Anda di halaman 1dari 15

NAMA : UBAYDILLAH

NIM : 857148488

kerjakan Tugas berikut !


1. Jelaskan yang dimaksud anak berkelainan fisik
Jawab
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu.
Akhibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak dapat
menjalankan tugasnya secara normal. Yang termasuk dalam kelainan ini adalah tunanetra
( kelainan pada indra penglihatan ), tunarungu (kelainan pada pendengaran), tunadaksa
(anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh) dan tunawicara (kelainan pada
fungsi organ bicara ).
a. Klasifikasi Anak Tunanetra Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami
kelainan atau gangguan fungsi penglihatan, yang memiliki tingkatan atau klasifikasi yang
berbeda-beda. Berdasarkan tingkatannya, dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan Seseorang yang dikatakan penglihatannya
normal, apabila hasil tes Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6
meter. Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori Low
vision (kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan
6/20m-6/60m. Kondisi yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan
bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan
katergori berat, atau The blind , yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat
ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang. Untuk yang kategori berat ini, masih ada dua
kemungkinan (1) penderita adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan,
ataupun (2) hanya dapat membedakan gelap dan terang. Sedangkan tunanetra yang memilki
ketajaman penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali tidak dapat melihat.

2. Berdasarkan adaptasi Pedagogis, Kirk, SA (1989) mengklasifikasikan penyandang


tunanetra berdasarkan kemampuan penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan
khusus yang diperlukan. Klasifikasi dimaksud adalah:
a) Kemampuan melihat sedang ( moderate visual disability ), dimana pada taraf ini mereka
masih dapat melaksanakan tugas- tugas visual yang dilakukan orang awas dengan
menggunakan alat bantu khusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.
b) Ketidakmampuan melihat taraf berat ( severe visual disability ). Pada taraf ini, mereka
memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan
alat Bantu b) Ketidakmampuan melihat taraf berat ( severe visual disability ). Pada taraf ini,
mereka memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan
menggunakan alat Bantu
c) Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat ( profound visual disability ). Pada taraf ini
mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat
melakukan tugas- tugas visual yang lebih detail seperti membaca dan menulis. Untuk itu
mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya dalam pendidikan, dan
mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh pendidikan.
b. Klasifikasi Anak Tunarungu Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi
tidak berfungsinya organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini
menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi
yang ada di sekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar,
yang umum dan khusus. Ada beberapaklasifikasi anak tunarungu secara umum, yaitu:
1. Klasifikasisi umum
a) The deaf , atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkat
ketulian di atas 90 dB.
b) Hard of Hearing , atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu
ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20 – 90 dB.
2. Klasifikasi Khusus
a) Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25 – 45
dB. Yaitu sesorang yang mengalami ketunarunguan taaf ringan, dimana ia mengalami
kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi yang
demikian, seseorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus dalam
belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk di bagian depan, yang
dekat dengan guru.
b) Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46 –
70 dB. Yaitu seseorang yang mengalami b) Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu
yang mengalami tingkat ketulian 46 – 70 dB. Yaitu seseorang yang mengalami
c) Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 – 90
dB. Sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-
bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini juga
memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya di sekolah. Siswa juga
sangat memerlukan adanya pembinaan atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan
bicaranya.
