Anda di halaman 1dari 22

3. apakah yang dimaksud dengan Komponen Bahasa?

Yup, terkadang
pertanyaan ini simple namun sulit untuk dijawab. Untuk itu, sebagai
pendidik maupun siswa atau mahasiswa yang khusus belajar bahasa,
seharusnya kita mengenal dahulu apa saja yang menjadi komponen
Bahasa, sehingga Indikator pembelajaran Bahasa dapat tercapai dengan
baik. Untuk itu, berdasarkan referensi saya dari buku English For Young
Learner karangan Kasihani KE Suyanto, saya ingin membagikan kepada
anda semua apasaja yang termasuk dalam Komponen Bahasa itu.

Pada umumnya komponen bahasa terdiri dari tiga komponen yaitu Tata
Bahasa (Grammar),Kosakata (Vocabulary), dan Pelafalan (Pronunciation).
Untuk ketiga komponen ini dibahasakan sebagai berikut:

Tata Bahasa (Grammar)

Tatabahasa atau kaidah-kaidah bahasa merupakan pola dan aturan yang


harus diikuti bila kita mau belajar suatu bahasa dengan benar. Istilah
Structure atau Grammar sering sekali dipakai dalam pembelajaran
Bahasa Inggris untuk komponen bahasa yang pertama ini. Komponen ini
merupakan kerangka bahasa yang harus diikuti agar bahasa bisa diterima
dengan baik. Sebuah bahasa dikatakan baik apabila sesuai atau
mematuhi aturan atau tata bahasa yang berlaku untuk bahasa tersebut.

Kosakata (Vocabulary)

Kosakata atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Vocabulary


merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dan
memberikan makna bila kita menggunakan bahasa tersebut. pada
umumnya pembagaian Kosakata dibagi dalam 4 kelompok besar yaitu
Kelompok kata Benda (Noun), Kelompok kata Kerja (Verb), Kelompok
Kata Sifat (Adjective), dan Kelompok Kata Keterangan (Adverb) selain itu
dikenal kelompok kata yang lain yaitu Pronoun, Article, Preposition dan
Conjunction. Untuk pelajaran Bahasa Inggris saja di SD, diperkirakan
sekitar 500 kata yang perlu dipelajari.

Pelafalan (Pronunciation)

Pelafalan atau Pronunciation adalah cara mengucapkan kata-kata suatu


bahasa. Dalam pelafalan sudah termasuk intonasi serta stressing atau
penekanan pada suku kata tertentu.
GURU BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR

A. Kriteria dan Ciri-Ciri Guru EYL


Dalam pembelajaran bahasa asing, guru EYL mempunyai tugas yang cukup berat.
Mengingat bahwa siswa yang dihadapi adalah anak-anak atau pebelajar muda usia, tentunya
guru EYL akan berbeda dengan guru yang mengajar anak sekolah menengah atau orang
dewasa.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa sedikitnya ada lima hal yang perlu dimiliki oleh
seorang guru EYL, yaitu sebagai berikut.
1. Kemampuan bahasa Inggris yang cukup memadai dan yang harus terus dikembangkan.
2. Berbagai keterampilan mengajar dan melakukan assessment serta kemampuan mengelola
kelas bahasa Inggris.
3. Kualitas pribadi guru yang efektif, antara lain sabar, baik hati, suka humor, kreatif, dan
bersemangat tinggi.
4. Sifat profesional yang terus dikembangkan dan terlibat dalam berbagai kegiatan-kegiatan
yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas kerjanya.
5. Sifat keterbukaan untuk bertanya, belajar, memperbaiki diri, dan mencoba hal-hal baru yang
sesuai untuk anak didiknya (Ashworth, 1985; Phillips, 1993; Moon, 2000; Paul, 2003; Pinter,
2006).

Dalam penggunaan bahasa, guru EYL harus memahami bahwa pengajaran bahasa Inggris
sangat berbeda dengan bahasa pertama atau bahasa ibu dan juga bahasa Indonesia. Karena
itu, guru EYL harus memiliki pengetahuan dan keterampilan bahasa Inggris yang memadai.
Perbedaan penting yang perlu dipahami dan harus dilakukan dengan benar oleh guru antara
lain:
Struktur atau tata bahasa Inggris
Kosakata yang sesuai dengan kebutuhan EYL
Pelafalan atau ucapan yang benar
Intonasi dan tekanan yang benar
Ejaan
Kultur penutur bahasa Inggris.

