Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

“Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu”

Disusun oleh :

Afnan Nur Aini K5121004

Aisyah Nuril Hafida K5121007

Arsy Dinda Fitria Carini K5121014

Fadillah Afifah Nurjanah K5121028

Filza Annisa Agustina Radzak K5121029

Khairunnisa Mujahidah Rasunah K5121039

Alfi Nur Hidayat K5121086

Dosen Pengampu :

Bapak Priyono, S.Pd, M.Pd.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PRODI PENDIDIKAN LUAR BIASA

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan
Khusus, dengan judul Karakteristik dan Perkembangan Anak Tunarungu (Emosi,
Sosial, dan Kepribadian).

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Surakarta, 26 September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………....iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..…….4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………...4
C. TUJUAN………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN PENDENGARAN…….6
B. PENGARUH PENDENGARAN PADA PERKEMBANGAN BICARA
DAN BAHASA……………………………………………………………….8
C. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNARUNGU……………………8
D. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK TUNARUNGU………………………,,9
E. PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK TUNARUNGU………………………,9
F. PERKEMBANGAN PERILAKUANAK TUNARUNGU…………………,,..9
G. MASALAH-MASALAH DAN DAMPAK KETUNARUNGUAN
BAGI INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT,
DAN PENYELENGGARA PENDIDIKAN…………………………………10

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN………………………………………………………………12
B. SARAN………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan fungsi
pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks
dalam kehidupannya. Anak tunarungu secara fisik terlihat seperti anak normal,
tetapi bila diajak berkomunikasi barulah terlihat bahwa anak mengalami
gangguan pendengaran.
Kehilangan kemampuan mendengar mengakibatkan anak tidak pernah
mengetahui apa itu suara atau bunyi sehingga anak tersebut juga mengalami
kesulitan dalam memproduksi suara/bunyi. Kenyataanya, suara atau bunyi
menjadi hal utama dalam komunikasi. Hal itu juga mengakibatkan pemahaman
anak tuna rungu terhadap bahasa dan penggunaanya menjadi terhambat.
Tuna rungu selalu diiringi dengan gangguan wicara, hal ini disebabkan
ketika seseorang tidak mendengar, maka tidak ada konsep informasi yang
masuk ke otak tentang konsep kata dan kalimat. Ketika otak tidak memiliki
rekaman kata-kata maka tidak bisa mengeluarkan konsep tersebut. Anak
tunarungu tidak berarti anak itu tunawicara, akan tetapi pada umumnya anak
tunarungu mengalami ketunaan sekunder yaitu tunawicara.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami akan menjelaskan lebih lanjut
mengenai karakteristik dan masalah perkembangan (emosi, sosial, dan
kepribadian) pada anak tunarungu.

B. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja klasifikasi anak tunarungu?
2. Apa pengaruh pendengaran pada perkembangan bicara dan Bahasa?
3. Bagaimana perkembangan emosi anak tunarungu?
4. Bagaimana perkembangan sosial anak tunarungu?

4
5. Bagaimana perkembangan perilaku anak tunarungu?

C. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui klasifikasi pada anak tunarungu.
2. Mengetahui apa yang menjadi pengaruh pada perkembangan bicara dan
Bahasa.
3. Mengetahui bagaimana perkembangan emosi pada anak tunarungu.
4. Mengetahui bagaimana perkembangan sosial anak tunarungu.
5. Mengetahui bagaimana perkembangan perilaku anak tunarungu.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN PENDENGARAN


1. Pengertian
Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seseorang
yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu.
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak
berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera
pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk
mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar
(hearing aids).
Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar
yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau
seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam
perkembangan bahasanya. la memerlukan bimbingan dan pendidikan khu
untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Kesimpulan yang didapat, tunarungu adalah mereka yang kehilangan
pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf)
yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di
dalam kehidupan sehar-hari.

2. Klasifikasi Tunarungu
a. Klasifikasi secara etiologis
(1) Pada saat sebelum dilahirkan

6
 Keturunan dari orang tua, dominat genes, recesive gen, dan lain-
lain.
 Karena penyakit,
 Karena keracunan obat-obatan
(2) Pada saat kelahiran
 Sewaktu melahirkan ibu dibantu dengan penyedotan,
 Prematuritas
(3) Pada saat setelah kelahiran (post natal)
 Ketulian karena terjadi infeksi,
 Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
 Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran
bagian dalam.
b. Klasifikasi menurut tarafnya
Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan:
 Tingkat I, Kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54
dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan
mendengar secara khusus,
 Tingkat II, Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69
dB, kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara
khusus, dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara
dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.
 Tingkat III, Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai
89 dB.
 Tingkat IV, Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.

7
B. PENGARUH PENDENGARAN PADA PERKEMBANGAN BICARA
DAN BAHASA
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman
pendengaran. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses
peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada
peniruan visual. Dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak tunarungu
memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan
dan taraf ketunarunguannya.
Bahasa mempunyai fungsi dan peranan pokok sebagai media untuk
berkomunikasi, seperti:
 Bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontak/hubungan.
 Untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan keinginan.
 Untuk mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain.
 Untuk pemberian informasi.
 Untuk memperoleh pengetahuan (Depdikbud, 1987:27).
Komunikasi bagi anak tunarungu mempergunakan segala aspek yang ada
pada dirinya, diantaranya sebagai berikut :
 Bagi anak tunarungu yang mampu bicara, tetap menggunakan bicara
sebagai media dan membaca ujaran sebagai sarana penerimaan dari
pihak anak tunarungu.
 Media tulisan dan membaca sebagai sarana penerimaannya.
 Isyarat sebagai media.

C. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNARUNGU


Perkembangan kognitif anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa akan menghambat
perkembangan inteligensi anak tunarungu. Tidak semua aspek inteligensi anak
tunarungu terhambat. Aspek inteligensi yang terhambat perkembangannya

8
ialah yang bersifat verbal. Aspek inteligensi yang bersumber dari penglihatan
dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan tetapi justru
berkembang lebih cepat.

D. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK TUNARUGU


Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali
menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah
dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu
dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap
menutup diri, bertindak agresif, atau sebaliknya menampakkan kebimbangan
dan keragu-raguan.

E. PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK TUNARUNGU


Pada umumnya lingkungan melihat anak tunarungu sebagai individu yang
memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya.
Dengan adanya hambatan dalam perkembangan sosial ini mengakibatkan pula
pertambahan minimnya penguasaan bahasa dan kecenderungan menyendiri
serta memiliki sifat egosentris.

F. PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK TUNARUNGU


Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan atau perluasan
pengalaman pada umumnya dan diarahkan pada faktor anak sendiri. Pertemuan
antara faktor-faktor dalam diri anak tunarungu, yaitu ketidakmampuan
menerima rangsang pendengaran, kemiskinan berbahasa ketidaktetapan emosi,
dan keterbatasan inteligensi dihubungkan dengan sika) lingkungan terhadapnya
menghambat perkembangan kepribadiannya.

9
G. MASALAH-MASALAH DAN DAMPAK KETUNARUNGUAN BAGI
INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT, DAN PENYELENGGARA
PENDIDIKAN
1. Bagi Anak Tunarungu Sendiri
Sehubungan dengan karakteristik tunarungu yaitu miskin dalam
kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata
yang mengandung kiasan, adanya gangguan bicara, hal-hal itu merupakan
sumber masalah pokok bagi anak tersebut.
2. Bagi Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak luar biasa.
Berhasil tidaknya anak tunarungu melaksanakan tugasnya sangat
tergantung pada bimbingan dan pengaruh keluarga.
Reaksi-reaksi yang tampak biasanya dapat dibedakan atas bermacam-
macam pola, yaitu:
 Timbul rasa bersalah atau berdosa.
 Orang tua menghadapi cacat anaknya dengan perasaan kecewa.
 Orang tua malu menghadapi kenyataan bahwa anaknya berbeda dari
anak-anak lain.
 Orang tua menerima anaknya beserta keadaannya sebagaimana
mestinya.

Sikap orang tua sangat tergantung pada reaksinya terhadap kelainan


anaknya itu. Sebagai reaksi dari orang tua atas sikap-sikapnya itu maka:

 Orang tua ingin menebus dosa.


 Orang tua menolak kehadiran anaknya.
 Orang tua cenderung menyembunyikan anaknya atau menahannya
di rumah.

10
 Orang tua bersikap realistis terhadap anaknya.

3. Bagi Masyarakat
Pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak tunarungu tidak
dapat berbuat apapun. Karena adanya pandangan ini biasanya dapat kita
lihat sulitnya anak tunarungu untuk memperolah lapangan pekerjaan.
Disamping pandangan karena ketidakmampuannya tadi, ia sulit untuk
bersaing dengan orang normal.

4. Bagi Penyelenggara Pendidikan


Persoalan baru yang perlu mendapat perhatian jika anak tunarungu
tetap saja harus sekolah di SLB adalah jika anak-anak tunarungu itu tempat
tinggalnya jauh dari SLB/usaha lain muncul dengan didirikannya asrama
disamping sekolah khusus itu.
Usaha lainnya adalah mereka mengikuti pendidikan pada sekolah
normal/biasa dan disediakan program-program khusus.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan fungsi
pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks
bagi kehidupannya. Anak tunarungu tidak berarti anak itu tunawicara akan
tetapi pada umumnya, anak tunarungu mengalami ketunaan sekunder yaitu
tunawicara. Penyebabnya adalah anak sangat sedikit memiliki kosakata dalam
sistem otak dan anak tidak terbiasa berbicara.
Anak tunarungu juga memiliki perkembangan emosi, social, dan perilaku
dalam kehidupannya, ada banyak pengaruh, masalah dan dampak
ketunarunguan bagi individu, keluarga, masyarakat, dan bagi penyelenggara
pendidikan.

B. SARAN
Berdasarkan materi pembahasan yang telah dijabarkan di atas, kita harus
dapat memahami dan menerima anak tunarungu. Tidak lupa senantiasa
mendampingi dalam perkembangannya, agar tidak terjadi sesuatu yang buruk
di masa depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bisa Mandiri, 2015, Karakteristik Anak Tuna Rungu,


https://bisamandiri.com/blog/2015/10/karakteristik-anak-tuna-rungu/ Diakses
pada 25 September 2021 pukul 19.00 WIB

Dra. Hj. T. Sutjihati Somantri, M.Si., psi. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung:
PT Refika Aditama

13

Anda mungkin juga menyukai