Anda di halaman 1dari 54

1. bagaimana cara menganalisis kesalahan penulisan dalam pembuatan skripsi ?

Kesalahan bahasa merupakan bagian yang integral dari pengajaran bahasa, baik
pengajaran bahasa yang bersifat formal maupun informal. Pengajaran bahasa bersifat informal
biasanya terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam pergaulan. Termasuk melalui
penggunaan bahasa di media massa. Sementara bersifat formal melalui sekolah. Pengajaran
bahasa secara informal disebut pengajaran alamiah. Sementara yang bersifat formal disebut
pengajaran secara ilmiah.
Pengajaran bahasa ilmiah disebut pemerolehan bahasa (language acquisition) sementara
secara formal disebut pembelajaran bahasa (language learning). Dalam proses pembelajaran
maupun pemerolehan terjadi penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua. Mereka disebut
dwibahasawan. Penggunaan dua bahasa bergantian berpotensi terjadinya kekacauan pemakaian
bahasa yang lebih dikenal dengan istilah interferensi. Inilah yang disebut dengan kesalahan
berbahasa atau penyimpangan kaidah bahasa. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan
oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran
bahasa, dikenal dua istilah, kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi.
Apabila siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering
membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan
terjadi secara sistemais dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa
siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan
praktik berbahasa.
Sementara kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum menguasai kaidah
bahasa namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari mereka lupa atau keliru dalam
menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat acak dan individual. Kekeliruan berbahasa
dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama dalam
kekeliruan berbahasa yang diperbuat. Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Kekeliruan
berbahasa sering diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak
sistematis dan bersifat sementara.
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang
dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa.

Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam
menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake). Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap unsur bahasa, seperti
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karenanya, kesalahan berbahasa bisa diklasifikasi
berdasarkan tataran linguistik seperti fonologi, morfologi, kelompok kata, frasa, klausa, kalimat
wacana, dan semantik.
Analisis Kontrastif

Menurut Tarigan (1992:2), sejak akhir perang Dunia II sampai pertengahan tahun 1960-
an, analisis kontrastif (anakon) mendominasi dunia pengajaran bahasa kedua (B2) dan
pengajaran bahasa asing.Konsep anakon sangat relevan dengan pengajaran bahasa kedua atau
pengajaran bahasa asing. Karena itu setiap guru bahasa kedua atau bahasa asing perlu memahami
konsep anakon tersebut. “Ini juga berlaku bagi guru bahasa Indonesia mengingat bahasa
Indonesia bagi sebagian besar siswa merupakan bahasa kedua, walaupun bahasa Indonesia tidak
tergolong bahasa asing di Indonesia,” (Tarigan, 1997:1).
Dasar analisis kontrastif adalah ilmu jiwa tingkah laku. “Dalam ilmu jiwa tingkah laku
berdasarkan psikologi behaviour itu ada dua butir penting, yakni: “a. Kebiasaan (atau habit), dan
b. Kesalahan (error). Bila dikaitkan dengan pemerolehan bahasa maka kedua butir itu menjadi a.
Kebiasaan berbahasa (atau language habit); dan b. Kesalahan berbahasa (atau language error).

Menurut paham teori behaviorisme, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatif. Yakni
penggunaan sistem B1 dan ber-B2, padahal sistem itu berbeda dalam B2. Perbedaan itu itu dapat
diidentifikasi melalui B1 dengan B2. Kesalahan berbahasa itu itu dapat dihilangkan dengan cara
menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui latihan, pengulangan dan penguatan (hadiah dan
hukuman).

Dalam setiap pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing ada dua hal yang biasa dialami
atau diperbuat siswa. Pertama siswa sering membuat kesalahan dalam mempelajari bahasa kedua
itu. Kedua, siswa sering membuat kesalahan berbahasa dalam proses mempelajari bahasa kedua
itu. Kedua hal ini, menurut Djago Tarigan (1997) menuntut adanya perbaikan dalam pengajaran
bahasa kedua.
Anakon muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua
atau bahasa asing. Anakon adalah suatu prosedur kerja yang mempunyai empat langkah. Yakni
membandingkan B1 dan B2, memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, memilih
bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahasa yang tepat dalam mengefisienkan dan
mengefektifkan pengajaran bahasa kedua. Atau dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif
adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem
gramatikal.
Landasan kerja anakon dengan demikian ada dua. Bahwa anakon berkaitan dengan
linguistik dan psikologi belajar. Ini terlihat dari empat langkah prosedur kerja anakon di atas.
Langkah pertama berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa. Ini menunjukkan bahwa
anakon berkaitan erat dengan linguistik. Langkah kedua, ketiga dan keempat berkaitan dengan
kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, pemilihan dan penyusan bahasa serta cara penyajian
bahan pengajaran bahasa kedua. Ini membuktikan bahwa anakon berkaitan erat dengan psikologi

Dengan demikian, dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa, analisis kesalahan
berbahasa mengidentifikasi kesalahan berbahasa yang dibuat siswa. Kemudian, analisis
kontrastif menetapkan kesalahan mana yang termasuk dalam kategori yang disebabkan
perbedaan bahasa pertama dan kedua.
Ini disebabkan dalam analisis kontrastif dikenal ada dua hipotesis. Hipotesis kuat dan hipotesis
lemah. Hipotesis pertama disebut strong form hypothesis atau hipotesis bentuk kuat. Sementara
hipotesis lemah, Weak Form Hypothesis atau hipotesis bentuk lemah..

Analisis Kesalahan Berbahasa Fonologi Dan Morfologi

Analisis Kesalahan Berbahasa Fonologi Dan Morfologi

Muh. Faisal

Abd. Halik

Saudara, dalam proses berkomunikasi perlu menggunakan bentuk kata dan pelafalan
yang tepat. Hal ini agar gagasan dan ide-ide inovatif yang Anda sampaikan kepada
orang lain dapat dipahami secara efektif. Agar hal itu dapat terwujud, perlu kita
memiliki pemahaman dan kemampuan menganalisis kesalahan berbahasa khususnya
dalam bidang fonologi dan morfologi.

Fungsinya, agar kita dapat membedakan bentuk komunikasi verbal yang benar dan
yang salah. Untuk memahami apa sesungguhnya hakikat analisis kesalahan berbahasa
dalam bidang fonologi dan morfologi, bacalah dengan saksama uraian berikut.