Pengetahuan tentang bagaimana mengajar bahasa Inggris secara umum saja belum cukup
untuk mengajar bahasa asing kepada anak-anak. Seorang guru perlu memahami bagaimana
menangani anak-anak usia sekolah dasar. Satu ciri lain yang juga harus dimiliki guru ialah
sikap keterbukaan. Terbuka berarti mau memperbaiki kekurangannya, dapat menerima kritik,
dan mau terus belajar. Selain itu, bila tidak tahu atau kurang memahami sesuatu dia mau
bertanya dan suka membaca untuk mengembangkan diri dan profesinya.
Selanjutnya, perlu kita perhatikan ciri-ciri guru yang mengajar anak sekolah dasar.
Kalau kita amati, dalam melaksanakan kegiatan pengajaran di kelas bahasa Inggris akan
tampak ciri-ciri guru EYL yang sering kali kita jumpai. Beberapa ciri guru EYL antara lain
sebagai berikut :
1. Ramah dan menyenangkan bagi siswa. Mereka tidak pelit dalam memberikan pujian dan
penghargaan jika anak-anak mengerjakan tugas dangan baik. Guru suka menjalin hubungan
yang hangat dengan siswa sehingga siswa merasa nyaman didekatnya.
2. Guru EYL pada umumnya mempunyai semangat tinggi dan kreatif untuk menumbuhkan
minat belajar siswa dan mempertahankan rasa senang mereka karena pebelajar muda
memiliki aktivitas fisik yang tinggi dan mudah bosan.
3. Guru EYL pandai bercerita. Mengingat anak-anak mempunyai daya pikir imaginatif maka
proses pembelajaran bahasa Inggris juga dapat dilaksanakan melalui cerita yang disesuaikan
dengan usia dan tingkat kemampuan berbahasa siswa.
4. Guru EYL juga suka humor karena anak-anak yang dihadapi adalah anak dengan tahap usia
yang cenderung suka kegembiraan. Dalam suasana gembira dan situasi belajar yang menarik,
tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
5. Guru mengunakan bahasa yang sederhana. Pengajaran bahasa Inggris sangat berbeda dengan
bahasa pertama atau bahasa ibu dan bahasa Indonesia. Dengan adanya perbedaan dalam
struktur atau tata bahasa, pelafalan, ejaan, tekanan atau intonasi, kosakata, dan kultur, guru
EYL perlu menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, dan jelas agar lebih mudah
dipahami siswa. Selain itu, guru juga menggunakan bahasa kelas (teacher talk) yang berbeda
dengan bahasa sosial di luar kelas. Berikut ini beberapa contoh teacher talk yang biasa
dipakai oleh guru EYL.
a. Pada awal pelajaran.
- Hello, boys and girls, how are you?
- Morning, students.
- Sit down, please!
- Now, listen!
- Close the door, please!
- Lets begin
b. Pada waktu melakukan kegiatan atau perintah.
- Listen to me!
- Listen and repeat
- Write the date
- Look at the board
- Open your book at page ....
- Work in pairs
c. Memberi pujian atau dorongan.
- Good!
- Excellent!
- Try again!
- Dont worry
- No, problem
d. Pada waktu mengakhiri kegiatan.
- Have you finished?
- Hurry up!
- Stop writing, please.
- Is everything clear?
- Close you book.
- Good bye, everyone.
- Well, its time to finish/times up.

B. Pengembangan Diri dan Profesi


Bagi guru EYL yang belum memiliki keterampilan uang cukup, perlu melakukan
pengembangan diri agar menjadi guru yang lebih baik. Pengembangan diri ini bisa bersifat
formal, seperti
1. Melanjutkan pendidikan
2. Mengikuti pelatihan
3. Seminar
Pengembangan diri bersifat informal, seperti
1. Berlatih sendiri
2. Bertanya kepada orang lain
3. Membaca
4. Berdiskusi dengan kolega atau penutur asli (bila ada)
Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk pengembangan diri guru.
Mengikuti pelatihan kursus yang berhubungan dengan bidangnya.
Rajin berlatih menggunakan bahasa inggris secara lisan dan tulis
Mendengarkan dan menirukan ucapan kata-kata atau frasa dari radio, kaset, maupun
program TV yang berbahasa inggris.
Bertanya kepada orang yang menguasai bahasa inggris bila ada kesulitan
Memanfaatkan sumber belajar yang ada (buku, kamus, majalah, rekaman, dan seterusnya)
Tidak menutup kemungkinan guru mengembangkan diri dengan melakukan
ekperimen, yaitu melakukan teknik-teknik temuan sendiri yang sederhana, tetapi menarik dan
dapat membuat siswa aktif. Mencoba hal-hal baru juga merupakan upaya untuk maju dan
mengembangkan diri.
Sebelum kita melangkah jauh, sebaiknya kita gunakan persepsi kita tentang istilah
guru EYL. Siapakah guru EYL? Secara umum dapat dinyatakan bahwa guru EYL adalah
guru yang mengajar bahasa inggris untuk anak-anak, sebenarnya guru EYL di Indonesia
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Guru sekolah dasar atau guru kelas yang tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa
inggris, tetapi ditugaskan kepala sekolah untuk mengajar bahasa inggris di kelasnya.

2. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa inggris, tetapi tidak atau belum
memiliki pendidikan bahasa inggris khusus untuk anak-anak.
3. Guru yang memiliki kemampuan bahasa inggris untuk anak-anak terutama untuk anak
sekolah dasar.

Selain bahasa inggris yang memadai, guru harus memiliki keterampilan mengajar atau
teknik mengajar bahasa inggris. Cara mengajar harus sesuai untuk anak. Karena itu, guru
EYL perlu memiliki pengetahuan tentang kebiasaan, cirri-ciri dan kebutuhan anak. Agar
guru dapat mengembangkan diri atau memperbaiki kinerjanya, ia harus belajar menambah
pengetahuan secara terus menerus. Bersikap terbuka, tidak malu bertanya, rajin membaca,
dan mau membuka kamus akan membuat guru menjadi lebih professional.

