Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PEMBELA1ARAN BAGI ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS
Jun 14
ana suryaningsihTak Berkategori No Comments
STRATEGI PEMBELA1ARAN
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
A. PENDAHULUAN
1. . Latar Belakang
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja
problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain
karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem
belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain.
Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs),
memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika mereka
diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam system pendidikan
regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah
untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan
suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing masing . Dalam penyusunan
progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data
pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan karateristik spesiIik,
kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembanganya.
Karakteristik spesiIik student with special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan Iungsional . Karaktristik spesiIik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensori motor, kognitiI, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi social serta kreativitasnya.
Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang guru terlebih
dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi
diri peserta didik bersangkutan. Tujuannya agar saat memprogamkan pembelajaran sudah
dipikirkan mengenbai bentuk strategi pembelajaran yanag di anggap cocok. Asesmen di sini
adalah proses kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik
dalam segi perkembangan kognitiI dan perkembangan social, melalui pengamatan yang
sensitive. Kegiatan ini biasanya memerlukan penggunaan instrument khusus secara baku atau
di buat sendiri oleh guru kelas.
Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh
guru di sekolah, di tujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan social.
Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta
didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi ini terdiri atas empat
ranah yang perlu diukur meliputi kompetensi Iisik, kompetensi aIektiI, kompetensi sehari-
hari dan kompetensi akademik. |1|Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Strategi
Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus
1. . Rumusan Masalah
1. Apakah deIinisi dari anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?
1. . Tujuan
1. Menjelaskan deIinisi dari anak berkebutuhan khusus.
2. MengidentiIikasi jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.
3. Menjelaskan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.
1. B. PEMBAHASAN
2. . Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi
atau Iisik.|2| Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signiIikan mengalami
kelainan/ penyimpangan (Iisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses
pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.|3|
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata 'Anak
Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus
mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra
mereka memerlukan modiIikasi teks bacaan menjadi tulisan raille dan tunarungu
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah
di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A
untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB
bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat
ganda.
1. . 1enis Dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru antara lain|4| :
a.Tunagrahita (Mental retardation)
Ada beberapa deIinisi dari tunagrahita, antara lain:
1. American Association on Mental DeIiciency (AAMD) dalam B3PTKSM, (p. 20)
mendeIinisikan retardasi mental/tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi Iungsi
intelektual umum di bawah rata-rata (sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan
tes individual; yang muncul sebelum usia 16 tahun; dan menunjukkan hambatan
dalam perilaku adaptiI.
2. Japan League Ior Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22),
mendeIinisikan retardasi mental/tunagrahita ialah Iungsi intelektualnya lamban, yaitu
IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku; kekurangan dalam perilaku adaptiI;
dan terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18
tahun.
3. The New Zealand Society Ior the Intellectually Handicapped menyatakan tentang
tunagrahita adalah bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila kecerdasannya
jelas-jelas di bawah rata-rata dan berlangsung pada masa perkembangan serta
terhambat dalam adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya.
4. DeIinisi tunagrahita yang dipublikasikan oleh American Association on Mental
Retardation (AAMR). Di awal tahun 60-an, tunagrahita merujuk pada keterbatasan
Iungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan adaptiI. Keterampilan
adaptiI mencakup area : komunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial,
bermasyarakat, mengontrol diri, Iunctional academics, waktu luang, dan kerja.
Menurut deIinisi ini, ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun.
5. Menurut WHO seorang tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu Iungsi
intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam
menyesuaikan diri dengan norma dan tututan yang berlaku dalam masyarakat.|5|
Adapun cara mengidentiIikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa
indikasi sebagai berikut:
1. Penampilan Iisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
1. b. Tunalaras (Emotional or behavioral disorder)
O Nilai standarnya 4
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan
karena Iaktor internal dan Iaktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Menurut Eli M. Bower (1981), anak dengan hambatan emosional atau kaelainan perilaku,
apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut:
1. Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena Iactor intelektual, sensori atau
kesehatan.
2. Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
3. Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
4. Secara umum mereka selalu dalam keadaan 5ervasive dan tidak menggembirakan atau
depresi.
