Anda di halaman 1dari 54

Klasifikasi ABK

TEMPORER
ABK TEMPORER (Anak
Berkebutuhan Khusus
Sementara)

anak yang mengalami hambatan


belajar dan hambatan perkembangan
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal
Contoh Anak Berkebutuhan
Khusus Temporer
Contoh 1
Anak sekolah baru yang pindah ke suatu daerah mengalami
kehidupan dua bahasa. Di daerah sebelumnya anak
berkomunikasi dalam bahasa batak akan tetapi ketika di sekolah
baru di Jawa menyebabkan munculnya kesulitan dalam belajar
atau berkomunikasi dengan temannya.
Anak seperti ini pun dapat dikategorikan sebagai anak
berkebutuhan khusus sementra (temporer), dan oleh karena itu ia
memerlukan layanan pendidikan yang disesuikan (pendidikan
kebutuhan khusus).
Apabila hambatan belajar membaca seeperti itu tidak
mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak ini akan
menjadi anak berkebutuhan khusus permanen
Contoh Anak Berkebutuhan
Khusus Temporer

Contoh 2
anak yang yang mengalami gangguan emosi dan
kejiwaan karena trauma akibat diperkosa
sehingga anak ini tidak dapat belajar.
Pengalaman traumatis seperti itu bersifat
sementra tetapi apabila anak ini tidak
memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan
menjadi permanent
Anak Berkebutuhan
Khusus Permanen

anak-anak yang mengalami hambatan belajar


dan hambatan perkembangan yang bersifat
internal dan akibat langsung dari kondisi
kecacatan
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS PERMANEN

TUNAGRAHIT GIFTED AND


TUNANETRA TUNARUNGU
A TALENTED

SPECIFIC
TUNAWICAR
TUNADAKSA TUNALARAS LEARNING
A
DISABILITY

SLOW TUNA
ANAK AUTIS ADHD
LEARNER GANDA
ANAK DENGAN GANGGUAN
PENGLIHATAN (TUNANETRA)

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam


penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua
golongan yaitu: buta total (blind) dan .
Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan
maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain
yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang
digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah
penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda
nyata, sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan
peranti lunak JAWS.
Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan
– Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau 20/70
feet-20/200 feet disebut tunanetra kurang lihat ( ). Pada
taraf ini para penderita masih mampu melihat dengan bantuan alat
khusus.
– Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60m atau 2/200
feet atau kurang, dikatakan tunanetra berat atau secara umum dapat
dikatakan buta ( ). Kelompok ini masih dapat diklasifikasikan lagi
menjadi tunanetra yang masih dapat melihat gerakan tangan dan
tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap.
– Tunanetra yang memiliki visus 0. Pada taraf yang terakhir ini, anak
sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan cahaya atau dapat
dikatakan tidak dapat melihat apapun dan disebut buta total
Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

– Tunanetra sebelum dan sejak lahir


Kelompok ini masih belum mempunyai konsep penglihatan. Oleh karena
itu, peran orang tua sangat besar untuk melatih penggunaan indra-indra
yang masih dimilikinya.
– Tunanetra batita (di bawah 3 tahun)
Konsep penglihatan yang telah dimiliki lama kelamaan akan hilang
sehingga kesan-kesan visual atau konsep-konsep tentang benda atau
lingkungan yang dimilikinya tidak terlalu bermanfaat bagi kehidupan
selanjutnya. Oleh karena itu, orang-orang di sekitarnya perlu membantu
mengulang kembali segala sesuatu yang telah dimengerti anak, saat ia
masih dapat melihat.
Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

-Tunanetra balita (3-5 tahun)


Konsep penglihatan akan tetap terbentuk dengan cukup berarti
sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah-langkah pendidikannya. Peran orang tua dan guru TK
sangat besar artinya dalam membina dan mengarahkan konsep
yang telah dimiliki.

- Tunanetra pada usia sekolah (6-12 tahun)


Konsep penglihatan telah terbentuk dan mempunyai kesan-kesan
visual yang banyak dan bermanfaat bagi perkembangan
pendidikannya. Namun demikian, mereka harus tetap mendapat
perhatian khusus dari orang tua dan gurunya dalam menempuh
pendidikannya karena mereka cenderung mengalami guncangan
jiwa. Oleh karena itu, tugas para guru adalah menyadarkan mereka
agar mau menerima kenyatan sehingga anak dapat berkembang
dan menambah pengalamannya dalam ketunanetraannya.
Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

– Tunanetra remaja (13-19 tahun)


Anak remaja sudah memiliki kesan-kesan visual yang
sangat mendalam. Kesan ini akan bermanfaat dalam
mendukung perkembangan kehidupan selanjutnya. Namun,
ketunanetraan pada usia remaja dapat menimbulkan
guncangan jiwa yang sangat berat karena terjadi konflik
batin dan jasmani.
– Tunanetra dewasa (19 tahun ke atas)
Pada umumnya di usia dewasa ini mereka sudah memiliki
keterampilan dan kemungkinan pekerjaan yang diharapkan
untuk kelangsungan hidupnya dan keluarganya.
Ketunanetraan yang dialaminya menjadi pukulan yang
sangat berat dan menimbulkan guncangan jiwa atau putus
asa. Oleh karena itu, mereka hendaknya mendapatkan
layanan dan bimbingan baik secara jasmani, maupun rohani
secara khusus
Berdasarkan ketajaman penglihatan (Kirk 1989: 348-349) :
– Ketidakmampuan melihat taraf sedang ( )
Pada taraf ini, mereka dapat melakukan tugas – tugas visual yang dilakukan
oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu khusus dan dibantu dengan
pemberian cahaya yang cukup.
– Ketidakmampuan melihat taraf berat ( )
Pada taraf ini, mereka memiliki kemampuan penglihatan yang kurang baik
atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan
modifikasi sehingga mereka membutuhkan lebih banyak waktu dan energi
dalam melakukan tugas- tugas visual.
– Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat ( )
Pada taraf ini, mereka mendapat kesulitan untuk melakukan tugas-tugas
visual yang lebih detail, seperti membaca dan menulis huruf awas. Dengan
demikian, mereka tidak dapat menggunakan penglihatannnya sebagai alat
pendidikan sehingga indra peraba dan pendengaran memegang peranan
pentimg dalam menempuh pendidikannya.
ANAK DENGAN GANGGUAN
PENDENGARAN (TUNARUNGU)

Tunarungu adalah individu yang


memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen.
Berdasarkan Tingkat Kehilangan
Pendengaran
• Tunarungu ringan ( ) anatara 27-40 dB.
Siswa yang mengalami kondisi ini sulit
mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan
tempat duduk yang strategis.
• Tunarungu sedang ( ) anatara
41-55 dB.
Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5
secara berhadapan ( ), tetapi tidak dapat
mengikuti diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu
dengar serta terapi bicara.
• Tunarungu agak berat ( )
antara 56-70dB.
Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak
• Tunarungu berat ( ) antara
71-90dB.
Ia hanya dapat mendengar suara – suara
yang keras dari jarak dekat. Siswa tersebut
membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat
bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasanya.
• Tunarungu berat sekali ( )
Pada kondisi ini mengalami kehilangan
pendengaran lebih dari 90dB. Mungkin ia masih
mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih
menyadari suara melalui getarannya ( )
daripada pola suara.
Berdasarkan saat Terjadinya
– Ketunarunguan prabahasa ( ), yaitu
kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum
kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
– Ketunarunguan pascabahasa ( ), yaitu
kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun
setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.

Berdasarkan Etiologi atau Asal Usulnya


– Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan
oleh faktor genetik (keturunan).
– Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan
oleh faktor nongenetik (bukan keturunan).
Berdasarkan Letak Gangguan
Pendengaran Secara Anatomis
– Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang
disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar
dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi atau
pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.
– Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang
disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam
serta saraf pendengaran ( ).
– Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan antara
tipe konduktif dan sensorineural, artinya kerusakan terjadi
pada telinga luar / tengah dengan telinga dalam/saraf
pendengaran.
ANAK DENGAN KELAINAN
KECERDASAN DI BAWAH RATA-RATA
(TUNAGRAHITA)

Klasifikasi tunagrahita yang dikemukakan oleh


AAMD sebagai berikut:
– (tunagrahita IQ-nya 70 – 55 ringan)
– (tunagrahita IQ-nya 55 – 40 sedang)
– (tunagrahita IQ-nya 40 – 25 berat)
– (tunagrahita IQ-nya 25 ke bawah) (sangat
berat).
Pengelompokkan Tunagrahita Berdasarkan Kelainan
Jasmani (Tipe Klinis) :
– (Mongoloid)
Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka
menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka
menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
– (Cebol)
Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan
tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering,
lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan
gigi lambat.

