Anda di halaman 1dari 8

PROBLEMATIKA DAN SOLUSI UNTUK PERMASALAHAN BAHASA PADA

ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


PRAGMATISME
Oleh :
Wahyu Muchammad Fathoni
wahyu.17010044088@mhs.unesa.ac.id

Abstrak
Bahasa merupakan alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Semua makhluk hidup,
khususnya manusia selalu berbahasa setiap harinya. Begitu juga dengan anak berkebutuhan
khusus. Karena bahasa merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan manusia, maka
orang yang tidak/belum bisa berbahasa akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosial.
Anak tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran tentunya akan terlambat
dalam berbahasa. Hal tersebut karena anak tunarungu tidak pernah mendengar apapun sejak
kecil sehingga anak tidak dapat menirukan apa yang diucapkan oleh orang tuanya. Hal
tersebut akan berdampak pada masa depan anak. Khususnya dalam kehidupan sosialnya.
Filsafat pendidikan pragmatisme yang menekankan pada pengalaman dianggap oleh penulis
dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan bahasa pada anak tunarungu. Dengan
dikolaborasikan dengan teori belajar kognitivisme yang mengatakan bahwa proses belajar
terjadi ketika adanya interaksi sosial dengan interaksi fisik dan penalaran membuat keduanya
dapat dijadikan salah satu solusi dari permasalahan tersebut diatas. Tujuan dari penulisan
artikel ini adalah memberikan solusi dari permasalahan bahasa anak tunarungu. Artikel ini
disusun berdasarkan kumpulan jurnal dan artikel blog yang ada di internet. Artikel dan jurnal
tersebut dijadikan sebagai referensi untuk ditarik kesimpulan akhir. Berdasarkan pembahasan
artikel ini, pembelajaran anak tunarungu, utamanya bahasa dapat dilakukan dengan
menyenangkan. Semua sejalan dengan filsafat pendidikan pragmatisme. Oleh karena itu,
adanya filsafat pendidikan dapat dijadikan sebuah solusi dari permasalahan yang ada di dunia
pendidikan.
Kata Kunci : Permasalahan Bahasa , Anak Tunarungu, Filsafat Pendidikan, Filsafat
Pendidikan Pragmatisme

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu ungkapan Pada hakikatnya, yang paling
yang mengandung maksud untuk utama disajikan dalam pengajaran bahasa
menyampai-kan sesuatu kepada orang lain. adalah kosakata. Mungkin tidak berlebihan
Apa yang ingin disampaikan oleh kalau dikatakan mempelajari bahasa
pembicara pastinya bisa dipahami dan berarti mempelajari kata-kata dari bahasa
dimengerti oleh pendengar melalui bahasa itu sendiri. Tanpa penguasaan kosakata
yang diungkapkan. yang beragam, seseorang tidak akan
Chaer dan Agustina (1995:14) pernah memiliki keterampilan berbahasa
mengungkapkan bahwa fungsi utama yang baik. Dengan kata lain, penguasaan
bahasa adalah sebagai alat komunikasi. kosakata yang beragam perlu dimiliki
Hal ini sejalan dengan ungkapan Soeparno setiap orang untuk menguasai
(1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi keterampilan berbahasa.
umum bahasa adalah sebagai alat Anak tunarungu mempunyai
komunikasi sosial. karakteristik yang berbeda dengan peserta
didik normal dalam berbagai hal termasuk Menurut Boothroyd (dalam Murni
dalam bahasanya. Menurut Rachmayana Winarsih, 2007:23) klasifikasi
(2013: 21) mengemukakan bahwa “anak ketunarunguan adalah sebagai berikut.
dengan gangguan pendengaran/ tunarungu
adalah mereka yang mengalami a. Kelompok I : kehilangan 15-30 dB,
kekurangan atau kehilangan pendengaran mild hearing losses atau
yang disebabkan tidak berfungsinya ketunarunguan ringan.
sebagian atau keseluruhan alat b. Kelompok II: kehilangan 31-60 dB,
pendengarannya sehingga mengalami moderate hearing losses atau
hambatan bahasa”. ketunarunguan atau ketunarunguan
Kosakata pada anak dapat sedang.
diperoleh melalui indra penglihatan c. Kelompok III: kehilangan 61-90
maupun indra pendengaran. Akan tetapi dB, severe hearing losses atau
bagi tunarungu yang tidak dapat ketunarunguan berat.
memanfaatkan indra pendengaran, hal d. Kelompok IV: kehilangan 91-120
tersebut sangatlah sulit karena tidak dapat dB, profound hearing losses atau
menirukan suara yang ada di ketunarunguan sangat berat.
lingkungannya. Karena sebab itulah anak e. Kelompok V: kehilangan lebih dari
tunarungu sangat minim dalam 120 dB, total hearing losses atau
kosakatanya. ketunarunguan total.
Salah satu upaya dalam
Selanjutnya Uden (dalam Murni
meningkatkan kosakata pada anak
Winarsih, 2007:26) membagi klasifikasi
tunarungu adalah selalu mengajarkan anak
ketunarunguan menjadi tiga bagian, yakni
kosakata setiap harinya. Maka dari itu,
berdasar saat terjadinya ketunarunguan,
penting bagi guru dan orang tua untuk
berdasarkan tempat kerusakan pada organ
memberikan pembelajaran yang masimal
pendengarannya, dan berdasar pada taraf
di sekolah dan di rumah agar anak selalu
penguasaan bahasa.
terlatih kosakatanya.
Guru juga diminta untuk 1. Berdasarkan sifat terjadinya
memberikan suasana belajar yang a. Ketunarunguan bawaan, artinya
menyenangkan agar anak tidak cepat ketika anak lahir, anak sudah
merasa bosan dengan pembelajaran. mengalami kerusakan
pendengaran dan indera
PEMBAHASAN pendengarannya sudah tidak
A. Pengertian Anak Tunarungu berfungsi lagi.
b. Ketunarunguan setelah lahir,
Anak tunarungu merupakan anak artinya terjadinya kerusakan
yang mempunyai gangguan pada pengengaran setelah anak lahir
pendengaran-nya sehingga tidak dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau
mendengar bunyi dengan sempurna atau suatu penyakit.
bahkan tidak dapat mendengar sama 2. Berdasarkan tempat kerusakan
sekali. Andreas Dwidjosumarto (dalam a. Kerusakan pada bagian telinga
Sutjihati Somantri (1996: 74), luar dan tengah, sehingga
mengemukakan bahwa: seseorang yang menghambat bunyi-bunyian
tidak atau kurang mampu mendengar suara yang akan masuk ke dalam
dikatakan tunarungu. telinga disebut Tuli Konduktif.
b. Kerusakan pada telinga bagian
B. Klasifikasi Anak Tunarungu dalam sehingga tidak dapat
mendengar bunyi/suara, disebut
Tuli Sensoris.
3. Berdasarkan taraf penguasaan dengan anak normal. Prestasi anak
bahasa. tunarungu yang rendah bukan
a. Tuli pra bahasa (prelingually disebabkan karena intelegensinya rendah
deaf) adalah mereka yang namun karena anak tunarungu tidak
menjadi tuli sebelum dapat memaksimalkan intelegensi yang
dikuasainya suatu bahasa (usia dimiliki. Aspek intelegensi yang
1,6 tahun) artinya anak bersumber pada verbal seringkali
menyamakan tanda (signal) rendah, namun aspek intelegensi yang
tertentu seperti mengamati, bersumber pada penglihatan dan motorik
menunjuk, meraih dan akan berkembang dengan cepat.
sebagainya namun belum
membentuk sistem lambang. 2. Karakteristik dari segi bahasa dan
b. Tuli purna bahasa (post bicara
lingually deaf) adalah mereka
Kemampuan anak tunarungu dalam
yang menjadi tuli setelah
berbahasa dan berbicara berbeda dengan
menguasai bahasa, yaitu telah
anak normal pada umumnya karena
menerapkan dan memahami
kemampuan tersebut sangat erat
system lambang yang berlaku
kaitannya dengan kemampuan
di lingkungan.