5. Bertendensi kea rah symptoms Iisik: merasa sakit atau ketakutan berkaitan dengan
orang atau permasalahan di sekolah.
Anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku juga bisa diidentiIikasi melalui indikasi
berikut:|6|
1. Bersikap membangkang,
2. Mudah terangsang emosinya,
3. Sering melakukan tindakan aggresiI,
4. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
1. .. Tunarungu Wi.ara (Communi.ation disorder and deafness)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. KlasiIikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:|7|
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional
sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah
sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa
verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam
memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Berikut identiIikasi anak yang mengalami gangguan pendengaran|8|:
1. Tidak mampu mendengar,
2. Terlambat perkembangan bahasa,
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
4. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara,
5. Ucapan kata tidak jelas,
6. Kualitas suara aneh/monoton,
7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar,
8. Banyak perhatian terhadap getaran,
9. Keluar nanah dari kedua telinga,
10.Terdapat kelainan organis telinga.
O Nilai standarnya 7.
1. d. Tunanetra (Partially seing and legally blind)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasiIikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. DeIinisi
Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan
atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersiIat taktual dan bersuara,
contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata.
sedangkan media yang bersuara adalah ta5e recorder dan peranti lunak 1AWS. Untuk
membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai rientasi dan
Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui
tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat 5utih (tongkat khusus tunanetra yang
terbuat dari alumunium).
Berikut identiIikasi anak yang mengalami gangguan penglihatan:|9|
1. Tidak mampu melihat,
2. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
4. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
5. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
6. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
7. Mata bergoyang terus.
O Nilai standarnya adalah 6, artinya bila anak mengalami minimal 6 gejala di atas, maka
anak termasuk tunanetra.
1. e. Tunadaksa (physi.al disability)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan struktur tulang yang bersiIat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan,
termasuk celebral 5alsy, am5utasi, 5olio, dan lum5uh. Tingkat gangguan pada tunadaksa
adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas Iisik tetap masih dapat
ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan Iisik
dan tidak mampu mengontrol gerakan Iisik.
Berikut identiIikasi anak yang mengalami kelainan anggota tubuh tubuh/gerak tubuh:|10|
1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
3. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari
biasa,
4. Terdapat cacat pada alat gerak,
5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak
normal,
7. HiperaktiI/tidak dapat tenang.
O Nilai standarnya 5.
1. f. Tunaganda (Multiple handi.apped)
Menurut Johnston & Magrab, tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan
perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan
neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti
intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat.
Walker (1975) berpendapat mengenai tunaganda sebagai berikut:
1. Seseorang dengan dua hambatan yang masing-masing memerlukan layanan-layanan
pendidikan khusus.
2. Seseorang dengan hambatan-hambatan ganda yang memerlukan layanan teknologi.
3. Seseorang dengan hambatan-hambatan yang memerlukan modiIikasi khusus.
1. g. Kesulitan Belajar (Learning disabilities)
Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih
kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara
dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berIikir, membaca, berhitung, berbicara
yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disIungsi minimal otak, dislexia,
dan aIasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-
rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan
orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca, menulis
dan berhitung|11|:
1. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
2. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
3. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
4. Kalau membaca sering banyak kesalahan
O Nilai standarnya 3.
1. Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgraIia)
2. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
3. Sering salah menulis huruI b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan
9, dan sebagainya,
4. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
5. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruI hilang,
6. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
O Nilai standarnya 4.
1. Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula)
2. Sulit membedakan tanda-tanda: , -, x, :, ~, ,
3. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
4. Sering salah membilang dengan urut,
5. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8,
dan sebagainya,
6. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
O Nilai standarnya 4.
1. h. Anak Berbakat (Giftedness and spe.ial talents)
Menurut Milgram, R.M (1991:10), anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ
140 atau lebih diukur dengan instrument StanIord Binet (Terman, 1925), mempunyai
kreativitas tinggi (GuilIord, 1956), kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni
drama, seni tari dan seni rupa (Marlan, 1972).