Analisis Kesalahan Fonologi

Sebelum Anda memasuki uraian tentang menganalisis kesalahan berbahasa, tak ada
salahnya jika Anda kembali mengingat kembali uraian tentang STRUKTUR FONOLOGI
DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Masih ingat, kan? Kalau masih ingat, apa
yang dimaksud fonologi? Menurut Kridalaksana (1982:45) fonologi adalah bidang
dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya, fonemik. Sedangkan Alwasilah (1983) menyatakan bahwa fonologi adalah
salah satu bidang tatabahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa tertentu,
misalnya bahasa Indonesia dalam rangka mempelajari fungsi bunyi untuk
membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu. Dengan kata lain, fonologi
merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi bahasa
yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa
yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l,
m, dan sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.

Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan
Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang
fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan
fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain sebagai
berikut.

(1) Pelafalan fonem /n/ diubah menjadi /ng/

Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/. Namun
karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada akhir kata
sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/.

Contoh yang lain:

ikan

arisan

taman
dilafalkan

dilafalkan

dilafalkan

semestinya

semestinya

semestinya

/ikan/

/arisan/

/taman/

(2) Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/

Kata-kata yang berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya adalah /tepat/.
Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /t/ pada
akhir kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-
kata tepat dilafalkan /tepa’/. Katakata lain yang mengalami pelafalan seperti
kata tepat antara lain adalah:

cepat

hormat
dapat

dilafalan

dilafalan

dilafalan

/cepa’/

/horma’/

/dapa’/

semestinya

semestinya

semestinya

/cepat/

/horma’/

/dapat/

(3) Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/

Kata-kata yang berfonem /e/ (e = enam) seperti pada kata senter, lafal bakunya adalah
/sEnter/ (E=ekor) Namun, karena faktor
pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang “biasa” menyebut kata /sEntErE/, maka
kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain yang mengalami kesalahan pelafalan
seperti kata senter antara lain adalah:

kalender

meter

liter

dilafalan

dilafalan

dilafalan

/kalEndEr/

/mEtEr/

/litEr/

semestinya

semestinya

semestinya

/kalEnder/
/mEter/

/liter/

(4) Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/,

Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan pelafalan
/E/seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses berkomunikasi
situasi resmi, pada kata:

sukses

sugesti

lengah

dilafalan

dilafalan

dilafalan

/sukses/

/sugesti/

/lengah/

semestinya
semestinya

semestinya

/suksEs/

/sugEsti/

/lEngah/

(5) Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/.

Kesalahan pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai dalam
proses komunikasi situasi resmi, pada kata:

lubang

gua

dilafalan

dilafalan

/lobang/

/goa/

semestinya

semestinya
/lubang/

/gua/

(6) Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/

Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya dilafalkan /i/ bukan /E/.

Kesalahan pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi
situasi resmi, seperti pada kata:

hakikat dilafalkan /hakEkat/ semestinya /hakikat/

nasihat dilafalkan /nasEhat/ semestinya /nasihat/

(7) Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/

Fonem /ai/ pada kata sampait seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ .
Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi , seperti pada kata:

santai

pantai

balai

dilafalan

dilafalan
dilafalan

/santEi/santE/

/pantEi/pantE/

/balEi/balE/

semestinya

semestinya

semestinya

/santai/

/pantai/

/balai/

(8) Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/

Kata geologi seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/. Kesalahan
pelafalan /g/ pada kata gelogi tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi
situasi resmi, seperti pada kata:

idiologi

morfologi
sosiologi

dilafalan

dilafalan

dilafalan

/idiolohi/ atau

/idioloji/

/morfolohi/ atau

/morfoloji/

/sosiolohi/ atau

/sosioloji/

semestinya

semestinya

semestinya

/idiologi/

/morfologi/
/sosiologi/

(9) Pelafalan fonem /h/ dihilangkan / /

Fonem /h/ pada kata hilang seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan.
Penghilangan pelafalan /h/ seperti pada kata hilang.

Contoh lain:

hijau

pahit

tahi

dilafalan

dilafalan

dilafalan

/ijau/

/pait/

/tai/

semestinya

semestinya
semestinya

/hilang/

/pahit/

/tahi/

(10) Penambahan fonem /h/ pada awal atau akhir kata

Pelafalan kata andal seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/ seperti
pada kata andal, di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi.

Contoh lain:

alangan

imbau

silakan

sempurna

dilafalan

dilafalan

dilafalan
dilafalan

/halangan/

/himbau/

/silahkan/

/sempurnah/

semestinya

semestinya

semestinya

semestinya

/alangan/

/imbau/

/silakan/

/sempurna/

(11) Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/

Fonem /f/ pada kata feodal harusnya tidak dilafalkan /p/ .


Kesalahan pelafalan /f/ pada kata feodal.

Contoh yang lain:

aktif

negatif

kreatif

dilafalan

dilafalan

dilafalan

/aktip/

/negatip/

/kreatip/

semestinya

semestinya

semestinya

/aktif/
/negatif/

/kreatif/

(12) Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/

Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/.

Kesalahan pelafalan /z/ pada kata izin.

Contoh yang lain:

zakat

zaman

ijazah

dilafalan

dilafalan

dilafalan

/sakat /jakat/

/saman/jaman/

/ijasah/ ijajah/
semestinya

semestinya

semestinya

/zakat/

/zaman/

/ijazah/

(13) Pelafalan /au/ diganti menjadi /h/

Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/. Kesalahan
pelafalan /kh/ pada kata khawatir.

Contoh yang lain:

khatib

khutbah

khusyuk

dilafalan

dilafalan

dilafalan
/hatib/

/hutbah/

/husyuk/

semestinya

semestinya

semestinya

/khatib/

/khutbah/

/khusyuk/

Analisis Kesalahan Morfologi

Anda masih ingat apa yang dimaksud dengan morfologi? Semoga masih ingat. Jika
belum, Badudu (1976:15) mengemukakan bahwa “morfologi adalah ilmu bahasa yang
mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata”.
Berbicara tentang morfem terbagi atas tiga macam morfem bebas seperti makan,
minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti berber, -kan, dan lain sebagainya, morfem
unik, misalnya juang, tawa, dan sebagainya. Morfem bebas /makan/ digabung morfem
terikat –an/ menjadi kata berimbuhan, misanya, makanan. Morfem bebas /minum/
mengalami pengulangan /minum-minum/ disebut kata ulang. Morfem bebas /mata/
digabung dengan morfem bebas /hari/ menjadi matahari disebut kata majemuk.
Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi,
menurut Badudu (1982) dan Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga
kelompok: (a) kesalahan afiksasi, (b) kesalahan reduplikasi, (c) kesalahan
pemajemukan.