C. Tugas dan Kegiatan Guru EYL


Setelah kita menyimak kriteria guru EYL yang ideal dengan cirri-ciri serta pengembangan
dirinya, selanjutnya kita bicarakan langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan. Chodidjah
(2002) memberikan beberapa tips bagi guru antara lain:
Berbicara tidak terlalu cepat
Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dimengerti
Pergunakan bahasa inggris jika berbiacar dengan siswa
Pergunakan bahasa tubuh, gerak tubuh atau isyarat, dan ekpresi wajah bila perlu
Pergunakan alat peraga, seperti gambar, puppets, gambar di papan, dan benda nyata.
Selain itu, Pahin dan Power (1990) memberikan saran untuk guru EYL sebagai berikut:
Pelajari nama anak-anak sejak hari pertama
Tentukan aturan-aturan di kelas yang harus dipatuhi sejak awal
Gunakan bahasa ibu untuk instruksi yang sulit. Instruksi harus jelas agar siswa tidak ragu-
ragu dalam mengerjakan latihan atau tugas
Berikan semangat pada anak-anak untuk menggunakan bahasa inggris sebanyak mungkin
Pertahankan minat anak dengan kegiatan yang bervariasi
Gantilah pasangan atau anggota kelompok sehingga anak-anak tidak selalu bekerja dengan
teman baiknya atau teman tertentu saja
Berkelilinglah dalam kelas untuk membantu siswa dan memantau kemajuan mereka
Berilah banyak pengulangan dan latihan
Izinkan siswa untuk berpindah tempat, terutama pada waktu permainan dan bernyanyi
Gunakan media yang tepat, misalnya gambar-gambar, puppets, dan realita
Susunanlah segala sesuatunya secara seksama sehingga didalam melangkah tahu apa yang
harus dikerjakan selanjutnya

1. Tahap Penyajian atau Presentasi

Pada tahap ini, guru berperan sebagai model bagi pata pembelajar muda. Sebagai
model, dituntut harus menggunakan bahasa inggris yang jelas dan sederhana dalam konteks
yang tepat dan ucapan yang benar. Guru juga sebagai informan yang mengontrol atau
mengendalikan hampir semua kegiatan kelas.
Untuk menghindari kebosanan, sebaiknya kegiatan pada tahap ini tidak lebih dari 10-
15 menit. Teknik yang dapat digunakan pada tahap penyajian ini antara lain sebagai berikut.
a. Repetition atau pengulangan
Guru mengucapkan sesuatu, siswa mendengarkan terlebih dahulu. Kemudian siswa
diminta mengulang apa yang diucapkan guru. Repetition dapat dimulai dengan meminta anak
menirukan ucapan kata kemudian menirukan frasa dan selanjutnya menirukan kalimat
sederhana.
b. Substitution atau penggantian kata
Dalam menerapkan teknik ini, guru menghilangkan salah satu bagian kalimat dan meminta
siswa untuk menggantinya dengan kata lain yang sejenis. Substitution dapat digunakan dalam
pembelajaran menyimak, berbicara, dan penambahan kosakata. Pola kalimat yang digunakan
sederhana dan diucapkan dengan jelas. Kegiatan substatition dapat menunjukan satu kata,
menunjukan gambar dan penggantian bebas sesuai situ
2. Tahap Latihan
Tujuan utama pada tahap ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam
menggunakan pola bahasa yang baru mereka dapatkan dalam situasi yang telah diciptakan.
Siswa diberi kesempatan untukmempraktikkan pokok bahasan baru dalam kegiatan yang
terstruktur sehingga mereka dapat mengingat pola bahasa tersebut dan memahami artinya
dalam konteks yang diberikan.
Pada tahap latihan ini, guru EYL berperan sebagai pengendali bagi seluruh siswa dan
mengoreksi kesalahan-kesalahan yang prinsip. Latihan diberikan secara terbatas (in pairs
atau in groups) dan siswa belum diberi kebebasan berkreasi yang biasanya terjadi pada tahap
aplikasi.
Guru juga berfungsi sebagai korektor untuk memperbaiki kesalahan siswa. Teknik
yang dapat digunakan pada tahap ini antara lain dengan memberi drill, short dialog, atau
information gap activity.