Anak ini memiliki ciri -ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan
pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.

Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.

Anak ini memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.
ANAK DENGAN
KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA

IQ 140-179 ), yang termasuk dalam golongan ini yaitu mereka yang


tidak jenius, tetapi menonjol dan terkenal.
- Anak cerdas istimewa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki
perbendaharaan kata yang luas.
- Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi.
- Berinisiatif, kreatif, dan original dalam menunjukkan gagasan.
- Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistematis
dan kritis.
- Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama
terhadap tugas atau bidang yang diminati.
- Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
- Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
IQ 180 ke atas pada kelompok ini bakat dan keistimewaannya
telah tampak sejak kecil. Misalnya, umur 2 tahun mulai belajar membaca
dan pada umur empat tahun belajar bahasa asing. Kelompok ini mempunyai
kecerdasan yang sangat luar biasa. Walaupun tidak sekolah, mereka mampu
menemukan dan memecahkan masalah. Jumlahnya sangat sedikit, namun
terdapat semua ras dan bangsa, semua jenis kelamin, serta dalam semua
tingkatan ekonomi.
Contoh orang yang jenius, antara lain: John Stuart Mill (IQ 200), Francis
Galton (IQ 200), dan Goethe (IQ 185).
– Ciri-ciri anak jenius
– Punya kemampuan bernalar yang bagus
– Bisa belajar dengan cepat.
– Punya perbendaharan kata yang luas.
– Punya kemampuan mengingat yang bagus.
– Bisa konsentrasi lama pada hal-hal yang menarik bagi dirinya.
– Sensitif perasaannya dan mudah merasa “tertusuk”.
– Cepat menunjukkan rasa peduli.
– Perfeksionis dan intensif
3. Bakat istimewa anak dengan bakat khusus (akademik atau non
akademik.
– Anak yang memiliki potensi dan anak yang
memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas
(task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal)
– Sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan
pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai ”
gifted & talented children”.
– Bakat khusus akademik yaitu bakat yang sejak awal sudah ada yang
berkaitan dengan intelektual, seperti bakat dalam mata pelajaran
matematika, bakat bidang bahasa dan bakat ilmu.
– Bakat khusus non akademik yaitu bakat yang sejak awak sudah ada dan
terarah pada suatu lapangan yang terbatas, seperti bakat musik, bakat
melukis, dan bakat seni
ANAK DENGAN GANGGUAN
ANGGOTA GERAK (TUNADAKSA)

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan


gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan
struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan otak), amputasi
(kehilangan organ tubuh), polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu
memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap
masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi
sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan
fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik
Ciri-ciri Anak Tunadaksa Sebagai Berikut:
– Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.
– Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.
– Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)
– Terdapat cacat pada anggota gerak
– Anggota gerak layu, kaku, lemah/lumpuh.
– Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa), contohnya:
– Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
– Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus.
– Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak ,
adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada
suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam
susunan saraf pusat bersifat kronik
ANAK TUNAWICARA

Anak tunawicara adalah individu yang


mengalami gangguan atau hambatan dalam
dalam komunikasi verbal sehingga mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi
DRS.SARDJONO MENGUTIP (MOH. AMNI DKK,1979,HAL 23) ANAK
TUNAWICARA DAPAT TERJADI KARENA GANGGUAN KETIKA:

1. Sebelum anak dilahirkan atau masih di kandungan (pre


natal)
– Hereditas (keturunan)
apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena
diantara keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen
tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut memiliki
gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis.
Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan
abnormalitas pada kelahiran anak.
– Anoxia
Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan
kerusakan pada otak dan syaraf yang menyebabkan
ketidaksempurnaan organ salah satunya organ bicara seperti
2. Pada waktu kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal)
- Prematur
Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan
lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan
kebisuan yang kadang disertai ketulian

3. Setelah dilahirkan ( pos natal)

Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang


menyebabkan tuli preseftik,virus akan mennyerang cairan koklea,
menyebabkan anak menderita otitis media (koken). Akibat yang sama akan
terjadi bila anak menderita scaerlet fever, dipteri, batuk hejang atau tertular
sifilis.

