Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II ISI........................................................................................................................................2
2.1 Definisi..............................................................................................................................2
2.2 Gejala Anak Yang Mengalami Gangguan Bahasa Ekspresif............................................2
2.3 Gangguan ekspresi berbahasa...........................................................................................3
BAB III Analisis Jurnal...................................................................................................................6
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................................8
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8
Daftar Pustaka..................................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan...
1
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Gangguan bahasa ekspresif adalah kesulitan mengekspresikan maksud lewat bahasa lisan.
Pemahaman bahasa si anak lebih baik daripada kemampuannya untuk berkomunikasi. Ini bisa
terjadi karena trauma otak atau karena masalah perkembangan. Masalah perkembangan lebih
umum terjadi pada anak-anak. Anak-anak yang bermasalah bahasa ekspresif tidak banyak bicara
meskipun umumnya mereka mengerti bahasa yang ditujukan pada mereka. Bahasa ekspresif
merupakan bahasa yang berisi curahan perasaan. Kalimat ekspresif adalah kalimat yang memiliki
kata kerja menyatakan makna batin (ekspresif). Sedangkan kata ekspresif bermakna ‘tepat
(mampu) memberikan/mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan’. Kata kerja yang
menyatakan perasaan batin digunakan di dalam kalimat yang subjeknya berperan sebagai orang
yang mengalami.
Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual
(menulis, memberi tanda) atau auditorik. Dalam gangguan berbahasa ekspresif, anak mengalami
kesulitan mengekspresikan dirinya dalam berbicara. Si anak tampak sangat ingin berkomunikasi.
Namun mengalami kesulitan luar biasa untuk menemukan kata-kata yang tepat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gangguan berbahasa ekspresif adalah
2.2 Gejala Anak Yang Mengalami Gangguan Bahasa Ekspresif
Menurut .....
1. perbendaharaan kata yang jelas terbatas
2. membuat kesalahan dalam kosakata
3. mengalami kesulitan dalam mengingat katakata atau membentuk kalimat yang panjang
dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial.
Namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira
usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan
menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya bisa
berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y.
Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung diagnosis.
Gangguan bahasa ekspresif (ungkapan), yaitu suatu gangguan yang terjadi saat seseorang
menjalin komunikasi yang ditandai dengan ketidakmampuan (deficit) dalam mengungkapkan
2
perasaan atau ide-idenya, meskipun pemahaman bicaranya normal (tidak mengalami gangguan).
Seorang anak dikatakan mengalami gangguan dalam bahasa ekspresif bila terdapat jarak
(discrepancy) antara apa yang dimengerti oleh anak (bahasa reseptif) dengan apa yang ingin
mereka katakan (bahasa ekspresif). Gangguan berbahasa ekspresif harus dibedakan dengan
gangguan lain yang saling berdekatan yaitu gangguan berbahasa reseptif. Seseorang dikatakan
memiliki gangguan berbahasa yang sifatnya reseptif bila ia mengalami kesulitan dalam
memahami beberapa aspek dari bicara. Meskipun pendengaran mereka normal namun anak yang
memiliki gangguan ini tidak dapat memahami suara-suara, kata-kata atau kalimat-kalimat
tertentu. Penderita gangguan ini mengalami kesulitan memahami bagian tertentu dari kata-kata
atau pernyataan-pernyataan, misalnya kalimat atau pernyataan yang berbentuk “jika … maka
…”. Dalam beberapa kasus yang berat, anak tidak mampu memahami kosa kata dasar atau
kalimat sederhana, dan kemungkinan besar mereka juga mengalami ketidakmampuan mengolah
suara, simbol-simbol, menyimpan (storage), memanggil (recall) dan merangkai (sequencing)
melalui pendengaran (auditori).
