Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
           
            Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan
sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak
akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus (ABK) juga diartikan sebagai anak yang mengalami
gangguan fisik, bahasa dan bicara, intelegensi, emosi dan sosial sehingga
membutuhkan pembelajaran secara khusus.
            Istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus. Menurut
World Health Organization (WHO), disability adalah keterbatasan atau kurangnya
kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas
sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan
dalam level individu.
            Orang tuli dan sulit mendengar yang berada di masyarakat sangat
beragam, sangat berbeda penyebab dan tingkatan gangguan pendengarannya.
Penanganan untuk berinteraksi dengan anak tunarungu juga berbeda-beda,
tergantung pada tingkatan usia yang berbeda, latar belakang pendidikan, metode
komunikasi, dan bagaimana perasaan mereka tentang gangguan pendengaran
mereka. Bagaimana seseorang “melabeli” diri mereka sendiri dalam hal gangguan
pendengaran tersebut mencerminkan identifikasi dari masyarakat mengenai tuli.
Dengan demikian, hal itu akan terklasifikasi apakah mereka tuli atau Tuli.
            Sebagaimana anak-anak normal pada umumnya, anak tunarugu tentu
menginginkan kesempatan yang sama dalam meraih masa depan yang dicita-
citakannya. Dalam hal ini, berarti peran orang di sekitarnya sangat dibutuhkan
untuk membantu mengarahkan anak tunarungu mewujudkan cita-citanya. Dengan
kesadaran ini, diharapkan potensi-potensi dari anak tunarungu dapat
dikembangkan sebaik mungkin sehingga prestasi yang gemilang dapat terwujud
dan turut membanggakan Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas. maka rumusan masalah
yang penulis ambil adalah sebagai berikut :
1. Apa itu pengertian tunarungu ?
2. Bagaimana karakteristik anak tunarungu ?
3. Bagaimana cara pencegahan terjadinya tunarungu?
4. Apa penyebab tunarungu?
5. Bagaimana klasifikasi tunarungu ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari dilakukannya penulisan ini adalah :
1. Mampu menjelaskan pengertian tunarungu
2. Mampu menjelaskan menjelaskan karakteristik anak yang tunarungu
3. Mampu menjelaskan bagaimana cara mencegahnya
4. Mampu menjelaskan apa saja penyebabnya
5. Mampu menjelaskan bagaimana klasifikasinya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tunarungu
            Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian
organ pendengaran atau telinga seseorang. Kondisi ini menyebabkan orang
tersebut mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespons bunyi-bunyi
yang ada di sekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan
mendengar, yaitu ada yang khusus dan umum. Anak penderita tunarungu yang
menunjukkan ketidakfungsian organ pendengaran terkadang menyebabkannya
memiliki karakteristik yang khas, berbeda dengan anak normal pada umumnya.1
            Tunarungu merupakan kondisi seseorang mengalami kendala untuk
mendengar. Kendala tersebut berarti tidak bisa mendengar secara total atau hanya
sebagian saja. Sungguh sangat disayangkan juga apabila kondisi menjadi
tunarungu sudah dialami sejak usia dini. Padahal anak-anak adalah generasi
penerus bangsa.
            Tunawicara merupakan individu yang mengalami kesulitan berbicara. Hal
ini dapat disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti
rongga mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau tidak
berfungsinya organ pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan
pada system saraf dan struktur otot, serta ktidakmampuan dalam control gerak
juga dapat mengakibatkan keterbatasan dalam berbicara
            Terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang mengalami tunarungu
seringkali diikuti pula dengan tunawicara. Kondisi ini dapat menjadi suatu
rangkaian sebab dan akibat. Seseorang penderita tunarungu dapat dipastikan
bahwa akibat yang akan terjadi pada diri penderita adalah kelainan bicara
(tunawicara). Namun, tidak demikian halnya seseorang yang menderita tunarungu
kekacauan artikulasi adalah contoh-contoh kelainan bicara yang sebenarnya kecil
kemungkinannya berkaitan dengan kondisi ketunarunguan.
1
Mohamad Amin, Ortopedik Umum,( Bandung : Rineka Cipta,1991)

3
B. Karakteristik Anak Tunarungu
            Semua individu memiliki karakteristik tertentu demikian pula anak-anak
yang mengalami ketunarunguan dan dampak yang paling mencolok yaitu
terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara, mereka terbatas dalam kosa kata
dan pengertian kata-kata yang abstrak. Hal ini karena mereka hanya
memanfaatkan penglihatan dalam belajar bahasa. Belajar bahasa hanya melalui
penglihatan memiliki banyak kelemahan-kelemahan sehingga mereka tidak dapat
memanfaatkan intelegensinya secara maksimal, akibatnya mereka tampak bodoh.
Perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan
perkembangan bahasa anak normal sekitar usia enam bulan anak mencapai pada
tahap meraban. Pada perkembangan ini semua anak mengalaminya karena
merupakan awal untuk belajar bahasa.
            Anak yang sejak lahir mengalami ketunarunguan, pada saat bayi
mengulang-ulang bunyi bayi tidak dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan
begitu pula ia tidak dapat mendengar respon yang dikeluarkan oleh orang tua atau
orang-orang yang dekat darinya.2
            Ada beberapa perbedaan karakteristik anatara anak tunarungu dengan anak
normal. Hal ini disebabkan keadaan mereka yang sedemikian rupa sehingga
mempunmyai karakter yang khas yang menyebabkan anak tunarungu
mendapatkan kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga
mereka perlu mendapat pembinaan yang khusus untuk mengatasi masalah
ketunarunguan. Karakteristik yang khas dari anak tunarungu adalah sebagai
berikut:

1. Fisik

2
Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus,(Bandung: Yrama
Widya,2012)

4
            Jika dibandingkan dengan kecacatan lain nampak jelas dalam arti tidak
terdapat kelainan. Tetapi bila diperhatiakan lebih teliti mereka mempunyai
karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Tati Hernawati (1990 : 1) sebagai
berikut :
a) Cara berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak
tunarungu yang mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat
keseimbangannya.
b) Gerakan mata cepat yang menunujukan bahwa ia ingin menguasai
lingkungan sekitarnya.
c) Gerakan kaki dan tangan yang cepat.
d) Pernapasan yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan terjadi
karena tidak terlatih terutama pada masa meraban yang merupakan masa
perkembangan bahasa.

2. Bahasa dan bicara


            Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman
pendengaran. Dengan kondisi yang disandangnya anak tunarungu akan
mengalami hambatan dalam bahasa dan bicaranya. Pada anak tunarungu
proses penguasaan bahasa tidak mungkin diperoleh melalui pendengaran.
Dengan demikian anak tunarungu mempunyai ciri-ciri perkembangan bahasa
sebagai berikut:3
a) Fase motorik yang tidak teratur.
Pada fase ini anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur,
misalnya :
1) Gerakan tangan.
2) Menangis. Menangis permulaan adalah gerak refleks dari bayi yang
baru lahir. Menangis sangat penting bagi perkembangan selanjutnya

3
Mohammad Efendi,Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan,(Jakarta: PT Bumi
Aksara,2006)

5
karena dengan menangis secara tidak sengaja sudah melatih otot-otot
bicara, pita suara dan paru-paru.
b) Fase meraban (babbling)
Pada awal fase meraban (babling) tidak terjadi hambatan karena
fase meraban ini merupakan kegiatan alamiah dari pernapasan dan pita
suara.
            Mula-mula bayi babling, kemudian ibu meniru. Tiruan itu
terdengar oleh bayi dan ditirukan kembali. Peristiwa inilah yang menjadi
proses terpenting dalam pembinaan    bicara anak. Bagi anak tunarungu
tidak terjadi pengulangan bunyinya sendiri, karena anak tunarungu tidak
mendengar tiruan ibunya. Dengan demikian perkembangan bicara
selanjutnya menjadi terhambat.4

c) Fase penyesuaian diri. 


                        Suara-suara yang diujarkan orang tua dan ditiru oleh bayi
kemudian ditirukan  kembali oleh orang tuanya secara terus menerus. Pada
anak tunarungu hal tersebut terbatas pada peniruan penglihatan
(visual) yaitu gerakan-gerakan atau isyarat-isyarat, sedangkan peniruan
pendengaran (auditif) tidak terjadi karena anak tunarungu tidak    dapat
mendengar suara.5
            Tiga faktor yang saling berkaitan antara ketidakmampuan bahasa
dan bicara dengan ketajaman pendengaran menurut Daniel F. Hallahan
dan James M. Kauffman yang dikutip oleh Andreas Dwijosumarto (1990 :
2) adalah sebagai berikut :
1) Penerima auditori tidak cukup sebagi umpan balik ketika ia membuat
suara.
2) Penerimaan verbal dari orang dewasa tidak cukup menunjang
pendengarannya.
3) Tidak mampu mendengar contoh bahasa dari orang mendengar.
4
Sri Moerdiani , Psikologi Anak Luar Biasa, (Jakarta : Bumi Aksara,1987)
5
Salim ,Pendidikan Anak Tuna rungu, (Bandung : Alfabeta,1984)

6
            Ciri-ciri khusus anak tunarungu berkenaan dengan bahasanya adalah
miskin dalam kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-
kata yang mengandung arti kiasan. Sedangkan ciri-ciri anak tunarungu  berkenaan
dengan bicaranya adalah nada bicaranya tidak beraturan, bicaranya terputus-putus
akibat dari penguasaan kosa kata yang terbatas, dalam bicara cenderung diikuti
oleh gerakan-gerakan tubuh serta sulit menguasai warna dan gaya bahasa.6

3. Intelegensi
            Secara garis besar pendapat tentang intelegensi anak tunarungu di
klasifikasikan menjadi tiga bagian.:
1) Pertama anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal
(YukeSiregar, 1981 : 2 )
2) Kedua, dianggap bahwa  intelegensi anak tunarungu lebih rendah dari
anak normal .
3) Bahwa anak tunarungu mengalami kekurangan potensi intelektual pada
segi non verbal.7

4. Emosi
Semua anak memerlukan perhatian dan dapat diterima di lingkungan yang
di tempati. tidak terkecuali anak tunarungu, tetapi semua itu akan sulit
didapatkan oleh anak tunarungu karena mereka hanya dapat merasakan
ungkapan tersebut melalui kontak visual. Berbeda dengan anak normal yang
dapat merasakan ungkapan yang diberikan melalui nada suara yang diperoleh
dengan cara mendengar. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan emosi
anak tunarungu. Karena keadaanya itu anak tunarungu merasa terasing dan
terisolasi dari lingkungannya. Sering terjadi, ketidak mampuan mereka dalam
berkomunikasi mengakibatkan suatu kekurangan dalam keseluruhan
6
http://tunarunguindonesia.blogspot,com/diakses pada 5 maret pukul 19:45
7
Sutjihati.T. Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,(Bandung: PT. Refika Aditama,2007)

7
pengalaman anak yang sebenarnya dasar bagi perkembangan, sikap dan
kepribadian. Beberapa sifat yang terjadi pada anak tunarungu akibat dari
kekurangannya  adalah :
Sifat egosentris yang lebih besar daripada aanak normal, dunia
penghayatan mereka lebih sempit maka akan lebih terarah pada dirinya
sendiri. Sifat egosentis ini berarti :
a) Sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan pada perasaan orang  lain.
b) Dalam perilakunya sering di kuasai oleh perasaan dan pikiran sendiri  
mereka sulit menyusuaikan diri.
1) Mempunyai perasaan takut akan hidup.
2) Sikap ketergantungan kepada orang lain.
3) Perhatian yang sukar di alihkan.
4) Kemiskinan dalam bidang fantasi.
5) Sifat yang polos, sederhana tanpa banyak problem.
6) Mereka dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
7) Lekas marah dan cepat tersinggung.
8) Kurang mempunyai konsep tentang relasi atau hubungan.8

5. Sosial
            Setiap manusia memerlukan interaksi dengan lingkungannya. Untuk
dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya di perlukan
kematangan sosial. Yuke R Siregar (1986 : 26) mengemukakan tentang saran
untuk mencapai kematangan sosial, yaitu:
a) Pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai sosial dan kekhasan dalam
masyarakat.
b) Mempunyai kesempatan yang banyak untuk menerapkan kemampuannya.
c) Mendapatkan kesempatan dalam hubungan sosial.
d) Mempunyai dorongan untuk mencari pengalaman.

8
http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/pembelajaran-bagi-anak-tunarungu.html/diakses
pada 5 maret 2017 pukul 19:30

8
e) Struktur kejiwaan yang sehat yang mendorong motivasi yang baik.
Karena kondisi yang dialami oleh anak tunarungu sulit untuk mencapai
kematangan oleh karenanya tidak jarang lingkungan memperlakukan mereka
dengan tidak wajar. Hal ini akan menyebabkan mereka cenderung memiliki rasa
curiga pada lingkungan, memiliki perasaan tidak aman dan memiliki kepribadian
yang tertutup, kurang percaya diri, menafsirkan sesuatu secara negatif, memiliki
perasaan rendah diri dan merasa disingkirkan, kurang mampu mengontrol diri dan
cenderung mementingkan diri sendiri.9

C. Cara pencegahan terjadinya tunarungu


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upya pencegahan
terjadinya tunarungu. Upaya tersebut dapat dilakukan pada saat sebelum nikah
( pranikah), hamil (prenatal), persalinan (natal), dan setelah kelahiran (post natal)
yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Upaya yang dapat dilakukan sebelum nikah ( pranikah )
a) menghindari pernikahan sedarah atau pernikahan dengan saudara dekat,
terutama pada keluarga yang mempunyai sejarah tunarungu
b) melakukan pemeriksaan darah
c) melakukan konseling genetika
2. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu hamil
a) menjaga kesehatan dan memeriksakan kehamilan secara teratur pada
dokter kandungan atau bidan
b) mengonsumsi gizi yang baik atau seimbang
c) tidak meminum obat sembarangan karena dapat menyebbkan keracunan
pada janin
d) melakukan imunisasi anti tetanus
3. Upaya yang dapat dilakukan pada saat melahirkan
a) pada saat melahirkan diupayakan tidak menggunakan alat penyedot

9
Mohammad Efendi,Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan,(Jakarta: PT Bumi
Aksara,2006)

9
b) apabila ibu tersebut terkena virus herpes simplek pada daerah vaginanya
maka kelahiran harus melalui operasi caesar.
4. Upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir
a) Melakukan imunisasi dasar serta imunisasi rubella yang sangat penting,
terutama bagi wanita.
b) Apabila anak mengalami sakit influenza, harus dijaga atau diobati jangan
sampai terlalu lama karena virusnya dapat masuk kerongga telinga tengah
melalui saluran eustachius, dan dapat menyebabkan peradangan ( otitis
media ).
c) Menjaga telinga dari kebisingan, seperti menggunakan pelindung telinga
bagi para pekerja di pabrik.10

D. Penyebab Tunarungu
Ketidaksempurnaan kadang membuat anak-anak minder dalam
pergaulannya sehari-hari. Kehilangan pendengaran, termasuk oleh salah satu
permasalahan yang membuat anak-anak sulit tumbuh normal di tengah
masyakarat.
Memilikpermasalahan ini lebih dalam, audiologis dan pakar pendidikan
anak tunarungu, Drs.Anton Subarto,Dipl. Audiologis, menjelaskan ada beberapa
faktor yang menyebabkan ketulian pada anak. Dalam hal ini. Ia menyebutkan :
1. Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan
Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap
virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.
2. Lahir secara prematur, hal ini juga bisa menyebabkan ketulian pada anak.
3. Ketulian juga bisa disebabkan karena sang ibu pada saat hamil yang berusaha
menggugurkan janin yang ada dalam kandungan.
4. Anak yang lahir dan kekurangan oksigen pun bisa menjadi tuli.
5. Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan. Misalnya,
seorang anak lahir secara normal, hanya saja menjelang usia 10 tahun ia

10
Sri Moerdiani , Psikologi Anak Luar Biasa, (Jakarta : Bumi Aksara,1987)

10
mengalami sakit dan diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga hal itu bisa
menyerang fungsi pendengaran telinganya.
Jadi, ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping
tertentu yang menyebabkan ketulian. Di antara obat-obatan itu adalah pil kina dan
aspirin yang mempunyai pengaruh besar pada telinga. Oleh karena itu harus hati-
hati bila dikonsumsi.
6. Peringatan bagi para ibu-ibu hamil, kalau sedang mengandung sebisa mungkin
jangan sakit karena suatu penyakit yang diderita saat hamil sangat riskan untuk
kandungan, terlebih seperti campak atau tipes. Semua penyakit dengan panas
tinggi, akan sangat riskan untuk kandungan.
7. Faktor genetik juga bisa memengaruhi, misalnya kedua orangtuanya normal,
namaun kakek, dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal
ini bisa berdampak pada anak.
8. Anak terlahir dengan disedot, vakum, atau cesar. Hal ini juga bisa merusak saraf
pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya
bisa dibantu dengan alat bantu dengar semata.
Sementara tuli konduktif yang disebabkan karena infeksi dapat
disembuhkan, tetapi ketuliannya belum tentu sembuh secara sempurna. Apalagi
kalau tuli saraf, karena yang mengalami kerusakan adalah saraf di dalam labirin
yang sangat kecil, maka tidak bisa dioperasi dan tidak bisa disembuhkan.11

E. Klasifikasi Tunarungu
            Menurut Hallahan dan Kauffman klasifikasi ketunarunguan berdasarkan
tingkat kehilangan pendengaran di bagi kedalam dua kelompok besar yaitu tuli
(deaf)  dan kurang dengar (hard of hearing).Klasifikasi lain dikemukakan oleh
Streng yang dikutip Somad dan Hernawati ( 1997 : 28-31 ) sebagai berikut:
1. Mild Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang  memiliki
ciri- ciri:
11
http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/pembelajaran-bagi-anak-tunarungu.html/diakses
pada 5 maret 2017 pukul 19:30

11
a) Sukar mendengar percakapan yang lemah.
b) Menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang    
kesulitannya.
c) Perlu latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan
perkembangan penguasaan perbendaharaan kata.
2. Marginal Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang
memiliki ciri-        ciri sebagai berikut :
a) Mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter.
b) Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak
normal dan  kadang-kadang      mereka mendapat kesulitan dan
menangkap percakapan kelompok.
c) Mereka akan sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan kata
yang terbatas.
d) Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca,
penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan
perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata.
3. Moderat loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB yang  
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Mereka mengerti percakapan keras pada jarak satu meter.
a) Perbendaharaan kata terbatas
4. Severa loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB. Memiliki
ciri-ciri :
            Mereka masih biasa mendengar suara keras dari jarak yang dekat
misalnya klakson mobil dan lolongan anjing. Mereka diajar dalam suatu
kelas khusus untuk anak-anak tunarungu. Diperlukan latihan membaca ujaran
dan pelajaran yang dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas
khusus.
5. Profound loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB
keatas.Memiliki ciri:

12
            Mendengar suara yang keras pada jarak 1 inci (2,24 cm) atau sama
sekali tidak mendengar walaupun menggunakan alat bantu dengar.12

            Menurut buku pendidikan anak tuna rungu untuk sekolah Guru Pendidikan
Luar Biasa ( SGPLB ) menyebutkan, bahwa ada klarifikasi ketuna runguan yang
didasarkan klasifikasi umum, klasifikasi etiologis, klasifikasi anatomos
fisiologis,dan menurut nada yang tak dapat didengar, Depdikbud ( 1977 : 8 ).
1. Klasifikasi etilogis
a) Tuna rungu endogen adalah suatu ketunarunguan yang diturunkan oleh
orang tuanya
b) Tuna rungu eksogen adalah ketunarunguan yang diakibatkan suatu
penyakit atau kecelakaan.13
2. Klasifikasi anatomis-fisikologis
a) Tuna rungu hantaran (konduksi) adalah ketunarunguan yang
disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat penghantar getaran
pada telinga bagian bawah.
b) Tuna rungu syaraf (perseptif) adalah ketunarunguan sebagai akibat dari
kerusakan atau tidak berfungsinya alat pendengarn telinga bagian
dalam.
3. Menurut nada yang tak dapat di dengar
a) Tuna rungu nada rendah
b) Tuna rungu nada tinggi
c) Tuna rungu total.

12
http://tunarunguindonesia.blogspot,com/diakses pada 5 maret pukul 19:45
13
Mohamad Amin, Ortopedik Umum,( Bandung : Rineka Cipta,1991)

13
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan dalam


mendengar yang di sebabkan karena tidak berfungsinya sebagian atau
keseluruhan  alat pendengaran sehingga anak memerlukan bimbingan dan
pendidikan khusus agar dapat mengembangkan bahasa serta potensi yang dimiliki
anak seoptimal mungkin.

Penyebab ketunarunguan tidak saja dari faktor dalam individu seperti ketuna
runguan dari orang tua atupun pada saat ibu mengandung terserang penyakit.
Tetapi faktor di luar diri individu mempunyai peluang yang mengakibatkan
seseorang mengalami ketuna runguan, seperti infeksi peradangan dan kecelakaan.

Karakteristik yang khas dari anak tunarungu adalah sebagai berikut:

1. Cara berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak tunarungu
yang mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat keseimbangannya.
2. Pertama anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal.
3. Pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai sosial dan kekhasan dalam
masyarakat.

B. Saran
Dari hal tersebut dapat diberikan solusi yang diantaranya: Percakapan
prefektif, komunikasinya menggunakan bahasa isyarat. Berbicara dengan mengeja
perkata. Bicara dengan keras, senam lidah, Kerjasama dengan puskesmas dalam
hal kesehatan.
        Jadi menurut kami, penempatan dikelas tunarungu ringan sudah tepat melihat
ciri- ciri yang ditemukan pada anak tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin Mohamad (1991). Ortopedik Umum. Bandung : Rineka Cipta.

Efendi Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta :


PT Bumi Aksara.
Kosasih, E. 2012.Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
Yrama Widya.
Moerdiani Sri (1987). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Bumi Aksara.

Salim (1984). Pendidikan Anak Tuna rungu. Bandung : Alfabeta.

Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama

http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/pembelajaran-bagi-anak-
tunarungu.html/diakses pada 5 maret 2017 pukul 19:30
http://tunarunguindonesia.blogspot,com/diakses pada 5 maret pukul 19:45

15

Anda mungkin juga menyukai