Pengantar
Dalam susunan pancaindera manusia, telinga sebagai indera pendengaran
merupakan organ untuk melengkapi informasi yang diperoleh melalui
penglihatan. Oleh karena itu, kehilangan sebagian atau keseluruhan
kemampuan untuk mendengar berarti kehilangan kemampuan menyimak secara
utuh peristiwa di sekitarnya. Akibatnya semua peristiwa yang terekam oleh
penglihatan penderitanya, tampak seperti terjadi secara tiba-tiba tanpa dapat
memahami gejala awalnya.
Secara fisiologis, keberadaan organ telinga di atas dalam sistem
pendengaran manusia memiliki fungsi sebagai penghantar getaran suara
(konduksi) serta berfungsi sebagai penerima suara (persepsi). Organ telinga
berfungsi sebagai penghantar meliputi: organ telinga yang terdapat di telinga
bagian luar, telinga bagian tengah dan sebagian telinga bagian dalam.
Sedangkan organ telinga berfungsi sebagai penerima meliputi sebagian telinga
bagian dalam, syaraf pendengaran (auditory nerve) dan sebagian dari otak
yang mengatur persepsi bunyi.
Selanjutnya melalui syaraf, rangsang suara tersebut diteruskan ke pusat
pengertian. Di pusat pengertian inilah suara mengalami proses pengolahan dan
pemahaman melalui tanggapan akustik. Di sinilah timbulnya kesadaran seseorang
terhadap suara atau bunyi (Thompson, 2012).
Jika dalam proses mendengar tersebut terdapat satu atau lebih organ
telinga bagian luar, organ telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam
mengalami gangguan atau kerusakan disebabkan penyakit, kecelakaan (National
Health Service, 2009) atau sebab lain yang tidak diketahui, sehingga organ
tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, keadaan tersebut dikenal
dengan tunarungu (memiliki hambatan, gangguan, kelainan pada aspek
pendengaran). Anak yang berada dalam keadaan bermasalah dalam pendengaran
tersebut, selanjutnya disebut sebagai anak dengan gangguan atau berkelainan
pendengaran atau anak tunarungu
Gambar 3.1. Penampang Telinga Manusia.
x = telinga kiri
o = telinga kanan