3. Tahap Aplikasi
Pada tahap ini, guru harus dapat memastikan bahwa siswa telah menguasai pokok bahasan
yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk
menggunakan pola bahasa yang baru dipelajari dalam kegiatan yang lebih bebas dan dengan
cara yang lebih kreatif.
Untuk dapat lebih melibatkan siswa dalam kegiatan yang dilakukan sebaiknya
dilakukan in pairs atau in groups dengan pembagian anggota kelompok atau pasangan yang
adil. Kegiatan yang cocok untuk tahap ini antara lain games dan role plays. Pada kegiatan ini
siswa lebih dapat berekspresi, sementara guru hanya berperan sebagai pengawas, pemberi
pengarahan, semangat, dan sebagai mistake hearer. Jika pda kegiatan ini siswa membuat
kesalahan misalnya salah ucap, salah penggunaan kosa kata, maupun kesalahan intonasi, guru
tidak selalu mengoreksi tetapi hanya mendengarkan dan akan memperbaikinya pada
kesempatan lain secara umum.
Untuk dapat melaksanakan ketiga tahapan kegiatan pengajaran bahasa inggris seperti
yang dibicarakan di atas, guru EYL biasanya mempunyai kegiatan rutin seperti berikut.
a. Membuat persiapan
Didalam membuat persiapan atau yang biasa disebut dengan lessonplan, guru harus membuat
persiapanyang matang demi kelancaran pembelajaran bahasa inggris. Komponen yang harus
tercakup dalam lesson plan dapat dilihat dari contoh sebagai berikut.
Lesson Plan
Sekolah :
Subjek :
Kelas :
Topic :
Alokasi waktu :
I. Kompetensi Dasar:
II. Tujuan Instruksional Umum:
III. Tujuan Instruksional Khusus/Indikator:
IV. Materi, sumber belajar:
V. Media
VI. Langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar yang terbagi dalam beberapa langkah:
- Pembukaan
- Beberapa aktivitas pokok
- Penutup
Langkah-langkah ini harus jelas, apa yang dilakukan guru dan apa yang harus dilakukan
siswa secara situational. Dalam pelaksanaannya, guru dapat menambah atau mengurangi
bahan dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang tersedia.
VII. Assesment
b. Menyiapkan Materi
Dalam memilih materi untuk mengajar, ada beberapa hal yang harus diketahui dan dikuasai
guru untuk dapat memilih dan mampu mengembangkan bahan ajar tersebut untuk siswanya.
Dengan banyaknya jenis bahan ajar yang ada dilapangan, guru perlu memiliki keterampilan
untuk memilih bahan atau buku mana yang tepat atau sesuai dengan kebutuhan siswa dan
sesuai dengan silabus yang ada. Pemilihan bahan ajar ini akan ikut menentukan buku siswa
yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar.
Beberapa patokan yang dapat dipakai sebagai pedoman pemilihan bahan ajar dapat
berupa pertanyaan sebagai berikut.
- Apakah tujuan dan isinya jelas dan mengacu pada tema yang sudah ditentukan? - Apakah
buku itu memiliki urutan materi yang runtut serta berkisar dari yang mudah ke yang lebih
sulit?
- Apakah buku itu menyajikan materi yang menarik dan mengacu pada guidelines yang
ditentukan?
- Apakah buku itu menyajikan beragam kegiatan yang sesuai dengan usia anak dan disertai
gambar yang menarik?
- Apakah tingkat kesulitan dari buku yang dipakai sudah sesuai dengan jenjang kelas siswa?
- Apakah buku itu mudah diperoleh?
- Apakah mencakup semua komponen bahasa?
- Apakah mencakup keempat keterampilah bahasa?
Jika seorang guru EYL menemukan materi yang ada dalam buku yang digunakan ternyata
tidak sesuai dengan kebutuhan siswanya maka guru harus mengembangkan mateei tersebut
agar dapat memenuhi kebutuhan siswanya. Guru dapat menyeleksi, mengadaptasi, dan
mengembangkan bahan ajarnya ketika mempersiapkan kegiatan belajar mengajar bahasa
inggris. Dalam hal ini, guru harus mengambil keputusan tentang materi yang mana, kegiatan
apa, dan strategi apa selama proses pembelajaran. Bahan ajar yang sudah ada dapat ditambah,
dikurangi, diganti, ataupun dimodifikasikan dengan berbagai pertimbangan sesuai dengan
kebutuhan siswa dan pengalaman mengajar yang dimiliki guru.
Untuk mengembangkan, guru juga dapat mengumpulkan referensi yang relevan dengan
topic pelajarannya dan mengevaluasi bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan. Langkah
terakhir ialah menyusun dan mengatur urutan bahan sesuai dengan urutan pokok bahasan
yang telah dirancang untuk kegiatan pembelajaran tersebut.
Secara singkat dalam menentukan materi atau bahan ajar, guru dapat melakukan adopsi
(mengambil langsung), adaptasi (memilih dengan penyesuaian atau kontruksi), dan
mengembangkan materi sendiri.
Beberapa jenis bahan yang dapat dikategorikansebagai bahan ajar untuk kelas EYL
antara lain:
- Wacana atau bahan autentik
- Buku teks atau buku pelajaran
- Rekaman pengalaman
- Catatan pengajar
- Brosur atau manual
- Input pembelajaran
Menurut Hutahimsim dan Torres (1998), buku teks sangat membantu guru dalam banyak
aspek, antara lain untuk menghemat waktu, petunjuk arah mengajar, serta memberi rasa
percaya diri dan rasa aman bagi guru. Buku teks yang baik biasanya dilengkapi dengan buku
petunjuk guru atau rambu-rambu penggunaan buku.
c. Menyiapkan Media
Bahasa Inggris yang diajarkan untuk siswa EYL merupakan bahasa yang tidak dipakai sehari-
hari di lingkunagn mereka sehingga dianggap sebagai bahasa asing yang sulit dipelajari.
Untuk mengurangi kesulitan pemahaman bahasa Inggris perlu diciptakan situasi yang
menarik serta pendekatan yang cocok agar siswa termotivasi untuk mempelajarinya. Untuk
pembelajaran bahasa inggris perlu ditunjang dengan penggunaan alat bantu atau media. Pada
dasarnya media dapat dimanfaatkan untuk:
- Membantu penyederhanaan proses pembelajaran dan penyempurnaannya
- Mengurangi penggunaan bahasa ibu atau bahasa Indonesia
- Membangkitkan motivasi atau minat belajar siswa
- Menjelaskan konsep baru agar siswa lebih dapat memahami tanpa kesulitan
- Menyamakan persepsi, apalagi kalai konsep baru tersebut mempunyai arti lebih dari satu.
Secara umum media dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:
1) Media pandang, yaitu media yang dapat dipandang atau dilihat dan dapat diraba oleh siswa,
misalnya gambar, foto, dan benda sesungguhnya
2) Media dengar, yaitu media yang dapat didengarkan saja, misalnya radio dan cassette
3) Media dengar dan pandang yang sekaligus dapat dilihat dan juga dapat didengarkan,
misalnya TV, film, dan VCR.
Didalam kelas EYL, seyogianya kegiatan disertai penggunaan media, terutama visual, yaitu
gambar, flash cards, boneka, atau barang sesungguhnya yang dapat dibawa kekelas. Guru
hendaknya kreatif dan dapat membuat, meniru, mengadaptasi, menyeleksi, serta
menggunakan media sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
ketika guru menyiapkan media, antara lain sebagai berikut.
- Apakah guru dapat mempersiapkan media itu dengan mudah?
- Apakah media itu cukup menarik bagi siswa?
- Apakah bahasa yang dipakai untuk media itu cukup bermakna dan autentik?
- Apakah pemakaian media tersebut dapat menambah atau mengembangkan kemampuan
berbahasa Inggris siswa?
- Apakah mudah didapat dan dioperasikan?
Media yang digunakan tidak harus mahal, gambar-gambar bisa diambil dari brosur atau
majalah lama dan ditempel dikertas karton. Hal yang penting adalah apa gambar itu cukup
dengan warna yang menarik sehingga kesannya komunikatif dan menyenangkan bagi siswa.
Beberapa media yang dapat digunakan untuk kegiatan tertentu, misalnya:

- Flashcard untuk memperkenalkan kosakata baru, melatih, dan mengingat nama-nama


benda yang ada disekitar siswa- Picture cardatau kartu bergambar yang ukurannya kecil
ditempel di flannel board untuk menjodohkan gambar dengan tulisan. Kartu ini dapat juga
digunakan untuk permainan.
- Poster atau gambar seri yang terdiri dari beberapa gambar dapat dipakai untuk
membantu siswa memperlancar keterampilan menulis. Siswa dapat menuliskan suatu
peristiwa dengan urutan yang runtut dengan bantuan gambar seri
- Bahan rekam atau VCD dapat digunakan untuk mengajarkan kosakata lewat nyanyian,
dongeng, dan dialog.
Guru yang kreatif memiliki keterampilan menyeleksi dan mengembangkan media yang
sederhana dan tidak mahal menjadi alat penunjang kegiatan belajar yang sangat membantu
tugasnya.
d. Melakukan Penilaian atau Assesment

Penilaian atau assessment dilakukan guru EYL untuk mengetahui perolehan belajar siswa dan
juga untuk mengetahui kemajuan siswa. Penilaian biasanya dilakukan pada akhir kegiatan,
tetapi sebenarnya penilaian dapat dilakukan dengan dua cara.
- Penilaian yang dilakukan kontinu saat proses kegiatan sedang berlangsung (on-
going/process assessment)
- Penilain menyeluruh di akhir kegiatan (overall) dalam bentuk paper and pen test.
Dalam pencapaian siswa, alat yang paling sering digunakan adalah tes, walaupun tes
hanyalah salah satu jenis alat penilaian. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa
Inggris kita mengenal adanya penilaian autentik. Istilah penilaian autentik ini digunakan
untuk mendeskripsikan bentuk penilaian belajar, dan sikap-sikap terhadap kegiatan kelas,
motivasi, pemerolehan belajar, dan sikap-sikap terhadap kegiatan kelas yang relevan dengan
pembelajaran (OMalley, A. Michael, dan Pierce L. Valdez. 1996: 4). Pada akhir kegiatan
pembelajaran, guru perlu memperoleh informasi tentang kemajuan dan pemerolehan belajar
siswa. Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran dan penjadwalannya perlu
dibuat sejak awal dengan langkah yang tepat. Butir-butir tes perlu disesuaikan dengan tujuan
pelajaran dan sifat bahan ajar.

Metode Pembelajaran Bahasa Inggris Yang


Wajib Diketahui
Admin | April 14, 2013 | Metode pembelajaran | 1 Comment

Cara mudah belajar bahasa Inggris Metode pembelajaran bahasa inggris


memainkan peranan yang sangat penting di dalam kegiatan belajar bahasa Inggris.
Ada banyak siswa yang mampu mencapai prestasi baik karena diajarkan
menggunakan metode pembelajaran bahasa inggris yang tepat. Sebaliknya,
kebanyakan siswa merasa bosan dan enggan belajar bahasa Inggris karena metode
yang ada begitu membosankan.

Sebuah metode pembelajaran bahasa Inggris merupakan kunci dalam


pembelajaran. Apabila seorang guru menerapkan metode yang kurang tepat serta
membosankan, maka habislah sudah kelas tersebut. Rata-rata, siswa akan
cenderung bosan dan tidak menyukai kelas bahasa Inggris yang berlansung selama
hampir dua jam. Metode belajar bahasa inggris apakah yang wajib diketahui oleh
seorang guru? Di bawah ini, kami memberikan informasi mengenai 4 metode
belajar yang wajib untuk diketahui.

Grammar Translation Method

Metode ini biasa disingkat dengan GTM. Adalah sebuah metode yang paling lama
ada di dunia pembelajaran sebuah bahasa asing. Indonesia sendiri, masih
menggunakan metode GTM dari sejak pengajaran bahasa Inggris terjadi hingga saat
ini. Apa sebenarnya GTM?
Ini merupakan metode dimana grammar atau tata bahasa lebih ditekankan. Selain
tata bahasa, juga terdapat translate atau alih bahasa yang paling sering digunakan
untuk mengajarkan kosakata. Guru akan mengajarkan materi tentang tata bahasa
menggunakan rumus, dan kemudian menggunakan alih bahasa ketika memberikan
pengajaran membaca, menulis, serta kosakata dalam bahasa Inggris.

Audio Lingual Method

Audio Lingual Method adalah sebuah metode pembelajaran bahasa Inggris dimana
guru mempraktikkan sebuah dialog pendek yang satupun artinya belum dapat
diterjemahkan oleh siswa. Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk
mengikuti dialog tersebut dan siswa menebak maksud dialog dari mimik, pose
dialog, dan beragam hal yang dipraktikkan oleh seorang guru.

Siswa diajak menghafal dialog yang bahkan mereka tidak mengetahui tulisan dan
arti secara jelas. Mereka dipaksa berpikir untuk mengerti isi dialog dan
menghafalnya dalam waktu singkat tanpa boleh membaca atau menulisnya.
Setelah siswa menghafal, maka barulah mereka diberikan kata-kata yang ada di
dalam dialog tersebut. Siswa membaca, kemudian mereka menulisnya.

Metode ini dipercaya ampuh untuk membuat siswa belajar bahasa Inggris dengan
cepat. Mereka diajarkan sebuah bahasa layaknya masa bayi dahulu. Karena bahasa
diajarkan melalui mendengar dialog tanpa arti dan mereka mengetehui maksudnya
hanya dari mimik wajah, pose dialog, serta gesture. Setelah mendengar, siswa
diajak untuk berbicara dan menghafal dengan bekal mengetahui maksud kata
tersebut tetapi tanpa arti yang jelas secara detail. Kemudian, kegiatan membaca
dan menulis baru dilakukan setelah siswa mendengar serta berbicara.
Advertisement

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia
dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian
menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran
adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras.

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu
yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu
Pengertian Assessment
Assessment atau disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan dan penggunaan
berbagai cara dan alat untuk mendapatkan serangkaian informasi tentang hasil belajar dan
pencapaian kompetensi dari peserta didik.

Yang pada dasarnya, assessment yaitu istilah lain dari penilaian. Istilah Assessment sangat
berkaitan dengan istilah evaluasi yaitu metode untuk mendapatkan hasil belajar siswa.
Sehingga proses assessment ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui sejauh apa
presatasi belajar dari para peserta didik.

Pengertian lain dari assesment yaitu proses untuk memperoleh data atau informasi dari proses
pembelajaran dan juga memberikan umpan biak terhadap guru ataupun kepada peserta didik.

Fungsi Assessment

Dalam kegiatan belajar mengajar, assessment atau penilaian mempunyai peranan yang
penting. Karena assessment mempunyai dua fungsi yakni fungsi formatif dan fungsi sumatif.

Fungsi Formatif

Fungsi formatif yaitu dimana assessment dipakai untuk memberikan umpan balik atau
feedback terhadap para guru untuk dijadikan dasar ketika memperbaiki dan
membenarkan proses pembelajaran dan juga mengadakan remedial untuk para peserta
didik.

Fungsi Sumatif

Adalah fungsi sebagi penentu nilai belajar siswa dalam satu mata pelajaran tertentu,
sehingga selanjutnya bisa dijadikan bahan memberikan laporan, menentukan kenaikan
kelas serta menentukan lulus atau tidaknya siswa.

Tujuan Assessment

Menurut Chittenden (1994) menyatakan bahwa tujuan penilaian assessment purpose adalah
keeping track, checking up, finding out and summming up

Keeping Track
Keeping track yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik yang sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah diterapkan. Maka dari itu guru wajib
mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu dari berbagai jenis dan teknik
penilaian untuk mendapatkan gambaran suatu pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
Checking Up
Checking Up adalah untuk mengecek pencapaian kemampuan peserta didik didalam proses
belajar dan kekurangan-kekurangan peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran.
Dengan kata lain, guru penting melaksanakan penilaian untuk tahu bagian mana dari materi
yang telah dikuasai peserta didik dan bagian dari materi yang belum dikuasai.
Finding Out
Finding Out adalah mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan kesalahan atau
kelemahan peserta didik didalam proses belajar, sehingga guru bisa dengan tanggap mencari
alternatif penyelesaiannya.
Summing Up
Summing Up adalah cara untuk menyimpulkan tingkat penguasaan siswa terhadap
kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil dari penyimpulan ini bisa digunakan guru dalam
menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang saling membutuhkan.

