Kesalahan bahasa merupakan bagian yang integral dari pengajaran bahasa, baik
pengajaran bahasa yang bersifat formal maupun informal. Pengajaran bahasa bersifat informal
biasanya terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam pergaulan. Termasuk melalui
penggunaan bahasa di media massa. Sementara bersifat formal melalui sekolah. Pengajaran
bahasa secara informal disebut pengajaran alamiah. Sementara yang bersifat formal disebut
pengajaran secara ilmiah.
Pengajaran bahasa ilmiah disebut pemerolehan bahasa (language acquisition) sementara
secara formal disebut pembelajaran bahasa (language learning). Dalam proses pembelajaran
maupun pemerolehan terjadi penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua. Mereka disebut
dwibahasawan. Penggunaan dua bahasa bergantian berpotensi terjadinya kekacauan pemakaian
bahasa yang lebih dikenal dengan istilah interferensi. Inilah yang disebut dengan kesalahan
berbahasa atau penyimpangan kaidah bahasa. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan
oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran
bahasa, dikenal dua istilah, kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi.
Apabila siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering
membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan
terjadi secara sistemais dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa
siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan
praktik berbahasa.
Sementara kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum menguasai kaidah
bahasa namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari mereka lupa atau keliru dalam
menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat acak dan individual. Kekeliruan berbahasa
dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama dalam
kekeliruan berbahasa yang diperbuat. Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Kekeliruan
berbahasa sering diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak
sistematis dan bersifat sementara.
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang
dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa.
Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam
menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake). Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap unsur bahasa, seperti
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karenanya, kesalahan berbahasa bisa diklasifikasi
berdasarkan tataran linguistik seperti fonologi, morfologi, kelompok kata, frasa, klausa, kalimat
wacana, dan semantik.
Analisis Kontrastif
Menurut Tarigan (1992:2), sejak akhir perang Dunia II sampai pertengahan tahun 1960-
an, analisis kontrastif (anakon) mendominasi dunia pengajaran bahasa kedua (B2) dan
pengajaran bahasa asing.Konsep anakon sangat relevan dengan pengajaran bahasa kedua atau
pengajaran bahasa asing. Karena itu setiap guru bahasa kedua atau bahasa asing perlu memahami
konsep anakon tersebut. “Ini juga berlaku bagi guru bahasa Indonesia mengingat bahasa
Indonesia bagi sebagian besar siswa merupakan bahasa kedua, walaupun bahasa Indonesia tidak
tergolong bahasa asing di Indonesia,” (Tarigan, 1997:1).
Dasar analisis kontrastif adalah ilmu jiwa tingkah laku. “Dalam ilmu jiwa tingkah laku
berdasarkan psikologi behaviour itu ada dua butir penting, yakni: “a. Kebiasaan (atau habit), dan
b. Kesalahan (error). Bila dikaitkan dengan pemerolehan bahasa maka kedua butir itu menjadi a.
Kebiasaan berbahasa (atau language habit); dan b. Kesalahan berbahasa (atau language error).
Menurut paham teori behaviorisme, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatif. Yakni
penggunaan sistem B1 dan ber-B2, padahal sistem itu berbeda dalam B2. Perbedaan itu itu dapat
diidentifikasi melalui B1 dengan B2. Kesalahan berbahasa itu itu dapat dihilangkan dengan cara
menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui latihan, pengulangan dan penguatan (hadiah dan
hukuman).
Dalam setiap pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing ada dua hal yang biasa dialami
atau diperbuat siswa. Pertama siswa sering membuat kesalahan dalam mempelajari bahasa kedua
itu. Kedua, siswa sering membuat kesalahan berbahasa dalam proses mempelajari bahasa kedua
itu. Kedua hal ini, menurut Djago Tarigan (1997) menuntut adanya perbaikan dalam pengajaran
bahasa kedua.
Anakon muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua
atau bahasa asing. Anakon adalah suatu prosedur kerja yang mempunyai empat langkah. Yakni
membandingkan B1 dan B2, memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, memilih
bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahasa yang tepat dalam mengefisienkan dan
mengefektifkan pengajaran bahasa kedua. Atau dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif
adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem
gramatikal.