d) Tunarungu sangat berat ( profound ), yaitu penyandang tunarungu yang mengalami
tingkat ketulian 90 dB ke atas. Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat
merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getarangetaran
suara yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya, penyandang tunarungu
kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya
c. Klasifikasi Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang
mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan gerak dan
kelumpuhan, yang sering disebut sebagai cerebral palsy (CP).
Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Cerebral palsy (CP) :
a) Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya
sendiri.
b) Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan mengurus diri
sendiri.
c) Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan menolong diri
sendiri.
2) Berdasarkan letaknya
a) Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya.
b) Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya kekakuan pada seluruh
tubuh yang sulit digerakkan (rigid).
c) Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi, dan cara
berjalannya gontai.
d) Campuran, yang mengalami kelainan ganda
3) Polio
a) Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki
b) Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi yang
menyebabkan adanya gangguan pernapasan.
c) Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.
d) Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam, kesadaran menurun,
tremor, dan kadang-kadang kejang.
d. Gangguan Komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut communication disorder,
merupakan gangguan yang cukup signifikan karena kemampuan berkomunikasi
memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Jika kemampuan ini
terganggu maka proses interaksi pun akan terganggu pula. Secara garis besar,
gangguan komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu gangguan bicara (karena
kerusakan organ bicara) dan gangguan bahasa (speech disorder dan language disorder).
Gangguan bicara yang sering disebut sebagai tunawicara dapat disebabkan oleh
gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir atau kerusakan organ bicara, misalnya
lidah yang terlampau pendek sehingga anak tidak dapat memproduksi bunyi secara
sempurna. Gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir cenderung menjurus kepada
gangguan bicara karena yang bersangkutan tidak pernah mendengar suara sehingga tidak
mengenal suara. Sebagai akibatnya, anak tidak pernah punya persepsi tentang suara.
Oleh karena itulah, dikenal atau digunakan istilah tunarungu-wicara. Namun, dengan
adanya berbagai usaha untuk membantu anak tunarungu maka tunarungu tidak selalu
diasosiasikan dengan tunawicara. Barangkali di kelas Anda, ada anak yang ujarannya susah
dipahami atau yang bahasanya selalu kacau sehingga susah dipahami oleh lawan bicaranya
atau yang paling sering kita jumpai adalah anak-anak yang gagap sehingga
kegagapannya ini merupakan gangguan serius dalam berbicara. Anak-anak tersebut
dapat dikelompokkan sebagai anak yang menderita gangguan komunikasi, yang dalam
PP No. 17/2010 disebut sebagai tunawicara. Gangguan komunikasi terjadi karena
gangguan bahasa, yang ditandai oleh munculnya kesulitan bagi anak dalam
memahami dan menggunakan bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Sebagaimana kita ketahui, agar mampu memahami dan menggunakan bahasa, baik secara
lisan maupun tertulis, seseorang harus menguasai sistem bunyi bahasa, tata kata, tata
kalimat, semantik (makna), dan penggunaan bahasa sesuai dengan konteks. Gangguan
bahasa akan terjadi jika seseorang tidak menguasai satu atau lebih aspek tersebut. Misalnya,
seseorang tidak memahami tata bunyi, ia tidak akan dapat membedakan ucapan kata yang
satu dengan yang lain, seperti rakit dan sakit atau kelapa dengan kepala. Demikian pula jika
ia tidak menguasai tata kalimat, ia tidak akan dapat memahami makna satu kalimat atau
tidak mampu mengungkapkan sesuatu dengan kalimat yang benar. Gangguan bahasa dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis. Pertama, gangguan bahasa yang terjadi karena
perkembangan yang terlambat, misalnya anak usia 10 tahun, penguasaan bahasanya
sama dengan anak usia dua tahun. Kedua, gangguan yang dihubungkan dengan kesulitan
belajar atau learning disabilities. gangguan bahasa yang terjadi sebagai akibat gangguan
saraf. Misalnya, orang yang mengalami gegar otak atau stroke, mungkin kehilangan
kemampuan berkomunikasi. Barangkali Anda dapat mencari contoh-contoh dari ketiga
jenis gangguan komunikasi tersebut.

