Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK ABK

DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DAN BICARA

(TUNA RUNGU/TUNA WICARA/TUNA GANDA

POKOK BAHASAN

1. Karakteristik anak berkebutuhan khusus dengan gangguan bicara dan pendengaran


2. Layanan bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan bicara dan pendengaran
3. Penanganan/asesmen bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan bicara dan pendengaran
9. Sering memiringkan kepala dalam
usaha mendengar
Hambatan Kemampuan Pendengaran
10. Tidak ada reaksi terhadap bunyi/suara
(Hard of Hearing) didekatnya
11. Sering mnggunakan isyarat dalam
Hambatan kemampuan pendengaran adalah
berkomunikasi
suatu kondisi di mana anak kehilangan
kemampuan pendengaran yang dapat
mempengaruhi unjuk hasil belajarnya.
Adanya hambatan pendengaran, akan
menyebabkan kurangnya kemampuan dalam
memperoleh infomasi secara bahasa lisan.
Hambatan pendengaran ini dapat terjadi
secara sebagian atau menyeluruh pada salah
satu atau kedua telinga.
Derajat hambatan pendengaran terbagi
menjadi empat tingkatan, dimulai dari
hambatan pendengaran ringan (26 – 40 dB),
hambatan pendengaran sedang (41 – 60 dB),
hambatan pendengaran berat (61 – 90 dB),
dan hambatan pendengaran sangat berat
(>90 dB). “dB” adalah kepanjangan dari
desibel, yakni satuan yang digunakan untuk
mengukur intensitas suara.
Hambatan kemampuan pendengaran pada
anak dapat terlihat gejalanya jika:

1. Tidak kaget saat mendengar suara


nyaring.
2. Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak
menoleh ke arah sumber suara.
3. Tidak bisa menyebutkan satu kata pun
saat berusia satu tahun.
4. Menyadari kehadiran seseorang ketika
ia melihatnya, namun acuh saat ia
dipanggil namanya.
5. Lambat saat belajar bicara atau tidak
jelas ketika berbicara.
6. Menjawab tidak sesuai dengan
pertanyaannya.
7. Sering berbicara dengan lantang atau
menyetel volume TV keras-keras.
8. Memerhatikan orang lain untuk meniru
sesuatu yang diperintahkan, karena ia
tidak mendengar sesuatu yang
diinstruksikan
6. Suara nya parau/payah/aneh/, dan
tidak jarang bibrnya subing dan
Hambatan Kemampuan Berbicara dan
lidahnya terlalu tebal.
Berbahasa
Menurut IDEA (Individuals with Disabilities
Education Act) tahun 1997, hambatan ini Indikator perilaku seperti :
mengacu pada hambatan komunikasi seperti
gagap, hambatan artikulasi, hambatan • Ketidakmampuan memberikan perhatian
bahasa, atau hambatan suara yang • Mengarahkan kepala atau telinga ke arah
berdampak pada hasil pembelajaran seorang pembicara
anak.
• Gagal mengikuti instruksi lisan, terutama
Adanya hambatan bicara dan berbahasa pada dalam situasi kelompok
anak dapat berasal dari berbagai faktor salah
satunya yaitu secara biologis, dimana • Meminta pengulangan, terutama untuk
masalah itu berkaitan dengan susunan saraf pertanyaan
pusat atau struktur dan fungsi dari sistem
• Memiliki masalah wicara
lain di dalam tubuh. Misalkan: langit-langit
mulut yang tidak sempurna, lidah yang tebal • Menolak menjadi sukarelawan dalam kelas
dan pendek. Berbahasa dapat diaplikasikan atau kelompok diskusi
dalam dua hal yaitu:
• Menarik diri
1. Bahasa ekspresif mengacu pada
• Berkonsentrasi secara berlebihan pada
kemampuan individu di dalam
wajah atau mulut lawan bicaranya
menghasilkan suatu bahasa. Misalkan:
menyampaikan isi pikiran atau • Respon-respon tidak sesuai atau
pendapat secara verbal. inkonsisten
2. Bahasa reseptif mengacu pada
Tanda-tanda fisik, ditunjukkan dengan :
kemampuan individu memahami suatu
bahasa. Misalkan: orang yang • Telinga yang mengeluarkan cairan
mengerti bahasa asing tetapi ia tidak
• Bernapas melalui mulut
dapat berbicara dalam bahasa asing
tersebut. • Sering menggunakan kapas pada telinga
• Ekspresinya tampak letih dan tertekan
meskipun pada pagi hari
Ciri-ciri anak dengan gangguan berbicara :
Keluhan yang kerap dikatakan :
• Sakit pada telinga
1. Sulit memahami isi pembicaraan orang
lain • Mendengar dengungan atau deringan
2. Sulit mengemukakan ide dan gagasan
• Ada “suara” di dalam kepala
secara tulis maupun lisan
3. Tidak lancar dalam berbicara atau • Merasa ada benda di dalam telinga
mengemukakan ide
• Telinga yang luka
4. Sering menggunakan isyarat dalam
berkomunikasi • Sering demam, sakit tenggorakan dan/ atau
5. Menunjukkan gejala gagap atau gugup tonsillitis
dalam berbicara

Bentuk penanganan :
ABK dirujuk ke pihak atau profesi lain yang
memiliki keahlan dibidangnya seperti,
psikolog, dokter spesialis, sosiolog, audiolog,
dan terapis.

