MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pembimbing
Pipit Rika Wijaya, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. FATMAWATI 221E10370
2. TITIK HARIYATI NINGSIH 221E20371
3. UMMI SAYYIDATUL FARIKOH 221E10484
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
karunianya, sehingga makalah tentang “Tuna Wicara” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan benar.
Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang didapatkan oleh penulis dari buku,
jurnal, maupun dari berbagai sumber lainnya. Dengan demikian makalah ini membahas tentang
Tuna Wicara. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum begitu memadai, masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu
sarandan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dari berbagai kalangan khususnya untuk para mahasiswa.
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar ……………………………………………………………………….....ii
Daftar Isi..........…………………………………………………………………………..iii
1 .Bab 1 Pendahuluan......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................4
2. Bab 2 Pembahasan….......………………………………………………………….....5
2.1 Pengertian Tuna Wicara...............................................................................5
2.2 Karakteristik Tuna Wicara...........................................................................6
2.3 Faktor Penyebab..........................................................................................6
2.4 Klasifikasi Tuna Wicara..............................................................................7
2.5 Problematika dalam Pendidikan..................................................................9
2.6 Pendidikan untuk anak Tuna Wicara..........................................................11
2.7 Peran Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Tuna Wicara………………..12
3.Bab 3 Penutup …….………………………...……............................…….…...........14
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..…..........14
Daftar Rujukan ………………………………………………………………………...15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Tunawicara merupakan ketidakmampuan seseorang dalam berbicara. Hal ini
disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya organ-organ untuk berbicara, seperti rongga
mulut, langit-langit, lidah dan pita suara, seseorang yang mengalami tunawicara memiliki cara
tersendiri dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa isyarat[1]. Bahasa isyarat
merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi penyandang tunawicara kepada
masyarakat normal dengan menggunakan gerakan tangan, mimik, tubuh yang membentuk
simbol-simbol yang mengartikan suatu huruf atau kata[2].Ada dua bahasa isyarat yang
digunakan di Indonesia, yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat
Indonesia (BISINDO). Meskipun SIBI digunakan sebagai bahasa isyarat resmi di sekolah,
tetapi itu tidak umum digunakan oleh para tunarungu pada kehidupan sehari-hari mereka[3].
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 mengadakan survei sosial ekonomi nasional
(SUSENAS) memperkirakan terdapat sekitar 2.126.000 penyandang cacat tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, dimana terdapat 223.655 orang tuna rungu, 151.371 orang tuna wicara dan
73.560 orang tuna rungu wicara.[4]. Penyandang disabilitas tunawicara cenderung memiliki
sifat pemalu dan tertutup dengan lingkungan sekitarnya, karena keterbatasan dalam
berkomunikasi yang kurang baik membuat penyandang tunawicara kurang percaya diri apabila
harus berinteraksi dengan orang lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Tuna Wicara?
2. Bagaimana Karakteristik Tuna Wicara?
3. Apa saja Faktor Penyebab Anak Tuna Wicara?
4. Bagaimana Klasifikasi Tuna Wicara?
5. Bagaimana Problematika dalam Pendidikan?
6. Bagaimana Pendidikan untuk anak Tuna Wicara?
7. Seperti Apa Peran Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Tuna Wicara?
1.3 Tujuan
Berdasarkan pedoman pelaksanaan kurikulum SLB untuk tuna wicara bagian B tahun1977
buku III A 1 dijelaskan kurikulum SLB / B 1976 mengarahkan pada suatu pengajaran bahasa
untuk membentuk tuna wicara yang memiliki sikap dan bagian mata, dimana diperhatikan
keseluruhan hidup manusia yang cacat pendengaran dengan segala akibatnya dan
kekhasannya sebagai manusia “Pemata” dan diusahakan menyusun hubungan pengertian
yang akumulatif dengan keadaan hidup sesengguhnya, yang mencakup kenyataan dan
lingkungan sekitar, tetapi tugas- tugas sosial, budaya dana politik dalam masyarakat.
2.7 Peran Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Tuna Wicara
Persoalan bagi konselor yang menghadapi anak berkebutuhan khusus terutama pada anak
tuna wicara yang mengalami permasalahan yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai
anak tuna wicara. Konselor dapat memberikan layanan dan menerapkan proses konseling
yang sesuai dengan kebutuhan penyandang tuna wicara. Ada beberapa upaya yangdilakukan
oleh sekolah dan konselor untuk pengembangan anak yang memiliki kebutuhan khusus
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
3.1 Kesimpulan
Penyebab paling sering terjadi pada tunawicara adalah gangguan pendengaran yang tidak
terdeteksi secara dini. Dalam hal ini permasalahan paling mendasaryang di alami orang tuli
adalah kurangnya stimulasi bahasa sejak lahir.Masalah utama pada diri seorang tinawicara
adalah mengalami gangguan atau bahkankehilangan fungsi pendengaran (tunarungu) dan atau
fungsi bicara (tunawicara) yangdisebabkan bawaan lahir, kecelakaan, ataupun penyakit. Pada
umumnya, anak dengan gangguan dengar yang disebabkan karena factor bawaan
(keturunan/genetika) akan berdampak pada kemampuan bicara, walaupun tidak selalu.
Sebaliknya, anak yangmengalami gangguan bicara biasanya masih dapat menggunakan fungsi
pendengarannya.
DAFTAR RUJUKAN
Atmaja, Jati Rinakri. 2017. Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Olivia, Stella. 2015. Deteksi Dini Psikologi Balita Hingga Manula.
Jakarta: PT Elex MediaKomputindo.
Putranto, Bambang. 2015. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus.
Yogyakarta: Diva Press
Wasita, Ahmad. 2014. Seluk-Beluk Tunarungu & Tunawicara Serta Strategi Pembelajarannya
Jogjakarta: Javalitera