Anak berbakat mempunyai empat kategori, sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan intelektual atau intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada
kemampuan berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan masuk akal.
2. Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam
matematika, bahasa asing, music, atau ilmu pengetahuan alam.
3. Berpikir kreatiI atau berpikir murni menyeluruh. Pada umumnya mampu berpikir
untuk menyelesaikan masalah yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.
4. Mempunyai bakat kreatiI khusus, bersiIat orisinil dan berbeda dengan yang lain.
Dari keempat kategori di atas, maka anak berbakat adalah mereka yang mempunyai
kemampuan-kemampuan yang unggul dalam segi intelektual, teknik, estetika, social, Iisik
(Freemen, J. 1975:120), akademik, psikomotor dan psikososial (Sisk,1987 dalam Amin, M.
1996:3).
Berikut identiIikasi anak berbakat atau anak yang memilki kecerdasan dan kemampuan yang
luar biasa|12|:
1. Membaca pada usia lebih muda,
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
1. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
2. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
4. Mempunyai inisiatiI dan dapat berkeja sendiri,
5. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
1. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
6. Dapat memberikan banyak gagasan,
7. Luwes dalam berpikir,
1. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
8. Mempunyai pengamatan yang tajam,
m. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap
1. tugas atau bidang yang diminati,
2. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
1. Senang mencoba hal-hal baru,
2. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
3. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah,
3. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
4. Berperilaku terarah pada tujuan,
5. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
1. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
w. Mempunyai daya ingat yang kuat,
1. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
2. Peka (sensitiI) serta menggunakan Iirasat (intuisi),
3. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
4. i. Anak Autistik
O Nilai standarnya 18.
utism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada
ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Gejala-gejala autism
menurut Delay & Deinaker (1952) dan Marholin & Philips (1976) antara lain:
1. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka
pucat, dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah.
2. Selalu diam sepanjang waktu.
3. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton,
kemudian dengan suara yang aneh akan menceritakan dirinya dengan beberapa kata
kemudian diam menyendiri lagi.
4. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut dan tidak menyenangi
sekelilingnya.
5. Tidak tampak ceria.
6. Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yang disukainya.
Secara umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan Iungsi saraI dan
intelektual, Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan
ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
1. j. Hypera.tive (Attention Defi.it Disorder with Hypera.tive)
Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. (Batshaw &
Perret, 1986: 261).symptoms terjadi disebabkan oleh Iactor-Iaktor brain damage, an
emotional disturbance, a hearing deficit or mental retardaction. Dewasa ini banyak kalangan
medis masih menyebut anak hiperaktiI dengan istilah attention deficit disorder (ADHD)
(Solek, P. 2004:4)
1. . Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK tem5orer (sementara)
dan 5ermanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK tem5orer meliputi: anak-anak
yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal),
anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta
anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK
5ermanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis,
(ttention eficiency and i5eractivity isorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak
berbakat dan sangat cerdas (GiIted), dan lain-lain.
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusiI di Indonesia, tentu
memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam.
Stainba.k dan Stainba.k () mengemukakan bahwa: sekolah inklusi[13j adalah
sekolah yang menam5ung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan
5rogram 5endidikan yang layak, menantang, teta5i sesuai dengan kemam5uan dan
kebutuhan setia5 siswa, mau5un bantuan dan dukungan yang da5at diberikan oleh 5ara guru
agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi fuga meru5akan tem5at setia5 anak
da5at diterima, menfadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan
teman sebayanya, mau5un anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya da5at
ter5enuhi. Selanjutnya, Staub dan Pe.k () menyatakan bahwa: 5endidikan inklusi[14j
adalah 5enem5atan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara 5enuh di
kelas reguler. al ini menunfukkan bahwa kelas reguler meru5akan tem5at belafar yang
relevan bagi anak berkelainan, a5a5un fenis kelainannya dan bagaimana5un gradasinya.