2. Jelaskan karakteristik anak autis !


JAWAB

Anak Autisme merupakan salah satu jenis ABK yang berpengaruh terhadap kehidupan
anak. Perkembangan sosial dan komunikasi, merupakan gangguan yang paling utama, sama
seperti individu yang normal, kelainan pada intelegensi verbal atau bahasa dan kesulitan
dalam mengaktualisasikan tingkah laku, secara menetap, keinginan, kesenangan dan
rutinitas. Anak autisme memiliki ciri-ciri, yaitu (1) gangguang pada bidang komunikasi
verbal dan nonverbal; (2) gangguan pada bidang interaksi sosial;gangguan pada bidang
perilaku dan bermain; (4) gangguan pada bidang perasaan dan emosi dan; (5) gangguan
dalam persepsi sensoris. (Angayasti, 2012)
Autisme adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap
komunikasi verbal, nonverbal serta interaksi sosial, yang berpengaruh terhadap
keberhasilannya dalam belajar. Karakter lain yang menyertai autis yaitu melakukan kegiatan
berulang–ulang dan gerakan stereotype, penolakan terhadap perubahan lingkungan dan
memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori. Autis dapat
diartikan pula sebagai gangguan perkembangan komunikasi, kognitif, perilaku, kemampuan
sosialisasi, sensoris, dan belajar). Beberapa diantara anak autis menunjukkan sikap
antisosial, gangguan perilaku dan hambatan motorik kasar.
Masalah perkembangan mental pada individu autis dapat diamati dari perilaku yang
ditunjukkan, sebagian besar tidak sesuai dengan harapan lingkungannya. Sifatnya yang suka
menyendiri dan sibuk dengan aktivitas sendiri, sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan
adalah bentuk-bentuk hambatan yang melekat pada individu autis. (Ulva & Amalia, 2020)
Salah satu karakterisitk yang paling umum pada anak-anak autistik adalah perilaku yang
perseverative, kehendak yang kaku untuk melakukan atau berada dalam keadaan yang sama
terus menerus. Apabila seseorang berusaha untuk mengubah aktivitasnya, meskipun kecil
saja, atau bilamana anak-anak ini merasa terganggu perilaku ritualnya, mereka akan marah
sekali (tantrum). Sebagian dari individu yang autistik ada kalanya dapat mengalami
kesulitan dalam masa transisinya ke pubertas karena perubahan- perubahan hormonal yang
terjadi; masalah gangguan perilaku bisa menjadi lebih sering dan lebih berat pada periode
ini. Namun demikian, masih banyak juga anak- anak autistik yang melewati masa
pubertasnya dengan tenang. (Kasran, 2003)

Anak autis juga memiliki karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris,
pola bermain, perilaku dan emosi sebagai berikut:
a. Komunikasi
1. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
2. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna.
3. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
4. Mengoceh tanpa arti berulangulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang
lain.
5. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi.
6. Senang meniru atau membeo (echolalia). Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-
kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.
7. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (nonverbal) atau sedikit berbicara (kurang
verbal) sampai usia dewasa.
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya
bila ingin meminta sesuatu.
b. Interaksi Sosial
1. Penyandang autistik lebih suka menyendiri.
2. Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan.
3. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
4. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.
c. Gangguan Sensoris
1. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
2. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
3. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
d. Pola Bermain
1. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
2. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
3. Tidak kreatif, tidak imajinatif.

3. Jelaskan konsep sekolah inklusif !


JAWAB
konsep pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler
yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Penyelenggaraan sekolah ini bertujuan supaya
semua anak dapat mengakses pendidikan seluas-luasnya tanpa diskriminasi.

Berhubung pendidikan inklusif ini “menyatukan” anak berkebutuhan khusus dan anak
reguler, maka pihak sekolah yang menyelenggarakannya juga harus menyesuaikan
kebutuhan peserta didik, mulai dari kurikulum, sarana pendidikan, hingga sistem
pembelajarannya. Untuk tenaga pendidik, diusahakan adalah mereka yang terlatih dan
profesional di bidangnya supaya dapat menyusun program pendidikan secara objektif.

Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang terbuka dan ramah terhadap pembelajaran
dengan mengedepankan tindakan menghargai dan merangkul perbedaan. Untuk itu,
pendidikan inklusif dipahami sebagai sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi
sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan yang dapat menghalangi setiap individu
siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan yang dilengkapi dengan layanan
pendukung
Tujuan Pendidikan Inklusif
Tujuan pendidikan inklusif adalah:
Memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan yang terjangkau,
efektif, relevan dan tepat dalam wilayah tempat tinggalnya
Memastikan semua pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar
seluruh anak terlibat dalam proses pembelajaran. Jadi, inklusif dalam pendidikan
merupakan proses peningkatan partisipasi siswa dan mengurangi keterpisahannya dari
budaya, kurikulum dan komunitas sekolah setempat
Prinsip Pendidikan Inklusif
Terbuka, adil, tanpa diskriminasi;
Peka terhadap setiap perbedaan;
Relevan dan akomodatif terhadap cara belajar;
Berpusat pada kebutuhan dan keunikan setiap individu peserta didik;
Inovatif dan fleksibel;
Kerja sama dan saling mengupayakan bantuan;
Kecakapan hidup yang mengefektifkan potensi individu peserta didik dengan potensi
lingkungan;
Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.
Pendidikan yang ramah. Lingkungan pembelajaran yang ramah berarti ramah terhadap
peserta didik dan pendidik, yaitu anak dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas
belajar, menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran, mendorong partisipasi anak
dalam belajar, dan guru memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang
terbaik.
Mengakomodasi kebutuhan. Mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik merupakan
salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karenanya, diharapkan sekolah
penyelenggara harus dapat mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik dengan cara
sebagai berikut: (a) memerhatikan kondisi peserta didik, yaitu kemampuan dan kebutuhan
yang berbeda-beda serta gaya dan tingkat belajar yang berbeda; (b) menggunakan
kurikulum yang fleksibel; (c) menggunakan metodologi pembelajaran bervariasi dan
pengorganisasian kelas yang bisa menyentuh pada semua anak dan menghargai perbedaan;
(d) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; dan (e) melakukan kerja
sama dengan berbagai pihak yang terkait.
Mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin. Sekolah Inklusif berupaya
memberikan pelayanan pendidikan seoptimal mungkin, agar peserta didik yang memiliki
hambatan dapat mengatasi masalahnya dan dapat mengikuti proses pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya.

4.Jelaskan karakteristik perencanaan pembelajaran anak SD !

JAWAB

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran


1. Pengertian Perencanaan
Dalam ilmu manajemen, perencanaan sering disebut dengan istilah planningyaitu
persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah
atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Menurut William H. Newman (Majid, 2007: 15), perencanaan adalah menentukan apa
yang akan dilakukan. Perencanaan berisi rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-
penjelasan tentang tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-
metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Terry menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Mengingat
perencanaan berisi kegiatan pengambilan keputusan, diperlukan kemampuan untuk
mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk
masa depan. Secara luas, Tjokroamidjoyo menegaskan bahwa perencanaan mencakup tiga
pengertian sebagai berikut.
Suatu proses persiapan sistematik mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Suatu cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber yang ada secara efisien
dan efektif.
Penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana, dan
oleh siapa. (Haryanto, 2000: 4)
2. Pengertian Pembelajaran
Johnson mendefinisikan pembelajaran sebagai interaksi antara pengajar dengan satu atau
lebih individu untuk belajar, direncanakan sebelumnya dalam rangka untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar kepada
peserta didik. Sedangkan Hamalik merinci makna pembelajaran secara lebih luas sebagai
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap apa yang
dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi
pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran
lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini
hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara menata
interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Pembelajaran sebagai suatu sistem memerlukan langkah perencanaan program
pembelajaran, agar rencana pembelajaran yang disusun oleh guru dapat menjadi pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas tentu
saja memiliki pedoman yang komprehensif tentang skenario pembelajaran yang
diinginkan oleh guru. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan
efisien sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. (Anwar dan Hendra Harmi, 2011: 24)
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses penyusunan
materi pembelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan atau pendekatan metode,
dan penilaian, menentukan alokasi waktu untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang sebagai berikut.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pembelajaran
secara sistematik yang menggunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk
menjamin berlangsungnya kualitas pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini akan
menganalisis tentang kebutuhan dari proses belajar secara sistemik yang dimulai dari
proses perancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang
senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi
pembelajaran dan implementasinya dalam kegiatan mengajar.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah sains adalah mengkreasi secara detail
spesifikasi dari pengembangan implementasi, evaluasi, pemeliharaan akan situasi maupun
fasilitas pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran yang
dikembangkan dengan melakukan pengecekan dan perbaikan dari waktu ke waktu untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari gabungan berbagai
subsistem yakni terkait dengan tujuan, materi, metode/strategi, media, evaluasi, fasilitas,
potensi akademik siswa dan sumber/referensi.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah teknologi adalah suatu perencanaan yang
mendorong penggunaan teknik yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan
teori-teori konstruktif terhadap solusi dari problem pengajaran. (Sagala, 2003: 136-137)
B. Dimensi-Dimensi/Prinsip Perencanaan Pembelajaran
1. Signifikansi
Perencanaan pembelajaran harus memperhatikan signifikansi dan kegunaan social dari
tujuan pendidikan yang diajukan. Pengambilan keputusan harus mempunyai garis-garis
yang jelas dan mengajukan criteria evaluasi. Signifikansi dapat ditentukan berdasarkan
kriteria yang dibangun dalam proses perencanaan.
2. Relevansi
Perencanaan pembelajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik
atau waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
3. Adaptif
Perencanaan pembelajaran bersifat dinamis sehingga perlu mencari umpan balik