Asesmen ABK
- Asesmen pendidikan bagi ABK
adalah proses pengumpulan
informasi yang relevan dengan
kepentingan pendidikan anak yang
akan dilakukan secara sistematis
dalam rangka pembuatan
keputusan pengajaran atau
layanan khusus.
- Asesmen anak berkebutuhan
khusus adalah suatu proses
pengumpulan informasi tentang
anak secara menyeluruh yang
berkenaan dengan kondisi dan
karakteristik kelainan, kelebihan,
dan kelemahan sebagai dasar
penyusunan program pembelajaran
agar proses pelaksanaan
pembelajarannya sesuai dengan
kondisi dan kebutuhannya.

Jenis-jenis Asesmen
1. Asesmen perkembangan
2. Asesmen akademik
3. Asesmen nonakademik
4. Asesmen formal dan informal
Cara membantu anak dengan hambatan berbicara
dan bahasa Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
membantu anak dengan hambatan bicara dan bahasa
adalah :

1. Tidak menuntut anak untuk berbicara


menggunakan tata bahasa yang benar. Yang
utama adalah menciptakan suasana yang
nyaman dan menyenangkan untuk anak
berlatih bicara.
2. Saat mengajak anak berbicara, hindari hal-hal
lain yang mungkin dapat mengganggu, seperti
radio dan televisi yang menyala.
3. Tidak terlalu banyak melakukan kritikan atas
bicara dan bahasa anak, sehingga anak tidak
tertekan ketika berbicara dan berbahasa.
4. Ijinkan anak untuk berhenti bicara jika anak
merasa tidak nyaman.
5. Jangan meminta anak untuk mengulangi
ucapannya.
6. Orang dewasa harus berbicara dengan pelan
dan jelas pada anak agar dapat ditangkap dan
dicontoh maksudnya.
7. Biarkan anak berbicara dan mengucapkan
kalimatnya sampai selesai, jangan pernah
dipotong pembicaraannya. h. Menatap mata
anak ketika berbicara dan tidak menunjukkan
kekecawaan atas proses bicara dan berbahasa
anak.
8. Terus melatih anak dengan memberikan
contoh yang baik dan selalu berbicara dengan
jelas.

Cara membantu anak dengan gangguan pendengaran


Pada gangguan pendengaran, anak dapat dibantu
dengan :

1. Menjelaskan setiap kegiatan yang dilakukan,


mengapa dilakukan dan harus diselesaikan
dengan visual suport.
2. Selalu menggunakan gambar dan tulisan
untuk menjelaskan suatu objek, konsep, dan
bahasa.
3. Menjelaskan hal-hal yang dilihat selama
dalam perjalanan atau yang menarik
perhatian anak.
4. Berbicara dengan jelas, tepat, dan dalam
tekanan yang normal pada anak.
5. Tunjukkan ekspresi yang jelas untuk mewakili
apa yang dibicarakan agar anak dapat
membaca mimik dan bibir sehingga dapat
mengerti maksud pembicaraan
PROGRAM PEMBELAJARAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
F. Rangkuman
1. Dari beberapa pengertian tunarungu dapat disimpulkan bahwa istilah tunarungu untuk orang yang mengalami hambatan untuk mendengar
bunyi/suara pada intensitas tinggi sekitar 90 dB atau lebih (deaf) akan mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar
(hearing aid) Sedangkan orang yang kurang dengar (hard of hearing) adalah orang yang mengalami ke kurang mampuan mendengar
bunyi/suara pada intensitas sedang sekitar 35 s/d 69 dB yang biasanya menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) untuk memperjelas
informasi bunyi/suara yang masuk melalui pendengaran sehingga bisa memahaminya apa yang diucapkan orang lain.
2. Tunarungu dibagi ke dalam dua kategori yaitu tuli dan kurang dengar. Bagi orang tuli proses informasi dan bahasa akan sangat terhambat
karena kehilangan kemampuan mendengar yang dialaminya. Sedangkan orang yang kurang dengar masih memiliki sebagian sisa
pendengarannya baik memakai alat bantu dengar ataupun tidak yang berpengaruh pada proses penerimaan informasi dan bahasa akan jauh
lebih baik dari orang tuli. orang yang kurang dengar akan lebih baik dan optimal dalam keterampilan.
3. Klasifikasi ketunarunguan dapat disimpulkan bahwa ketunarunguan tingkat ringan (Mild HearingLoss) sampai dengar berat (Severe Hearing
Loss) dikelompokkan pada kurang dengar (hard of hearing) sedangkan kelompok sangat berat (Profound Hearing Loss) ke atas
dikelompokkan ke dalam tuli (deaf).
4. Karakteristik tunarungu mempunyai ciri yang khas dalam penyesuaian diri, mereka berjalan kaku, gerakan tangan dan matanya cepat,
pernapasannya pendek, emosinya tinggi dan kurang bergaul dengan orang yang tidak dikenalnya, ini semua disebabkan terganggunya
pendengaran. Dengan melihat beberapa karakteristik tersebut di atas, maka dalam kebutuhan anak tunarungu sama dengan anak normal pada
umumnya, dari segi fisik anak tunarungu membutuhkan makan, minum dan bernafas. Sedang dari psiko-sosial anak tunarungu membutuhkan
rasa aman, membutuhkan kasih sayang, diterima ditengah-tengah masyarakat, dihargai, membutuhkan pendidikan dan membutuhkan
pekerjaan supaya bisa mandiri.

Anda mungkin juga menyukai