Tabel Estimasi anak usia sekolah yang mengalami Ragam kelainan bicara (Smith,
1975)
Kelainan nada suara adalah bentuk kelainan bicara yang dikaitkan dengan
inotasi dan volume suara yang menyertai ujaran kecenderungan yang berbeda dari
bunyi yang seharusnya. Seseorang yang diidentifikasi dalam kategori mengalami
kelainan nada suara atau bunyi ini, sebagai berikut:
1. Menunjukkan adanya kelainan atau penyimpangan pada kualitas suara
berdasarkan standar umumnya, baik dalam tinggi-rendah, intensitas, serta
fleksibilitasnya.
2. Diantara penderita yang mempunyai gangguan bicara, distribusi seseorang
yang mengalami kelainan atau gangguan kualitas suara ini, merupakan
kelompok yang relatif kecil.
3. Pada masa anak-anak mereka sulit dikoreksi, namun sejak usia remaja
kualitas suara dan mekanisme bicaranya akan berubah dan berkembang
hingga melewati masa adolesence.
Dilihat dari tipe-tipenya anak yang mengalami gangguan atau kelainan
nada suara ini, dapat dibedakan menjadi: kelainan pada kualitas suara, kelainan
pada intensitas suara, serta kelainan pada titinada suara.
Kelainan bicara yang diakibatkan oleh kelainan pada kualitas suara dapat
dibedakan menjadi hypernasality dan hiponasality. Hypernasality yaitu
pengeluaran suara sengau yang berlebihan pada saat atau selama bicara. Faktor
penyebab terjadinya hypernasality dapat disebabkan faktor organic meliputi
antara lain: (1) Kelumpuhan pada langit-langit lembut sebagai akibat dari kondisi
puliomyelitis, (2) Kondisi langit-langitnya pendek yang dibawa sejak lahir, (3)
Mengalami perforasi/pelubangan pada langit-langit. Sedangkan faktor penyebab
yang bersifat fungsional terjadinya hypernasality, meliputi antara lain: (1)
Kebiasaan mendengking, (3) Kelelahan atau rendahnya energi dapat juga menjadi
penyebabnya, (3) Di beberapa wilayah tertentu kelainan suara dalam kategori ini
diketahui sebagai hasil peniruan. Hyponasality atau denasality yaitu kegagalan
untuk menghasilkan suara-suara nasal secara tepat, seperti malafalkan huruf “b”,
“d”, “g” secara berturut-turut. Adapun sebab-sebab terjadinya Hypanasality ini
diantaranya: (1) Penyimpangan yang ekstrim pada jaringan di daerah oral-nasal,
(1) Pembengkahan pada jaringan oral-nasal karena dingin atau alergi. Kelainan
bicara lain yang diakibatkan oleh buruuknya kualitas suara nampak pada
kegagalan memproduksi bunyi ujaran akibat suara pecah, parau atau serak. Sebab-
sebab tejadinya suara yang pecah atau parau ini antara lain: (1)Ketegangan yang
berlebihan di daerah laring, (2) Penyalahgunaan pemakaian pita suara atau
teriakan yang berlebihan.
Kelainan bicara yang terkait dengan kelainan nada suara ini, dapat pula
disebabkan oleh pada intensitas suara. Ciri-ciri anak yang mengalami kelainan
atau gangguan pada intensitas suara diantaranya: (1) Cara bicaranya yang terlalu
keras atau terlalu lemah, (2) Kehilangan suara atau aphonia. Adapun sebab-sebab
tejadi kelainan intensitas suara ini antara lain: (1) Cara bicaranya yang telalu
lemah sebagai akibat dari problema pendengaran, (2) Radang tenggorokan dapat
menyebabkan kehilangan suara meskipun sifat temporal, 3) Kehilangan suara
pada rentangan yang panjang yang disebabkan oleh kondisi kelainan yang berat
pada daerah sekitar oral sebagai akibat kelumpuhan
Kelainan bicara yang terkait dengan kelainan nada suara ini, dapat pula
disebabkan oleh fleksibilitas suara. Ciri-ciri seseorang yang mengalami kelainan
atau gangguan pada fleksibilitas suara ini antara lain: (1) Adanya perubahan pada
nada suara, yaitu suara yang keluar menjadi keras sesudah setiap pause, (2)
Monotone yaitu rusaknya variasi pada nada suara dan kekerasan suara. Adapun
sebab-sebab terjadinya kelainan atau gangguan bicara yeng terjadi karena
fleksibilitas suara ini diduga berasal dari: (1) Konflik emosional di
lingkungannya, (2) Jeleknya koordinasi energi fisik karena penyakit atau
kelelahan, (3) Ketidakmampuan mendengar secara normal/ baik tehadap variansi
nada atau kekerasan suara, (4) Pada tingkatan normal suara itu terlalu tinggi atau
rendah, sehingga menyebabkan pembicaraan tidak memiliki rentangan untuk
merubah.