(feedback). Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan pembelajaran yang
fleksibel, adaptatif, realistis, yakni dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak
diharapkan.
4. Feasibilitas
Feasibilitas artinya perencanaan terkait dengan teknik dan estimasi biaya dalam
pertimbangan yang realistic.
5. Kepastian atau defenitivenes
Sekalipun perlu banyak alternative yang disediakan dalam perencanaan pembelajaran,
konsep kepastian yang dapat meminimumkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang
tidak diduga tetap perlu diutamakan.
6. Ketelitian atau psimoniusness
Prinsip seharusnya mendapat perhatian yang sangat besar agar perencanaan pembelajaran
disusun dalam bentuk yang sederhana dan sensitive terhadap kaitan-kaitan antara
komponen pembelajaran. Berbagai alternative perlu disediakan sehingga mudah dipilih
alternative mana yang paling efisien.
7. Waktu
Perencanaan pembelajaran hendaknya dapat memprediksi kebutuhan masa depan, dengan
tetap memperhatikan dan bertumpu pada realitas kekinian.
8. Monitoring atau pemantauan
Monitoring merupakan proses dan prosedur untuk mengetahui apakah komponen yang ada
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan monitoring, hambatan atau kendala dalam
implementasi pelaksanaan akan cepat diketahui, solusi pun dapat lebih mudah ditemukan,
dan pelaksanaan pembelajaran berlangsung secara efektif.
9. Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Dengan demikian,
perencanaan pengajaran perlu memuat hal-hal sebagai berikut.
a) Tujuan apa yang diinginkan.
b) Program dan layanan.
c) Tenaga manusia.
d) Keuangan.
e) Bangunan fisik.
f) Struktur organisasi.
g) Kontek sosial.
Menurut Hamalik, ada beberapa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan
pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut.
Memahami kurikulum
Menguasai bahan ajar
Menyusun program pengajaran
Melaksanakan program pengajaran
Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Menurut Akhlan dan Rahman (1997:7), karakteristik perencanaan pengajaran yang baik
hendaknya mengandung prinsip sebagai berikut:
a. Mengembangkan hubungan interaksi yang baik di antara sesama manusia, dalam hal ini
siswa dan guru serta personal terkait.
b. Merupakan suatu wahana atau wadah untuk mengembangkan segala potensi yang ada
dan dimiliki oleh anak didik.
c. Memiliki sikap objektif rasio (tepat dan masuk akal), komprehensif dan sistematis
(menyeluruh dan tersusun rapi).
d. Mengendalikan kekuatan sendiri, bukan didasarkan atas kekuatan orang lain, Didukung
oleh fakta dan data yang menunjang pencapaian tujuan yang telah di dirumuskan.
e. Fleksibel dan dinamis, artinya mudah disesuaikan dengan keadaan serta perkembangan
ke arah yang lebih baik dan maju

C. Karakteristik Perencanaan Pembelajaran

Ada beberapa karakteristik yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam
menyusun suatu rencana pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1. Penyusunan perencanaan pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang belajar, baik dari
segi kebutuhan siswa, perkembangan siswa, norma positif bagi siswa, dan minat serta
perhatian siswa.
2.Memiliki tahapan-tahapan yang meliputi; (1) tahap persiapan melalui penguasaan
terhadap bidang keilmuan yang menjadi wewenangnya, perhatian terhadap tujuan, metode,
media, sumber, evaluasi, dan kegiatan belajar siswa itu sendiri; (2) tahap pelaksanaan
melalui kegiatan belajar yang dinamis dan menyenangkan (joyfull learning) dengan
menggunakan metode belajar yang bervariasi untuk meraih kesuksesan dan kemajuan
belajar; (3) tahap evaluasi melalui alat evaluasi yang tepat (valid), dapat dipercaya
(reliable) dan memadai (adequate), dan; (4) tahap tindak lanjut melalui promosi guru
untuk melanjutkan materi pembelajaran dan kenaikan kelas atau rehabilitasi (perbaikan)
atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran, yang lebih dikenal dengan
istilah remedial teaching,dengan tujuan memperkuat penguasaan siswa berupa
penambahan jam pembelajaran, pengulangan materi, atau penambahan tugas khususnya
bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal ketuntasan (KKM).
3.Sistematis, yakni penyampaian materi dimulai dari yang mudah dan diikuti dengan
materi yang sulit dan dari segi pembelajaran harus mempertimbangkan keakuratan
metode, media, evaluasi, dan tujuan pembelajaran.
4.Pendekatan sistem, yakni upaya untuk mengkolaborasikan semua komponen yang dapat
mendukung kelancaran program pembelajaran.
5.Pembelajaran humanis yang bersumber dari kesadaran guru bahwa siswa yang
dihadapinya memiliki berbagai macam potensi yang harus dihargai, diarahkan dan
dikembangkan melalui cara-cara yang humanis dan beraneka ragam.

