


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 12
3.2 Saran.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam setiap bahasa, kata memegang peranan penting dalam
membangun sebuah kalimat. Demikian juga dalam bahasa Indonesia. Dalam
bahasa Indonesia dikenal berbagai bentuk kata. Jika ditinjau dari bentuknya,
kata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan.
Kata dasar adalah kata-kata yang belum mendapat imbuhan (afiks) (KBBI,
1997: 451). Kata dasar dapat menjadi dasar bagi pembentukan kata yang
lebih kompleks. Misalnya, kata duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk
membentuk kata menduduki dan mendudukkan.
Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses
morfologis apa pun sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna
fratikal dalam kalimat, seperti kata duduk. Namun kata itu lebih lazim disebut
sebagai kata dasar bebas atau morfem bebas, yaitu morfem yang secara
potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat (KBBI, 1997:
665). Kata turunan pada dasarnya merupakan kata yang dibentuk melalui
proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi/R), atau
pemajemukan (komposisi).
Beberapa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa ada
kalanya terdapat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan atau
kesalahan logika. Salah satu kesalahan dalam tataran morfologis adalah
penggunaan kata dengan morfofonemik yang tidak sesuai dengan kaidah yang
berlaku. Akan tetapi, penggunaan dalam masyarakat sama kuatnya, atau susah
dipastikan mana yang benar dan mana yang salah sehingga menimbulkan
problematik. Misalnya, adanya bentuk-bentuk mempesona dan
menterjemahkan dalam pemakaian bahasa. Sesuai dengan kaidah
morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar adalah memesona dan
menerjemahkan.
Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses
morfofonemik lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai

1
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Padahal, kecermatan
berbahasa sangat diperlukan dalam rangka politik bahasa, yakni kecintaan
terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
Meskipun tidak mempengaruhi makna yang didukung, kesalahan
morfofonemik jelas tidak mencerminkan ketaatan dalam berbahasa. Oleh
karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia perlu
dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat diminimalisasi. Seberapa jauh
penutur bahasa Indonesia menggunakan kata-kata yang menyimpang dari
kaidah morfofonemik? Seperti apakah contoh-contoh kesalahan yang
dilakukannya? Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan beberapa bentuk
menyimpang dalam bahasa Indonesia yang sering muncul dalam pemakaian,
baik dalam ragam lisan maupun tulis sehingga memunculkan problematic
dalam bahasa Indonesia. Selain itu, tulisan ini juga akan membahas dan
meluruskan problematik tersebut dengan berlandaskan pada kaidah-kaidah
morfofonemik dalam bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka
masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses morfofonemik?
2. Bagaimanakah proses perubahan fonem?
3. Bagaimana proses penambahan fonem?
4. Bagaimana proses hilangnya fonem?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses morfofonemik.
2. Untuk mengetahui proses perubahan fonem.
3. Untuk mengetahui proses penambahan fonem.
4. Untuk mengetahui proses hilangnya fonem.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Morfofonemik


Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan
bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik
adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan
morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam
pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem),
baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya
pada prefiks me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah
menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan
fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis” menunjukkan kaidah yang
menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara
fonemis.
Morfofonemik bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam
yaitu:
1. Penghilangan bunyi
2. Penambahan bunyi
3. Perubahan bunyi
4. Perubahan dan penambahan bunyi
5. Perubahan dan penghilangan bunyi
6. Peloncatan bunyi
Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya.
Proses tersebut adalah proses yang secara otomatis dan proses yang tidak
otomatis. Menurut Harimurti Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas
10 yaitu:
1. Pemunculan fonem
2. Pengekalan fonem
3. Pemunculan dan pengekanan fonem
4. Pergeseran fonem

3
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Peluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem bahasa sumber
Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah Kedua ahli bahasa ini
mengelompokkan proses morfofonemik pada afiks-afiks yang mengalaminya.
a. Morfofonemik Prefiks meng-
Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/,
/u/, /e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk meng- tetap meng-/men-/.
Misalnya : mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang,
menghitung
2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-
Misalnya : melalui, meronta, meyakini, mewariskan
3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /d/, atau /t/, prefiks tersebut berubah menjadi men-
Misalnya : mendengar, menulis
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /b/, /p/, atau /f/, prefiks tersebut berubah menjadi mem-
Misalnya : membawa, memarkir, memfitnah
Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata
patuhi dan pakai, fonem /p/ luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak
terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per-
atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu.
Misalnya : mempelajari, memperbincangkan
5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk meng- berubah menjadi men-, meny-,
men-,
Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu

4
6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk
meng- berubah menjadi menge-
Misalnya : mengetik, mengerem, mengepel, mengebom
7) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi
dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang
bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang
direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi, misalnya :
menulis-nulis, menari-nari, mengelap-ngelap

b. Morfofonemik Prefiks per-


Ada tiga peristiwa morfofonemik pada prefiks per-, yaitu:
1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar
yang dimulai fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/
Misalnya : perasa, peraba, pekerja, peserta
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk
dasar ajar. pelajariMisalnya : per- + ajari
3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung
dengan dasar lain di luar kaidah 1 dan 2 di atas.
Misalnya : perdalam, perluas, perkaya, perindah, perbaiki

c. Morfofonemik Prefiks ber-


Ada empat peristiwa morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu :
1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang
dimulai dengan fonem /r/
Misalnya : beransel, berupa, berenang, berendam
2) Prefks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang
suku pertamanya berakhir dengan /er/
bekerjaMisalnya : ber + kerja
besertaber + serta
berkaryaBandingkan dengan : ber + karya
berkurbanber + kurban

5
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku
pertamanya tidak berakhir dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar
tertentu
belajarMisalnya : ber + ajar
4) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar
di luar kaidah 1-3 di atas.
berlayarMisalnya : ber + layar
bermainber +main
berperanber+peran

d. Morfofonemik Prefiks ter-


Morfofonemik ter mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:
1) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/
pada prefiks ter- ada yang muncul dan ada pula yang tidak.
terpercayaMisalnya : ter + percaya
tercerminter + cermin
2) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
terpilihMisalnya : ter + pilih
terbawater + bawa

2.2 Proses Perubahan Fonem


Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meng-
dan peng- dengan bentuk dasarnya. Fonem /ng/ pada kedua morfem berubah
menjadi /m,n,/ hingga morfem meng-, berubah menjadi mem-, meny-,dan
meng dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-,.
Perubahan-perubahan itu bergantung pada kondisi dasar yang
mengikutinya. Dalam hal ini bunyi/N/ harus menjadi bunyi nasal yang
artikulator dan daerah artikulasinya sama homorgan dengan bunyi pertama
bentuk dasarnya. Misalnya, meN- berubah menjadi mem- apabila melekat
pada bentuk dasar yang diawali fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan
dengan b/ adalah/m/.

6
1. Fonem /ng/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi fonem /m/
apabila bentuk dasar yang mengikutinyaberawal dengan /f,b,f/
Misalnya :
meng- + paksa = memaksa
meng- + bantu = membantu
peng- + bantu = pembantu
meng- + fitnah = memfitnah
peng- + fitnah = pemfitnah
2. Fonem /n/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dari fonem /t,d,s/.
Misalnya :
men- + tulis = menulis
pen- + datang = pendatang
men + supporf = menssupport
3. Fonem /ng/ pada morfem men- dan pen- berubah menjadi /ń/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s,s,c,j/.
Misalnya :
meN- + sapu = menyapu
peN- + cari = peńcari
peN- + judi = penjudi
4. Fonem /ng/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /ᶯ/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k,g,x,h dan vokal / .
Misalnya :
meN- + kacau = mengacau
peN- + garis = penggaris
meN- + angkut = mengangkut
Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-
an}, dan {memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/
menjadi /l/. Fonem /r/ pada morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i}
berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk dasar ajar. Kondisi inilah yang
disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).

7
Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik}
apabila bertemu dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi,
kondisi ini disebut berdistribusi komplementer. Dengan kata lain, morfem
{praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang sama terjadi pada
bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi
{apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).