Kesalahan bidang afiksasi.

Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti yang dipaparkan berikut
ini.

(1) Afik yang luluh, tidak diluluhkan

Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai huruf t, s, k,
p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN- memasuki kata
dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu, mengurang,
dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan:

mentabrak seharusnya menabrak

mempahat seharusnya memahat

mempabrik seharusnya memabrik

(2) Afiks yang tidak luluh, diluluhkan

Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster seperti
transmigrasi dan prosentase tidak luluhmisalnya mentrasmigrasikan dan
memprosentasekan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan
penggunaan kata berimbuhan seperti:
menerasmigrasikan seharusnya mentransmgraskan

memerotes seharusnya memprotes

memerakarsai seharusnya memprakarsai

(3) Morf men- disingkat n,

Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar yang
nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari
kata tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya, dalam
proses komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik seperti
dalam kalimat Saya belum menarik kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku seperti
itu adalah:

natap seharusnya menatap

nangis seharusnya menangis

nabrak seharusnya menabrak

(4) Morf meny- disingkat ny, misalnya:

Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar tersebut muncul
dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari katasampai lalu mendapat awalan meN-,
menjadilah kata berimbuhanmenyampaikan.

Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya meng-


gunakannyampai atau nyampaikan padahal seharusnya menyampaikan. Contoh yang
lain:
nyapu seharusnya menyapu

nyisir seharusnya menyisir

nyusun seharusnya menyusun

(5) Morf meng disingkat ng, misalnya:

Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata
berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni
dari kata koreksi lalu dimasuki awalanmeN-, menjadilah kata berimbuhan mengoreksi.
Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi padahal seha-
rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi pemerintah secara
sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu, sebagai berikut:

ngarang seharusnya mengarang

ngantuk seharusnya mengantuk

ngurung seharusnya mengurung

(6) Morf menge– disingkat nge-

Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut muncul
sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom lalu
dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhanmengebom. Selanjutnya, dalam
proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal
seharusnya mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom
pantai Sanur.
Contoh lain kata berimbuhan yang tidak baku seperti itu adalah sebagai berikut:

ngelap seharusnya mengelap

ngebom seharusnya mengebom

ngecet seharusnya mengecet

ngelas seharusnya mengelas

(7) Kesalahan morfologi segi reduplikasi

Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah perulangan
bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan tersebut berdasar
dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah mengarang. Selanjutnya,
kata dasarmengarang mengalami proses reduplikasi ngarang- mengarang, yang
semestinya karang-mengarang seperti dalam kalimat Mereka belajar tentang
karangmengarang di sekolah. Kata ulang lain yang biasa ditemukan seperti itu adalah
sebagai berikut:

ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek

ngutip-mengutip seharusnya kutip-mengutip

ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi

Kesalahan morfologis segi proses pemajemukan

(1) Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan


Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler, adalah kata
majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis serangkai
seperti pascapanen dan ekstrakurikuer. Karena kata-kata: pasca,ektra, antar , infra,
intra, anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para, dan
sebagainya adalah kata-kata yang harus ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh kata majemuk yang seharusnya ditulis serangkai tetapi ditulis
terpisah adalah sebagai berikut.

anti karat

ekstra kurikuler

antar universitas

psiko terapi

supra segmental

proto tipe

para medis

pramu niaga

infra struktur

mikro film

seharusnya
seharusnya

seharusnya

seharusnya

seharusnya

seharusnya

seharusnya

seharusnya

seharusnya

seharusnya

antikarat

ekstrakurikuler

antaruniversitas

psikoterapi

suprasegmental

prototipe
paramedis

pramuniaga

infrastruktur

mikrofilm

(2) Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan

Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala kantor,
butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya ditulis
terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru
masak. Karena, kedua kata tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong
morfem bebas. Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan
adalah sebagai berikut.

aducepat

ibuangkat

kerjabakti

obatnyamuk

seharusnya

seharusnya

seharusnya
seharusnya

adu cepat

ibu angkat

kerja bakti

obat nyamuk

Apakah Anda sudah memahami dengan baik materi di atas? Semoga, karena Anda
adalah pebelajar yang tekun dan cerdas! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan
pemahaman Anda terhadap materi subunit 1 ini cobalah kerjakan latihan berikut.

1. Analisis kesalahan berbahasa yang terdapat dalam dialog berikut dari


segi fonologi/pelafalannya.

Rudy : “Kafan kita kak jalan-jalan bersama paman di pante pulo

Lumpue sambil makang ikan bakar?”

Tina : “Saya masih sibuk mengurusi adikku yang sakit polio”

Rudy : “Moga-moga bulan depan ada waktu kakak, sudah lama saya tida ke pulo
kamerang!”

Rudy “Menurut Tina yang bagus pulo Lumpue daripada Kamerrang?”

Tina “ Pada hakekatnya, sejak jaman dulu Kamerang lebi seju’ karena anya bilohi
lautnya yang menawan..”
2. Analisislah kesalahan yang terdapat pada kalimat berikut dari segi morfologi (afiksasi,
perulangan, dan pemajemukan)

– Dia sudah nyusun laporan pertangungan jawab keuangan koperasi.

– Arkadilah mencari ikan di laut dengan cara ngebom di tengah laut.

– Pemerintah galakkan semangat anti narkoba di kalngan pemuda.

– Jangan mengenyampingkan pendidikan matematika dan bahasa.

– Mereka sedang giatnya mempelajari ngarang-mengarang cerpen.

Rambu-rambu pengerjaan latihan

1. Untuk mengerjakan latihan nomor satu Anda perlu mengingat aspek yang berkaitan dengan
lafal yang baku, jika bingung buka kamus bahasa Indonesia.