3
penalaran ruang dan waktu. Kesulitan ini diduga berkaitan dengan adanya kesulitan
dalam pemrosesan bahasa auditoris. Anak berkesulitan belajar sering mengalami
kesulitan dalam bercerita dan penjelasan mereka sering tidak tersusun secara baik dan
benar. Transformasi semantik. Anak berkesulitan belajar .sering mengalami kesulitan
dalam pembuatan transformasi semantik sehingga mengalami kesulitan dalam
menggunakan kata banyak makna, langgam suara (idioms), dan kiasan (metaphors).
Implikasi semantik. Anak berkesulitan belajar sering rnengalami kesulitan dalam
memahami pepatah, cerita perumpamaan, dongeng, atau mitos.
2. Kekurangan dalam Memori
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar sering
memperlihatkan kekurangan dalam memori auditoris. Adanya kekurangan dalam
memori auditoris tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam memproduksi bahasa.
Sering memperlihatkan adanya kekurangan khusus dalam mengulang urutan fonem,
mengingat kembali kata-kata, mengingat simbol, dan memahami hubungan sebab-
akibat.
3. Kekurangan Kemampuan Menilai
Penilaian merupakan bagian integral dari proses bahasa karena menjadi jembatan
antara pemahaman dengan produksi bahasa.berkesulitan belajar sering memiliki
kesulitan daiam menilai kemantapan atau keajegan arti dari suatu kata baru terhadap
informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya. Akibatnya, anak mungkin akan
menerirna saja kalimat atau kata yang salah. Anak juga sering mengalami kesulitan
dalam mengenal kesalahan-kesalahan sintaksis, dan setelah mereka tahu kesalahan-
kesalahan tersebut, mereka juga tidak dapat memperbaikinya.
4. Kekurangan Kemampuan Produksi Bahasa
Produksi bahasa akan dipermudah oleh adanya kemampuan mengingat, perilaku afektif
dan psikomotorik yang baik. Karena anak-anak berkesulitan belajar umumnya
memiliki taraf perkembangan berbagai kernampuan tersebut secara kurang memadai,
maka mereka banyak yang mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa. Ada dua
jenis kemampuan produksi bahasa, kemampuan produksi konvergen dan kernampuan
produksi devergen. Kemampuan produksi konvergen berkenaan dengan kemampuan
menggambarkan kesimpulan logis dari informasi verbal dan memproduksi jawaban
semantik yang khas. Kemampuan produksi devergen berkenaan dengan kelancaran,
keluwesan keaslian, dan keluasan bahasa yang diproduksi. Kemampuan produksi
4
konvergen dapat dilihat dari kernarnpuan anak dalam (1) mengucapkan kata-kata dan
konsep-konsep, (2) melengkapi asosiasi verbal dan analogi, (3) merumuskan gagasan
dan problema-problema verbal, (4) merumuskan kembali konsep dan ide, dan (5)
merumuskan berbagai alternatif pemecahan rnasalah. Anak-anak berkesulitan belaiar
umumnya rnemiliki kesulitan dalam produksi konvergen maupub devergen.
5. Kekurangan Pragmatik
Anak berkesulitan belajar umumnya memperlihatkan kekurangan dalam mengajukan
berbagai pertanyaan, memberikan reaksi yang tepat terhadap berbagai pesan, menjaga
atau mempertahankan percakapan, dan mengajukan sanggahan berdasarkan
argumentasi yang kuat. Anak berkesulitan belajar umumnya juga kurang persuasif
dalam percakapan, lebih banyak mengalah dalam percakapan, dan kurang mampu
mengatur cara berdialog dengan orang lain.