mendengar. Karena anak tunarungu
tidak bisa mendengar bahasa, maka anak
C. Karakteristik Anak Tunarungu
tunarungu mengalami hambatan dalam
Anak tunarungu dari segi fisik berkomunikasi. Bahasa merupakan alat
tidak memiliki karakteristik yang khas, dan sarana utama seseorang dalam
karena secara fisik anak tunarungu tidak berkomunikasi. Alat komunikasi terdiri
mengalami gangguan yang terlihat. dan membaca, menulis dan berbicara,
Sebagai dampak ketunarunguannya, anak sehingga anak tunarungu akan tertinggal
tunarungu memiliki karakteristik yang dalam tiga aspek penting ini. Anak
khas dari segi yang berbeda dengan tunarungu memerlukan penanganan
ketunaan yang lain. Permanarian Somad khusus dan lingkungan berbahasa
dan Tati Hernawati (1995: 35-39) intensif yang dapat meningkatkan
mendeskripsikan karakteristik kemampuan berbahasanya. Kemampuan
ketunarunguan dilihat dari 3 segi, yaitu: berbicara anak tunarungu juga
intelegensi, bahasa dan bicara, emosi dan dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa
sosial. yang dimiliki oleh anak tunarungu.
Kemampuan berbicara pada anak
1. Karakteristik dari segi intelegensi tunarungu akan berkembang dengan
sendirinya namun memerlukan upaya
Intelegensi anak tunarungu tidak terus menerus serta latihan dan
berbeda dengan anak normal pada bimbingan secara profesional. Dengan
umumnya yaitu tinggi, rata-rata dan cara yang demikianpun banyak dari
rendah. Pada umumnya anak tunarungu mereka yang belum bisa berbicara
memiliki entelegensi normal dan rata- seperti anak normal baik suara, irama
rata. Namun prestasi anak tunarungu dan tekanan suara terdengar monoton
seringkali lebih rendah daripada prestasi berbeda dengan anak normal.
anak normal karena dipengaruhi oleh
kemampuan anak tunarungu dalam 3. Karakteristik dari segi emosi dan
mengerti pelajaran yang diverbalkan. sosial
Namun untuk pelajaran yang tidak
diverbalkan, anak tunarungu memiliki Ketunarunguan dapat menyebabkan
perkembangan yang sama cepatnya keterasingan dengan lingkungan.
Keterasingan tersebut akan Sempitnya kemampuan berbahasa
menimbulkan beberapa efek negatif pada anak tunarungu menyebabkan
seperti: sempitnya alam fikirannya. Alam
fikirannya selamanya terpaku pada
a. Egosentrisme yang melebihi hal-hal yang konkret. Jika sudah
anak normal berkonsentrasi kepada suatu hal,
maka anak tunarungu akan sulit
Sifat ini disebabkan oleh anak
dialihkan perhatiannya ke hal-hal
tunarungu memiliki dunia yang
lain yang belum dimengerti atau
kecil akibat interaksi dengan
belum dialaminya. Anak tunarungu
lingkungan sekitar yang sempit.
lebih miskin akan fantasi.
Karena mengalami gangguan dalam
pendengaran, anak tunarungu hanya e. Umumnya memiliki sifat yang
melihat dunia sekitar dengan polos, sederhana dan tanpa
penglihatan. Penglihatan hanya banyak masalah
melihat apa yang di depannya saja,
sedangkan pendengaran dapat Anak tunarungu tidak bisa
mendengar sekeliling lingkungan. mengekspresikan perasaannya
Karena anak tunarungu mempelajari dengan baik. Anak tunarungu akan
sekitarnya dengan menggunakan jujur dan apa adanya dalam
penglihatannya, maka aka timbul mengungkapkan perasaannya.
sifat ingin tahu yang besar, seolah- Perasaan anak tunarungu biasanya
olah mereka haus untuk melihat, dalam keadaan ekstrim tanpa
dan hal itu semakin membesarkan banyak nuansa.
egosentrismenya.
