TEMPORER
ABK TEMPORER (Anak
Berkebutuhan Khusus
Sementara)
Contoh 2
anak yang yang mengalami gangguan emosi dan
kejiwaan karena trauma akibat diperkosa
sehingga anak ini tidak dapat belajar.
Pengalaman traumatis seperti itu bersifat
sementra tetapi apabila anak ini tidak
memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan
menjadi permanent
Anak Berkebutuhan
Khusus Permanen
SPECIFIC
TUNAWICAR
TUNADAKSA TUNALARAS LEARNING
A
DISABILITY
SLOW TUNA
ANAK AUTIS ADHD
LEARNER GANDA
ANAK DENGAN GANGGUAN
PENGLIHATAN (TUNANETRA)
Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak
mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan
perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat
kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan
orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial,
tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
– Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
– Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat
– Penggunaan bahasa yang berulang
– Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan focus
– Sensitifitas berlebihan /kurang sensitive
– Terdapat bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar,
mengeja, olahraga, komputer
KARAKTERISTIK ANAK AUTIS ADALAH ADANYA 6 GEJALA/GANGGUAN, YAITU:
– Interaksi sosial:
Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan, misalnya bila ingin meminta minum
– Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi):
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
Senang meniru atau membeo (echolalia)
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kadang
kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat
dimengerti orang lain, bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara
(kurang verbal) sampai usia dewasa
– Pola Bermain:
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, gasing
Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di
putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan
dibawa kemana-mana.
– Gangguan Sensoris:
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
- Perkembangan Terlambat Atau Tidak Normal:
Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak
normal, khususnya dalam ketrampilan sosial,
komunikasi dan kognisi.
Dapat mempunyai perkembangan yang normal
pada awalnya, kemudian menurun atau bahkan
sirna, misalnya pernah dapat bicara kemudian
hilang.
- Penampakan Gejala:
Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau
saat masih kecil. Biasanya sebelum usia 3 tahun
gejala sudah ada
Pada beberapa anak sekitar umur 5 – 6 tahun
gejala tampak agak berkurang.
ADHD (ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER)
1. SLB A
Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki
hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di
sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh
para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape
recorder.
2. SLB B
Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki
kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang
diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung
dengan cued speech yaitu geraka tangan untuk bisa melengkapi gerakan pada bibir.
Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu
conchlear implant.
3. SLB C
SLB C ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di
bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu
mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik
4. SLB D
Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang
memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa.
Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri
agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka.
5. SLB E
Sekolah ini diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras
dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka
biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi
sosialisasi.
6. SLB G
SLB G diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki
kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau
bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya
terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa
meningkatkan rasa mandiri anak tersebut.
– Keunggulan siswa berkebutuhan khusus di SLB
– Mendapatkan pelayanan khusus yang sesuai dengan kemampuannya
– Di kelas kemampuannya disesuaikan dengan teman – temannya, hal ini
memudahkan untuk memberikan asesmen dan memberikan pelayanan
– Orangtua lebih memahami dan lebih ikhlas dalam mengasuh karena
kondisinya di SLB beragamnya kondisi sehingga menjadikan orang tua
lebih termotivasi
– Mendapatkan program khusus yang sesuai dengan kemampuannya
yang sudah di susun dalam kurikulum
– Kekurangan dalam penyelenggaraan di SLB
– Siswa hanya mengenal lingkungan yang sama dengan kondisinya,
kurang meluas dalam interaksi dan bermasyarakat
– Terkadang karena kekurangan guru, dalam satu kelas masih ada
bermacam-macam kemampuan sehingga siswa harus beradaptasi
dengan semuanya
– Kurangnya pemantauan pemerintah dalam mengevaluasi hasil
pembelajaran di sekolahan
Kelemahan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi
– Masih banyak sekolah inklusi yang hanya sekedar menerima siswa
berkebutuhan khusus tanpa memberikan fasilitas sarana, prasarana
dan mengakomodasi pembelajaran
– Masih banyak sekolah inklusi yang membutuhkan guru pendamping
khusus yang lulusan pendidikan luar biasa namun realitasnya banyak
diisi dengan lulusan di luar pendidikan luar biasa
– Masih belum akuratnya dalam adanya standarisasi dalam pengelolaan
dan pembukaan pendidikan khusus di sekolah reguler
– Masih banyaknya guru guru di sekolah reguler yang belum memahami
siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif
– Seringnya terjadi ketumpang tindihan anatar guru, GPK dan orang tua
siswa, disamping orang tua terkadang memiliki harapan besar yang
kurang sesuai, atau guru yang belum memahami kondisi siswa
– Masih kurangnya aksesibilitas dan sarana yang memadai bagi siswa
berkebutuhan khusus seperti tuna netra dan tuna daksa dalam
mendapatkan aksesibilitas di sekolah
Tabel Perbedaan SI dan SLB
Se k ol ah Lua r B iasa
I ndik ator S e k ol a h In k lu si (S I )
(S L B )
Open Wellcoming School
Jenis Sekolah (Sekolah yang mengintegrasi ABK ke Sekolah Khusus ABK
Sekolah Reguler)
Tertentu Semua
Jenis ABK
(Masih bisa mengikuti ATBK) (sesuai Klasifikasi ABK)
Pembelajaran Menyesuaikan
Pembelajaran ABK Menyesuaikan Pembelajaran
ABK