2. Untuk mengerjakan latihan nomor dua, perhatikan hakikat proses afiksasi, pemajemukan,
dan perulangan serta aspek-aspeknya masingmasing.

3. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian ketiga, perhatikan
hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-masing.

4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati sungguhsungguh lebih dahulu
pengertian gejala hiperkret dan pleonasme dan contohnya masing-masing.

Rangkuman

Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang
lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi.
(1) Kesalahan dalam bidang fonologi pada umumnya berupa: fonem /n/ dilafalkan /ng/
fonem /t/ pada akhir kata dilafalkan /’/ fonem /e/ dilafalkan /E/, fonem /E/ dilafalkan
/e/, fonem /u/ dilafalkan /o/, fonem /i/ dilafalkan /E/, fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau
/Ei/ , fonem /g/ dilafalkan /h/ atau /j/, penambahan atau penghilangan fonem /h/
pada awal atau akhir kata, fonem /f/ dilafalan /p/, fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/, .

(2) Kesalahan dalam bidang morfologi relatif dalam bentuk:

(a) afiksasi, seperti: afik yang luluh, tidak diluluhkan, afiks yang tidak luluh, diluluhkan,
morf men- disingkat n. Morf meny- disingkatny, morf meng disingkat ng, morf menge-
disingkat nge.

(b) proses reduplikasi, seperti pengulangan bentuk dasar yang salah.

(c) proses pemajemukan, seperti kata majemuk yang seharusnya disatukan


penulisannya tetapi dipisahkan, kata majemuk yang seharusnya dipisahkan penlisannya
tetapi disatukan.

Tes Formatif

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban
yang disediakan!

1. Pelafalan yang benar pada kata berikut adalah…


2. zakat
3. jakat
4. sakat
5. syakat
6. Kata majemuk yang benar penulisannya berikut ini adalah…
7. adukepintaran
8. adukelincahan
9. anti racun
10. olah raga
11. Bentuk perulangan yang benar berikut adalah…
12. ngarang-mengarang
13. ngutip-mengutip
14. nyalin-menyalin
15. tunjuk-menunjuk
16. Semua pelafalan kata berikut ini benar … kecuali:
17. geolohi
18. juang
19. pulo
20. pante
21. Proses afiksasi yang benar berikut adalah…
22. memahat
23. memproses
24. meneransmigrasikan
25. menterjemahkan
26. Pelafalan yang benar pada kata berikut adalah…
27. pulo
28. pulau
29. pulou
30. fulau

7. Kata berimbuhan yang benar berikut ini adalah..


8. memelusuri
9. menyelusuri
10. menelusuri
11. mentelusuri
12. Pelafalan kata berikut ini semua benar….kecuali:
13. ijazah
14. ijasah
15. ijadzah
16. ijajah
17. Semua kata majemuk berikut ini benar penulisannya…. kecuali:
18. antar sekolah
19. pascapanen
20. prasejarah
21. ekstrakurikuler
22. Pelafalan kata yang tepat berikut ini adalah …
23. suksEs
24. sukses
25. sakses
26. syukses

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban
Anda dengan kunci jawaban tes formatif unit 6 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit
ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1.

Kunci Jawaban Tes Formatif

1. A:
2. C:
3. C:
4. C:
5. A:
6. B:
7. C:
8. A:
9. C:
10. A:

Fonem z pada kata zakat atau zaman dilafalkan /z/ bukan dilafalkan

/s/, atau /j/

Olah raga, yang lain seperti adukepintaran dan adu kelincahan

seharusnya ditulis terpisah dan anti karat sehausnya ditulis

serangkai.

Perulangan seperti ngarang-mengarang harus berdasar pada kata

dasar karang seperti karang-mengarang, tunjuk-menunjuk

Fonem /g/, seharusnya dilafalkan /g bukan /h/. fonem /ai/,

seharusnya dilafalkan /E/ bukan /Ei/, fonem /au/ tidak dilafalkan

/o/ tetapi seharusnya /au/

Kata dasar yang dimulai huruf p, t, k, s luluh jika dimasuki awalan

meN- kecuali kata yang huruf awalnya dimulai huruf kluster seperti

transmigrasi proses

Fonem /au/ harus dilafalkan /au/ bukan /o/, atau /ou/ dan fonem /p/
pada kata pulau harus dilafalkan /p/ bukan /f/

Kata dasar yang dimulai huruf t seperti telusuri harus luluh jika

dimsuki awalan meN- misalnya menelusuri,

Pelafalan fonem /z/ yang benar adalah /z/ bukan /s/, dz/, /j/

Kata-kata seperti pasca, sub, ekstra, dan pra harus dirulis serangkai

dengan yang mengikutinya

Pelafalan yang benar pada kata sukses adalah /suksEs/ bukan

/sukses/, /syukses/ atauDaftar Pustaka

Alwasilah, Abd. Chedar. 1983.Linguistik Suatu Pengantar. Bandung:Angkasa

Badudu, J.S. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia Jakarta: Bandung Angkasa

__________ 1982. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:Gramedia.

Kridalaksana. H. 1982. Kamus Lingistik, Jakarta: Gramedia

Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah

Ramlan, M. 1988. Sintaksis. Yogyakarta: UP Kencono

Sartuni, Rasyid, dkk. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina
Dinamika
Semi, M.Atar.1990 Menulis Efetif. Padang: Angkasa Raya

Tarigan, H,G, 1983. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago & Sulistyaningsih, L.S. 1979. Analisis Kesa

/saksEs

Dalam Bab III buku Analisis Kesalahan terdapat pembahasan mengenai “Daerah dan Sifat
Kesalahan”. Seperti yang kita ketahui linguistik terbagi atas beberapa tataran yaitu, fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantic. Kesalahan yang terjadi pada tataran di atas ialah.
A. Daerah Kesalahan Fonologi
Kesalahan fonologi berhubungan dengan pelafalan dan penulisan bunyi
bahasa. Kesalahan itu berhubungan dengan:
1. Penulisan huruf besar dan huruf kecil
2. Penulisan kata depan
3. Penggunaan tanda baca
4. Pemisahan suku kata, lebih-lebih pemisahan suku kata di margin kanan

B. Daerah Kesalahan Morfologi


Kesalahan pada bidang morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata. Dalam bahasa
Indonesia kesalahan pada bidang morfologi akan menyangkut derivasi, diksi, kontaminasi, dan
pleonasme.