f. Lebih mudah marah dan cepat
b. Mempunyai perasaan takut akan tersinggung
lingkungan yang lebih luas
Karena banyak merasakan
Perasaan takut yang menghinggapi kekecewaan akibat tidak bisa
anak tunarungu seringkali dengan mudah mengekspresikan
disebabkan oleh kurangnya perasaannya, anak tunarungu akan
penguasaan terhadap lingkungan mengungkapkannya dengan
yang berhubungan dengan kemarahan. Semakin luas bahasa
kemampuan berbahasanya yang yang mereka miliki semakin mudah
rendah. mereka mengerti perkataan orang
lain, namun semakin sempit bahasa
c. Ketergantungan terhadap orang yang mereka miliki akan semakin
lain sulit untuk mengerti perkataan
orang lain sehingga anak tunarungu
Sikap ketergantungan terhadap
mengungkapkannya dengan
orang lain atau terhadap apa yang
kejengkelan dan kemarahan.
sudah dikenalnya dengan baik,
merupakan gambaran bahwa mereka Berdasarkan karakteristik tersebut
sudah putus asa dan selalu mencari diatas, dapat dilihat bahwa anak tunarungu
bantuan serta bersandar pada orang akan kesulitan dalam berbahasa, dan malah
lain. akan menimbulkan perasaan kejengkelan
dan kemarahan karena bahasa mereka
d. Perhatian mereka lebih sukar
yang terkadang tidak dipahami oleh orang
dialihkan
lain.
D. Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi filsafat pendidikan pragmatisme adalah
yang digunakan manusia dengan sesama John Dewey.
anggota masyarakat lain pemakai bahasa Pragmatisme Pendidikan yang
itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, dipelopori oleh filsuf Amerika John
keinginan, atau perasaan yang ada pada Dewey didasarkan pada perubahan, proses,
diri si pembicara. Agar apa yang relatifitas, dan rekonstruksi pengalaman.
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan Pragmatisme pendidikan Dewey cukup
dapat diterima oleh pembicara atau orang dipengaruhi oleh teori evolusi Charles
yang diajak bicara, hendaklah bahasa yang Darwin bahwa semua makhluk hidup baik
digunakan dapat mendukung maksud atau secara biologis maupun sosiologis
pikiran dan perasaan pembicara dengan memiliki naluri untuk bertahan hidup dan
jelas. Oleh karena itu, belajar bahasa untuk berkembang. Manusia yang sukses
mengandalkan berpikir, fungsi otak akan dalam hal ini adalah yang mampu
bekerja sebagaimana belajar. Bahasa memecahkan masalahmasalah itu dan
merupakan dasar fundamental berpikir. menambahkan rincian-rincian dari proses-
Bahasa juga dapat memperluas pikiran. proses pemecahan masalah yang berbeda-
Otak mempunyai kapasitas untuk beda ke dalam gudang pengalaman-
menampung rangsangan-rangsangan yang pengalamannya untuk digunakan
masuk. Melalui bahasa manusia dapat menghadapi masalah-masalah yang
mengekspresikan pikiran dan perasaannya mungkin saja mirip di masa akan datang.
baik secara lisan maupun tertulis. Keraf Dalam filsafat pendidikan John Dewey,
(2009: 16) "Bahasa adalah sistem lambang pengalaman adalah kata kunci.
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh Pengalaman dapat didefinisikan sebagai
para anggota kelompok sosial untuk interaksi antara makhluk manusia dengan
bekerjasama, berkomunikasi, dan lingkungannya.