5
BAB III
Analisis Jurnal
3.2 Pembahasan
Analisis PICO
P( Population) : Anak – Anak Usia 4-6 Tahun
I ( Intervensi) : Pengembangan Kecakapan
C( Compretion) :-
O ( Outcome) : Sukses Meingkatkan Anak Yang Terlambat Berbicara
A. Judul Jurnal
Model Pengembangan Kecakapan Berbahasa Anak Yang Terlambat Berbicara (Speech
Delay)
B. Kata Kunci
Keterlambatan berbicara,perkembangan bahasa, konsep model
C. Nama Peneliti
Khoiriyah, Anizar Ahmad ,Dewi Fitriani
D. Tempat Dan Waktu Penelitian
PAUD Khalifah Aceh 2 dan PAUD, Agustus 2016
E. Tujuan Di lakukan Penelitian
Untuk mengidentifikasi kasus anak terlambat berbicara, untuk mengetahui usaha-usaha
guru dan orangtua dalam mengatasi anak yang terlambat berbicara serta merancang
konsep model pengembangan kecakapan berbahasa anak yang terlambat berbicara
F. Metode penelitian
Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan untuk
mendapatkan data yang akurat maka peneliti harus turun kelapangan dan berada disana
serta berbaur langsung dengan subjek penelitian dalam waktu yang cukup lama. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi, wawancara dan
6
dokumentasi.Sedangkan teknik pengolahan data peneliti menggunakan tahap reduksi
data, dan penyajian data.
G. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa terdapat anak terlambat berbicara pada usia 4-6 tahun di lembaga
PAUD Khalifah Aceh 2 dan PAUD Cinta Ananda dengan jenis gangguan pada ekspresi
bahasa (speech and languange expresive disorder). Faktor-faktor yang mempengaruhi anak
terlambat berbicara terdiri atas: kecerdasan, penggunaan bahasa kedua, gaya bicara/model
yang ditiru, kesehatan, dan hubungan keluarga. Konsep model yang peneliti tawarkan dalam
penelitian ini berbentuk strategi/teknik untuk mengatasi anak terlambat berbicara, yaitu:
melatih anak berbicara dengan benar, pelan dan berulang-ulang, saat berbicara selalu
memperhatikan tata bahasa yang diucapkan, selalu melibatkan anak berbicara pada setiap
keadaan dengan memperbaiki pengucapan anak yang masih keliru, dan menggunakan sistem
several seperti konsultasi rutin untuk mengetahui perkembangan anak pada dokter dan
psikolog anak.
H. Keterbatasan Penelitihan
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan
untuk mendapatkan data yang akurat maka peneliti harusturun kelapangan dan berada
disana serta berbaur langsung dengan subjek penelitian dalam waktu yang cukup lama
I. Kelebihan Penelitian
Maksud Model Penelitian ini adalah menawarkan konsep model pengembangan
kecakapan berbahasa anak yang terlambat berbicara, berlandaskan pertimbangan dari
teori-teori dan usaha-usaha guru serta orangtua yang didapatkan di lapangan. Maksud
tersebut akan tercapai melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif, dan penggunaan media
dalam hal ini adalah permainan edukatif yang dapat dilakukan oleh guru maupun
orangtua dalam merangsang kecakapan berbicara anak yang terlambat berbicara rentang
usia 4-6 tahun
7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak yang mengalami keterlambatan dalam berbicara usia 4-6 tahun pada PAUD
Khalifah Aceh 2 dan PAUD Cinta Ananda menunjukkan ciri-ciri sulit mengungkapkan ekspresi,
ketidaktepatan kata yang diucapkan serta penguasaan kosakata yang tidak mendukung. Usaha-
usaha guru dan orangtua yang dapat dilakukan dalam mengatasi.
anak terlambat dalam berbicara diantaranya: melatih anak berbicara dengan benar, pelan
dan berulang-ulang, saat berbicara selalu memperhatikan tata bahasa yang diucapkan, dan selalu
melibatkan anak berbicara pada setiap keadaan dengan memperbaiki pengucapan anak yang
masih keliru serta konsultasi rutin untuk mengetahui perkembangan anak pada Dokter dan
Psikolog anak.
Saran
8
Daftar Pustaka
Rehani, Gangguan Tingkah Laku Pada Anak .Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol
Padang
Purwanto,E. ( 2005) . Modifikasi Prilaku Alternatif Penanganan Anak Luar Biasa.Depdiknas
Dirjen Pendidikan Tinggi : Jakarta