TUNARUNGU
Disusun oleh:
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ TUNARUNGU ini dengan tepat waktu. Dan juga
kami berterima kasih pada ibu MARIA HERLIYANI DUA BUNGA, M.Pd selaku dosen pengampuh
mata kuliah Anak Berkebutuhan Khusus Universitas Nusa Nipa Indonesia yang telah.memberikan tugas
serta bimbingannya.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai Pengembangan Kurikulum. Semoga Tuhan, memberikan balasan atas kebaikan yang telah
diberikan penulis. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Namun, jika masih ada kekurangan kami bersedia menerima saran perbaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan.........................................................................................................13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengaran akibatnya individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut
tunawicara. Cara berkomunikasi seseorang yang menyandang tunarungu dengan
individulainyaitu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan
secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu tinggi, rata-
rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu memiliki entelegensi normal dan rata-
rata. Prestasi anak tunarungu seringkali lebih rendah daripada prestasi anak normal
karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran
yang diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak tunarungu
memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak normal. Prestasi anak
tunarungu yang rendah bukan disebabkan karena intelegensinya rendah namun
karena anak tunarungu tidak dapat memaksimalkan intelegensi yang dimiliki.
Aspek intelegensi yang bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek
intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang dengan cepat
BAB II
PEMBAHASAN
2. Ciri-Ciri Fisik
a. Segi Fisik
Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk akibat
terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan di
telinga. Itulah sebabnya anak-anak tunarungu mengalami
kekurangan keseimbangan dalam aktivitas fisiknya
Pernapasannya pendek dan tidak teratur. Anak-anak
tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam
kehidupan sehari-hari. Bagaimana bersuara atau mengucapkan
kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga
tidak terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik, khususnya
dalam berbicara
Cara melihatnyaagak beringas. Penglihatan merupakansalah
satu indra yang paling dominan bagi anak-anak penyandang
tunarungu karena sebagian besar pengalamannya diperoleh
melalui penglihatan. Oleh karena itu anak-anak
tunarungujuga dikenal sebagai anak visual sehingga cara
melihatnya selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan
terlihat beringas.
b. Segi Bahasa
Kosa katayang dimiliki tidak banyak
Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau
idiomatik.
Tata bahasanya kurang teratur
c. Intelektual
Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak
tunarungu tidak mengalami permasalahandalam segi intelektual.
Namun akibatketerbatasan dalam berkomunikasi dan berbahasa,
perkembangan intelektualnya menjadi lamban
Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan
bahasa. Sering terjadinya keterlambanandalam perkembangan
intelektualnya akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi,
dalam segi akademik anak tunarungu juga mengalami
keterlambatan
d. Sosial-Emosional
Sering merasa curiga dan berprasangka. Sikap seperti ini terjadi
akibat adanya kelainanfungsi pendengarannya. Merekatidakdapat
memahami apa yang dibicarakan orang lain sehingga anak-anak
tunarungu menjadi mudah merasa curiga.
Sering bersikap agresif.Anak-anak tunarungu bersikap agresif karena
mereka merasa tidak bisa mengartikan apa yang dikatakan orang lain.
3. Klasifikasi
Dalam International Standard Organization (ISO) (Efendi, 2009: 59-
64), klasifikasi penyandang tunarungu ditinjau dari kepentingan tujuan
pendidikannya dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan
1. SlightLossesatauanaktunarungudengan tingkat ketunarunguanantara
20-30 Deci-Bell (disingkat dB).
Adapun ciri cirinya:
a. Kemampuan mendengar masih baik karena berada di garis
batas antara pendengaran normal dan kekurangan pendengaran.
b. Tidak mengalami kesulitan dalam memahami pembicaraan
dan bisa mengikuti sekolah umum. Akan tetapi, syaratnya
tempat duduknya harus di depan guru dan dekat dengan
guru.
c. Dapat bicara dengan baik dengan mengandalkan kemampuan
mendengarkan.
2. MildLosses atau anak tunarungudengan tingkat ketunarunguanantara
30-40 dB. Adapun ciri-cirinya adalah:
a. Dapat memahamipercakapan biasapada jarak yang sangat dekat.
b. Bisa mengekspresikan isi hatinya secara lisan.
c. Tidak dapat menangkap suatu percakapan yang lemah (bisikan).
d. Dapat menangkap isi pembicaraan jika berada pada posisi yang
berhadapan.