mengidentifikasikan diri". Filsafat pragmatis Dewey dapat
Seiring dengan era globalisasi di juga disebut sebagai filsafat
segala sektor kehidupan, penguasaan eksperimentalisme. Hal itu disebabkan
bahasa Indonesia merupakan suatu karena menurutnya “tujuan dan rencana,
keharusan. Petunjuk-petunjuk di tempat dalam hal ini konsep-konsep manusia
keramaian seperti di kota-kota besar, hanya dapat divalidasi dengan
tempat-tempat pariwisata, tempat menjadikannya dasar tindakan dan dari
perbelanjaan dan fasilitas-fasilitas umum konsekuensi-konsekuensi yang lahir dari
sudah banyak menggunakan petunjuk baik tindakan-tindakan itulah tujuan, rencana
dengan gambar maupun dengan tulisan. atau konsep-konsep manusia dapat
Jika anak tunarungu tidak dikenalkan atau dinilai.” Penilaian berdasarkan
dibelajarkan tentang bahasa Indonesia konsekuensi tindakan juga diterapkan di
yang baik dan benar (baku), maka mereka dunia pendidikan. Bagi Dewey, suatu
akan ketinggalan dan akan mengalami kurikulum atau strategi metodologi hanya
kesulitan dalam berkomunikasi kelak. dapat dikatakan valid dan berhasil bila
telah diujicobakan dan dari uji coba itu
E. Filsafat Pendidikan Pragmatisme hasil-hasilnya dapat dinilai.
Menurut Dewey, anak-anak belajar
Pragmatisme sebagai aliran filsafat
lebih banyak dan lebih cepat ketika guru
dikembangkan pertama kali di Amerika.
mendorong rasa keingintahuan alami
Filsuf pertama yang memperkenalkan dan
mereka, bukan menjadikan mereka sebagai
mengembangkan pemikiran pragmatisme
subjek yang kaku dan berdisiplin dengan
adalah Charles S. Peirce yang menekankan
cara-cara memberikan hukuman secara
tentang aktifitas dan tujuan manusia dalam
tradisional seperti dalam pendidikan abad
memperoleh pengertian dan pengetahuan.
ke-19 pada umumnya. Oleh karena itu, ia
Pemikir Amerika yang sangat lekat dengan
menggunakan permainan dan bentuk- Teori kognitif adalah teori
bentuknya yang beragam sebagai alat yang umumnya dikaitkan dengan proses
belajar. Dari situlah, ia membentuk belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis
metodologi pendidikan modern abad ke- atau mental manusia yang berupa
20. Dalam pengamatannya, ia menemukan mengamati, melihat, menyangka,
bahwa cara anak-anak belajar banyak hal memperhatikan, menduga dan menilai.
adalah sama dengan orang dewasa, yang Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada
berbeda hanyalah informasi yang mereka konsep tentang pengenalan. Teori kognitif
butuhkan untuk memecahkan masalah- menyatakan bahwa proses belajar terjadi
masalah yang mereka mengerti dalam karena ada variabel penghalang pada
sudut pandang mereka sendiri. Oleh karena aspek‐aspek kognisi seseorang. Teori
itu, pendidikan menurutnya bukanlah belajar kognitif lebih mementingkan
tujuan pada dirinya sendiri, tetapi akan proses belajar daripada hasil belajar itu
bermakna dalam rangka pemecahan sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan
masalah-masalah. hubungan antara stimulus dan respon,
Guru dalam perspektif pendidikan lebih dari itu belajar melibatkan proses
aliran pragmatisme bukanlah guru yang berpikir yang sangat kompleks. Belajar
terpaku pada diktat tetapi guru yang adalah perubahan persepsi dan
dituntut untuk kreatif. Guru harus belajar pemahaman. Perubahan persepsi dan
mempertahankan agar anak didik senang pemahaman tidak selalu berbentuk
belajar dengan melihat dunia dari sudut perubahan tingkah laku yang bisa
pandang anak-anak serta sudut pandang diamati. Dari beberapa teori belajar
orang dewasa. kognitif diatas (khusunya tiga di
penjelasan awal) dapat pemakalah ambil
F. Teori Belajar Kognitivisme sebuah sintesis bahwa masing masing teori
memiliki kelebihan dan kelemahan jika
Istilah "Cognitive" berasal dari kata
diterapkan dalam dunia pendidikan juga
cognition artinya adalah pengertian,
pembelajaran.
mengerti. Pengertian yang luasnya
cognition (kognisi) adalah perolehan, Ciri‐ciri Aliran Kognitivisme
penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Dalam pekembangan selanjutnya, 1. Mementingkan apa yang ada dalam
kemudian istilah kognitif ini menjadi diri manusia
populer sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia/satu konsep umum yang 2. Mementingkan keseluruhan dari
mencakup semua bentuk pengenalan yang pada bagian‐bagian
meliputi setiap perilaku mental yang
3. Mementingkan peranan kognitif
berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, 4. Mementingkan kondisi waktu
pertimbangan, pengolahan informasi, sekarang
pemecahan masalah, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir 5. Mementingkan pembentukan
dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang struktur kognitif
berpusat di otak ini juga berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi Belajar kognitif ciri khasnya
(perasaan) yang bertalian dengan rasa. terletak dalam belajar memperoleh dan
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, mempergunakan bentuk‐bentuk
tingkah laku seseorang itu senantiasa representatif yang mewakili obyek‐obyek
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan itu di representasikan atau di hadirkan
mengenal atau memikirkan situasi dimana dalam diri seseorang melalui tanggapan,
tingkah laku itu terjadi. gagasan atau lambang, yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental, Piaget mengemukakan bahwa,
misalnya seseorang menceritakan perkembangan kognitif memiliki peran
pengalamannya selama mengadakan yang sangat penting dalam proses belajar.
perjalanan keluar negeri, setelah kembali Perkembangan kognitif pada dasarnya
kenegerinya sendiri. Tampat‐tempat yang merupakan proses mental. Proses mental
dikunjuginya selama berada di lain negara tersebut pada hakekatnya merupakan
tidak dapat diabawa pulang, orangnya perkembangan kemampuan penalaran
sendiri juga tidak hadir di tempat‐tempat logis (development of ability to respon
itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi logically). Bagi Piaget, berfikir dalam
semulanya tanggapan‐tanggapan, gagasan proses mental tersebut jauh lebih penting
dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata‐ dari sekedar mengerti. Semakin bertambah
kata yang disampaikan kepada orang yang umur seseorang, maka semakin kompleks
mendengarkan ceritanya. susunan sel syarafnya dan semakin
Tokoh‐Tokoh Teori Kognitivisme meningkat pula kemampuan kognitifnya.

1. Jean Piaget G. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dan


Teori Belajar Kognitivisme sebagai
Jean Piaget (1896-1980) lahir di Solusi Permasalahan Bahasa Anak
Swiss. Pada awal mulanya ia ahli biologi, Tunarungu
dan dalam usia 21 tahun sudah meraih
gelar doktor. Ia telah berhasil menulis Berdasarkan uraian materi diatas,
lebih dari 30 buku bermutu, yang filsafat pendidikan pragmatisme dan teori
bertemakan perkembangan anak dan belajar kognitivisme dapat dijadikan
kognitif. Pengaruh pemikiran Jean Piagert sebagai salah satu solusi dalam mengatasi
baru mempengaruhi masyarakat, seperti di hambatan bahasa pada anak tunarungu.
Amirika Serikat, Kanada, dan Australia Hal tersebut karena adanya hubungan yang
baru sekitar tahun 1950-an. Menurut erat antara filsafat pendidikan pragmatisme
Bruno (dalam Muhibin Syah), hal ini dan teori belajar kognitivisme.
disebabkan karena terlalu kuatnya Anak tunarungu yang notabene
cengkeraman aliran Behaviorisme gagasan memerlukan pembelajaran bahasa sejak
Watson (1878-1958). kecil juga memerlukan suasana belajar
Jean Piaget mengemukakan bahwa yang menyenangkan agar tidak ada rasa
proses belajar akan terjadi apabila ada jenuh dalam diri anak sehingga
aktivitas individu berinteraksi dengan pembelajaran agar lebih mudah masuk
lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. kedalam pemahaman anak.