Karakteristik yang menonjol pada anak usia Sekolah Dasar adalah senang bermain, selalu
bergerak, bermain atau bekerja dalam kelompok dan senantiasa ingin melaksanakan atau
merasakan sendiri. Di samping itu menurut Pigaet mereka dapat menggunakan berbagai
symbol, melalukan bentuk operasional, yaitu kemampuan beraktivitas mental dan mulai
berfikir dalam aktifitasnya. Sedangkan anak usia SD kelas tinggi dapat berfikir secara
logika.
Karakteristik anak Sekolah Dasar yang dikemukakan di atas sangat berkaitan dengan
perencanaan pembelajaran yang baik dan effektif bagi peserta didik. Sebagai seorang guru
sebaiknya dapat mernacang model pembelajaran yang baik dan mernarik bagi anak. Agar
semangat belajar pada anak tetap stabil disarankan agar dalam melakukan penyusunan
jadwal pembelajaran yang hendak dilakukan diselang-seling anatara pelajaran yang serius
seperti matematika, dengan pelajaran yang mengandung permainan seperti seni budaya
dan pendidikan jasmani.
Karakteristik anak yang selalu bergerak dapat kita rancangkan sebuah pembelajaran yang
membuat anak aktif bergerak dan berpindah-pindah tempat seperti bermain permainan
berhitung dengan berdiri, menyanyi dan lain sebagainya.
Karakteristik anak selanjutnya yaitu anak SD sangat senang merasakan atau
memeragakan secara langsung karena pengalaman ini akan membentuk konsep-konsep
tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan dan sebagainya. Sebagai contoh anak
akan lebih memehami tentang arah angin dengan cara membawa anak ke luar kelas da
membiarkan anak merasakan sendiri angin yang bertiup, bahkan dengan sedikit
menjuurkan lidah agar dapat mengetahui secara persis kemana arah angin bertiup.

5. Jelaskan 4 asumsi yang membedakan andragogi dan pedagogi !

JAWAB

Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm


Knowles :

A.Pedagogi
1. Konsep diri (self-concept)
Anak ialah pribadi yang tergantung. Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan
hubungan yang bersifat pengarahan (a directing relationship)
2. Pengalaman
Pengalaman peserta didik masih sangat terbatas, karena itu dinilai kecil dalam proses
pendidikan. Komunikasi satu arah dari pendidik kepada pelajar.
3. Kesiapan belajar
Pendidik menentukan apa yang akan dipelajari, bagaimana dan kapan belajar.
4. Perspektif waktu dan orientasi terhadap belajar. Diajarkan bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan di masa yang akan datang. Pendekatanya “subject centered”.
B. Andragogi
1. Peserta didik bukan pribadi yang tergantung, tetapi pribadi yang telah masak secara
psikologis. Hubungan wargabelajar dengan pengajar merupakan hubungan saling
membantu yang timbal balik (ahelping relationship)
2. Pengalaman peserta didik orang dewasa dinilai sebagai sumber belajar yang kaya.
Multi
komunikasi oleh semua peserta, pengajar maupun pelajar.
3. Peserta didik menentukan apa yang perlu mereka pelajari berdasarkan pada persepsi
mereka sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka.
4. Belajar merupakan proses untuk penemuan masalah dan pemecahan masalah pada
saat
itu juga. Pendekatanya “problem centered”.

Anda mungkin juga menyukai