3. Moderate Losses atau anak tunarungu dengan tingkat
ketunarunguan antara40-60 dB. Ciri-cirinya adalah:
a. Dapat memahamipercakapan keras dari jarak yang dekat
kurang lebih 1 meter.
b. Sering terjadi kesalahpahaman terhadap lawan bicaranya jika
diajak bicara.
c. Mengalami kelainan bicara terutama pada huruf konsonan
d. Kurang mampumenggunakan bahasa dengan benar dalam
percakapan.
e. Pembendaharaan katanyaterbatas.
4. Severe Losses atau anak tunarungu dengan tingkat ketunarunguan
antara 60-75 dB. Ciri-cirinya adalah.
a. Sulit untukmembedakan suara.
b. Tidak menyadari akan getaran suaradaribenda-bendadi
sekitarnya
5. Profoundly Losses atau anak tunarungu dengan ketunarunguan 75 dB
ke atas. Ciri-cirinya adalah:
a. Hanya mampu mendengarkansuara sangat keras pada jarak
kurang lebih 1 inchi (2,5cm) atau sama sekali tidak
mendengarkan suara.
b. Biasanya tidak menyadari bunyi keras dan mungkin juga bisa
bereaksi jika dekat dengan telinga.
c. Meskipun menggunakan alat bantu dengar tetap saja tidak
memahami pembicaraan.
B. Penyebab ABK
Ada beberapa faktor penyebab tunarungu pada anak. Berikut beberapadiantaranya:
1. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (prenatal), meliputi keturunan, cacar air,
campak (rubella, gueman measles), toxaemia (keracunandarah), penggunaan pil
kina atau obat-obatan dalam jumlah yang sangat besar, kekurangan oksigen
(anoxia), serta kelainan organ pendengaransejak lahir.
2. Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal), yaitu rheus (Rh) ibu da anakyang
sejenis, kelahiran secara premature, kelahiran menggunakan forcep(alat bantu
tang), serta proses bersalinyang terlalu lama.
3. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (postnatal), diantaranya infeksi, meningitis
(radang selaput otak), tunarungu perspektif yang bersifatketurunan, serta otitis
media yang kronis
Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli
secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan
berbicara dan bahasanya. Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan
pengajaran tambahan diluar kelas regular. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak
yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori :
sejenisnya.
Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang
mengalami gangguan pendengaran (Hallahann & Kauffman, 2000). Beberapa kemajuan
medis dan tekhnologi, seperti yang disebutkan di sini, juga telah meningkatkan
kemampuan belajar anak yang menderita masalah pendengaran (Boyles & Contadino,
1997) :
dan amplifikasi.
PENUTUP
Tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing)
maupun seluruhnya (deal) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di
dalam kehidupan sehari-hari. Kehilangan pendengaran pada anak tunarungu dapat
diklasifikasikan dari 0dB-91 dB ke atas.
Anak tunarungu mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa anak tunarungu
mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa (mendapatkan bahasa). Ada beberapa faktor
penyebab tunarungu pada anak yaitu faktor sebelum anak dilahirkan (prenatal), faktor saat anak
dilahirkan (natal), dan faktor sesudah anak dilahirkan (postnatal). Namun ada beberapa cara yang
dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan tercadinya tunarungu. Upaya tersebut dapat dilakukan
pada saat sebelum nikah (pranikah), hamil (prenatal), persalinan (natal), dan setelah kelahiran
(post natal).
Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan
diluar kelas regular. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah
pendengaran terdiri dari dua kategori yakni pendekatan oral dan manual.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmah, F. N. (2018). Problematika anak tunarungu dan cara mengatasinya. Quality, 6(1), 1-15.
Supena, A., & Iskandar, R. (2021). Implementasi layanan inklusi anak berkebutuhan khusus
tunarungu. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 5(1), 124-137.
Tat, B. A., Hudin, R., & Nardi, M. (2021). Metode Pembelajaran Dalam Mengembangkan
Interaksi Sosial Anak Tunarungu. Jurnal Literasi Pendidikan Dasar, 2(1), 21-32.