Sementara itu, Sapon-Shevin (O`Neil, ) menyatakan bahwa 5endidikan inklusi sebagai
sistem layanan 5endidikan yang mem5ersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. leh karena itu,
ditekankan adanya 5erombakan sekolah, sehingga menfadi komunitas yang mendukung
5emenuhan kebutuhan khusus setia5 anak, sehingga sumber belafar menfadi memadai dan
menda5at dukungan dari semua 5ihak, yaitu 5ara siswa, guru, orang tua, dan masyarakat
sekitarnya.
Melalui 5endidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal)
untuk mengo5timalkan 5otensi yang dimilikinya 7eibe7 1995). al ini dilandasi oleh
kenyataan bahwa di dalam masyarakat terda5at anak normal dan anak berkelainan yang
tidak da5at di5isahkan sebagai suatu komunitas.
Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan
perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia
(termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan,
memasukkan aspek Ileksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur
Iormal, nonIormal, dan inIormal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi
inIormasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. . Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari
semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi
pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan eIektiI dan eIesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
1. Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran
deduktiI dan induktI.
2. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan
heuristic.
3. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan
beregu.
4. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
5. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu
strategi individualisasi, kooperatiI dan modiIikasi perilaku.
1. . Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi
pembelajaran adalah :
1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga
mengembangkan kecerdasan emosional.
3. Berorientasi pada modiIikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan
perkembangan kognitiI-aIektiI, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
1. . Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strtegi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda
dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat
digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
1. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
2. Strategi kooperatiI
3. Strategi modiIikasi tingkah laku
1. . Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat
pendidikan, sebagai berikut:
1. Pendidikan integrasi (terpadu)
2. Pendidikan segresi (terpisah)
3. Penataan lingkungan belajar
4. . Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, KauIIman (1985) mengemukakan model-
model pendekatan sebagai berikut;
1. Model biogenetic
2. Model behavioral/tingkah laku
3. Model psikodinamika
4. Model ekologis
5. . Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
1. Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan
remedial teaching
2. Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan
tingkat kesalahan.
3. Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang
sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat
abstrak.
6. . Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktiI, induktiI,
heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatiI dan modiIikasi perilaku.
1. C. KESIMPULAN
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata 'Anak
Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus
mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK tem5orer (sementara)
dan 5ermanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK tem5orer meliputi: anak-anak
yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal),
anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta
anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK
5ermanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis,
(ttention eficiency and i5eractivity isorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak
berbakat dan sangat cerdas (GiIted), dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Delphie, Bandi. 2006. !embelafaran nak erkebutuhan Khusus. Bandung: ReIika Aditama.
Abdurrahman, Mulyono. 1999. !endidikan agi nak erkesulitan elafar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Delphie, Bandi. 2006. !embelafaran nak Tunagrahita. Bandung: ReIika Aditama.
Wardani, I.G.A.K. 2007. !engantar !endidikan Luar iasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamalik, Oemar. 2007. !roses elafar Mengafar. Jakarta: Bumi Aksara.
Skjorten, MD. (2001). Towards Inclusion, Education-S5ecial Needs Education n
Introduction.Oslo: Unipub Iorlag.
Santrock, John W. (1997). Live-S5an evelo5ment.Sixth Edition. USA. Brown &
Benchmark Publisher.
Skjorten, MD. (2001). Towards Inclusion and Enrichment, Artikel in Johnsen. Oslo: Unipub
Iorlag.
http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-
tuna-laras
http://www.pdIqueen.com/html
http://id.wikipedia.org/wiki/Anakberkebutuhankhusus
http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
http://vantheyologi.wordpress.com/2009/10/19/anak-tuna-netra/

|1| Greenspan, 1997: 131, dalam smith et al., 2002: 95.
|2| http://id.wikipedia.org/wiki/Anakberkebutuhankhusus
|3| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|4| KauIIman dan Hallahan. Th. 2005: 28-45.
|5| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|6| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|7| http://id.wikipedia.org/wiki/Anakberkebutuhankhusus
|8| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|9| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|10| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|11| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|12| http://bintangbangsaku.com/artikel/tag/anak-berkebutuhan-khusus
|13| http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-
inklusi-tuna-laras
|14| http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-
inklusi-tuna-laras

Anda mungkin juga menyukai