-Meningitis (radang selaput otak)


Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syaraf pendengaran dan
akan mengalami ketulian perseptif.

- Infeksi alat pernafasan


Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi gangguan pada organ
Kelainan bahasa dan bicara seringkali berkaitan dengan kelainan yang lain.
FriedaMangunsong dkk dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar
Basa mengutip Nelson (1993) secara spesifik mengemukakan faktor-faktor
yang berkaitan dalam bicara yaitu:
1. Faktor Sentral :
– ketidakmampuan berbahasa secara spesifik
– keterbelakangan mental
– luka otak (brain injury)
– autism
– defisit dalam hal perhatian dan hiperaktivitas, dll
2. Periferal :
– Gangguan pendengaran
– Gangguan penglihatan
– Gangguan fisik
– Faktor Lingkungan yaitu disebabkan oleh faktor lingkungan dan psikologik, seperti:
– Penganiayaan
– Masalah perkembangan perilaku dan emosi
DALAM BUKU ORTOPEDAGOGIK UMUM(1998), HERI PURWANTO MENGEMUKAKAN
TUNAWICARA SECARA UMUM DIKLASIFIKASIKAN MENJADI 4 BAGIAN,YAITU:

– Keterlambatan bicara (Delayed speech )


Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam
perkembangan bicaranya jika dibandingkan dengan anak
seusianya.
– Gagap (stuttering)
Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa sebagai
berikut:
1. Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation),
2. Pengulangan suku kata depan (repetition),
3. Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara (silent struggle),
4. Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya
berupa bicara terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi
berlebihan.
- Kehilangan Kemapuan Berbahasa (Disphasia).
Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari
kesalahan dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat
bebicara sama sekali.

- Kelainan Suara (Voice Disorder)


Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak
normal. Adapun kelainan suara berupa sebagai
berikut:
1. Kelainan nada (pitch)
2. Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu
tinggi, terlalu rendah, atau monoton.
3. Kelainan kualitas suara
4. Kelainan keras lembutnya suara.
ANAK TUNALARAS
(ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU)

Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan


emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri, diantaranya:
– Cenderung membangkang.
– Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
– Sering melakukan tindakan agresif, merusak,
mengganggu.
– Sering bertindak melanggar norma sosial/norma
susila/hukum.
– Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering
ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR
SPESIFIK (SPECIFIC LEARNING DISABILITY)

Kesulitan belajar spesifik merupakan kelainan


sistem saraf yang dialami oleh seseorang yang
mengakibatkan pola pertumbuhan yang tidak seimbang
dan kelemahan pada proses syaraf, sehingga akan
mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan
tugas akademik dan pembelajaran. Kesulitan-kesulitan
tersbut seperti kesulitan berfikir, membaca, berhitung,
berbicara.
Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Pada masa kanak-kanak:
– Kesulitan mengekspresikan diri.
– Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu
– Tidak perhatian, mudah terganggu
– Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan
memahami instruksi lisan.
– Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan.
Pada usia remaja dan dewasa:
– Kesulitan dalam memproses informasi auditori
– Kehilangan barang-barang miliknya, keterampilan mengatur lemah
– Lambat dalam membaca, pemahaman rendah
– Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat
– Kesulitan mengatur ide untuk menulis
ANAK-ANAK YANG TERMASUK KEDALAM KESULITAN
BELAJAR SPESIFIK
Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
Perkembangan kemampuan membaca terlambat
Kemampuan memahami isi bacaan rendah
Serta ketika membaca sering banyak kesalahan.

• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)


Ketika menyalin tulisan sering terlambat selesai, sering salah menulis
huruf.
Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
Tulisannya banyak salah atau terbalik atau huruf hilang
Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Anak yang kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =,
Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.
Sering salah membilang dengan urut.
Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17
dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya.
Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
ANAK LAMBAN BELAJAR (SLOW
LEARNER)

Anak lamban belajar adalah anak yang


mengalami hambatan atau keterlambatan dalam
perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah
teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan untuk
belajar dan menyesuaikan diri, sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus. Masalah-masalah yang
mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar antara
lain karena masalah tingkat konsentrasinya yang rendah,
daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan
emosional.
ANAK AUTIS

Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak
mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan
perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat
kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan
orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial,
tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
– Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
– Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat
– Penggunaan bahasa yang berulang
– Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan focus
– Sensitifitas berlebihan /kurang sensitive
– Terdapat bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar,
mengeja, olahraga, komputer
KARAKTERISTIK ANAK AUTIS ADALAH ADANYA 6 GEJALA/GANGGUAN, YAITU:

– Interaksi sosial:
Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan, misalnya bila ingin meminta minum
– Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi):
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
Senang meniru atau membeo (echolalia)
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kadang
kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat
dimengerti orang lain, bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara
(kurang verbal) sampai usia dewasa
– Pola Bermain:
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, gasing
Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di
putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan
dibawa kemana-mana.
– Gangguan Sensoris:
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
- Perkembangan Terlambat Atau Tidak Normal:
Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak
normal, khususnya dalam ketrampilan sosial,
komunikasi dan kognisi.
Dapat mempunyai perkembangan yang normal
pada awalnya, kemudian menurun atau bahkan
sirna, misalnya pernah dapat bicara kemudian
hilang.
- Penampakan Gejala:
Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau
saat masih kecil. Biasanya sebelum usia 3 tahun
gejala sudah ada
Pada beberapa anak sekitar umur 5 – 6 tahun
gejala tampak agak berkurang.
ADHD (ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER)

ADHD atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan


Hiperaktivitas adalah gangguan di mana anak melakukan aktivitas
yang sangat banyak, dalam situasi yang jelas tidak sesuai, tidak
mampu menghentikan bila diperintahkan, sering hanya bisa
melaksanakan tugas dengan kecepatan tertentu saja, dan memiliki
masalah lain ( belajar, perilaku, dll).
– Gejala umum:
a. Mudah terganggu dengan gerakan atau suara yang tidak
relevan.
b. Anak tidak mampu memberi perhatian pada detil dan
cenderung ceroboh
c. Kurang mampu mengikuti instruksi dengan tuntas dan
tepat.
– Penyebab : Kelainan pada struktur otak (aktivitas pada
lobus temporal yang lebih kecil dan masalah
neurotransmitter) dan genetik (50% anak ADHD memiliki
orang tua dengan masalah yang sama).
– Cara menanganinya : Psikoterapi, medikasi, konseling
keluarga, dan pembentukan perilaku di sekolah oleh guru.
TUNA GANDA

Tunaganda adalah orang yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua


jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang
serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program
pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan
variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.
– Macam macam tuna ganda:
· Tunanetra-tunawicara
· Tunanetra-tunarungu
· Tunanetra-tunadaksa
· Tunanetra-tunagrahita
· Tunanetra-tunalaras
· Tunanetra-kesulitan belajar khusus
- Penyebab Tunaganda:
Tunaganda disebabkan oleh faktor yang variatif, yang dapat terjadi pada
saat sebelum kelainan, saat kelahiran, dan atau setelah kelahiran.
1. Faktor Prenatal :
ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada anak dalam
kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu, kekurangan gizi ibu yang
sedang mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan alcohol.
2. Faktor Natal :
Kelahiran prematur kekurangan oksigen, pada saat kelahiran luka pada
otak
3. Faktor setelah kelahiran :
Kepala mengalami kecelakaan kendaraan ,jatuh ,dan mendapat pukulan
atau siksaan ,
4. Nutrisi yang salah :
Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit
tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh tehadap otak
(meningitis atau encephalities)
– Ciri khas tuna ganda :
Memiliki ketunaan lebih dari satu jenis. Misal: tuna netra dan tunagrahita,
tuna netra dan tunarungu-wicara, tunanetra dan tuna daksa dan
tunagrahita dll.
Ketidakmampuan anak semakin parah atau semakin banya bila tidak
cepat mandapatkan batuan. Hal ini disebabkan kegandaannya yang tidak
cepat mendapatkan bantuan.
Sulit untuk mengadakan evaluasi karena keragaman kegandaanya.
Membutuhkan instruksi atau pemberitahuan yang sangat terperinci.
Tidak menyamaratakan pendidikan tuna ganda yang satu dengan yang
lain walau mempunyai kegandaan yang sama.
ADD (ATTENTION DEFICIT
DISORDER)

ADD adalah anak yang mempunyai perhatian


buruk atau pendek dan memiliki impulsivitas tidak sesuai
dengan usia anak.
PERBEDAAN ADD DENGAN ADHD:
Anak ADD tidak muncul sikap hiperaktif , anak ADHD
memiliki sikap atau menunjukkan hiperaktifnya.
Pengertian Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang


mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah
terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin
dalam O’Neil 1994).
Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya,
semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan
berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana
dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran
sampai pada sistem penilaiannya
Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi,
adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi
anak-anak anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan,


semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang
kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Pendidikan
inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama-
sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan
pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta
didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi
sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis
(keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan
kondisi fisik atau mental.
Jenis-jenis SLB

1. SLB A
Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki
hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di
sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh
para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape
recorder.
2. SLB B
Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki
kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang
diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung
dengan cued speech yaitu geraka tangan untuk bisa melengkapi gerakan pada bibir.
Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu
conchlear implant.
3. SLB C
SLB C ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di
bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu
mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik
4. SLB D
Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang
memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa.
Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri
agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka.

5. SLB E
Sekolah ini diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras
dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka
biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi
sosialisasi.

6. SLB G
SLB G diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki
kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau
bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya
terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa
meningkatkan rasa mandiri anak tersebut.
– Keunggulan siswa berkebutuhan khusus di SLB
– Mendapatkan pelayanan khusus yang sesuai dengan kemampuannya
– Di kelas kemampuannya disesuaikan dengan teman – temannya, hal ini
memudahkan untuk memberikan asesmen dan memberikan pelayanan
– Orangtua lebih memahami dan lebih ikhlas dalam mengasuh karena
kondisinya di SLB beragamnya kondisi sehingga menjadikan orang tua
lebih termotivasi
– Mendapatkan program khusus yang sesuai dengan kemampuannya
yang sudah di susun dalam kurikulum
– Kekurangan dalam penyelenggaraan di SLB
– Siswa hanya mengenal lingkungan yang sama dengan kondisinya,
kurang meluas dalam interaksi dan bermasyarakat
– Terkadang karena kekurangan guru, dalam satu kelas masih ada
bermacam-macam kemampuan sehingga siswa harus beradaptasi
dengan semuanya
– Kurangnya pemantauan pemerintah dalam mengevaluasi hasil
pembelajaran di sekolahan
Kelemahan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi
– Masih banyak sekolah inklusi yang hanya sekedar menerima siswa
berkebutuhan khusus tanpa memberikan fasilitas sarana, prasarana
dan mengakomodasi pembelajaran
– Masih banyak sekolah inklusi yang membutuhkan guru pendamping
khusus yang lulusan pendidikan luar biasa namun realitasnya banyak
diisi dengan lulusan di luar pendidikan luar biasa
– Masih belum akuratnya dalam adanya standarisasi dalam pengelolaan
dan pembukaan pendidikan khusus di sekolah reguler
– Masih banyaknya guru guru di sekolah reguler yang belum memahami
siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif
– Seringnya terjadi ketumpang tindihan anatar guru, GPK dan orang tua
siswa, disamping orang tua terkadang memiliki harapan besar yang
kurang sesuai, atau guru yang belum memahami kondisi siswa
– Masih kurangnya aksesibilitas dan sarana yang memadai bagi siswa
berkebutuhan khusus seperti tuna netra dan tuna daksa dalam
mendapatkan aksesibilitas di sekolah
Tabel Perbedaan SI dan SLB
Se k ol ah Lua r B iasa
I ndik ator S e k ol a h In k lu si (S I )
(S L B )
Open Wellcoming School
Jenis Sekolah (Sekolah yang mengintegrasi ABK ke Sekolah Khusus ABK
Sekolah Reguler)
Tertentu Semua
Jenis ABK
(Masih bisa mengikuti ATBK) (sesuai Klasifikasi ABK)
Pembelajaran Menyesuaikan
Pembelajaran ABK Menyesuaikan Pembelajaran
ABK

Kurikulum Integrasi (Nasional) Segregasi (Khusus)

Normal, ditambah penyesuaian jenis ABK Semua berdasarkan kebutuhan


SARPRAS
yg masuk ke sekolah ABK

Normal, ditambah penyesuaian untuk ABK


Penilaian Khusus, menyesuaikan jenis ABK
(Metode, Waktu)

Guru yang terdidik dan terlatih


Guru Guru + Pendamping Khusus
secara khusus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai