Anda di halaman 1dari 41

PERBEDAAN

SEKOLAH
JENIS-JENIS ABK
INKLUSI DAN SLB
JENIS-JENIS ABK
TUNA NETRA
Pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera
penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai
saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti
orang awas.

Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki


penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang
masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal dan dari
jarak normal (30cm) meskipun dibantu dengan kaca mata
(kurang awas).
Klasifikasi Tuna Netra Berdasarkan Daya Penglihatan
1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki
hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-
program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan
fungsi penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian
daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti
pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
Klasifikasi Tuna Netra Berdasarkan Waktu Kejadian
1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir, mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman
penglihatan.
2) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta
pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
3) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual
dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
4) Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu
melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
5) Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian
diri.
6) Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)
Kirk (1962:p.214) mengutip klasifikasi ketunanetraan, yaitu :
1) Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai dengan 2/2000, ia tidak dapat melihat gerak
tangan pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.
2) Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia tidak dapat menghitung jari pada jarak
3 kaki di depan wajahnya.
3) Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan sampai
dengan 10/200, ia tidak dapat membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran.
4) Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan sampai
dengan 20/200, akan tetapi ia tidak dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang lebih kecil.
5) Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan 20/200 atau lebih, akan tetapi ia tidak
memiliki penglihatan cukup untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak ini
tidak dapat membaca huruf 10 point.
TUNA WICARA
anak tunawicara adalah individu yang
mengalami gangguan atau hambatan dalam
dalam komunikasi verbal sehingga mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi.
Klasifikasi Tuna Wicara
1) Keterlambatan bicara (Delayed speech )
Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
2) Gagap (stuttering)
Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa sebagai berikut:
a. Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation),
b. Pengulangan suku kata depan (repetition),
c. Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara (silent struggle),
d. Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa bicara terlalu
cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan.
3) Kehilangan kemapuan berbahasa (disphasia).
Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat bebicara
sama sekali.
4) Kelainan suara (voice disorder)
Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan suara berupa sebagai berikut:
a. Kelainan nada (pitch)
Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau monoton.
b. Kelainan kualitas suara
Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah.
c. Kelainan keras lembutnya suara.
Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut.
TUNA RUNGU

Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh


atau sebagian daya pendengarannya, sehingga
mengalami Gangguan berkomunikasi secara verbal.
Secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak-
anak dengar pada umumnya, sebab orang akan
mengetahui bahwa anak menyandang ketunaruguan
pada saat berbicara, mereka berbicara tanpa suara atau
dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya,
atau bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka
berisyarat.
Klasifikasi Tuna Rungu
a. Tunarungu ringan
Siswa yang tergolong tunarungu ringan mengalami kehilangan pendengaran antara 27-
40 dB. Ia sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang
letaknya strategis.
b. Tunarungu sedang
Siswa yang tergolong tunarungu sedang mengalami kehilangan pendengaran antara
41-55 dB. Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan (face to
face), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu dengar
serta terapi bicara.
c. Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu agak berat mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB.
Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan hearing aid. Kepada
siswa tersebut perlu diberikan latihan pendengaran serta latihan untuk mengembangkankemampuan
bicara dan bahasanya.
d. Tunarungu berat (severe hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarugu berat mengalami kehilangan pendengaran antara 71-90 dB.
Sehingga ia hanya dapat mendengar suara-suara yng keras dari jarak dekat. Siswa tersebut
membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
e. Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB.
Mungkin ia masih mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarannya
(vibrations) dari pada melalui pola suara. Ia juuga lebih mengandalkan peglihatannya dari pada
pendengarannya dalam berkomunikasi, yaitu melalui penggunaaan bahasa isyarat dan membaca ujran.
TUNAGRAHITA

Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental,


keadaan ini dikenal juga retardasi (hambatan) mental
(mental retardation). Anak tunagrahita memiliki IQ di
bawah rata-rata anak normal pada umumnya, sehingga
menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka
terganggu yang menyebabkan permasalahan-
permasalahan lainnya yang muncul pada masa
perkembangannya.
Klasifikasi Tunagrahita menurut
Astuti dan Walentiningsih (2011: 30-31)

1. Tunagrahita ringan (debil)

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan
anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk
kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan
berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV
SD Umum. Pada usia 16 tahun tingkat kecerdasannya sama dengan anak kelas tiga/ lima SD,
kematangan belajar membaca dicapai pada usia 9 sampai dengan 12 tahun, dapat bergaul dan
mampu mengerjakan pekerjaan ringan.
2. Tunagrahita sedang (Imbesil)
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat
terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai
IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas II SD Umum. Mereka
tidak mampu mempelajari pelajaran akademik, perkembangan bahasa terbatas, berkomunikasi
dengan beberapa kata, mampu menulis nama sendiri, nama orang tua adan alamat, mengenal angka
tanpa pengertian, dapat dilatih bersosialisasi, mampu mengenali bahaya, tingkat kescerdasan setara
anak usia 6 tahun.
3. Tunagrahita berat (Idiot)
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara
akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30
kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain, tidak mampu
mengurus diri sendiri, tidak mengenali bahaya, tingkat kecerdasannya setara dengan anak usia 4
tahun.
TUNA DAKSA

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak


yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan,
termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki
keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih
dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi
sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam
gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik
Klasifikasi anak tunadaksa dilihat dari
sistem kelainanya
1. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders)
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok kelainan sistem serebral didasarkan
pada letak penyebab kelainan yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syaraf pusat mengakibatkan bentuk
kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat
komputer dari aktivitas hidup manusia. Didalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide,
pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah cerebral palsy.
Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut
derajat kecacatan, Cerebal palsy dapat digolongkan
1) Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat
menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak
normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2) Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan,
dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya,
seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan
pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
3) Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi,
bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.
Penggolongan Menurut Tipografi Dilihat dari tipografi yaitu
banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsy dapat
digolongkan menjadi 6 (enam) golongan
1) Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri, sedangkan kaki kanan dan tangannya

normal.

2) Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan dan kaki kanan ,

3) Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.

4) Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri(paraple-gia).

5) Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau

tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

6) Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan

dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebut triplegia.


2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system)
    Sistem otot dan rangka adalah bagian-bagian atau jaringan-jaringan yang
membentuk gugusan otot dan rangka sehingga terjadi koordinasi yang
normal dan fungsional dalam menjalankan tugasnya.antara lain meliputi:
a). Poliomyelitis
b). Muscle dystrophy
c). Spina Bifida
a. Poliomylitis. Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan
mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum
tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
b. Muscle Dystrophy. Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada
penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi
kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua
tangan dan kedua kakinya. Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara
pasti.
c. Spina bifida adalah cacat lahir yang ditandai dengan terbentuknya celah atau defek pada
tulang belakang dan sumsum tulang belakang bayi. Kelainan ini dipicu oleh pembentukan
sumsum tulang belakang yang tidak sempurna pada bayi selama dalam kandungan
AUTIS

autis adalah suatu gangguan perkembangan


yang komplek yang membuat dirinya tidak
dapat berkomunikasi dan membentuk
hubungan sosial sehinga mengakibatkan anak
menutupi diri dan sibuk dengan dunianya
sendiri yang dapat diketahui sebelum berumur
tiga tahun
Klasifikasi Anak Autis
1. Autisme persepsi

Dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Ketidak mampuan anak
berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga
kemampuan anak bekerjasama dengan orang lain, sehinggaanak bersikap masa bodaoh.

2. Autisme reaksi

Terjadi karena beberapa permasalahan yang di menimbulkan kecemasan seperti orang tua
meninggal, sakit berat, pindah rumah/sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memuncukan
gerakan-gerakan tertentu berulang –ulang, kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul
pada usia lebih besar enam sampai tujuh tahun sebelum anak memasuki tahapan berfikir logis.
3. Autisme yang timbul kemudian
Terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi
setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan
pelayanan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit


Hyperactivity Disorder, yaitu sebuah gangguan
pada perkembangan otak yang menyebabkan
penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif,
serta susah memusatkan perhatian. ADHD
adalah kondisi yang bisa terdapat pada anak-
anak, remaja bahkan pada orang dewasa.
Namun gejalanya biasanya mulai berkembang
pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga
dewasa. Diperkirakan terdapat 3-5 persen
anak-anak atau anak usia sekolah yang
mengalami kondisi ini.
Klasifikasi ADHD

1. Terutama hiperaktif-impulsif
o Kebanyakan gejala (enam atau lebih) berada di kategori hiperaktif-impulsif.
o Kurang dari enam gejala kekurangan perhatian yang hadir, walaupun kekurangan perhatian mungkin masih hadir untuk
beberapa derajat.
2. Terutama pelengah
o Sebagian besar gejala (enam atau lebih) berada di kategori kekurangan perhatian dan kurang dari enam gejala hiperaktif-
impulsif yang hadir, meskipun hiperaktif-impulsif masih dapat hadir untuk beberapa derajat.
o Anak-anak dengan subtipe ini lebih kecil kemungkinannya untuk bertindak keluar atau mengalami kesulitan bergaul
dengan anak-anak lain. Mereka mungkin duduk diam, tetapi mereka tidak memperhatikan apa yang mereka lakukan. Oleh
karena itu, anak mungkin akan diabaikan, dan orang tua dan guru mungkin tidak menyadari gejala ADHD.
3. Gabungan hiperaktif-impulsif dan lalai
o Enam atau lebih gejala kurangnya perhatian dan enam atau lebih gejala hiperaktif-
impulsif yang hadir.
o Sebagian besar anak dengan ADHD memiliki tipe gabungan
ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK

Masalah-masalah yang tercakup dalam kesulitan


belajar atau hambatan belajar spesifik adalah rentang
perhatian pendek (short attention span), kesulitan
mengingat (poor memory), dan keterlambatan
perkembangan bahasa. Anak-anak dengan kesulitan
belajar spesifik mempunyai masalah dalam belajar
meskipun mereka mempunyai tingkat inteligensia (IQ)
NORMAL. Mereka bukan anak yang LAMBAN BELAJAR,
namun mereka mempunyai cara belajar yang berbeda.
Klasifikasi berdasarkan jenis/bidang
1. Dispraksia, merupakan gangguan pada ketrampilan motorik,seperti sering
menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan gelas kalau minum
2. Disgraphia, kesulitan dalam menulis
3. Diskalkulia ,kesulitan dalam menghitung dan matematika
4. Disleksia , kesulitan dalam membaca baik membaca permulaan maupun
pemahaman.
5. Dysphasia ,kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam
berkomunikasi baik menggunakan tulis maupun lisan.
6. Body awarness , anak tidak memiliki kersadaran tubuh, misalnya sering menabrak
bila berjalan.
Adapun tipe berkesulitan belajar spesifik dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Gangguan Perhatian (Attention Disorder)
Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai prestasi belajar seseorang. Perhatian lebih merupakan suatu
kemampuan untuk memilih dari sekian banyak dorongan (stimulus) yang dihadapi. Anak dengan gangguan perhatian akan
merespon banyak dorongan, sehingga fokus perhatian anak selalu bergerak dari satu ke hal yang lainnya, dan tak dapat
mempertahankan perhatiannya untuk waktu belajar yang cukup dan kurang dapat mengarahkan pada satu tujuan menghadapi
sesuatu hal dalam hal ini pelajaran.
 
2. Gangguan Ingatan (Memory)
Gangguan perhatian merupakan suatu kesulitan dimana individu untuk mengingat kembali apa yang telah dilihat, didengar
maupun yang telah dialaminya. Anak-anak dengan gangguan ingatan akan mengalami kesulitan dalam bidang akademik baik
pada membaca, menulis maupun menghitung. 
 
3. Gangguan Sensory-motor dan Perseptual
Gangguan perkembangan motorik pada anak-anak sering memperlihatkan adanya gangguan koordinasi gerak baik motorik
halus (fine motorik) maupun motorik kasar (gross motorik), adanya gerak motorik yang berlebih (overflow movement),
maupun adanya gangguan dalam penghayatan/kesadaran tubuh. Gangguan perkembangan motorik tersebut sering mudah
dikenali pada saat melakukan kegiatan berolahraga, menari maupun waktu belajar menulis.
4. Gangguan Berfikit (Thinking Disorder)
Gangguan berfikir merupakan kesulitan dalam proses kognisi, mengenai pemecahan masalah, pembentukan konsep
dan penggabungan.  

5. Hiperaktivitas 
Dengan adanya disfungsi pada susunan syaraf pusatnya, maka ada kemungkinan anak-anak mengalami hiperaktif
neurologik, yang mana dimanifestasikan dengan sulit konsentrasi banyak bergerak dan tidak terkontrol.
 
6. Kesulitan Belajar Membaca
Kesulitan belajar membaca merupakan bagian dari kesulitan belajar akademik, kesulitan ini juga dikenal dengan
disleksia.  

7. Kesulitan Belajar Menulis


Menulis bukan hanya menyalin tetapi disini meliputi mengekspresikan pikiran dan perasan melalui tulisan.
ANAK DENGAN GANGGUAN PERILAKU DAN
EMOSI (TUNALARAS)

Anak dengan gangguan perilaku (Tunalaras) adalah


anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf
sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia
anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya
perkembangan emosi dan sosial atau keduanya,
sehingga merugikan dirinya sendiri maupun
lingkungan, maka dalam mengembangkan
potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan
secara khusus.
ANAK CERDAS ISTIMEWA DAN BAKAT
ISTIMEWA (GIFTED AND TALENTED)

Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak


yang memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki
potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab
terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak
normal), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan
pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa
disebut sebagai ”gifted & talented children”.
Anak talented adalah anak yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam bidang tertentu,
misalnya hanya dalam bidang matematik, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kepemimpinan,
kemampuan psikomotor,penampilan seni.

Anak cerdas (brigth/higt achiever) berbeda dengan dengan anak CI-BI (gifted) dan anak-anak
cerdas tidak bisa dimaksukkan ke dalam kelompok gifted karena mereka memiliki karakteristik
yang berbeda. Sekalipun mereka juga memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, namun
kemampuan mereka dalam analisis, abstraksi dan kreativitas tidak seluar biasa anak-anak CI-
BI.
ANAK LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNER)

Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di
bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar
80-85). Mereka termasuk kategori “borderline” (garis batas) yang secara pendidikan
disebut “slow learner” (lambat belajar).

Dalam beberapa hal anak lambat belajar mengalami hambatan atau keterlambatan
berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik di banding
anak tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan anak normal
TUNA GANDA (MULTIPLE HANDICAPPED)

Tuna ganda adalah anak-anak yang mempunyai masalah-


masalah jasmani,mental atau emosional yang sangat
berat atau kombinasi dari berbagai masalah,
memerlukan pelayanan pendidikan,sosial, psikologis dan
medik yang melebihi pelayanan program pendidikan luar
biasa reguler,agar potensi mereka dapat berkembang
secara maksimal sehingga berguna dalam partisipasi di
masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
Klasifikasi Tuna Ganda
1. Kelainan utamanya tunagrahita. Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan
tunanetrainilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu. Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan
tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
3. Kelainan utamanya tunanetra. Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan
yang lain.
4. Kelainanan utamanya tunadaksa. Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu,
tunalaras, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras. Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
PERBEDAAN SEKOLAH INKLUSI DAN ABK
Dimensi Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekolah Inklusi
Pengertian Sistem penyelenggaraan pendidikan Sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus
khusus yang terpisah dengan anak umum dan regular dalam satu sistem persekolahan, dimana siswa
lainnya dimana anak – anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus
berkebutuhan khusus di tempatkan sesuai dengan potensinya masing-masing dan siswa regular
secara khusus sesuai dengan mendapatkan layanan khusus untuk mengembangkan
kebutuhannya potensi mereka sehingga baik siswa yang berkebutuhan
khusus ataupun siswa regular dapat bersama-sama
mengembangkan potensi masing-masing dan mampu hidup
eksis dan harmonis dalam masyarakat.
Kurikulum Kurikulum terpisah Kurikulum dirancang dan diajarkan berdasarkan kebutuhan
anak.
Partisipasi Belum ada partisipasi. Kalaupun ada, Partisipasi penuh sudah mulai terbentuk dan merupakan
peserta didik hanya sebatas pada kelompok tertentu faktor kunci dalam keberhasilan pelaksanaan pendidikan
dalam PBM saja. inklusi

Sistem Pendidikan untuk anak berkebutuhan Ada di dalam sistem sekolah umum, dimana pelaksanaan
Pendidikan khusus terpisah dari sekolah umum. pendidikan, pengelolaan kelas dapat menjamin
peningkatan pendidikan dan akses untuk semua anak,
termasuk anak berkebutuhan khusus.
Dimensi Sekolah Luar Biasa (SLB) Inklusi
Manfaat Pendidikan lebih banyak ditujukan 1.   Sebagian besar anak berkebutuhan khusus dapat belajar
untuk anak yang tidak memiliki di sekolah umum dengan akses dan lingkungan yang
kebutuhan khusus. Anak dengan kondusif.
kebutuhan khusus masih sulit 2.   Guru dapat memperkaya wawasan  serta meningkatkan
mendapatkan pendidikan. kreativitas dalam pengelolaan kelas.
3.   Siswa / siswi lainmenerima perbedaan yang ada dan
memiliki kepekaan sosial yang tinggi serta mampu menjalin
persahabatan dengan anak berkebutuhan khusus.
4.   Orang tua anak berkebutuhan khusus merasa yakin
bahwa anaknya akan mendapatkan pendidikan yang lebih
baik

Tanggungjawab Tanggung jawab ada pada masing - Guru wali kelas, guru bidang studi serta guru pembimbing khusus
masing unit penyelenggara bertanggung jawab penuh pada kelangsungan proses belajar anak
pendidikan. berkebutuhan khusus.
That’s all! Thank you! 
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai