Disusun Oleh:
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus karena berkat dan karunianya saya
dapat menyusun makalah yang berjudul “Pendidikan Anak Tunarungu”. Tujuan utama yang
mendorong saya menyusun makalah ini adalah karena tugas dari mata kuliah Praktik PAK di
SLB untuk memenuhi syarat nilai perkuliahan.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini dan apabila di dalam makalah ini terdapat kekeliruan, oleh sebab itu saya
mengharapkan kritikan dan saran dari Ibu Dosen dan Teman-Teman.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................4
A. Pengertian Tunarungu................................................................................................................4
B. Factor penyebab anak tunarungu...............................................................................................6
C. Karakteristik anak tunarungu.....................................................................................................7
D. Media pembelajaran untuk anak tunarungu...............................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengaran akibatnya individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut
tunawicara. Cara berkomunikasi seseorang yang menyandang tuna rungu dengan
individu lain yaitu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan
secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu tinggi,
rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu memiliki entelegensi normal dan
rata-rata. Prestasi anak tunarungu seringkali lebih rendah daripada prestasi anak
normal karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam mengerti
pelajaran yang diverbalkan.
Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak tunarungu memiliki
perkembangan yang sama cepatnya dengan anak normal. Prestasi anak tunarungu
yang rendah bukan disebabkan karena intelegensinya rendah namun karena anak
tunarungu tidak dapat memaksimalkan intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi
yang bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang
bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang dengan cepat.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tunarungu yang sesungguhnya?
2. Apa saja karakteristik anak tunanetra?
3. Apa saja media yang digunakan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian anak tunarungu.
2. Untuk mengetahui karakteristik anak tunarungu.
3. Untuk mengetahui media yang diterapkan kepada anak tunarungu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tunarungu
Menurut Soewito dalam buku Ortho paedagogik Tunarungu adalah : “Seseorang yang
mengalami ketulian berat sampai total, yang tidak dapat menangkap tuturkata tanpa
membaca bibir lawan bicaranya”. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami
kehilangan kemampuan mendengar baik itu sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan
kerusakan fungsi pendengaran baik sebagian atau seluruhnya sehingga membawa dampak
kompleks terhadap kehidupannya. Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai
gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna
atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada
satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama sekali. Walaupun sangat sedikit, masih
ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa dioptimalkan pada anak tunarungu tersebut.
Berkenaan dengan tunarungu, terutama tentang pengertian tunarungu terdapat beberapa
pengertian sesuai dengan pandangan masing-masing. Menurut Andreas Dwidjosumarto
mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara
dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf)
atau kurang dengar (hard of hearing) (Laila, 2013: 10).
Murni Winarsih mengemukakan bahwa tunarungu adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke dalam
tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah yang kehilangan kemampuan mendengar
sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai
ataupun tidak memakai alat bantu dengar dimana batas pendengaran yang dimilikinya
cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran. Tin
Suharmini mengemukakan tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan dari individu yang
mengalami kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa
menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui pendengaran (Laila, 2013
: 10). Beberapa pengertian dan definisi tunarungu di atas merupakan definisi yang
termasuk kompleks, sehingga dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang
memiliki gangguan dalam pendengarannya, baik secara keseluruhan ataupun masih
memiliki sisa pendengaran. Meskipun anak tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar,
tetap saja anak tunarungu masih memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Kehilangan pendengaran bisa disebabkan oleh faktor genetik, infeksi pada ibu seperti
cacar air selama kehamilan, komplikasi ketika melahirkan, atau penyakit awal masa
kanak-kanak seperti gondok atau cacar air. Banyak anak sekarang ini dilindungi dari
kehilangan pendengaran dengan vaksinasi seperti untuk mencegah infeksi. Tanda-tanda
masalah pendengaran adalah mengarahkan salah satu telinga ke pembicara, menggunakan
salah satu telinga dalam percakapan, atau tidak memahami percakapan ketika wajah
pembicara tidak dapat dilihat indikasi lain adalah tidak mengikuti arahan, sering kali
meminta orang untuk mengulang apa yang mereka katakan, salah mengucapkan kata atau
nama baru, atau tidak mau berpartisipasi dalam diskusi kelas (Anita, 2004 : 608). Sebab-
sebab kelainan pendengaran atau tunarungu juga dapat terjadi sebelum anak dilahirkan,
atau sesudah anak dilahirkan. Menurut Sardjono mengemukakan bahwa faktor penyebab
ketunarunguan dapat dibagi dalam:
a. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal)
1. Faktor keturunan Cacar air,
2. Campak (Rubella, Gueman measles)
3. Terjadi toxaemia (keracunan darah)
4. Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar
5. Kekurangan oksigen (anoxia)
6. Kelainan organ pendengaran sejak lahir
b. Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal)
c. Faktor Rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis
1. Anak lahir pre mature
2. Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang)
3. Proses kelahiran yang terlalu lama
d. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal)
1. Infeksi
2. Meningitis (peradangan selaput otak)
3. Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
4. Otitismedia yang kronis
5. Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan.
Peneliti menyimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya tuna rungu wicara yaitu pre
natal (keturunan), natal (bawaan dari pihak ibu), post natal (otitis media).
Cerita alkitab:
Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong tetapi
roh Tuhan ada disana Tuhan berfirman ‘’ jadilah terang ‘’ lalu dipisahkannya lah terang itu
dari gelap Tuhan menamai terang itu siang dan malam dinamai malam itu lah hari pertama
Pada hari kedua Tuhan memisahkan air yang ada dibawah bumi itu dari air yang ada di
atasnya berfirmanlah Tuhan ‘’ jadilah cakrawala’’ Tuhan menamai tempat ini langit’’
Berfirman lah Tuhan hendaklah segala air yang dibawah langit berkumpul pada satu tempat
sehingga kelihatan yang kering ‘’ Tuhan menamai tanah yang kering daratan dan air itu laut
dan Tuhan melihat semuanya itu baik.
Berfirman lah Tuhan segala tanah menumbuhkan tumbuhan-tumbuhan’’ segala jenis pohon
yang menghasilkan buah supaya ada tumbuh-tumbuhanan dibumi dan Tuhan melihat
semuanya itu baik. Itu lah hari ketiga
Pada hari keempat berfirmanlah Tuhan jadilah benda-benda penerang pada cakrawala
memisahkan siang dari malam tuhan menciptakan 2 benda penerang menerangi bumi untuk
siang matahari dan untuk malam adalah bulan Tuhan juga menciptakan Bintang-bintang
untuk menerangi bumi dan Tuhan melihat semua itu baik.
Pada hari kelima berfirmanlah Tuhan hendaklah dalam air dipenuhi kawanan ikan makluk
yang hidup yang lain dan hendaklah burung berterbangan diatas bumi. Dan Tuhan melihatnya
semua nya itu baik Tuhan berfirman hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis Binatang
yang liar tuhan menjadikan berbagai Binatang, Binatang ternak dan Binatang melata dibumi
dan Tuhan melihat semuanya itu baik .
Berfirman lah Tuhan baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa. Maka
tuhan menciptakan manusia sesuai gambaran dan rupa Tuhan dari debu dan tanah.
Dihembuskanlah nafas kehidupan dari Tuhan demikian lah manusia itu tumbuh menjadi
makluk yang hidup maka tuhan melihat segala yang dijadikannya sungguh amat baik.
Tuhan berfirman tidak baik manusia itu seorang diri saja aku akan menjadikan seorang
penolong baginya yang sepadan dengan dia. Tuhan membuat manusia itu tidur nyenyak dan
Ketika dia tidur diambilnya lah tulang rusuknya dan dibuatnya menjadi Perempuan
makatuhan memerintahkan manusia itu untuk berkuasa atas ikan dilaut, burung diudara dan
semua Binatang yang ada dibumi
Allah menciptakan langit dan bumi. “Langit” merujuk pada segala sesuatu yang ada di
luar bumi; yang ada di luar angkasa. Bumi telah diciptakan, tapi belum dibentuk secara
spesifik, meskipun sudah ada air. Allah kemudian menciptakan terang. Dia kemudian
memisahkan terang dari gelap dan menamai terang itu “siang” dan gelap itu “malam.”
Pekerjaan penciptaan ini berlangsung dari malam sampai pagi – atau dalam satu hari.
Allah menciptakan cakrawala. Cakrawala menjadi pemisah antara air di permukaan bumi
dan uap air di udara. Pada saat ini, bumi telah memiliki atmosfer. Pekerjaan penciptaan
ini berlangsung dalam satu hari.
Allah menciptakan tanah kering. Benua dan pulau-pulau berada di atas air. Kumpulan air
yang besar dinamai “laut” dan tanah kering itu “darat.” Allah menyatakan bahwa
semuanya itu baik. Allah menciptakan semua tumbuhan, baik yang besar dan kecil. Allah
menciptakan kehidupan ini supaya bisa berkesinambungan; tumbuhan diberi kemampuan
untuk bereproduksi. Tumbuhan diciptakan dalam keragaman yang besar. Bumi menjadi
hijau dan penuh dengan tumbuhan. Allah menyatakan bahwa semuanya ini juga baik.
Pekerjaan penciptaan ini menghabiskan waktu satu hari.
4. Hari penciptaan keempat (Kejadian 1 : 13 – 19)
Allah menciptakan semua bintang dan benda-benda langit. Pergerakan dari benda-benda
langit ini akan membantu manusia untuk memahami dimensi waktu. Dua benda langit
besar diciptakan berkaitan dengan bumi. Yang pertama adalah matahari, yang merupakan
sumber cahaya utama, dan bulan, yang memantulkan sinar matahari. Pergerakan benda-
benda ini akan membedakan siang dari malam. Pekerjaan ini juga dinyatakan baik oleh
Alah. Pekerjaan penciptaan ini menghabiskan waktu satu hari.
Allah menciptakan semua makhluk yang hidup di dalam air. Setiap makhluk apapun yang
hidup di dalam air diciptakan di hari ke-5 ini. Allah juga menciptakan semua burung.
Bahasa yang digunakan di bagian ini secara tersirat menyatakan kalau Allah mungkin
juga menciptakan serangga di hari ke-5 ini (atau, jika tidak, serangga mungkin diciptakan
pada hari ke-6) Melalui reproduksi, semua makhluk ini diciptakan dengan kemampuan
untuk tetap berkesinambungan. Makhluk hidup yang diciptakan pada hari ke-5 ini adalah
makhluk pertama yang diberkati oleh Allah. Allah menyatakan bahwa pekerjaan ini baik.
Allah menciptakan semua makhluk yang hidup di atas tanah kering. Termasuk manusia
dan setiap jenis makhluk yang belum diciptakan pada hari-hari sebelumnya. Allah
menyatakan bahwa segala yang dijadikan-Nya ini baik. Allah Tritunggal kemudian
berunding satu sama lainnya. “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita” (Kej 1:26). Ini bukan wahyu secara tersurat mengenai
Allah Tritunggal, tetapi menjadi dasar bagi kita untuk memahami soal ini. Sama seperti
ketika Allah menggunakan sebutan “kami” ketika merujuk diri-Nya.
Allah menciptakan manusia, dan manusia diciptakan menurut gambar Allah (laki-laki dan
perempuan menampakkan gambaran ini). Manusia menjadi yang teristimewa di antara
semua makhluk ciptaan lainnya. Untuk menekankan hal ini, Allah memberikan otoritas
kepada manusia untuk berkuasa atas bumi dan atas semua makhluk lainnya. Allah
memberkati manusia dan memerintahkannya untuk bereproduksi, memenuhi bumi dan
menaklukkannya (menguasainya di bawah otoritas manusia yang sah, sebagaimana
diizinkan oleh Allah).
Allah beristirahat. Bukan untuk menunjukkan bahwa Dia lelah karena upaya penciptaan-
Nya, tetapi untuk menunjukkan bahwa karya penciptaan-Nya telah selesai. Selanjutnya,
Allah menetapkan pola di mana ada satu hari untuk setiap tujuh hari bagi manusia untuk
beristirahat. Kelak, memelihara hari Sabat akan menjadi ciri yang membedakan umat
pilihan Allah dengan yang bukan.
Link Video:
https://youtu.be/rV-bRD8sNv4?feature=shared
https://youtube.com/watch?v=nnnR-Tuw1ug&feature=shared
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan karakteristik anak tunarungu dari beberapa aspek yang sudah dibahas diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa sebagai dampak dari ketunarunguannya tersebut hal yang
menjadi perhatian adalah kemampuan berkomunikasi anak tunarungu yang rendah.
Intelegensi anak tunarungu umumnya berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan tinggi,
namun prestasi anak tunarungu terkadang lebih rendah karena pengaruh kemampuan
berbahasanya yang rendah. Maka dalam pembelajaran di sekolah anak tunarungu harus
mendapatkan penanganan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik
yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Nofiaturrahmah, F. (2018). Problematika Anak Tunarungu dan Cara Mengatasinya. QUALITY, 1-15.