C. Daerah Kesalahan Sintaksis


Kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada kalimat yang
bersyukur tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat,
kontaminasi kalimat, koherensi, kalimat mubazir, kalimat yang menggunakan kata serapan, dan
logika kalimat.

D. Daerah Kesalahan Semantis


Daerah kesalahan semantik berhubungan dengan pemahaman makna kata dan ketepatan
pemakaian dalam bertutur.

E. Kesalahan Memfosil
Kesalahan memfosil dalam bahasa Indoensia disebabkan oleh:
a. Kesadaran penutur bahasa
b. Peranan media-massa
c. Peranan masyarakat menggunakan kata-kata yang salah

Buku Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa pada Bab III berisi materi mengenai :
1. Batasan anakes
2. Tujuan dan metodologi anakes
3. Kebangkitan kembali minat terhadap anakes
4. Reorientasi anakes
5. Sumber, sebab, dan signifikasi anakes
6. Pendekatan nonkontrasif
7. Gerakan anakes
8. Kelemahan anakes
Lain halnya dengan bab III dalam buku Analisis Kesalahan Bebahasa Indonesia ( teori
dan praktik) yang membahas mengenai kesalahan berbahasa tataran fonologi diantaanya;
1. Kesalahan pelafalan karena perubahan fonem
a. Perubahan fonem vocal
b. Perubahan fonem konsonan
c. Perubahan fonem vocal menjadi vocal
d. Perubahan fonem konsonan menjadi vocal
e. Perubahan pelafalan kata/ singkatan

2. Keslaahan pelafalan karena penghilangan fonem


a. Penghilangan fonem vocal
b. Penghilangan fonem konsonan
c. Penghilangan fonem vocal rangkap menjadi tunggal
d. Penghilangan deret vocal menjadi vocal tunggal
e. Penghilangan gugus konsosnan

3. Keslaahan pelafalan karena penambahan fonem


a. Penambahan fonem vocal
b. Penambahan fonem konsonan
c. Pembentukan deret vocal
d. Pembentukan gabungan/ gugus konsonan dari fonem konsonan tunggal
Jika perhatikan bab III dalam buku Analisis terdapat sub-bab mengenai kesalahan
fonologi. Hanya saja, di dalam buku tersebut lebih mengutamakan pembatasan mengenai
kesalahan pelafalan dan penulisan fonem. Berbeda dengan buku ini yang lebih membahan
kesalahan fonem karena perubahan, penghilangan, dan penambahan fonem.
Sedangkan dalam buku Analisis Kesalahan Bebahasa. Pada bab III membahas kepaduan
dan ketepatan makna.
A. Kepaduan
Kepaduan ialah adanya hubungan makna antara satu kalimat dengan unsur kalimat lain.
Kepaduan ini dapat disebut koherensi dalam paragraf. Berikut adalah ketentuan menyusuri
kalimat padu.
1. Tidak meletakan keterangan yang berupa klausa diantara subjek dan predikat
2. Tidak meletakkan keterangan aspek di depan S
3. Tidak menempatkan keterangan aspek diantara pelaku dan pokok kata kerja yang pasif bentuk
diri
4. Tidak menyisipkan kata depan diantara P dan O

B. Ketepatan Makna
Kalimat yang tepat maknanya ditentukan oleh letak unsure-unsur kalimat yang tepat, dan
bisa juga ditentukan oleh ketiadaan kata yang mubadzir.

Referensi:
 Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan
Praktik.Surakarta: Yuma Pressindo.
 Tarigan & Tarigan, Djago. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
 Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
 Markhamah. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGI

 Pengertian fonologi

 Fonologi adalah kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujaran yang diselidiki oleh cabang
linguistik (Muslich, 2008 : 1 ). Fonologi adalah suatu bidang ilmu dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Harimurti, 2009 : 63). Fonologi
adalah bidang linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. (
Kamus Besar Bahasa Indonesia ).

 1. penghilangan fonem /h/, /a/, /u/ serta penambahan fonem vokal /o/


 Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada penghilangan fonem /h/, /a/, /u/ serta
penambahan fonem vokal /o/.

 kesalahan berbahasa indonesia pada tataran fonologi dapat terjadi baik dalam penggunaan
bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Kesalahan penggunaan bahasa di atas
disebabkan karena kesalahan pelapalan karena perubahan fonem, perubahan fonem ini
terjadi karena adanya perubahan fonem konsonan h yang tergantikan dengan
fonem i yang terdapat pada kata hijau yang berubah menjadiijo. Kata ijo yang mengalami
perubahan pada bahasa indonesia yang baku tidak memiliki warna. Sedangkan kata yang
sebenarnya yaituHijau memiliki arti warna dasar yg serupa dengan warna daun. ( Kamus
Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan ).
 Lafal Baku = Hijau
 Lafal Tidak Baku = Ijo


 2. penambahan fonem vokal e


 kesalahan pelafalan pada tataran bahasa Indonesia khususnya pada tataran fonologi,
terjadi suatu kesalahan pelafalan penambahan fonem vokal. Penambahan fonem vokal
yang dimaksud pada bungkusan makanan diatas adalah penambahan fonem vokal e yang
membuat penuturan terhadap kata dasar mi menjadi berubah menjadi mie. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia mie tidak memiliki arti. Tetapi sebaliknya, mi memiliki arti
yaitu n bahan makanan dari tepung terigu, bentuknya seperti tali, biasanya dimasak
dengan cara digoreng atau direbus, diberi daging, udang, sayuran, bumbu, dan
sebagainya.
 Lafal Tidak Baku : mie
 Lafal Baku : mi



 3. penambahan fonem A.

 Penulisan botol kecap pada gambar di atas salah karena penulisannya menambahakan
fonem tertentu yaitu fonem A pada kata Sedaaap seharusnya penulisan yang benar
adalah sedap. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sedap yaitu 1. enak (nyaman,
senang) perasaan pada umumnya : bersih, rapi, dan – dipandang mata;lagunya tidak –
didengar ; tidak—hatinya; 2. Harum:-- baunya 3. Lezat : masakan yang dihidangkan—
sekali;--dahulu pahit kemudian, bersenang-senang dahulu, akhirnya mendapat kesusahan
 Lafal Tidak Baku : Sedaap
 Lafal Baku : Sedap

 4. penambahan fonem vokal /u/


 Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada penambahan fonem vokal /u/
 Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata salut yaitu 1. Sampul ;sarung;
pembungkus;selongsong;--giginya dari emas , 2. Bersalut berlapis ( bagian luar);
bersampul ; bersarung ; berbungkus; kini tubuhnya sudah tinggal tulang –kulit; giginya-
emas;, 3. Menyaluti untuk member lapisan; melapisi, 4. Telah tersaluti ; 5. Salutan untuk
hasil menyalut;. Sedangkan kata saluut tidak ada dalam kamus besar bahasa Indonesia
tidak ada. Kata saluut di sini mempunyai arti sebagai daya tarik dari kemasan kue gery
tersebut yang kue dengan lapisan luar coklat yang banyak yang menyelimuti setiap kue
penuh dengan coklat.

 Lafal Baku = Salut
 Lafal Tidak Baku = Saluut

 5. penambahan fonem yaitu fonem vokal /a/




 Gambar di atas merupakan contoh dari bungkusan makanan yang terdapat kesalahan
pelafalan karena penambahan fonem yaitu fonem vokal /a/ dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata enak yaitu 1. Sedap, lezat, rasa; kue ini—rasanya; 2. Sehat atau segar (
kondisi badan); 3. Nikmat atau menyenangkan; perasaan, suasana. Sedangkan kata enaak
tidak ada. Menurut saya kata enaak disini yaitu menunjukan sebuah rasa yang laur biasa
enaknya dan untuk lebih menarik dalam segi penulisan.

Lafal Baku = Enak
Lafal Tidak Baku = Enaak
 6. perubahan fonem yaitu fonem /k/ dan /c/,


 Gambar di atas merupakan contoh bungkusan minuman yang terdapat kesalahan
pelafalan Karena perubahan fonem yaitu fonem /k/ dan /c/, dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata putih yaitu 1. Warna dasar yang serupa dengan warna kapas; baju dinas
perawat sedangkan kata kopi yaitu 1. Pohon yang banyak ditanam di Asia, Amerika
Latin, dan Afrika, buahnya digoreng dan ditumbuk halus untuk dijadikan bahan
pencampuran minuman ; coffea; 2. Buah (biji) kopi; 3. Serbuk kopi ; 4. Minuman yang
bahannay serbuk kopi. Dari contoh bungkusan minuman diatas menggunakan bahasa
asing yang artinya kopi putih, menurut saya penggunaan istilah kat asing di sini agar
lebih menarik perhatian dari konsumen nantinya.

 Lafal Baku = coffie
 Lafal Tidak Baku = Koffie




 7. perubahan fonem konsonan yaitu fonem /k/ dilafalkan menjadi /q/


 Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada perubahan fonem konsonan yaitu
fonem /k/ dilafalkan menjadi /q/dalam kamus besar bahasa Indonesia ketela yaitu
tumbuhan umbi yang menjalar, umbinya dapat dimakan, daunnya untuk sayur.
Sedangkan fonem k digantikan dengan fonem q itu hanya lah sebagai gaya tarik dalam
sebuah penulisan kemasan agak lebih menarik.
 Lafal Baku = Ketela
 Lafal Tidak Baku = Qtela






 8. Penambahan fonem a



 Gambar di atas merupakan contoh dari kaleng susu yang terdapat kesalahan pelafalan
karena penambahan fonem yaitu fonem vokal /a/ dalam kamus besar bahasa Indonesia
kata bagus yaitu baik sekali; elok; permainnya—sekali, sedangkan untuk kata baa..gus
tidak ada. Menurut saya penambahan fonem disini yaitu untuk menujukan rasa susu yang
sangat baik sekali untuk dikomsumsi dan agak lebih menarik dalam tampilan kemasan.
 Lafal baku : Bagus
 Lafal Tidak Baku : Baa…gus

 9. Perubahan fonem s dengan z



 Gambar di atas merupakan kesalahan bahasa pada perubahan fonem konsonan yaitu
fonem /s/ dilafalkan menjadi /z/ dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sosis yaitu 1.
Bentuk silinder panjang; 2. Daging cincang yang dibumbui dikemas dalam selaput
sehingga berbentuk silinder panjang, sedangkan kata sozzis tidak ditemukan. Menurut
saya kata sozzis itu hanya sebagai daya tarik untuk kemasan.

 Lafal Baku = sosis
 Lafal Tidak Baku = sozzis
2.1 Pengertian Fonologi
Fonologi adalah ilmu tentang bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya.
Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-
bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi
adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan
bunyi yang membentuk suku kata.
Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan
kata fon (yang berarti bunyi) dan logi (yang berarti ilmu). Dalam khazanah
bahasa Indonesia, istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa
Belanda, yaitu fonologie.
Fonologi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonologi
berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem
sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara
kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan
dan pengucapan bahasa. Dengan kata lain, fonetik adalah bagian fonologi
yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu
bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Sementara
itu, Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti.

2.2 Faktor Kesalahan dalam Fonologi


Penggunaan bahasa yang tidak sesuai diakibatkan oleh faktor penentu
berkomunikasi atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma
masyarakat. Bahasa indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata
bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak benar. Jadi, kesalahan
berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan (ucapan) maupun
tulisan (ejaan).

2.3 Fonem
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam
sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna.
Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga
menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.

Kesalahan ucapan dapat disebabkan antara lain sebagai berikut.

 Terpengaruh bahasa yang dikuasai terlebih dahulu


 Pemakai bahasa yang kurang memahami kaidah-kaidah bahasa yang dipakainya
 Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna
Salah satunya pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia yang
diantaranya sebagai berikut.

