Anda di halaman 1dari 41

IDENTIFIKASI DAN ASESMEN

PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Penti Ristian Lestari, S.Pd


NIP. 198702192022212019
Ahli Pertama – Guru Pendidikan Khusus
SLB Negeri Mutiara Bahari Mandiri
ANAK DISABILITAS DAN IDENTIFIKASINYA
A. LATAR BELAKANG

 Different ability people atau diferently abled disingkat difabel dimulai


sejak kemerdekaan RI Tahun 1945
 Berdasarkan penjelasan dalam tulisan jurnal Disability terminology and
the emergence of ‘diffability’ in Indonesia, pada 1954, Pemerintah
Indonesia mulai memperkenalkan istilah baru. Istilah ini untuk
menggambarkan orang yang memiliki kekurangan jasmani atau rohani.
(tunanetra, tunarungu, tunagrahita)
 Mulai tahun 1990, penggunaan kata penderita diganti menjadi
penyandang. Istilah ini mulai muncul pada undang-undang yang
terbit di bulan Mei 1992.
 Penyandang disabilitas merupakan sebutan yang dikemukakan
dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas
B. PENGERTIAN DISABILITAS

Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami


keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
beradaptasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak. (UU NO. 8 TAHUN
2016 tentang Penyandang Disabilitas)
C. KLASIFIKASI DISABILITAS
Ragam Penyandang Disabilitas meliputi:

1. Penyandang Disabilitas fisik. Disabilitas fisik adalah terganggunya fungsi


gerak. Contoh lumpuh layu atau kaku, paraplegi, cerebral palsy (CP), akibat
amputasi, stroke, dan lain-lain.

2. Penyandang Disabilitas intelektual. Disabilitas intelektual adalah suatu


disfungsi atau keterbatasan baik secara intelektual maupun perilaku adaptif.
(Tunagrahita)

3. Penyandang Disabilitas mental; Disabilitas mental adalah terganggunya


fungsi pikir, emosi, dan perilaku antara lain Autis, ADHD, bipolar, gangguan
kecemasan, depresi, dsb

4. Penyandang Disabilitas sensorik. Disabilitas sensorik adalah


terganggunya salah satu fungsi dari panca indera (Tunanetra, tunarungu)

5. Disabilitas ganda atau multi adalah penyandang disabilitas yang


mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas antara lain disabilitas rungu-
wicara dan disabilitas netra-tuli.
1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra)
a. Kurang awas (low vision)
b. Buta (blind)

2. Anak dengan gangguan pendengaran dan/atau wicara


a. Kurang dengar (hard of hearing)
b. Tuli (deaf)

3. Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata-rata (tunagrahita)


a. Tunagrahita ringan (IQ antara 50- 70)
b. Tunagrahita sedang (IQ antara 25 - 50)
c. Tunagrahita berat (IQ di bawah 25)

4. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented)


a. Cerdas istimewa (gifted dan genius) anak dengan IQ di atas rata-rata
b. Bakat istimewa (talended) anak dengan bakat khusus (akademik
atau non akademik)

5. Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa)


a. Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
b. Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy)
6. Anak dengan gangguan prilaku dan emosi (Tunalaras)
a. Anak dengan gangguan prilaku
• Anak dengan gangguan prilaku taraf ringan
• Anak dengan gangguan prilaku taraf sedang
• Anak dengan gangguan prilaku taraf berat
b. Anak dengan gangguan emosi
• Anak dengan gangguan emosi taraf ringan
• Anak dengan gangguan emosi taraf sedang
• Anak dengan gangguan emosi taraf berat

7. Anak dengan kesulitan belajar spesifik (specific learning


disability)
8. Anak lamban belajar (slow learner)
9. Anak Autis
D. K ARAKTERISTIK D ISABILITAS
1. Anak dengan gangguan penglihatan
(Tunanetra)
a. Pengertian
Adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan
sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam
pendidikan maupun kehidupannya.

b. Ciri-ciri Tunanetra
 Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada
jarak 6 m.
 Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.
 Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.
 Sering meraba--raba dan tersandung waktu berjalan,
 Bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/bersisik kering.
 Tidak mampu melihat.
 Peradangan hebat pada kedua bola mata,
 Mata bergoyang terus
c. Anak Tunanetra dapat dikelompokkan, sebagai berikut :

• Berdasarkan ukuran ketajaman penglihatan :


(1) Mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity) 20/70.
(2) Mampu membaca huruf paling besar di Snellen Chart dari jarak
20 feet [ acuity 20/200 – legal blind ] dikategorikan Buta.

• Anak dengan keterbatasan penglihatan (low vision) Karakteristik:


(1) Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak
(2) Menghitung jari dari berbagai jarak.
(3) Tidak mengenal tangan yang digerakan.
• Kelompok yang mengalami keterbatasan pengelihatan berat [buta] :
(1) Mempunyai persepsi cahaya [ligt perception)
(2) Tidak memiliki persepsi cahaya [ no light perception ]
d. Dalam perspektif pendidikan, tunanetra dikelompokan menjadi :

1) Mereka yang mampu membaca huruf cetak standar.


2) Mampu membaca huruf cetak standar,tetapi dengan bantuan kaca
pembesar.
3) M ampu membaca huruf cetak dalam ukuran besar [ukuran huruf
no. 18]
4) M ampu membaca huruf cetak secara kombinasi, cetakan
reguler dan cetakan besar.
5) Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya.
e. Media Belajar Anak Tunanetra
• Kelompok buta dengan media penulisan braille.
• Kelompok low vision dengan media tulisan awas yang dimodifikasi
[misalnya tipe hurup diperbesar dan penggunaan alat pembesar].

e. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunanetra


Mengacu pada prinsip- prinsip sebagai berikut :
• Kebutuhan akan pengalaman konkrit.
• Kebutuhan akan pengalaman yang terintegrasi.
• Kebutuhan dalam berbuat dan bekerja dalam belajar
2. Anak dengan gangguan pendengaran (Tunarungu)
a. Pengertian
adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya
sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal.

b. Ciri-ciri anak
Tunarungu
• Sering memiringkan kepala dalam usaha
mendengar;
• Banyak perhatian terhadap getaran;
• Terlambat dalam perkembangan bahasa
• Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara;
• Terlambat perkembangan bahasa;
• Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi;
• Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara;
• Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara
aneh/monoton,
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunarungu

• Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya;


• Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki
peluang untuk mudah membaca bibir guru;
• Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk
mendengarkan;
• Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah
dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan
kepala guru sejajar dengan kepala anak;
• Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya
yang harus jelas.
3. Anak dengan gangguan Intelektual
(Tunagrahita)
a.
Pengertian
Adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental- intelektual di
bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas- tugasnya.

b. Ciri-ciri
Tunagrahita
• Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu
kecil/besar,
• Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
• Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan
• Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunagrahita
a. Perbedaan tunagrahita dengan anak normal dalam proses
belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau
karakteristik belajarnya.
b. Perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan
anak sebayanya, anak tunagrahita mengalami masalah
dalam hal yaitu:
 Tingkat kemahirannya dalam mamecahkan
masalah
 Melakukan generalisasi dan mentranfer sesuatu
yang baru
 Minat dan perhatian terhadap penyelesaian
tugas
4. Anak dengan gangguan Anggota Tubuh
(Tunadaksa)
a. Pengertian
 Adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat
yang menetap pada anggota gerak [tulang,
sendi,otot].
 Mereka mengalami gangguan gerak karena
kelayuhan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak
(disebut Cerebral Palsy /CP].

b. Ciri-ciri
Tunadaksa
 Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam;
 Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempurna/
lebih kecil dari biasa,
 Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali,
bergetar)
 Terdapat cacat pada anggota gerak,
 Anggota gerak layu, kaku,lemah/lumpuh,
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunadaksa. Guru sebelum
memberikan pelayanan dan pembelajaran bagi anak tunadaksa harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Segi kesehatan anak
Apakah ia memiliki kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, dan
sebagainya
• Kemampuan gerak dan mobilitas
Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak, dan
sebagainya.
• Kemampuan komunikasi
Apakah ada kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi yang akan digunakan
(lisan, tulisan, isyarat) dan sebagainya.
• Kemampuan dalam merawat diri
Apakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari
atau tidak.
• Posisi
Bagaimana posisi anak tersebut pada wakyu menggunakan alat bantu,
duduk pada saat menerima pelajaran, dan sebagainya. Sehingga physical
therapis sangat diperlukan.
5. Anak dengan gangguan Prilaku dan Emosi
(Tunalaras)
a. Pengertian Tunalaras
Adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf
sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai
akibatterganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya,
sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan

b. Ciri-ciri Tunalaras
 Cenderung membangkang
 Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
 Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu
 Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila /hukum
 Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos, jarang
masuk sekolah
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak
Tunalaras
• Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif
(menyenangkan) bagi setiap anak
• Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan
masalah yang dihadapi oleh setiap anak
• Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat
dan minat anak.
• Perlu adanya pengembangan ahlak atau mental melalui kegiatan
sehari-hari, dan contoh dari lingkungan.
6. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (gifted dan
talented)
a. Pengertian
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas,
dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anak-anak
seusianya (anak normal)

b. Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Bakat


Istimewa
 Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki
perbendaharaan kata yang luas
 Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi
 Mempunyai inisiatif, kreatif dan original dalam
menunjukkan gagasan
 Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang
logisi, sistimatis dan kritis
 Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
• Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap
tugas atau bidang yang diminati;
• Senang mencoba hal-hal baru;
• Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang
tinggi, Mempunyai daya imajinasi dan ingatan yang kuat;
• Senang terhadap kegiaan inelektual dan pemecahan- pemecahan
masalah;
• Cepat menangkap hubungan sebabakibat;
• Tidak cepat puas atas prestasi yang dicapainya;
• Lebih senang bergaul dengan anak yang lebih tua usianya;
• Dapat menguasai dengan cepat materi pelajaran
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa

1) Program pengayaan horisontal, yaitu:


a) mengembangkan kemampuan explorasi;
b) mengembangkan pengayakan dalam arti memperdalam dan
memperluas hal-hal yang ada diluar kurikulum biasa;
c) excekutif intensive dalam arti memberikan kesempatan untuk
mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati secara
tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu
2) Program pengayaan vertikal, yaitu:
a) Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program
yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah
waktu,atau tingkatan kelas.
b) Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk
belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati.
c) Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented
dengan para ahli yang ada di masyarakat.
7. Anak Lamban Belajar ( Slow Learner)
a. Pengertian
 Adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah
anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya
memiliki IQ sekitar 80-85)
 Dalam beberapa hal Anak ini mengalami hambatan atau
keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan
untuk beradaptasi.
 Anak Lamban Belajar lebih baik dibanding dengan yang
tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama
dibanding dengan sebayanya.
b. Ciri-ciri anak lamban
belajar:
• Rata-rata prestasi belajarnya rendah (kurang dari 6);
• Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat
dibandingkan teman-teman seusianya,
• Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
• Pernah tidak naik kelas.

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Lamban Belajar


• Waktu yang lebih lama dibanding anak pada umumnya
• Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam
memberikan penjelasan
• Memperbanyak latihan dari pada hapalan dan pemahaman
• Menuntut digunakannya media pembelajaran yang variatif oleh
guru
• Diperlukan adanya pengajaran remedial
8. Anak
Berkesulitan Belajar Spesifik
a. Pengertian
Adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses
psikologis dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan
neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata
dalam: pemahaman, gangguan mendengarkan, berbicara,
membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan
sosial.
Siswa berkesulitan belajar dapat dibagi dua :

 Pertama, yang berkaitan dengan perkembangan (developmental learning


disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan
komunikasi, memori, dan perilaku sosial.

 Kedua, yang berkaitan dengan akademik (membaca, menulis, dan

berhitung) sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.

(Kirk dan Gallagher, 1986: Mulyono Abduraahman, 1996: Hidayat,1996)


b. Ciri-ciri Anak Berkesulitan Belajar Spesifik

Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)


1) Kesulitan membedakan bentuk,
2) Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3) Sering melakukan kesalahan dalam membaca

Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia)


1) Sangat lamban dalam menyalin tulisan
2) Sering salah menulis hurup b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2
dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
3) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
5) Menulis huruf dengan posisi terbalik (p ditulis q atau b)
Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkulia)

1) Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =


2) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3) Sering salah membilang secara berurutan
4) Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5,
3 dengan 8, dan sebagainya,
5) Sulit membedakan bangun-bangun geometri
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan belajar khusus

1) Materi pembelajaran hendaknya disesuikan dengan hambatan


dan masalah yang dihadapi anak
2) Memerlukan uratan belajar yang sistimatis yaitu dari
pemahaman yang konkrit ke yang abstrak
3) Menggunakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan
hambatannya.
4) Pembelajaran sesuai dengan urutan dan tingkatan pemahaman anak
5) Pembelajaran remedial
9.
a. Pengertian
Anak Autis
Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dapat diartikan sebagai
seorang anak yang hidup dalam dunianya.
 Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi,
komunikasi, perilaku sosial.

b. Ciri-ciri Anak Autis:


 Mengalami hambatan di dalam bahasa
 Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan
isyarat sosial
 Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan
 Kurang memiliki perasaan dan empati
 Sering berperilaku diluar kontrol dan meledak- ledak
 Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku
 Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri
 Keterbatasan dalam mengekspresikan diri
 Berprilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk
beradaptasi dengan lingkungan
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak
Autis
• Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam setting
kelompok
• Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan
perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu
kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip)
• Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal
dengan berbagai bantuan
• Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan
menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat
dikendalikan pada hal yang diharapkan.
E. IDENTIFIKASI & ASESMEN A N A K BERKEBUTUHAN
KHUSUS

1. Tujuan Identifikasi
• Secara umum, dilakukan identifikasi adalah untuk menghimpun
informasi apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional).
• Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan assesment, yang
hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan progam
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya.
2. Langkah-langkah identifikasi:
• Penjaringan (screening),
• Pengalihtanganan (referal),
• Klasifikasi,
• Perencanaan pembelajaran, dan
• Pemantauan kemajuan belajar.
3. Sasaran Identifikasi
 Secara umum sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
adalah seluruh anak usia pra- sekolah dan usia sekolah dasar.

 Secara khusus (operasional), sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan


Khusus adalah:
 Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler
 Anak yang baru masuk di Sekolah reguler
 Anak yang belum/tidak bersekolah
4. Petugas Identifikasi
 Guru kelas;
 Guru Mata pelajaran/Guru BK
 Guru Pendidikan Khusus
 Orang tua anak; dan/atau
 Tenaga profesional terkait

<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UN S
5.
Pelaksanaan
a. UntukIdentifikasi
identifikasi anak usia sekolah yang belum
bersekolah atau drop out :
- Dilakukan pendataan oleh sekolah yang
bersangkutan di masyarakat setempat
- Dilakukan pembicaraan dengan Kepala
Desa / RW/ RT setempat untuk tindak lanjutnya
b. Untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa di
sekolah:
Menghimpun Data Anak
 Menganalisis Data dan Mengklasifikasikan Anak
Menginformasikan Hasil Analisis dan Klasifikasi
Menyelenggarakan Pembahasan Kasus (case conference)
Menyusun Laporan Hasil Pembahasan Kasus
6. Tindak Lanjut Kegiatan
Identifikasi
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan indentifikasi, dilakukan
tindak lanjut sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Asesmen
Merupakan kegiatan penyaringan terhadap anak- anak yang telah
teridentifikasi sebagai anak berkebutuhan khusus.
Asesmen meliputi :
(1) Asesmen Akademik,
(2) Asesmen Sensorik dan Motorik,
(3) Asesmen psikologis, emosi dan sosial.
b. Perencanaan Pembelajaran
Penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI)

c. Pelaksanaan Pembelajaran
melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa
berkelainan di kelas regular sesuai dengan rancangan yang telah disusun

d. Pemantauan Kemajuan Belajar dan Evaluasi


Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, perlu dilakukan pemantauan
secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau kemunduran belajar anak

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UN S
Asesmen

PENGERTIAN
ASESMEN
 Diagnostik Istilah diagnostik diadopsi dari dunia medis. Secara historis
para pionir pendidikan khusus baik di Eropah, di Amerika maupun di
Indonesia adalah para dokter
 Tes biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan dan
ketidakmampuan sesorang.
 Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengetahui keberhasilan atau
kegagalan dari satu tindakan yang telah dilakukan sebelumnya
 Istilah asesmen memiliki makna yang berbeda dan jauh lebih luas
dibandingkan dengan istilah diagnostik, tes dan evaluasi. Di dalam
asesmen terdapat empat aspek pertanyaan penting yang harus diungkap
terkait dengan kondisi seorang individu yaitu : 1) kemampuan atau
keterampilan apa yang sudah dimiliki, 2) Hambatan atau kesulitan apa
yang dialami, 3) mengapa hambatan atau keseulitan itu dialami, 4)
kebutuhan-kebutuhan (dalam hal pendidikan dan belajar) apa yang
seharusnya dipenuhi.
• Asesmen Berazaskan kurikulum (Akademik)
• Asesmen kurikulum adalah kegiatan asesmen yang bekenaan dengan
usaha untuk mengetahui kemampuan yang sudah dimiliki,
ASESMEN hambatan/kesulitan yang dialami, latarbelakang mengapa hambatan
dan kesulitan itu muncul serta mengetahui kebutuhan belajar anak
DALAM dalam hal bahan pelajaran tertentu yang ada dalam lingkup
PENDIDIKAN kurikulum sekolah.
• Asesmen Berazaskan Perkembangan (Non-Akademik)
KHUSUS • Asesmen perkembangan adalah kegiatan asesmen yang berkenaan
DAPAT dengan usaha mengetahui kemampuan yang sudah dimiliki,
hambatan perkembangan yang dialami, latarbelakang mengapa
DIKELOMPOK
hambatan perkembangan itu muncul serta mengetahui
KAN MENJADI bantuan/intervensi yang seharusnya dilakukan. Asesmen
DUA perkembagan (non-akademik) meliputi asesmen perkembangan
kognitif, persepsi, motorik, social-emosi, perilaku dan asesmen
KATEGORI perkembangan bahasa.
YAITU:
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai