Anda di halaman 1dari 6

Diagnostik kesulitan belajar, macam-macam jenis gangguan bagi peserta didik berkebutuhan

khusus, karakteristik peserta didik berbakat, penempatan dan pelayanan pendidikan bagi
peserta didik

A. Diagonostik Kesulitan Belajar


Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta
didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan , sedang dan berat.
1) Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di
saat mengikuti proses pembelajaran.
2) Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar
yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan, dan sebagainya.
3) Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri
mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra, tuna daksa,tuna wicara dan sebagainya.

Ciri-ciri Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar


a) Hasil belajar rendah
b) Lambat melakukan tugas-tugas belajar
c) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar
d) Mudah lupa
e) Tidak termotivasi untuk belajar

Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat
(prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan,
dsb.
1. Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum.
Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
2. Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai
kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta
didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian,
atau perkalian.
3. Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk
menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
4. Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar
peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun
penyebab kesulitan belajar peserta didik.

B. Macam-Macam Jenis Gangguan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus


Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) yaitu peserta didik dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi ataupun fisik. (Heward, 2006)

PDBK memiliki istilah lain yakni anak cacat/anak yang memiliki kecacatan, anak
yang memiliki kelainan, anak luar biasa, anak yang memiliki ketunaan, anak
berkebutuhan khusus atau children with special needs.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70/2009


Pasal 3 ayat 1, penggolongan PDBK dibagi menjadi:

Penggolongan PDBK
1. Hambatan Penglihatan
Hambatan penglihatan pada anak disebut dengan istilah tunanetra. Anak yang
tergolong tunanetra tidak dapat atau kurang dapat melihat.
Karakteristik:
– Sering menabrak ketika bergerak
– Kesulitan membaca huruf pada buku bacaan atau tulisan pada papan tulis
– kesulitan menulis pada garis lurus
– Memegang buku dekat dengan muka ketika membaca
– Sering mengeluh kepala pusing, mata gatal atau berair
– Bentuk dan warna bola mata berbeda; bola mata bergoyang-goyang, mengecil atau
berwarna putih.
– Sering meletakan barang di tempat yang salah
– Sulit meniru gerakan
– Sulit mengenal gambar jika warna kurang kontras
– Sering hendak terjatuh jika melewati rintangan jalan
– Suka meraba barang yang dipegang atau yang ada didekatnya

2. Hambatan Pendengaran
Hambatan pendengaran dikenal dengan istilah tunarungu. Anak yang memiliki
hambatan pendengaran tidak dapat atau kurang dapat mendengar. Kesulitan untuk
mendengarkan, kebayakan diikuti dengan kesulitan untuk berbicara, sehingga anak-
anak yang mengalami gangguan pendengaran kebanyakan juga mengalami gangguan
bicara.
Karakteristik menurut UNESCO:
– Tidak menyadari adanya bunyi atau suara
– Tidak dapat melihat ke sumber suara
– Terlihat mendekatkan telinga pada sumber suara
– Sulit untuk berbicara atau berbicara dengan kata yang tidak jelas dengan suara keras
– Sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat
– Cenderung menggunakan mimic atau gerakan (tangan dan tubuh) untuk
berkomunikasi
– Cenderung pemata atau milihat anak lain melakukan sesuatu sebelum dia
melakukan apa yang diminta

3. Hambatan Gerak
Istilah lain dari hambatan gerak dikenal dengan tunadaksa. Anak yang memiliki
hambatan gerak biasanya kurang dapat menggunakan tangan dan kakinya untuk
bergerak.
Tingkat hambatan:
a. Ringan: memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik, kualitas gerakan
motorik dapat meningkat melalui terapi
b. Sedang: memiliki keterbatasan motorik, mengalami gangguan koordinasi sensorik
c. Berat: memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik, tidak mampu mengontrol
gerakan fisik
Karakteristik:
– Sulit menggerakan tubuh
– Sulit untuk berpindah dari suatu posisi ke posisi lain
– Sulit meraih/mengambil benda di tempat yang tinggi
– Gerakan tubuh kaku dan layu
– Sering terjatuh
– Bila terjadi kekakuan pada otot bicara, maka diantara mereka dengan hambatan
gerak juga akan mengalami hambatan bicara seperti pada mereka yang cerebral
palsy (CP).

4. Hambatan Intelektual
Berbagai istilah yang sering digunakan untuk hambatan intelektual yaitu retardasi
mental, cacat mental, gangguan intelektual, atau tunagrahita. Anak yang biasanya
mengalami perkembangan yang lambat secara fisik, memiliki kemampuan
inteligensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku.
Karakteristik:
– Perilaku tidak sesuai dengan usia (kekanak-kanakan)
– Sulit memahami hal yang abstrak
– Sulit mengingat atau daya ingat lemah
– Sulit mengikuti instruksi panjang/rumit
– Membutuhkan pengulangan dalam belajar

5. Kecerdasan Istimewa
Anak yang memiliki kecerdasan istimewa disebut juga cerdas istimewa bakat
istimewa (gifted and talented). Anak tersebut biasanya memiliki kelebihan dan
keistimewaan dalam hal kecerdasan, kreativitas, kemampuan berpikir secara kritis dan
memiliki kemampuan mengekspresikan diri dalam beberapa bahasa, namun mereka
cenderung mengalami kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam berprilaku yang
berdampak pada tampilan nilai akademis, konsep diri, dan cara bersosialisasi.
Karakteristik:
– Cepat mengerti instruksi
– Cepat memahami konsep/penjelasan
– Cepat mengerjakan tugas
– Menunjukan keterlibatan yang tinggi
– Punya komitmen
– Kreatif dan inovatif
– Memiliki skor intelegensi diatas 130 (Bagi anak cerdas istimewa)
– Mudah bosan bila pelajaran diulang
– Menjadi usil dan suka mondar-mandir bila tidak ada yang dikerjakan
– Memiliki kemampuan untuk memimpin kelompoknya
– Terkadang kurang teliti dan menggampangkan pengerjaan tugas

6. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar memiliki arti yaitu hambatan dalam satu atau lebih proses psikologi
dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tertulis, yang
termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurna untuk
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau melakukan
perhitungan matematika. Hal ini merupakan kondisi dari hambatan perceptual, cedera
otak, disfungsi minimal otak, disleksia, dan aphasia perkembangan. Pengertian
tersebut tidak meliputi anak-anak yang memiliki permasalahan-permasalahan belajar
yang disebabkan oleh hambatan-hambatan penglihatan, pendengaran, atau motorik,
tunagrahita, atau hambatan emosional atau ketidakberuntungan lingkungan, budaya
atau ekonomi. (USEO, 1977).
Karakteristik:
-Kesulitan dalam mengekspresikan diri
– Kesulitan dalam menulis/membaca
– Kesulitan dalam memahami arah dan kikuk dalam bergerak
– Menunjukan gangguan orientasi arah ruang (kanan-kiri, atas-bawah, depan-
belakang)
– Keterlambatan perkembangan konsep (ukuran, bentuk, operasi aritmatika)

7. Lambat Belajar
Karakteristik:
– IQ di antara 70-90
– Proses belajar lambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
– Nilai pada seluruh mata pelajaran rendah

8. AUTIS
Autis yaitu anak yang memiliki gangguan perkembangan yang secara signifikan
mempengaruhi kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal serta interaksi
sosialnya.
Karakteristik:
– Memiliki aktivitas yang berulang-ulang
– Terlambat dalam perkembangan komunikasi/bahasa
– Rentan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan aktivitas rutin
– Tidak ada kontak mata
– Menunjukan respon yang tidak biasa terhadap pengalaman sensorik
– Mengalami hambatan dalam bahasa dan interaksi sosial
– Pada beberapa anak ada yang memiliki kemampuan khusus yang berkembang
sangat baik
– Sebagian anak Autis menunjukan hiperaktivitas
– Sebagian anak ada yang diam bahkan tidak bisa bicara sama sekali

9. Tunalaras
Tunalaras memiliki arti yaitu individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial.

10. Hambatan Wicara


Hambatan wicara dapat juga disebut dengan istilah tunawicara. Tunawicara yaitu
mereka yang menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat berbicara dengan
jelas.

Sumber: Hellen Keller International Indonesia, USAID Indonesia dan Direktorat


Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar

C. Karakteristik Peserta Didik Berbakat


Karakteristik anak berbakat yaitu cenderung menonjolkan sikap percaya diri, berani
mengambil resiko (dengan perhitungan yang matang), selalu ingin tahu, dan lebih menyukai
aktivitas yang kreatif (Idris, 2017). Menurut (Alimin, 2008), karakteristik anak berbakat
dapat dibedakan mejadi karakteristik belajar, karakteristik motivasi, karakteristik kreativitas,
dan karakteristik sosio-emosional.

Berikut penjelasan masing-masing karakteristik anak berbakat.

1. Karakteristik belajar: ditunjukkan dengan sikap belajar yang lebih cepat dan mudah,
menyukai tantangan dan tugas yang kompleks, mengetahui banyak hal, mempunyai
kosakata yang lebih luas dan lancar dibanding anak seusianya, terampil dalam memecahkan
suatu masalah, gemar mengajukan pertanyaan yang kritis dan tak terduga, serta memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi .
2. Karakteristik motivasi: meliputi sikap senang mengerjakan tugas secara mandiri, memiliki
komitmen kuat pada tugas yang telah dipilih, dan memiliki persisten dalam
menyelesaikan tugas.
3. Karakteristik kreativitas: meliputi sikap sensitif terhadap estetika, senang melakukan
eksperimen, mengekspresikan rasa humor dengan spontan, dan memiliki banyak ide dalam
menghadapi tantangan.
4. Karakteristik sosio-emosional: meliputi rasa percaya diri yang tinggi, cenderung
perfeksionis, mudah beradaptasi pada situasi baru, dan lebih menyukai teman yang lebih tua
dan memiliki minat yang sama.

D. Penempatan Dan Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik


Layanan penempatan dan penyaluran dalam pengembangan bakat anak berkebutuhan
khusus adalah penempatkan dan menyalurkan bakat anak berkebutuhan khusus sesuai
bakat yang dimilikinya baik bakat akademik dan psikomotorik
..........

Anda mungkin juga menyukai