Landasan kerja anakon dengan demikian ada dua. Bahwa anakon berkaitan dengan
linguistik dan psikologi belajar. Ini terlihat dari empat langkah prosedur kerja anakon di atas.
Langkah pertama berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa. Ini menunjukkan bahwa
anakon berkaitan erat dengan linguistik. Langkah kedua, ketiga dan keempat berkaitan dengan
kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, pemilihan dan penyusan bahasa serta cara penyajian
bahan pengajaran bahasa kedua. Ini membuktikan bahwa anakon berkaitan erat dengan psikologi
Dengan demikian, dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa, analisis kesalahan
berbahasa mengidentifikasi kesalahan berbahasa yang dibuat siswa. Kemudian, analisis
kontrastif menetapkan kesalahan mana yang termasuk dalam kategori yang disebabkan
perbedaan bahasa pertama dan kedua.
Ini disebabkan dalam analisis kontrastif dikenal ada dua hipotesis. Hipotesis kuat dan hipotesis
lemah. Hipotesis pertama disebut strong form hypothesis atau hipotesis bentuk kuat. Sementara
hipotesis lemah, Weak Form Hypothesis atau hipotesis bentuk lemah..
Muh. Faisal
Abd. Halik
Saudara, dalam proses berkomunikasi perlu menggunakan bentuk kata dan pelafalan
yang tepat. Hal ini agar gagasan dan ide-ide inovatif yang Anda sampaikan kepada
orang lain dapat dipahami secara efektif. Agar hal itu dapat terwujud, perlu kita
memiliki pemahaman dan kemampuan menganalisis kesalahan berbahasa khususnya
dalam bidang fonologi dan morfologi.
Fungsinya, agar kita dapat membedakan bentuk komunikasi verbal yang benar dan
yang salah. Untuk memahami apa sesungguhnya hakikat analisis kesalahan berbahasa
dalam bidang fonologi dan morfologi, bacalah dengan saksama uraian berikut.
Sebelum Anda memasuki uraian tentang menganalisis kesalahan berbahasa, tak ada
salahnya jika Anda kembali mengingat kembali uraian tentang STRUKTUR FONOLOGI
DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Masih ingat, kan? Kalau masih ingat, apa
yang dimaksud fonologi? Menurut Kridalaksana (1982:45) fonologi adalah bidang
dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya, fonemik. Sedangkan Alwasilah (1983) menyatakan bahwa fonologi adalah
salah satu bidang tatabahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa tertentu,
misalnya bahasa Indonesia dalam rangka mempelajari fungsi bunyi untuk
membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu. Dengan kata lain, fonologi
merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi bahasa
yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa
yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l,
m, dan sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.
Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan
Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang
fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan
fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain sebagai
berikut.
Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/. Namun
karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada akhir kata
sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/.
ikan
arisan
taman
dilafalkan
dilafalkan
dilafalkan
semestinya
semestinya
semestinya
/ikan/
/arisan/
/taman/
(2) Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/
Kata-kata yang berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya adalah /tepat/.
Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /t/ pada
akhir kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-
kata tepat dilafalkan /tepa’/. Katakata lain yang mengalami pelafalan seperti
kata tepat antara lain adalah:
cepat
hormat
dapat
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/cepa’/
/horma’/
/dapa’/
semestinya
semestinya
semestinya
/cepat/
/horma’/
/dapat/
Kata-kata yang berfonem /e/ (e = enam) seperti pada kata senter, lafal bakunya adalah
/sEnter/ (E=ekor) Namun, karena faktor
pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang “biasa” menyebut kata /sEntErE/, maka
kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain yang mengalami kesalahan pelafalan
seperti kata senter antara lain adalah:
kalender
meter
liter
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/kalEndEr/
/mEtEr/
/litEr/
semestinya
semestinya
semestinya
/kalEnder/
/mEter/
/liter/
Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan pelafalan
/E/seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses berkomunikasi
situasi resmi, pada kata:
sukses
sugesti
lengah
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/sukses/
/sugesti/
/lengah/
semestinya
semestinya
semestinya
/suksEs/
/sugEsti/
/lEngah/
(5) Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/.
Kesalahan pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai dalam
proses komunikasi situasi resmi, pada kata:
lubang
gua
dilafalan
dilafalan
/lobang/
/goa/
semestinya
semestinya
/lubang/
/gua/
Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya dilafalkan /i/ bukan /E/.
Kesalahan pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi
situasi resmi, seperti pada kata:
Fonem /ai/ pada kata sampait seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ .
Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi , seperti pada kata:
santai
pantai
balai
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/santEi/santE/
/pantEi/pantE/
/balEi/balE/
semestinya
semestinya
semestinya
/santai/
/pantai/
/balai/
(8) Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/
Kata geologi seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/. Kesalahan
pelafalan /g/ pada kata gelogi tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi
situasi resmi, seperti pada kata:
idiologi
morfologi
sosiologi
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/idiolohi/ atau
/idioloji/
/morfolohi/ atau
/morfoloji/
/sosiolohi/ atau
/sosioloji/
semestinya
semestinya
semestinya
/idiologi/
/morfologi/
/sosiologi/
Fonem /h/ pada kata hilang seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan.
Penghilangan pelafalan /h/ seperti pada kata hilang.
Contoh lain:
hijau
pahit
tahi
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/ijau/
/pait/
/tai/
semestinya
semestinya
semestinya
/hilang/
/pahit/
/tahi/
Pelafalan kata andal seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/ seperti
pada kata andal, di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi.
Contoh lain:
alangan
imbau
silakan
sempurna
dilafalan
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/halangan/
/himbau/
/silahkan/
/sempurnah/
semestinya
semestinya
semestinya
semestinya
/alangan/
/imbau/
/silakan/
/sempurna/
aktif
negatif
kreatif
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/aktip/
/negatip/
/kreatip/
semestinya
semestinya
semestinya
/aktif/
/negatif/
/kreatif/
Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/.
zakat
zaman
ijazah
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/sakat /jakat/
/saman/jaman/
/ijasah/ ijajah/
semestinya
semestinya
semestinya
/zakat/
/zaman/
/ijazah/
Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/. Kesalahan
pelafalan /kh/ pada kata khawatir.
khatib
khutbah
khusyuk
dilafalan
dilafalan
dilafalan
/hatib/
/hutbah/
/husyuk/
semestinya
semestinya
semestinya
/khatib/
/khutbah/
/khusyuk/
Anda masih ingat apa yang dimaksud dengan morfologi? Semoga masih ingat. Jika
belum, Badudu (1976:15) mengemukakan bahwa “morfologi adalah ilmu bahasa yang
mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata”.
Berbicara tentang morfem terbagi atas tiga macam morfem bebas seperti makan,
minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti berber, -kan, dan lain sebagainya, morfem
unik, misalnya juang, tawa, dan sebagainya. Morfem bebas /makan/ digabung morfem
terikat –an/ menjadi kata berimbuhan, misanya, makanan. Morfem bebas /minum/
mengalami pengulangan /minum-minum/ disebut kata ulang. Morfem bebas /mata/
digabung dengan morfem bebas /hari/ menjadi matahari disebut kata majemuk.
Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi,
menurut Badudu (1982) dan Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga
kelompok: (a) kesalahan afiksasi, (b) kesalahan reduplikasi, (c) kesalahan
pemajemukan.
Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti yang dipaparkan berikut
ini.
Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai huruf t, s, k,
p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN- memasuki kata
dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu, mengurang,
dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan:
Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster seperti
transmigrasi dan prosentase tidak luluhmisalnya mentrasmigrasikan dan
memprosentasekan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan
penggunaan kata berimbuhan seperti:
menerasmigrasikan seharusnya mentransmgraskan
Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar yang
nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari
kata tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya, dalam
proses komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik seperti
dalam kalimat Saya belum menarik kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku seperti
itu adalah:
Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar tersebut muncul
dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari katasampai lalu mendapat awalan meN-,
menjadilah kata berimbuhanmenyampaikan.
Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata
berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni
dari kata koreksi lalu dimasuki awalanmeN-, menjadilah kata berimbuhan mengoreksi.
Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi padahal seha-
rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi pemerintah secara
sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu, sebagai berikut:
Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut muncul
sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom lalu
dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhanmengebom. Selanjutnya, dalam
proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal
seharusnya mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom
pantai Sanur.
Contoh lain kata berimbuhan yang tidak baku seperti itu adalah sebagai berikut:
Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah perulangan
bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan tersebut berdasar
dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah mengarang. Selanjutnya,
kata dasarmengarang mengalami proses reduplikasi ngarang- mengarang, yang
semestinya karang-mengarang seperti dalam kalimat Mereka belajar tentang
karangmengarang di sekolah. Kata ulang lain yang biasa ditemukan seperti itu adalah
sebagai berikut:
anti karat
ekstra kurikuler
antar universitas
psiko terapi
supra segmental
proto tipe
para medis
pramu niaga
infra struktur
mikro film
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
antikarat
ekstrakurikuler
antaruniversitas
psikoterapi
suprasegmental
prototipe
paramedis
pramuniaga
infrastruktur
mikrofilm
Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala kantor,
butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya ditulis
terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru
masak. Karena, kedua kata tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong
morfem bebas. Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan
adalah sebagai berikut.
aducepat
ibuangkat
kerjabakti
obatnyamuk
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
adu cepat
ibu angkat
kerja bakti
obat nyamuk
Apakah Anda sudah memahami dengan baik materi di atas? Semoga, karena Anda
adalah pebelajar yang tekun dan cerdas! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan
pemahaman Anda terhadap materi subunit 1 ini cobalah kerjakan latihan berikut.
Rudy : “Moga-moga bulan depan ada waktu kakak, sudah lama saya tida ke pulo
kamerang!”
Tina “ Pada hakekatnya, sejak jaman dulu Kamerang lebi seju’ karena anya bilohi
lautnya yang menawan..”
2. Analisislah kesalahan yang terdapat pada kalimat berikut dari segi morfologi (afiksasi,
perulangan, dan pemajemukan)
1. Untuk mengerjakan latihan nomor satu Anda perlu mengingat aspek yang berkaitan dengan
lafal yang baku, jika bingung buka kamus bahasa Indonesia.
2. Untuk mengerjakan latihan nomor dua, perhatikan hakikat proses afiksasi, pemajemukan,
dan perulangan serta aspek-aspeknya masingmasing.
3. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian ketiga, perhatikan
hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-masing.
4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati sungguhsungguh lebih dahulu
pengertian gejala hiperkret dan pleonasme dan contohnya masing-masing.
Rangkuman
Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang
lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi.
(1) Kesalahan dalam bidang fonologi pada umumnya berupa: fonem /n/ dilafalkan /ng/
fonem /t/ pada akhir kata dilafalkan /’/ fonem /e/ dilafalkan /E/, fonem /E/ dilafalkan
/e/, fonem /u/ dilafalkan /o/, fonem /i/ dilafalkan /E/, fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau
/Ei/ , fonem /g/ dilafalkan /h/ atau /j/, penambahan atau penghilangan fonem /h/
pada awal atau akhir kata, fonem /f/ dilafalan /p/, fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/, .
(a) afiksasi, seperti: afik yang luluh, tidak diluluhkan, afiks yang tidak luluh, diluluhkan,
morf men- disingkat n. Morf meny- disingkatny, morf meng disingkat ng, morf menge-
disingkat nge.
Tes Formatif
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban
yang disediakan!
Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban
Anda dengan kunci jawaban tes formatif unit 6 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit
ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1.
1. A:
2. C:
3. C:
4. C:
5. A:
6. B:
7. C:
8. A:
9. C:
10. A:
Fonem z pada kata zakat atau zaman dilafalkan /z/ bukan dilafalkan
serangkai.
meN- kecuali kata yang huruf awalnya dimulai huruf kluster seperti
transmigrasi proses
Fonem /au/ harus dilafalkan /au/ bukan /o/, atau /ou/ dan fonem /p/
pada kata pulau harus dilafalkan /p/ bukan /f/
Kata dasar yang dimulai huruf t seperti telusuri harus luluh jika
Pelafalan fonem /z/ yang benar adalah /z/ bukan /s/, dz/, /j/
Kata-kata seperti pasca, sub, ekstra, dan pra harus dirulis serangkai
Sartuni, Rasyid, dkk. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina
Dinamika
Semi, M.Atar.1990 Menulis Efetif. Padang: Angkasa Raya
/saksEs
Dalam Bab III buku Analisis Kesalahan terdapat pembahasan mengenai “Daerah dan Sifat
Kesalahan”. Seperti yang kita ketahui linguistik terbagi atas beberapa tataran yaitu, fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantic. Kesalahan yang terjadi pada tataran di atas ialah.
A. Daerah Kesalahan Fonologi
Kesalahan fonologi berhubungan dengan pelafalan dan penulisan bunyi
bahasa. Kesalahan itu berhubungan dengan:
1. Penulisan huruf besar dan huruf kecil
2. Penulisan kata depan
3. Penggunaan tanda baca
4. Pemisahan suku kata, lebih-lebih pemisahan suku kata di margin kanan
E. Kesalahan Memfosil
Kesalahan memfosil dalam bahasa Indoensia disebabkan oleh:
a. Kesadaran penutur bahasa
b. Peranan media-massa
c. Peranan masyarakat menggunakan kata-kata yang salah
Buku Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa pada Bab III berisi materi mengenai :
1. Batasan anakes
2. Tujuan dan metodologi anakes
3. Kebangkitan kembali minat terhadap anakes
4. Reorientasi anakes
5. Sumber, sebab, dan signifikasi anakes
6. Pendekatan nonkontrasif
7. Gerakan anakes
8. Kelemahan anakes
Lain halnya dengan bab III dalam buku Analisis Kesalahan Bebahasa Indonesia ( teori
dan praktik) yang membahas mengenai kesalahan berbahasa tataran fonologi diantaanya;
1. Kesalahan pelafalan karena perubahan fonem
a. Perubahan fonem vocal
b. Perubahan fonem konsonan
c. Perubahan fonem vocal menjadi vocal
d. Perubahan fonem konsonan menjadi vocal
e. Perubahan pelafalan kata/ singkatan
B. Ketepatan Makna
Kalimat yang tepat maknanya ditentukan oleh letak unsure-unsur kalimat yang tepat, dan
bisa juga ditentukan oleh ketiadaan kata yang mubadzir.
Referensi:
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan
Praktik.Surakarta: Yuma Pressindo.
Tarigan & Tarigan, Djago. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
Markhamah. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGI
Pengertian fonologi
Fonologi adalah kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujaran yang diselidiki oleh cabang
linguistik (Muslich, 2008 : 1 ). Fonologi adalah suatu bidang ilmu dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Harimurti, 2009 : 63). Fonologi
adalah bidang linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. (
Kamus Besar Bahasa Indonesia ).
1. penghilangan fonem /h/, /a/, /u/ serta penambahan fonem vokal /o/
Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada penghilangan fonem /h/, /a/, /u/ serta
penambahan fonem vokal /o/.
kesalahan berbahasa indonesia pada tataran fonologi dapat terjadi baik dalam penggunaan
bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Kesalahan penggunaan bahasa di atas
disebabkan karena kesalahan pelapalan karena perubahan fonem, perubahan fonem ini
terjadi karena adanya perubahan fonem konsonan h yang tergantikan dengan
fonem i yang terdapat pada kata hijau yang berubah menjadiijo. Kata ijo yang mengalami
perubahan pada bahasa indonesia yang baku tidak memiliki warna. Sedangkan kata yang
sebenarnya yaituHijau memiliki arti warna dasar yg serupa dengan warna daun. ( Kamus
Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan ).
Lafal Baku = Hijau
Lafal Tidak Baku = Ijo
2. penambahan fonem vokal e
kesalahan pelafalan pada tataran bahasa Indonesia khususnya pada tataran fonologi,
terjadi suatu kesalahan pelafalan penambahan fonem vokal. Penambahan fonem vokal
yang dimaksud pada bungkusan makanan diatas adalah penambahan fonem vokal e yang
membuat penuturan terhadap kata dasar mi menjadi berubah menjadi mie. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia mie tidak memiliki arti. Tetapi sebaliknya, mi memiliki arti
yaitu n bahan makanan dari tepung terigu, bentuknya seperti tali, biasanya dimasak
dengan cara digoreng atau direbus, diberi daging, udang, sayuran, bumbu, dan
sebagainya.
Lafal Tidak Baku : mie
Lafal Baku : mi
3. penambahan fonem A.
Penulisan botol kecap pada gambar di atas salah karena penulisannya menambahakan
fonem tertentu yaitu fonem A pada kata Sedaaap seharusnya penulisan yang benar
adalah sedap. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sedap yaitu 1. enak (nyaman,
senang) perasaan pada umumnya : bersih, rapi, dan – dipandang mata;lagunya tidak –
didengar ; tidak—hatinya; 2. Harum:-- baunya 3. Lezat : masakan yang dihidangkan—
sekali;--dahulu pahit kemudian, bersenang-senang dahulu, akhirnya mendapat kesusahan
Lafal Tidak Baku : Sedaap
Lafal Baku : Sedap
4. penambahan fonem vokal /u/
Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada penambahan fonem vokal /u/
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata salut yaitu 1. Sampul ;sarung;
pembungkus;selongsong;--giginya dari emas , 2. Bersalut berlapis ( bagian luar);
bersampul ; bersarung ; berbungkus; kini tubuhnya sudah tinggal tulang –kulit; giginya-
emas;, 3. Menyaluti untuk member lapisan; melapisi, 4. Telah tersaluti ; 5. Salutan untuk
hasil menyalut;. Sedangkan kata saluut tidak ada dalam kamus besar bahasa Indonesia
tidak ada. Kata saluut di sini mempunyai arti sebagai daya tarik dari kemasan kue gery
tersebut yang kue dengan lapisan luar coklat yang banyak yang menyelimuti setiap kue
penuh dengan coklat.
Lafal Baku = Salut
Lafal Tidak Baku = Saluut
5. penambahan fonem yaitu fonem vokal /a/
Gambar di atas merupakan contoh dari bungkusan makanan yang terdapat kesalahan
pelafalan karena penambahan fonem yaitu fonem vokal /a/ dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata enak yaitu 1. Sedap, lezat, rasa; kue ini—rasanya; 2. Sehat atau segar (
kondisi badan); 3. Nikmat atau menyenangkan; perasaan, suasana. Sedangkan kata enaak
tidak ada. Menurut saya kata enaak disini yaitu menunjukan sebuah rasa yang laur biasa
enaknya dan untuk lebih menarik dalam segi penulisan.
Lafal Baku = Enak
Lafal Tidak Baku = Enaak
6. perubahan fonem yaitu fonem /k/ dan /c/,
Gambar di atas merupakan contoh bungkusan minuman yang terdapat kesalahan
pelafalan Karena perubahan fonem yaitu fonem /k/ dan /c/, dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata putih yaitu 1. Warna dasar yang serupa dengan warna kapas; baju dinas
perawat sedangkan kata kopi yaitu 1. Pohon yang banyak ditanam di Asia, Amerika
Latin, dan Afrika, buahnya digoreng dan ditumbuk halus untuk dijadikan bahan
pencampuran minuman ; coffea; 2. Buah (biji) kopi; 3. Serbuk kopi ; 4. Minuman yang
bahannay serbuk kopi. Dari contoh bungkusan minuman diatas menggunakan bahasa
asing yang artinya kopi putih, menurut saya penggunaan istilah kat asing di sini agar
lebih menarik perhatian dari konsumen nantinya.
Lafal Baku = coffie
Lafal Tidak Baku = Koffie
7. perubahan fonem konsonan yaitu fonem /k/ dilafalkan menjadi /q/
Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada perubahan fonem konsonan yaitu
fonem /k/ dilafalkan menjadi /q/dalam kamus besar bahasa Indonesia ketela yaitu
tumbuhan umbi yang menjalar, umbinya dapat dimakan, daunnya untuk sayur.
Sedangkan fonem k digantikan dengan fonem q itu hanya lah sebagai gaya tarik dalam
sebuah penulisan kemasan agak lebih menarik.
Lafal Baku = Ketela
Lafal Tidak Baku = Qtela
8. Penambahan fonem a
Gambar di atas merupakan contoh dari kaleng susu yang terdapat kesalahan pelafalan
karena penambahan fonem yaitu fonem vokal /a/ dalam kamus besar bahasa Indonesia
kata bagus yaitu baik sekali; elok; permainnya—sekali, sedangkan untuk kata baa..gus
tidak ada. Menurut saya penambahan fonem disini yaitu untuk menujukan rasa susu yang
sangat baik sekali untuk dikomsumsi dan agak lebih menarik dalam tampilan kemasan.
Lafal baku : Bagus
Lafal Tidak Baku : Baa…gus
9. Perubahan fonem s dengan z
Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada perubahan fonem konsonan yaitu
fonem /s/ dilafalkan menjadi /z/ dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sosis yaitu 1.
Bentuk silinder panjang; 2. Daging cincang yang dibumbui dikemas dalam selaput
sehingga berbentuk silinder panjang, sedangkan kata sozzis tidak ditemukan. Menurut
saya kata sozzis itu hanya sebagai daya tarik untuk kemasan.
Lafal Baku = sosis
Lafal Tidak Baku = sozzis
2.1 Pengertian Fonologi
Fonologi adalah ilmu tentang bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya.
Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-
bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi
adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan
bunyi yang membentuk suku kata.
Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan
kata fon (yang berarti bunyi) dan logi (yang berarti ilmu). Dalam khazanah
bahasa Indonesia, istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa
Belanda, yaitu fonologie.
Fonologi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonologi
berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem
sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara
kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan
dan pengucapan bahasa. Dengan kata lain, fonetik adalah bagian fonologi
yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu
bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Sementara
itu, Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti.
2.3 Fonem
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam
sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna.
Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga
menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
Fajar pajar
Fasih pasih
Firasat pirasat
Kafir kapir
Fakir pakir
Fantasi pantasi
Figura pigura
Faedah paedah
2. s atau sy
Kedua fonem tersebut memang ada dalam bahasa Indonesia. Kata-kata
yang mengandung fonem /sy/ pada umumnya berasal dari bahasa Arab (syin)
ش. Adapun kata-kata yang mengandung fonem /sy/ dalam bahasa Indonesia
antara lain adalah: syahadat, masyarakat, musyawarah, asyik, syirik, syariat,
syahid, syalawat. Jadi kata-kata tersebuat adalah baku, sehingga fonem /sy/
tidak boleh diubah menjadi /s/.
3. kh, k, atau h
Kata asing yang masuk perbendaharaan bahasa Indonesia, akan mengalami
proses adaptasi atau penyesuaian bentuk kata sesuai dengan sistem yang
ada dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa peserap. Kata dari bahasa Arab
yang mengandung huruf (khaa’) خ, akan mengalami transkripsi khaa’ dengan
/kh/. Kata-kata itu adalah akhir, khalayak, khalifah, khasiat, khotbah, khawatir,
khayal, khidmat, khazanah, khusus, makhluk, ikhtisar, dsb. Kata-kata tersebut
sudah merupakan bentuk baku, sehingga fonem /kh/ pada kata-kata itu tidak
boleh diganti dengan /k/ atau fonem /h/.
Khalifah kalipah
Khasiat kasiat
Khotbah kutbah
Khawatir kawatir
Makhluk mahluk
Ikhtisar iktisar
4. z, j, d, atau l
Di antara fonem-fonem tersebut, fonem z merupakan fonem yang paling tidak
produktif dalam bahasa Indonesia. Pada umumnya kata-kata yang berfonem
z, adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan Belanda. Adapun
fonem yang berasal dari bahasa Arab tersebut umumnya adalah transkripsi
dari huruf (zaai) ز, dan (dzal) ذ
Tetapi huruf zai sering juga ditranskripsikan dengan fonem j, demikian juga
huruf dzal dengan d, dan fonem l umumnya ditranskripsi dari huruf (zhaa’) ظ.
Lazim lajim
Mukjizat mujijat
Ziarah jarah
Zakat jakat
Wartawan : “Ruas jalan protokol yakni Jalan Sudirman, Jalan Tamrin dan
Bundaran HI apa penyebabnya jebolnya tanggul kali ciliwung banjir barat di
kawasan Jalan Natur Hali Menteng Jakarta Pusat sekitar 50 meter hari kamis
pagi yang menjadi penyebabnya, saat ini saya berada di lokasi dan sekarang
hari jumat sore 24 jam kejadian, pengerjaan masih terus dilakukan untuk
memperbaiki tanggul dan saya akan mewawancarai Gubernur Jokowi Dodo
………………. karena banjir barat”.
Jokowi : “Sore”
Wartawan : “Oke, jadi jebolnya 09:30 pagi lalu pak jokowi terima kabar
langsung”.
Jokowi : “Kerja sampe tadi malam jam Empat pagi dan pagi tadi di
mulai jam Tujuh pagi”.
Jokowi : “Jadi Tni, Kodam, Kopasus, Dari Marinir dan Polri, Satpol dan
semuanya kita konsentrasikan agar malam ini bisa rampung karena bekejaran
dengan waktu kalau nanti ada hujan lagi, ada air lagi dari atas ini juga akan
menjadi masalah besar”.
Wartawan : “Kira-kira kenapa bisa terjadi, kan kita tahu curah hujan tinggi
dalam beberapa waktu terakhir apakah kejadian seperti itu memang tidak bisa
diantisipasi sebelumnya?”
Jokowi : Hambatan alat berat, material, alat berat sudah datang, antri
datang terus, moga-moga insyaallah nanti malem moga-moga sudah bisa di
atasi.
Wartawan : Dengan catatan juga kalau tidak hujan lagi pak ya?
Wartawan : “Lalu nanti target malam ini selesai harus rampung melihat
personil yang ada dan alat berat yang di kerah kan yang lain bisa terealisasi
bahwa nanti malam harus akan bisa selesai?”
Jokowi : “Ya Progesnya ini cepat sekali sudah sementara tadi karena
material datang semuanya”.
Wartawan : “Oke, jadi lebih kematerial kalo urusan untuk alat beratnya
kalau untuk personil cukup atau masih butuh lagi”.
Jokowi : “Sudah, lebih dari cukup. Kalau kurang juga kita bisa telepon
minta tambahan ke Kodam, Kopasus, Marinir atau Ke Polri semuanya Satpol
bisa bekerja”.
“Sampe”
“Baek”
“Malem”
“Kalo”
Malem → Malam
“Malem” Malam;
BAB III
KESIMPULAN
Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan
berbahasa. Dan dalam peristiwa interferensi digunakan unsur bahasa lain
dalam menggunakan suatu bahasa, yang dianggap suatu kesalahan karena
menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan.
Dalam semua bahasa, perubahan itu pasti akan terjadi. Ada perubahan yang
berasal dari intern bahasa, semisal perubahan fonetis, perubahan pada
partikel gramatikal, hingga perubahan penyederhanaan tata bahasa.Dan dalam
hampir seluruh bahasa di dunia, fenomena percampuran budaya memberikan
dampak juga pada munculnya percampuran bahasa di lingkungan
masyarakat.
Ada banyak alasan bahasa dapat berubah. Salah satu alasan yang jelas
adalah interaksi dengan bahasa lain. Jika satu orang berkomunikasi dengan
yang lain, mereka akan mengambil kata-kata tertentu untuk dijadikan suatu
objek.