1. Mengambil kata-kata bentuk tunggal, haram, haji, adat, dsb.


2. Mengambil kata-kata bentuk tunggal dan jamak tanpa perbedaan arti: hal-ihwal,
unsur-anasir, alim-ulama.
3. Menyerap bunyi-i yang membedakan arti: hewan-hewani, hak-hakiki.
4. Mengambil akhiran-i yang mempunyai alomorf –wi
5. Mengambil akhiran-in dan –at
6. Mengambil akhiran -ah
Contoh Fonologi Bahasa Arab terhadap Fonologi Bahasa Indonesia
1. p atau f
Makna antara p dengan f merupakan dua fonem yang sering kacau
pemakaiannya. Pada umumnya kata-kata yang mengandung fonem f adalah
kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata
arab fikrun, fakmun, dan faslun,jika diserap ke dalam bahasa Indonesia,
menjadi pikir, paham, pasal bukan fikir. faham, dan fasal, akan tetapi karena
tidak adanya kaidah yang tegas, maka kata yang seharusnya sudah betul,
bahkan ditulis salah. Kata fardu, fisik, foto, fanatik, dsb. Yang sudah
merupakan kata baku atau betul, malah ditulis pardu, pisik, poto, panatik, dsb.
Kesalahan dalam pengucapan pada fonem p dan f
Fana diucapkan pana

Fajar pajar

Fasih pasih

Firasat pirasat

Kafir kapir

Fakir pakir

Fantasi pantasi

Figura pigura

Faedah paedah

2. s atau sy
Kedua fonem tersebut memang ada dalam bahasa Indonesia. Kata-kata
yang mengandung fonem /sy/ pada umumnya berasal dari bahasa Arab (syin)
‫ش‬. Adapun kata-kata yang mengandung fonem /sy/ dalam bahasa Indonesia
antara lain adalah: syahadat, masyarakat, musyawarah, asyik, syirik, syariat,
syahid, syalawat. Jadi kata-kata tersebuat adalah baku, sehingga fonem /sy/
tidak boleh diubah menjadi /s/.

Di dalam kehidupan berbahasa, sebagai akibat pengaruh agama, kita sering


melihat kecenderungan pemakai bahasa menggantikan /s/- yang sebetulnya
sudah baku menjadi /sy/. Akibatnya kata yang sudah baku tersebut menjadi
tidak baku.

Contoh: saraf menjadi syaraf,

insaf menajdi insyaf, dsb.

3. kh, k, atau h
Kata asing yang masuk perbendaharaan bahasa Indonesia, akan mengalami
proses adaptasi atau penyesuaian bentuk kata sesuai dengan sistem yang
ada dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa peserap. Kata dari bahasa Arab
yang mengandung huruf (khaa’) ‫خ‬, akan mengalami transkripsi khaa’ dengan
/kh/. Kata-kata itu adalah akhir, khalayak, khalifah, khasiat, khotbah, khawatir,
khayal, khidmat, khazanah, khusus, makhluk, ikhtisar, dsb. Kata-kata tersebut
sudah merupakan bentuk baku, sehingga fonem /kh/ pada kata-kata itu tidak
boleh diganti dengan /k/ atau fonem /h/.

Kesalahan dalam pengucapan fonem k, h atau kh,


Khusus diucapkan kusus

Khalifah kalipah

Khasiat kasiat

Khotbah kutbah

Khawatir kawatir
Makhluk mahluk

Ikhtisar iktisar

4. z, j, d, atau l
Di antara fonem-fonem tersebut, fonem z merupakan fonem yang paling tidak
produktif dalam bahasa Indonesia. Pada umumnya kata-kata yang berfonem
z, adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan Belanda. Adapun
fonem yang berasal dari bahasa Arab tersebut umumnya adalah transkripsi
dari huruf (zaai) ‫ز‬, dan (dzal) ‫ذ‬

Tetapi huruf zai sering juga ditranskripsikan dengan fonem j, demikian juga
huruf dzal dengan d, dan fonem l umumnya ditranskripsi dari huruf (zhaa’) ‫ظ‬.

Kesalahan dalam pengucapan fonem z, j, dan d


Ijazah diucapkan ijasah

Lazim lajim

Mukjizat mujijat

Ziarah jarah

Zakat jakat

2.4 Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi Pada Bungkus Makanan


Dari gambar disamping terjadi kesalahan
pada bagian tataran fonologi, seharusnya
kata kriuukmenjadi kriuk terlihat jelas
kesalahan penambahan fonem U.
Dari gambar disamping terjadi kesalahan
pada bagian tataran fonologi, seharusnya
kata sedaapmenjadi sedap terlihat jelas
terjadi kesalahan pada penambahan
fonemA.

Dari gambar disamping terjadi kesalahan


pada bagian tataran fonologi, terdapat
perubahan fonem“S” menjadi
fonem “Z” dalam
katasozzis seharusnya sosis.

Dari gambar disamping terjadi kesalahan


pada bagian tataran fonologi yaitu
penambahan fonem “A” dan fonem “L”
seharusnya goal

Dari gambar disamping terjadi kesalahan


pada bagian tataran fonologi, seharusnya
kata “Radja” menjadi “Raja” terlihat
jelas terjadi penambahan fonem D.

Dari gambar disamping terjadi kesalahan


pada bagian tataran fonologi, seharusnya
kata “Biskut” menjadi kata “biskuit”
terlihat jelas terjadi kesalahan
penghilangan fonem I.
Dari gambar disamping terjadi kesalahan
pada bagian tataran fonologi, seharusnya
kata keropok udang menjadi kerupuk
udang terlihat jelas terjadi penambahan
fonem O.

2.5 Kesalahan Berbahasa Dalam Fonologi Pada Ucapan


Simak Video Wartawan dan Gubernur DKI Jakarta Tentang Banjir di Ibu Kota
Jakarta dan sekitarnya.

Tema : Wawancara Tentang Jakarta Darurat Banjir dengan Jokowi Dodo

Judul : Jebolnya Tanggul Kali Ciliwung

Wartawan : “Ruas jalan protokol yakni Jalan Sudirman, Jalan Tamrin dan
Bundaran HI apa penyebabnya jebolnya tanggul kali ciliwung banjir barat di
kawasan Jalan Natur Hali Menteng Jakarta Pusat sekitar 50 meter hari kamis
pagi yang menjadi penyebabnya, saat ini saya berada di lokasi dan sekarang
hari jumat sore 24 jam kejadian, pengerjaan masih terus dilakukan untuk
memperbaiki tanggul dan saya akan mewawancarai Gubernur Jokowi Dodo
………………. karena banjir barat”.

Wartawan : “Pak Jokowi Selamat Sore pak?”