Jenis-Jenis Assessment

Adapun jenis-jenis assessment yang sering dipakai, antara lain tes tertulis yang disajikan
kepada siswa untuk menjawabnya yaitu:

Performance Assessment

Performance assessment yaitu jenis assessment yang menyuruh para peserta didik
untuk melakukan demonstasi bersamaan mengaplikasikan pengetahuan dalam
berbagai situasi yang dikehendaki.

Penilaian Portofolio Dan Penialain Proyek

Penilaian proyek ini adalah tugas dalam bentuk suatu investigasi diawali dari
pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan evaluasi hingga dengan penyajian
data.

Product Assessment Dan Self Assessment

Product Assessment adalah penilaian keterampilan dengan cara membuat suatu


produk tertentu. Sedangkan Self Assessment dilaksanakan sendiri oleh peserta didik
atau guru yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan Kegiatan Belajar
Mengajar di tingkat kelas, terakhir, jenis assessment juga dapat berbentuk penilaian
sikap dan penilaian dengan basis kelas.

Contoh Assesment

Contoh dari assessment adalah pemberian tugas ketika belajar atau adanya UAS. Penilaian
dilakukan oleh guru berdasarkan assessment berupa lembar jawaban tugas atau ujian. Guru
memberikan nilai, bisa berupa angka atau huruf terhadap hasil pekerjaan peserta didik.
Setelah semua hasil assessment dinilai/diukur maka memasuki tahap evaluasi. Semua hasil
peserta didik diklasifikasikan, ada yang lulus atau tidak lulus

Demikianlah telah dijelaskan tentang Pengertian Assessment, Fungsi, Tujuan, Jenis-Jenis,


Contoh Terlengkap semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih
telah berkunjung dan jangan lupa untuk membaca artikel kami lainnya.

Silakan Baca Juga:

Pengertian Karakter, Unsur, Jenis, Proses Pembentukan Terlengkap


Pengertian Opini Publik, Ciri-Ciri, Karakteristik, Tahap Pembentukan Terlengkap
Pengertian Ras, Jenis-Jenis Ras, Contoh, Klasifikasi Terlengkap
Pengertian Humas, Fungsi, Tujuan, Prinsip, Tugas, Manfaat, Contoh Terlengkap

Manfaat Assessments Bagi Pendidikan

Nitko and Brookhart (2001)memaparkan manfaat Assessments sebagai berikut :

Assessment digunakan sebagai dasar untuk membuat kebijakan dalam bidang pendidikan baik di
tingkat daerah, wilayah maupun nasional. Semua informasi yang didapatkan akan dikumpulkan dari
hasil assessment di telaah dan dijadikan dasar untuk memutuskan kebijakan yang tepat di masa yang
akan datang.
Assessment digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan mengenai kurikulum dan program
sekolah. Hasil assessment menjadi dasar evaluasi terhadap materi pembelajaran, buku teks, prosedur
pembelajaran, kurikulum, program pendidikan dan program sekolah. Bentuk evaluasinya bisa berupa
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama perancangan atau
pengembangan materi pembelajaran, langkah pembelajaran kurikulum atau program pendidikan.
Evaluasi sumatif dilakukan terhadap mutu atau kelayakan sekolah, atau materi pembelajran yang
sudah lengkap. Demikian juga langkah pembelajran, kurikulum atau program pendidikan.
Assessment digunakan sebagai dasar untuk menentukan keputusan mengenai siswa yaitu berkaitan
dengan (a) Menyususn pembelajran, termasuk merencanakan kegiatan pembelajaran, menempatkan
siswa dalam urutan pembelajaran, memantau kemajuan siswa, mendiagnosa kesulitan siswa,
memberikan umpan balik kepada siswa dan orang tua mengenai prestasi siswa. (b) Menempatkan
siswa dalam tingkat-tingkat yang sesuia dengan kemampuannya, dalam hal ini tidak ada siswa yang
ditolak. (c) Mengelompokkan siswa, biasanya dilakukan untuk siswa yang memiliki kebutuhan
khusus (d) Membimbing dan mengarahkan siswa, hasil assessment sering membantu siswa menggali
potensi diri, memilih dan mempersiapkan karir (e) memilih siswa : assessment digunakan untuk
memutuskan untuk menerima atau menolak siswa (f) Meluluskan siswa : untuk menentukan apakah
siswa sudah menguasai suatu standar kompetensi tertentu.

Menurut Linn and Grounlund (1985) manfaat assessment adalah sebagai berikut :
Peningkatan belajar dan pembelajaran
Informasi yang diperoleh bisa membantu menentukan (a) Kesesuaian dan ketercapaian tujuan
pembelajaran (b) Kebermaknaan materi pembelajaran dan (c) Keefektifan metode pembelajaran.
Pemberian nilai dan pelaporan kepada orang tua : penggunaan prosedur assessment memberikan
dasar yang obyektif dan komprehensif untuk melaporkan setiap kemajuan belajar siswa.
Penggunaan untuk tujuan lainnya
Hasil assessment berguna untuk pengembangan kurikulum, membantu siswa dengan keputusan
mengenai pendidikan dan ketrampilan, dan menilai keefektifan program sekolah.

Menurut Thorndike dkk mengungkapkan bahwa manfaat assessment diarahkan kepada keputusan-
keputusan yang menyangkut :
1. Keputusan dalam bidang kelembagaan
Yaitu untuk mengarahkan pengambilan keputusan berkenaan dengan apa yang harus diajarkan atau
apa yang harus dipelajari dan dipraktekkan oleh siswa baik secara individu, kelompok ataupun
klasikal, untuk itu perlu identifikasi kompentensi-kompetensi dalam isi pelajaran ataupun ketrampilan
yang spesifik. Berdasarkan hasil identifikasi ini guru dapat menetapkan kompetensi-kompetensi mana
yang sudah ada dan belum pada siswa yang selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk menetapkan isi
pengajaran yang berikutnya.
2. Keputusan tentang hasil belajar
Hasil penilaian tidak hanya berguna untuk mengetahui penguasaan siswa atas berbagai hal yang
pernah diajarkan atau dilatihkan, melainkan juga untuk memberikan gambaran tentang pencapaian
program-program pendidikan secara lebih menyeluruh.
3. Keputusan dalam rangka diagnosa dan usaha perbaikan
Kesulitan-kesulitan belajar siswa perlu dicari penyebabnya dan ditanggulangi melalui usaha-usaha
perbaikan, tes diagnostik dilakukan untuk mengetahui dalam bidang mana siswa telah atau belum
menguasai kompetensi belajar tertentu.
4. Keputusan berkenaan dengan penempatan
Informasi yang diperoleh dari pengukuran dan penilaiana dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
menentukan perlakuan yang paling tepat bagi setiap siswa, baik melalui penempatan sesuai dengan
minat dan kemampuan maupun melalui pengelompokkan setara.
5. Keputusan berkenaan dengan seleksi
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran dan penilaian dapat dipilih bibit unggul
dari siswa untuk program tertentu.
6. Keputusan yang berkenaan dengan layanan bimbingan dan penyuluhan
Agar layanan bimbingan dan penyuluhan sesuai dengan siswa yang bersangkutan maka harus ada
informasi yang lengkap dan tepat mengenai siswa tersebut yaitu melalui pengukuran dan penilaian.
7. Keputusan yang berkenaan dengan kurikulum
Informasi yang diperoleh melalui pengukuran dan penilaian sangat diperlukan untuk mengevaluasi
kurikulum.
8. Keputusan berkenaan dengan penilaian kelembagaan
Penilaian terhadap suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan salah satunya oleh hasil belajar
siswanya dimana informasinya diperoleh melalui pengukuran dan penilaian.

Makna yang hampir sama diberikan oleh Widoyoko (2009) terhadap manfaat assessment bagi
pendidikan yaitu terdapat beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, baik penilaian yang
menggunakan tes maupun non-tes. Di antaranya sebagai berikut :
Dasar Mengadakan Seleksi
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar mengambil keputusan tentang orang yang akan
diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi.
Dasar Penempatan
Diagnostik
Umpan Balik
Menumbuhkan motivasi belajar dan mengajar
Perbaikan Kurikulum dan Program Pendidikan
Pengembangan Ilmu

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik

1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi
psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
Faktor Genetika (HEREDITAS)
Hereditas merupakan totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak,
atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), seluruh bawaaan hereditas individu
dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx) dari ibu dan 23 kromosom (pasangan xy) dari
ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat
fisik dan psikis individu atau yang memnentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam perkembangan
kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian,
tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampun-kemampuan yang menentukan jenis
penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung karena dipengaruhi
gen secara langsung adalah kualitas system syaraf, keseimbangan biokimia tubuh, dan
struktur tubuh.
Dengan demikian faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam yaitu faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan
tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal.
Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada
usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain
adalah:
1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh,
karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar; 2) rajin
berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat; 3) istirahat
yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara
preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi
makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
b) Faktor Psikologis
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda.
Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa
baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dan
kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama
dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi, berbeda dengan anak yang mempunyai daya intelektual
kurang, mereka selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya suka
menyendiri, tingkat kecerdasan yang lambat dan temperamen.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, dan bakat.
- Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan
belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan
lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,
superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. -
Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan
sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang
gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak
hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;

2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan
lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh
terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua,
dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi
semangat belajar seseorang menjadi lemah.
- Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah
yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki
minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan
minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara
lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,
afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik
saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya
jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung
jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang
srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat
(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar,
Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa
untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya,
siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain
selain bahasanya sendiri.

2. Faktor Eksternal
Yaitu hal hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan
(khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
1. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.

2. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.


Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

3. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya
atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terhambat.

b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan
kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai
metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Faktor eksternal dibagi menjadi 6 macam yaitu :


faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif, dan religious.

a) Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan
primer seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang
datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.
b) Faktor Physis
Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan
alam, tingkat kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb.
Semua ini jelas membawa dampak masing masing terhadap perkembangan anak anak
yang lahir dan dibesarkan disana. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.
Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.

c) Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi


Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti
memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli
peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. ia anak siapa. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang
berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan
dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa menjaga status sosial dan
ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud menjaga status sosial keluarganya itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain mereka
akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

d) Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang
masing masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini
jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak anak.

e) Faktor Edukatif
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepadapeserta didik yang
belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa.
Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor
pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.

f) Faktor Religious
Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak
menjadi kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih lebih yang memang tidak
beragama sama sekali, ini adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut proses
terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor penting yang
mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.
.

Anda mungkin juga menyukai