Kelainan bicara yang terkait dengan kelainan nada suara ini, dapat pula
disebabkan oleh kelainan pada titi nada suara. Ciri-ciri seseorang yang
mengalami gangguan atau kelainan bicara yang disebabkan oleh titi nada suara ini
diantaranya: (1) Titi nada suara terlalu tinggi atau terlalu rendah, (2) Titi nada
suara terputus-putus, perubahan secara spontan, atau-penyelaan yang sebentar-
sebentar. (3) Suara tinggi yang tidak wajar, yaitu sebagai kombinasi dari kelainan
titi nada suara dan kualitas suara yang tercermin pada kelainan titi nada suara
tinggi. Adapun sebab-sebab terjadinya kelainan pada suara ini diperkirakan
berasal dari: (1) Adanya usaha yang disengaja untuk mengatasi nada suara yang
pecah dan suara parau, serak yang merupakan karakteristik adolecsence, (2)
Kelainan kelenjar yang menghilangkan pertumbuhan yang normal dari laring.
Aphasia.
Aphasia adalah ketidak-mampuan atau kcgagalam secara sebagian atau
keseluruhan dalam mengembangkan penggunaan bahasa untuk komunikasi lisan
(oral comunication). Berdasarkan karaketeristiknya, seseorang yang mengalami
aphasia dapat dibedakan menjadi::
1. Sensory atau receptive aphasia adalah ketidak-mampuan seseorang untuk
memahami suatu percakapan (atau kadangkala juga tulisan bahasa)
2. Motor atau expressive aphasia adalah ketidak mampuan seseorang untuk
berbicara (atau kadangkala juga menulis secara tepat)
3. Conseptual aphasia adalah ketidak mampuan atau kesulitan yang dialami
seseorang untuk menformulasikan atau membuat klasifikasi atau
generalisasi atau gabungan antara keduanya.
4. Global atau mixed aphasia adalah ketidak-mampuan seseorang yang
mempunyai kecenderungan mengarah kepada semua bentuk kelainan
bahasa.
Karaktersitik perkembangan bahasa yang seringkali nampak pada anak
yang mengalami aphasia ini sebagai berikut:
1. Pada waktu bayi tidak banyak bcrcakap dan sedikit menunjukkan occhan-
ocehannya.
2. Bentuk-bentuk kalimat yang dimiliki anak biasanya mengalami kelemahan,
meskipun kata- katanya mungkin nampak normal sekali waktu
3. Suara-suara atau kata-katanya umurnya mungkin menjadi terbaik seperti:
"ras" dan "sar", "pot" dan "top"
4. Gerakan tubuh atau gerakan tangannya seringkali tidak dipergunakan
5. Tanggapan anak terhadap suara selalu berubah-ubah atau tidak konsisten.
6. Anak menunjukkan kecenderungan terhadap ketekunan dan kemampuan
yang membingungkan (Lundeen, 1972).
Adapun faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya ketidak-
mampuan secara sebagian atau keseluruhan untuk menggunakan bahasa dalam
suatu komunikasi verbal diperkirakan berasal dari faktor organic, yang mana hal
itu disebabkan karena tidak berfungsinya atau kerusakan yang terjadi pada otak.
Rangkuman
1. Gangguan atau kelainan bicara itu terjadi apabila dalam suatu komunikasi
penyimpanan pesan (pembicaraan) dalam mengkomunikasikan gagasanya
kepada orang lain (pendengar) karena sesuatu dan lain sebab sehingga apa
yang dikemukakan tidak dapat dipahami atau justru malah membingungkan,
baik dalam artikulasi,arus ujar, suara, maupun struktur bahasanya.
2. Bentuk gangguan bicara yang termasuk dalam kelainan artikulasi antara lain
ommisi (pengurangan huruf pada kata yang diucapkan) subtitusi
(penggalian huruf kata yang diucapkan), distorsi (kekacauan ucapan), dan
addisi (pengurangan huruf pada kata yang diucapkan).
3. Bentuk gangguan bicara yang termasuk dalam kelainan arus bicara antara
lain sturtering (gagap) dan cluttering (kekacauan arus bicara).
4. Bentuk gangguan bicara yang termasuk dalam kategori kelainan suara
meliputi kelainan pada kualitas suara kelainan pada intensitas suara,
kelainan pada flexebilitas suara, serta kelainan pada titi nada suara.
5. Yang termasuk dalam kategori kelainan dalam bahasa dapat dibedakan men-
jadi: anak yang mengalami kelumpuhan komunikasi verbal dan aphasia
yaitu kegagalan dalam mengembangkan penggunaan bahasa baik lisan
maupun tulisan
6. Klasifikasi anak cerebrral palsy yang pada umumnya diikuti dengan
kelainan bicara dapat dibedakan menjadi athelosis, ataxia, spasticity,
regidity dan tremor.