Pertumbuhan dan perkembangan individu Disisi lain, guru hendaklah kreatif
merupakan suatu proses sosial. Individu dalam hal apapun, termasuk membuat anak
tidak berinteraksi dengan lingkungan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
fisiknya sebagai suatu individu terikat, sehingga anak akan terus mencoba hal-hal
tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. baru berkaitan dengan bahasa. Misalnya
Akibatnya lingkungan sosialnya berada di saja anak mencari kosakata yang belum
antara individu dengan lingkungan dipahaminya karena guru memancing anak
fisiknya. Interaksi Individu dengan orang dengan kosakata yang belum pernah
lain memainkan peranan penting dalam didengar ataupun baca dimanapun.
mengembangkan pandangannya terhadap
alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan KESIMPULAN
orang lain, individu yang tadinya memiliki
Aliran filsafat pendidikan
pandangan subyektif terhadap sesuatu pragmatisme yang menekankan pada
yang diamatinya akan berubah
pengalaman meminta guru untuk selalu
pandangannya menjadi obyektif. kreatif dalam memberikan pembelajaran
pada anak agar anak tidak merasa bosan Abdurakhman, Omon; Radif
pada pembelajaran dan selalu bertanya- Khotamir Rusli. Teori Belajar dan
tanya tentang hal-hal baru. Pembelajaran.
Teori belajar kognitivisme yang https://ojs.unida.ac.id/jtdik/article/downloa
menekankan pada interaksi sosial dengan d/302/173 (Diakses pada 6 Desember
interaksi fisik dan penalaran sejalan 2019)
dengan aliran filsafat pendidikan
pragmatisme. Dengan memberikan Sutarto. M.Pd. TEORI KOGNITIF
pembelajaran yang sesuai dengan DAN IMPLIKASINYA DALAM
kebutuhan anak maka akan diciptakan PEMBELAJARAN. Universitas Islam
pembelajaran yang efektif bagi anak. Negeri Imam Bonjol Padang. 2017
Berdasarkan kedua hal diatas,
Anamofa, Jusuf Nikolas.
pembelajaran anak tunarungu, utamanya
PRAGMATISME PENDIDIKAN: Belajar
bahasa dapat dilakukan dengan
dari John Dewey.
menyenangkan. Misalnya saja dengan
https://www.researchgate.net/profile/Jusus
belajar sambil bermain, atau belajar di luar
_Anamofa2/publication/328367322_Prag
kelas. Anak dapat diajarkan kosakata yang
matismr_Pendidikan_Belajar_dari_John_
belum diketahuinya, misalnya benda-
Dewey/links/5bd5b92e4585150b2b8c73d7
benda disekitar dan sebagainya.
/Pragmatisme-Pendidikan-Belajar-dari-
Dengan adanya guru yang kreatif,
John-Dewey.pdf (Diakses pada 07
bukan hal mustahil untuk merealisasikan
Desember 2019)
pembelajaran yang menarik untuk anak
didik. Dengan pembelajaran yang menarik Sugiarti, Sri. UPAYA
tersebut, anak tidak akan merasakan bosan MENINGKATKAN KOSA KATA
terhadap pembelajaran yang diajarkan oleh ANAK TUNARUNGU MELALUI
guru. MEDIA VARIASI GAMBAR PADA
Dari kesimpulan diatas kita dapat SISWA KELAS V/B DI SLB NEGERI
memandang bahwa adanya filsafat SURAKARTA. Universitas Sebelas Maret
pendidikan dapat dijadikan sebuah solusi Surakarta. 2015.
dari permasalahan yang ada di dunia
pendidikan. https://www.academia.edu/359418
23/PENERAPAN_TEORI_BELAJAR_BE
HAVIORISTIK_DALAM_PROSES_PE
DAFTAR PUSTAKA MBELAJARAN?auto=download (Diakses
pada 7 Desember 2019)
https://ejournal.upi.edu/index.php/j
assi/article/download/4066/2929 (diakses
pada 6 Desember 2019)
Munirah, & Hardian. PENGARUH
KEMAMPUAN KOSAKATA DAN
STRUKTUR KALIMAT TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF
DESKRIPSI SISWA SMA. JPBS. 2016
Indra Sukma, Fadillah, Yuline.
PENINGKATAN KOSAKATA BAHASA
INDONESIA MELALUI MEDIA
GAMBAR PADA ANAK USIA 5-6
TAHUN. Universitas Tanjung Pura
Pontianak. 2016

Anda mungkin juga menyukai