2.3 Proses Penambahan Fonem


Proses penambahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem
meN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas dua suku kata.
1. Fonem tambahannya adalah /g/, sehingga meN- berubah menjadi menge-
Misalnya :
meN- + bom = mengebom
peN- + bor = pengebor
meN- + bur = mengebur
2. Fonem tambahan /e/ juga terjadi pada :
peN- + bentuk dasar satu suku kata sehingga :
peN- => penge-
Contoh :
peN- + bom => pengebom
peN- + cat => pengecat
peN-+ las => pengelas
#namun pada contoh-contoh diatas selain penambahan fonem / / juga
terjadi proses penambahan fonem yaitu fonem /N/ => /n,/
akibat pertemuan morfem

Terjadi penambahan fonem /?/ apabila


bentuk dasar berakhir dengan vocal /a/

-an + bentuk dasar


Ke-an + bentuk dasar
peN-an + bentuk dasar

8
contoh :
-an + terka => terkaan/terka?an/
Ke-an + raja => kerajaan /keraja?an/
peN-an + ada => pengadaan/pengada?an/

3. Penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan/u,o,aw/


Contoh :
peN-an + temu => pertemuan / pertemuwan
peN-an + toko => pertokoan / pertokowan
peN-an + kacau/kacaw => pengacauan / pengacauwan

4. Penambahan fonem /Y/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan /i,ay/


Contoh :
-an + hari => harian / hariyan
-an + lambai/lambay => lambaian / lambaiyyan
ke-an + lestari => kelestarian

Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses


penambahan fonem /ə/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan
fonem /N/ menjadi /ɧ/. Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-
an} dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /ʔ/ apabila bentuk
dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu
berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk
dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.

2.4 Proses Penghilangan Fonem


Proses hilangnnya fonem /ng/ pada meng-dan peng- terjadi karena
adanya pertemuan morfem meng- dan peng- dgan bentu dasar yang berawal
dengan fonem /l,r,y,w,dan nasal/.
Misalnya :
meng- + lerai = melerai
per- + ragakan = peragakan

9
ber- + rapat = berapat
Berdasarkan pendapat dari Harimurti dengan Ramlan, maka kita akan
mengklasifikasikan kedua pendapat tersebut sehingga terdapat delapan jenis
morfofonemik, yaitu:
1. Proses Perubahan Bunyi
Misalnya :
meng- + fitnah = memfitnah
peng- + undang = pengundang
peng- + khutbah = pengkhutbah
2. Proses Penambahan Bunyi
Misalnya :
PeN-an + sandra = penyandra
Ke-an + punya = kepunyaan
-an+ buka = pembukaan
3. Proses Penghilangan Bunyi
Misalnya :
ber- + rumah= berumah
ter- + rasa = terasa
per- + ramping = peramping
4. Proses pengekalan bunyi
misalnya :
ter- + pukul = terpukul
ber- + hasil = berhasil
5. Proses Perubahan dan Penambahan bunyi
Misalnya :
men- + las = mengelas
peN- + cat = pengecat
6. Proses Perubahan dan Penghilangan bunyi
Misalnya :
meN- + suplai = mensuplai
meN- + kensel = mengkensel

10
7. Proses perubahan dan pengekalan bunyi
Misalnya :
meng- + kukur = mengkukur
peng- + kaji = pengkaji
8. pergeseran/ perubahan posisi fonem ( konsonan)
Misalnya :
teliti + peng-an menjadi /pe-ne-li-ti-yan/
bantu + an menjadi /ka-ji-yan/
bantu + -an menjadi /ban-tu-wan/
9. Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan
morfem meN- dan peN-
Contoh :
meN- + paksa => memaksa
meN- + tulis => menulis
meN- + sapu => menyapu
meN- + karang => mengarabg
peN- + pangkas => pemangkas
peN- + tulis => penulis
peN- + sapu => penyapu
peN- + karang => pengarang

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya
adalah morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan
penambahahan afiksasi seperti, prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-,dan kan-
dan Juga sufiks –i dan –an.
Morfofonemik juga memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti
Kridalaksana yaitu proses yang secara otomatis dan proses yang tidak
otomatis, dan proses morfofonemik menurut Ramlan terbagi tiga proses yaitu
: Proses perubahan fonem, proses penambahan fonem dan proses
penghilangan fonem.

3.2 Saran
Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu
memahami masalah-masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari
pemahaman berbahasa yang kita miliki

12
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga,
Jakarta : Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLP.

Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-
Flores: Penerbit Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.


Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan,M. 1997. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.Karyono.

Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada


Press.

13

Anda mungkin juga menyukai