Jokowi : “Sore”

Wartawan : “Ini kejadian jebolnya hari kamis pagi jam 10”

Jokowi : “Ia jadi kemarin kira-kira jam 09:30 di jebol sepanjang 30


meter dan itulah yang menyebabkan HI dan sekitarnya menjadi banjir seperti
itu airnya tidak seperti sekarang ini tiga kali lipat yang sekarang ini sekarang
tingginya hampir setinggi yang ada disana”.

Wartawan : “Oke, jadi jebolnya 09:30 pagi lalu pak jokowi terima kabar
langsung”.

Jokowi : “Siangnya langsung kita kerjakan tapi karena kemarin saemua


ruas jalan macet materinya nggak bisa datang tepat waktu, alat-alat berat
juga datang sore jadi memang banyak hambatannya karena semua wilayah
terkena banjir”.

Wartawan : “Jadi, bisa dikatakan sepanjang malam kemarin mereka


semua bekerja sepanjang malam?”

Jokowi : “Kerja sampe tadi malam jam Empat pagi dan pagi tadi di
mulai jam Tujuh pagi”.

Wartawan : “Dan ini terlihat ratusan personil gabungan Tni, Polri”.

Jokowi : “Jadi Tni, Kodam, Kopasus, Dari Marinir dan Polri, Satpol dan
semuanya kita konsentrasikan agar malam ini bisa rampung karena bekejaran
dengan waktu kalau nanti ada hujan lagi, ada air lagi dari atas ini juga akan
menjadi masalah besar”.

Wartawan : “Kira-kira kenapa bisa terjadi, kan kita tahu curah hujan tinggi
dalam beberapa waktu terakhir apakah kejadian seperti itu memang tidak bisa
diantisipasi sebelumnya?”

Jokowi : “Yang jelas perlu menejemen kontrol yang baek terhadap


semua tanggul-tanggul yang ada”.

Wartawan : atau memang kondisinya memang sudah tua akhirnya tidak


bisa menampung dengan debit yang ada.

Jokowi : “Saya tidak tahu dibangun tahun berapa”

Wartawan : Oke, begitu kejadian langsung koordinasi semua.

Jokowi : Menurut saya ada kejadian bagaimana menyelesaikan


masalah yang ada problem yang ada diselesaikan mengurangi dan lain-lain
nanti kita urus setelah kegiatan ini rampung.

Wartawan : Tidak ada hambatan yang berarti pak untuk mengumpulkan


seluruh personil dan material.

Jokowi : Hambatan alat berat, material, alat berat sudah datang, antri
datang terus, moga-moga insyaallah nanti malem moga-moga sudah bisa di
atasi.

Wartawan : Dengan catatan juga kalau tidak hujan lagi pak ya?

Jokowi : Moga-moga tidak hujan.


Wartawan : “Karena kemarin malam menjelang subuh sempat hujan lagi
jadi itu juga yang jadi kendala kalau tidak hujan ……… semalaman harus
kerja terus.

Jokowi : …. Karena materialnya agak terhambat dan kemarin sore ada


hujan juga terus bekerja dari semua Tni, bekerja semua.

Wartawan : “Lalu nanti target malam ini selesai harus rampung melihat
personil yang ada dan alat berat yang di kerah kan yang lain bisa terealisasi
bahwa nanti malam harus akan bisa selesai?”

Jokowi : “Ya kalau melihat lapanganya harus selesai insyaallah


selesai”.

Wartawan : “Kira-kira pukul 4 sore sudah puaskah dengan kemajuan yang


ada sekarang ini?”

Jokowi : “Ya Progesnya ini cepat sekali sudah sementara tadi karena
material datang semuanya”.

Wartawan : “Oke, jadi lebih kematerial kalo urusan untuk alat beratnya
kalau untuk personil cukup atau masih butuh lagi”.

Jokowi : “Sudah, lebih dari cukup. Kalau kurang juga kita bisa telepon
minta tambahan ke Kodam, Kopasus, Marinir atau Ke Polri semuanya Satpol
bisa bekerja”.

1. Sampel Kesalahan Dalam Bunyi Bahasa


Dari wawancara di atas, ada beberapa kesalahan bahasa dalam fonologi di
antaranya :
“Nggak”

“Sampe”

“Baek”

“Malem”

“Kalo”

1. Identifikasi Kesalahan Berbahasa dalam Fonologi


Perubahan Fonem
Penghilangan Fonem
Sampe → Sampai Nggak → Tidak

Baek → Baik Kalo → Kalau

Malem → Malam

Tidak Baku Baku

“Nggak” Tidak: tiada; tidak boleh

“Sampe” Sampai: dapat, mencapai tujuan

“Baek”’ Baik: elok; patut; teratur

“Malem” Malam;

“Kalo” Kalau: jikalau; seandainya

BAB III
KESIMPULAN
Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan
berbahasa. Dan dalam peristiwa interferensi digunakan unsur bahasa lain
dalam menggunakan suatu bahasa, yang dianggap suatu kesalahan karena
menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan.

Dalam semua bahasa, perubahan itu pasti akan terjadi. Ada perubahan yang
berasal dari intern bahasa, semisal perubahan fonetis, perubahan pada
partikel gramatikal, hingga perubahan penyederhanaan tata bahasa.Dan dalam
hampir seluruh bahasa di dunia, fenomena percampuran budaya memberikan
dampak juga pada munculnya percampuran bahasa di lingkungan
masyarakat.
Ada banyak alasan bahasa dapat berubah. Salah satu alasan yang jelas
adalah interaksi dengan bahasa lain. Jika satu orang berkomunikasi dengan
yang lain, mereka akan mengambil kata-kata tertentu untuk dijadikan suatu
objek.

Sehubungan dengan semakin meningkatnya tingkat interferensi bahasa yang


terjadi di Indonesia, maka perlu untuk adanya tindakan nyata dari semua
pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan di Indonesia.

Dan dengan adanya inteferensi bahasa yang semakin memprihatinkan, tentu


saja ada banyak hal yang muncul sebagai akibat dari peristiwa tersebut.
Diantaranya yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang saat ini banyak
mengalami penambahan begitu banyak kosa kata. Baik itu datang dari
bahasa daerah, dari bahasa gaul anak baru gede ( ABG ), atau juga bahkan
yang datang dari luar Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Santoso Kusno. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai